PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI. Hak Cipta Pada: Lembaga Administrasi Negara EdisiTahun Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOL. III. Lembaga Administrasi Negara - Republik Indonesia 2009

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU SAKU UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI. UU No. 31 TAHUN 1999 jo UU No. 20 TAHUN 2001

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU PANDUAN UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI. Komisi Pemberantasan Korupsi

538 KOMPILASI KETENTUAN PIDANA DI LUAR KUHP

BAB II IDENTIFIKASI DATA

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU PANDUAN UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI. Komisi Pemberantasan Korupsi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

POTENSI KORUPSI DANA DESA DAN SANKSI HUKUMNYA pada

Etik UMB KORUPSI DAN PENYEBABNYA. Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. M.Pd. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINDAKAN KORUPSI DAN PENYEBABNYA

PENGERTIAN KORUPSI. Bab. To end corruption is my dream; togetherness in fighting it makes the dream come true. PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Pidana Korupsi di Indonesia Oleh Frans Simangunsong, S.H., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

Modul ke: Etik UMB. Tindakan Korupsi dan Penyebabnya - 1. Fakultas MKCU. Finy F. Basarah, M.Si. Program Studi MKCU.

ETIK UMB. Tindakan Korupsi dan Penyebabnya. Pendahuluan. Modul ke: Daftar Pustaka. 12Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

ETIK UMB. Pengembangan Wawasan (Mengenali Tindakan Korupsi) Modul ke: 09Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen

Komisi Pemberantasan Korupsi. Peranan KPK Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

BAB 11 TINDAKAN KORUPSI DAN PENYEBABNYA

Pertanggungjawaban adalah sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan atas perbuatan yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

UNDANG-UNDANG TINDAK PIDANA KORUPSI DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau corruptus yang mempunyai arti kerusakan atau kebobrokan. sebagainya. Selain itu korupsi juga diartikan sebagai:

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istilah yang sering dipakai dalam bidang filsafat dan psikologi.(ensiklopedia

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 SEBAGAIMANA YANG DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2001

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

Etik UMB. Tindakan Korupsi Dan Penyebabnya. Ari Sulistyanto, S. Sos., M.I.Kom. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. tindakan mengambil uang Negara agar memperoleh keuntungan untuk diri sendiri.

STUDI KASUS KORUPSI DI INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ASPEK HUKUM DALAM SISTEM MANAJEMEN MUTU KONSTRUKSI

Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa

Modul ke: ETIK UMB. Mengenali Tindakan Korupsi. Fakultas Ilmu Komputer. Yani Pratomo, S.S, M.Si. Program Studi. Sistem Informasi.

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DAN PUNGLI KEJAKSAAN NEGERI LAMONGAN

TINJAUAN TINDAK PIDANA KORUPSI MEMPERKAYA DIRI DAN ORANG LAIN. Oleh. Perbuatan korupsi sangat identik dengan tujuan memperkaya diri atau

BAB I PENDAHULUAN. waktu pembangunan dewasa ini. Korupsi di Indonesia sudah merupakan wabah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemain sandiwara atau pemain utama; dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu :

BAB II PENGATURAN HUKUM TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA. Di Indonesia langkah- langkah pembentukan hukum positif untuk

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN

BAB II. A. Bentuk-Bentuk Perbuatan Yang Digolongkan Dalam Perbuatan Tindak. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 terdapat pengertian bahwa

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BAB II PENGADAAN DANA PENGHARGAAN DITINJAU DARI UU NO. 31. TAHUN 1999 jo UU NO. 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tindak Pidana Korupsi dalam Peraturan Perundangundangan. di Indonesia. Bab. Kompetensi Dasar. Pokok Bahasan. Sub Pokok Bahasan

II. TINJAUAN PUSTAKA. menyebutkan unsur-unsur tindak pidananya saja, tetapi dalam konsep hal tersebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. dahulu mendapat Surat Izin dari Ketua Pengadilan negeri, kecuali dalam keadaan

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

ETIK UMB TINDAKAN KORUPSI DAN PENYEBABNYA

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 8TAHUN 2010 TANGGAL : 6 SEPTEMBER 2010 TENTANG : TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1.

OLEH BARESKRIM POLRI

permasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan

PELAKSANAAN PUTUSAN PIDANA PEMBAYARAN UANG PENGGANTI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI DI SURAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pidana korupsi yang dikategorikan sebagai kejahatan extra ordinary crime.

