BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, disadari atau tidak remaja akan kehilangan hak-hak pribadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi dengan teman-teman, guru, dan yang lainnya. Sekolah juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kurang memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh dirinya.

PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA AWAL MADE CHRISTINA NOVIANTI DR. AWALUDDIN TJALLA ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing orang selalu menginginkan harga diri yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alrefi, 2014 Penerapan Solution-Focused Counseling Untuk Peningkatan Perilaku Asertif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

Judul Tema: Perilaku Asertif

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya pergeseran pola penyebab tindak kriminalitas. World Health

I. PENDAHULUAN. dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, sering

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan mengenai hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi adalah peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. serta kebutuhan memungkinkan terjadinya konflik dan tekanan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beranjak dewasa. Selain tugas-tugas akademis yang dikerjakan, mahasiswa juga

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat pada setiap manuasia,

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA. dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasaya. perubahan penampilan pada orang muda dan perkembangan

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB II PERILAKU AGRESIF DAN PROGRAM LATIHAN ASERTIF

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. spiritual, moral, sosial, intelektual, fisik dan sebagainya. 1 Sekolah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak dan masa dewasa (Wong dkk, 2001). Menurut Erik Erikson (Feist &

ANALISIS TINGKAT SELF DISCLOSURE SISWA SMP MAARIF NU PANDAAN

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ada hubungan antara perilaku asertif dan kontrol diri pada pegawai administrasi sekolah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual dan emosional anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Asertif. jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981).

BAB I PENDAHULUAN. keputusan dapat diambil sesuai kebutuhan yang diharapkan. keputusan, yaitu keputusan untuk tidak melakukan apa-apa.

BAB I PENDAHULUAN. itu berlangsung seumur hidup dimulai dari keluarga kemudian di teruskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan Belajar Siswa, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. ternyata membawa pengaruh dan perubahan perubahan yang begitu besar

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Pokok

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pada remaja dapat diselesaikan. Apabila tugas tugas pada remaja

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Siswa SMA pada umumnya berusia 16 sampai 19 tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi (Lestari,

PENDAHULUAN. membantu untuk menjalin hubungan kerja sama dan kemampuan memahami individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI. : Vindy Elsa Ramadhani NIM : PEMBIMBING : Drs. HR Danan Djaja, M.A

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara apabila dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dipercayai tentang diri sendiri akan membentuk kepribadian diri dalam berkreasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

KESIMPULAN DAN SARAN. disusun berdasarkan hasil analisis dan perhitungan statistik. Selain itu, akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya dapat hidup berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. prenatal sampai fase lanjut usia. Di antara rentang fase-fase tersebut salah

maupun kelompok. Didalam menghadapi lingkungan, individu akan bersifat aktif

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nadia Aulia Nadhirah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia memiliki potensi di dalam dirinya. Potensi

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PENDAPAT MENGGUNAKAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING SISWA KELAS XII SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang-orang yang ada disekitarnya.

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja juga merupakan priode yang penting, dimana pada masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. humanistik untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap perilakunya seseorang perlu mencari tahu penyebab internal baik fisik,

Perkembangan Sepanjang Hayat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa dimana seorang anak memiliki keinginan untuk mengetahui berbagai macam hal serta ingin memiliki kebebasan dalam menentukan apa yang ingin dilakukannya. Tidak semua remaja dapat berperilaku asertif. Perilaku asertif sangat penting bagi remaja, karena apabila seorang remaja tidak memiliki keterampilan untuk berperilaku asertif atau bahkan tidak dapat berperilaku asertif, disadari atau tidak remaja akan kehilangan hak-hak pribadi sebagai individu dan cenderung tidak dapat menjadi individu yang bebas dan akan selalu berada dibawah kekuasaan orang lain. Alasan seorang remaja tidak dapat berperilaku asertif adalah karena mereka belum menyadari bahwa mereka memiliki hak untuk berperilaku asertif. Seorang remaja dipilih, karena pada masa ini terdapat keraguan akan identitas diri sebagai remaja karena pada masa ini individu telah merasa dewasa namun masih ada orang-orang disekelilingnya yang menyebutnya anak remaja. Perilaku asertif diperlukan oleh seorang anak remja, terlebih apabila seorang remaja berada dalam lingkungan yang kurang baik seperti lingkungan perokok atau pecandu narkoba, pada satu sisi seorang remaja tidak ingin kehilangan teman dan pada sisi lainnya seorang remaja tidak ingin terjerumus pada hal-hal yang negatif. Tidak semua individu dapat berperilaku asertif. Hal ini disebabkan karena tidak semua anak remaja laki-laki maupun perempuan sadar bahwa mereka memiliki hak untuk berperilaku asertif. Banyak pula para remaja yang cemas atau takut untuk berperilaku asertif atau bahkan banyak individu selain anak remaja 1