BAB II TINDAK PIDANA KORUPSI. Istilah korupsi berasal dari bahasa latin yakni corruptio atau corruptus

Korupsi dan Peran Serta Masyarakat dalam Upaya Penanggulangannya. Oleh : Dewi Asri Yustia. Abstrak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI, KOLUSI, DAN NEPOTISME

1 Merugikan keuangan negara; 2 Suap menyuap (istilah lain: sogokan atau pelicin); 3 Penggelapan dalam jabatan; 4 Pemerasan; 5 Perbuatan curang;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARA NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARA NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab XXVIII : Kejahatan Jabatan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

II. TINJAUAN PUSTAKA. semata-mata, melainkan juga menyangkut soal nilai-nilai moral atau kesusilaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Matriks Perbandingan KUHAP-RUU KUHAP-UU TPK-UU KPK

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME

Eksistensi KPK Dalam Memberantas Tindak Pidana Korupsi Oleh Bintara Sura Priambada, S.Sos., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERKEMBANGAN PERATURAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA Oleh : Barda Nawawi Arief

ETIK UMB PENGERTIAN KORUPSI PRINSIP ANTI-KORUPSI. Norita ST., MT. Modul ke: Fakultas Teknik. Program Studi Teknik Industri

KONSEKUENSI HUKUM TERHADAP KETIDAKSESUAIAN KELENGKAPAN ADMINISTRASI DAN FISIK PENYEDIAAN BARANG/JASA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI Undang-Undang No. 3 Tahun 1971 Tanggal 29 Maret 1971 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban adalah kewajiban terhadap segala sesuatunya, fungsi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI Hak Cipta Pada: Lembaga Administrasi Negara EdisiTahun 2014 Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Jl. Veteran No. 10 Jakarta 10110 Telp. (62 21) 3868201-06 Ext. 193, 197 Fax. (62 21) 3800188 Jakarta LAN 2014

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Kebijakan pemerintah tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) telah menghasilkan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kategori 1 dan Kategori 2 di lingkungan pemerintah. Karakteristik utama CPNS Kategori 1 dan Kategori 2 adalah pengalaman yang telah dimiliki dalam bidang pekerjaannya selama menjadi tenaga honorer. Untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), Undang -Undang Aparatur Sipil Negara (ASN) menuntut mereka untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan sebagai bagian dari masa percobaan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas, Lembaga Administrasi Negara telah menetapkan Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Diklat Prajabatan CPNS Golongan I, Golongan II, dan Golongan III Yang Diangkat Dari Tenaga Honorer Kategori 1 dan/atau Kategori 2. Tujuan penyelenggaraan Diklat Prajabatan ini adalah membekali CPNS tersebut dengan pengetahuan agar dapat memahami perannya sebagai pelayan publik yang baik. Dalam rangka untuk melengkapi modul-modul Diklat Prajabatan yang ada, maka LAN telah menyempurnakan beberapa substansi yang dianggap sudah tidak relevan diganti dengan konten yang lebih relevan dengan tetap memperhatikan Undang-Undang ASN sebagai acuan. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada editor yang telah menyesuaikan isi modul ini. Dan kepada Widyaiswara, pengelola, dan peserta Diklat, kami harap dapat memanfaatkan modul ini sebaik-baiknya. Jakarta, September 2014 KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA, ttd AGUS DWIYANTO

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR........iii DAFTAR ISI........v BAB I PENDAHULUAN...... 1 A. Deskripsi Singkat... 1 B. Tujuan Pembelajaran... 3 C. Petunjuk Belajar... 4 D. Sistematika...... 4 BAB II PENGERTIAN TINDAK PIDANA KORUPSI...... 6 A. Pengertian Tindak Pidana... 6 B. Unsur-Unsur Tindak Pidana... 8 C. Pengertian Korupsi...11 D. Rangkuman......13 E. Latihan...14 BAB III PERATURAN PEMBERANTASAN KORUPSI......15 BAB IV TINDAKAN/KEBIJAKAN YANG DIANGGAP TINDAK PIDANA KORUPSI......22 A. Tindak Pidana Korupsi...23 B. Tindak Pidana Lain yang Berkaitan dengan Tindak Pidana Korupsi...61 C. Peran Serta Masyarakat....69 D. Rangkuman...71 E. Latihan...72 BAB V KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI......73 A. Simpulan......72 B. Tindak Lanjut...74 BAB VI PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI.....81 DAFTAR PUSTAKA......86 LAMPIRAN...87 v

BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT Bangsa Indonesia dalam menapaki kemerdekaannya sejak tahun 1945 sampai saat ini, mengalami pasang surut dalam melaksanakan pembangunan. Dimana pembangunan itu sendiri merupakan suatu proses menuju pada perbaikan yang lebih baik. Proses pembangunan itu sendiri dapat menimbulkan kemajuan bagi peri kehidupan bangsa dan dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial masyarakat dari masyarakat yang tradisional menjadi masyarakat modern sesuai dengan perkembangan jaman. Perubahan ini membawa dampak sosial baik positif maupun negatif. Dampak negatif yang dapat meresahkan masyarakat adalah berbagai macam tindak pidana, dari tindak pidana pencurian kecil-kecilan sampai dengan tindak pidana perampokan disertai pembunuhan, termasuk didalamnya adalah tindak pidana korupsi. Tindak pidana yang satu ini sangat fenomenal dan melanda semua negara di berbagai belahan dunia, terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Dampak yang dapat ditimbulkan dari korupsi ini dapat menyentuh berbagai segi kehidupan dari suatu bangsa dan negara di dunia ini. Korupsi menjadi masalah yang sangat serius karena dapat membahayakan 1