2 yang kurang terampil dalam mengekspresikan dirinya secara asertif. Hal ini mungkin mendapatkan pengaruh dari latar belakang budaya keluarga dimana remaja itu tinggal, urutan anak tersebut dalam keluarga, pola asuh orang tua, jenis kelamin status ekonomi sosial orang tua atau bahkan sistem kekuasaan orang tua. Perilaku asertif berbeda dengan perilaku agresif, karena dalam perilaku asertif, kita dituntut untuk tetap menghargai orang lain dan tanpa melakukan kekerasan secara fisik maupun verbal. Sedangkan perilaku agresif cenderung untuk menyakiti orang lain apabila kehendaknya tidak dituruti. Seorang remaja belum dapat mengkomunikasikan perasaan yang dirasa kepada orang lain secara jujur, mereka mengganggap mereka tidak memiliki hak untuk melakukan hal tersebut. Sikap asertif merupakan kemampuan seseorang untuk dapat mengemukakan pendapat, saran dan keinginan yang dimilikinya secara langsung, jujur dan terbuka pada orang lain. Orang yang memiliki sikap asertif adalah orang yang memiliki keberanian untuk mengekspresikan pikiran, perasaan dan hak-hak pribadinya serta tidak menolak permintaan-permintaan yang tidak beralasan. Berdasarkan hasil observasi awal di tempat penelitian SMA Negeri 5 Binjai, ditemukanlah masalah-masalah yang berhubungan dengan perilaku asertif. Masalah itu adalah banyaknya siswa yang belum memiliki kemampuan dalam mengekspresikan sikap asertif, banyak siswa yang bersikap kurang tegas dalam menyampaikan suatu keputusan, banyak sikap dan tindakan siswa yang kurang berperilaku asertif dalam mengeluarkan pendapatnya pada orang lain, banyaknya siswa yang belum jujur dan terbuka dalam menyampaikan pendapatnya

3 Mengacu pada pemikiran di atas, maka peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Binjai Tahun Ajaran 2013/2014. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan pemaparan pada latar belakang dan fokus masalah, maka peneliti mengidentifikasikan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Banyaknya siswa yang belum memiliki kemampuan dalam mengekspresikan sikap asertif. 2. Banyak siswa yang bersikap kurang tegas dalam menyampaikan suatu keputusan. 3. Banyak sikap dan tindakan siswa yang kurang berperilaku asertif dalam mengeluarkan pendapatnya pada orang lain. 4. Banyaknya siswa yang belum jujur dan terbuka dalam menyampaikan pendapatnya 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah-masalah di atas, perlu kiranya dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian ini, agar masalah yang diteliti lebih jelas dan terarah. Adapun masalah yang akan diteliti yaitu mengenai pengaruh penerapan bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif siswa kelas XI di SMA Negeri 5 Binjai Tahun Ajaran 2013-3014 1.4 Rumusan Masalah ini adalah : Berdasarkan batasan masalah diatas yang menjadi rumusan dalam penelitian

4 Apakah ada pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif siswa kelas XI SMA Negeri 5 Binjai Tahun Ajaran 2013-2014. 1.5. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh yang muncul terhadap perilaku asertif siswa melalui penerapan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas XI SMA Negeri 5 Binjai Tahun Ajaran 2013-2014. 1.6. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: a) Sebagai panduan dan wacana yang dapat menambah wawasan, pengetahuan, pengalaman, serta keterampilan dan proses penelitian selanjutnya dengan penulisan yang konkret baik dalam pengembangan teori yang telah dipelajari maupun praktisnya di lapangan. b) Sebagai sumber informasi dan pengembangan untuk siswa bahwa perilaku asertif berhubungan dengan kompetensi belajar yang juga dapat mempengaruhi prestasi belajar pula. c) Sebagai masukan bagi guru-guru di sekolah termasuk guru-guru BK dalam melatih dan mengembangkan perilaku asertif siswa. d) Sebagai bahan pengembangan dan masukan bagi mahasiswa jurusan PPB/BK UNIMED dalam menambah dan memperluas wawasan berfikir dalam memperkaya ilmu pengetahuan. e) Sebagai bahan masukan bagi peneliti yang lain sehingga dapat dijadikan referensi untuk kegiatan penelitian dibidang yang sama. f) Sebagai nilai tambah bagi penulis dalam meningkatkan pengetahuan khususnya dalam bidang bimbingan konseling guna meningkatkan

5 profesionalitasan profesi nantinya dan dapat diterapkan dalam lingkungan kehidupannya. g) Sebagai bahan masukan bagi pembaca (masyarakat) untuk mengaplikasikan isi penelitian dalam kehidupan sehari-hari.