2 Percepatan Pemberantasan Korupsi Modul Diklat Prajabatan 3 pembangunan sosial ekonomi, dan juga politik, serta dapat merusak moral bangsa dan sendi-sendi kehidupan dari suatu bangsa. Namun pembangunan yang dilaksanakan pemerintah bersama-sama masyarakat belum menghasilkan perbaikan yang diharapkan bangsa Indonesia. Hal ini antara lain disebabkan tingginya tindak pidana korupsi, terutama yang dilakukan oleh pegawai negeri atau penyelenggara menguraikan sejarah kultur Indonesia mulai dari jaman Multatuli, waktu itu penyalahgunaan jabatan merupakan suatu sistem. Disamping itu manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang effektif dan effisien, mempengaruhi merebaknya tindak pidana korupsi, seperti ucapan terkenal dari Prof Soemitro (Alm), sebagaimana dikutip oleh media cetak beberapa tahun yang lalu, bahwa negara dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan kebocoran keuangan negara mencapai 30%. baik eksekutif, judikatif maupun legislatif. Hal ini dapat dilihat dari hasil survey Transparancy Mengingat korupsi pada umumnya dilakukan oleh pegawai negeri atau penyelenggara negara, maka para International Indonesia (TII), menunjukkan, Indonesia calon pegawai negeri sipil golongan II dan III dilingkungan merupakan negara paling korup No 6 dari 133 negara. Nilai indeks persepsi korupsi (IPK) Indonesia saat ini 2,3 yang ternyata lebih rendah daripada negara-negara tetangga, seperti Vietnam, Phillipina, Malaysia, pidana korupsi. instansi pemerintah dituntut memahami tindakan- tindakan apa yang dilarang dilakukan karena hal itu merupakan tindakan yang dapat dikategorikan tindak Bangladesh dan Myanmar. Korupsi di Indonesia sudah sampai pada taraf B. TUJUAN PEMBELAJARAN kejahatan korupsi politik. Evi Hartanti dalam bukunya Tindak Pidana Korupsi (Hal 3), mengatakan Korupsi politik 1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) dilakukan oleh orang atau institusi yang memiliki Tujuan pembelajaran mata pendidikan dan pelatihan kekuatan politik, atau konglomerat yang melakukan Percepatan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi hubungan transaksional kolutif dengan pemegang secara umum adalah, setelah mengikuti pembelajaran kekuasaan. ini, peserta diharapkan mampu memahami dan Selain korupsi politik, kultur juga mempengaruhi mengetahui Tindak Pidana Korupsi yang dapat terjadi berkembangnya korupsi di negara Indonesia, hal ini di unit kerjanya. sebagaimana dikemukakan oleh B Sudarsono, dalam bukunya Korupsi di Indonesia, yang secara panjang lebar

4 Percepatan Pemberantasan Korupsi 2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu: a. menguraikan pengertian dan unsur-unsur tindak pidana korupsi; b. mengidentifikasi tindakan-tindakan pegawai negeri atau penyelenggara negara yang merupakan tindak korupsi; c. menjelaskan dan melaksanakan peran masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi; d. memberikan latihan tata cara menganalisis suatu kejadian / feit sebagai tindak pidana korupsi. C. PETUNJUK BELAJAR Agar proses belajar peserta prajab Gol II dan III dapat mencapai tujuan belajar secara effektif dan effisien, peserta diminta mencermati hal-hal sebagai berikut: 1. Bacalah urutan materi secara perlahan-lahan; 2. Beri tanda pada butir-butir yang dianggap penting untuk disimak ulang; 3. Catat dan tulislah di kertas kosong rangkaian pokokpokok bahasa, sub pokok bahasan, unsur, sub unsur dan seterusnya. D. SISTEMATIKA Modul percepatan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi terdiri dari 6 bab yang memuat hal-hal sebagai berikut: Modul Diklat Prajabatan 5 BAB I: Pendahuluan, yang berisi deskripsi singkat yang berhubungan dengan topik bahan ajaran serta korelasinya dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta Diklat, yang dalam hal ini adalah para Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), gol II dan III. Dalam topik ini, disampaikan juga mengenai Tujuan Pembelajaran Umum dan Tujuan Pembelajaran Khusus, dan Sistematika. BAB II: Pengertian Tindak Pidana Korupsi diungkapkan secara sekilas mengenai pengertian tindak pidana dan korupsi, serta peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi yang pernah dan sedang berlaku di Indonesia. BAB III: Peraturan-Peraturan tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dan menjelaskan secara singkat tentang beberapa peraturan tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. BAB IV: Tindakan / kebijakan yang dianggap Tindak Pidana Korupsi, menguraikan pasal Undang-Undang Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi secara mendalam. BAB V: Komisi Pemberantasan Korupsi, menguraikan tentang peran komisi pemberantasan korupsi yang pernah ada di Indonesia sejak tahun 1967 sampai saat ini. BAB VI: Percepatan Pemberantasan Korupsi, menjelaskan tentang usaha-usaha pemerintah dalam pemberantasan korupsi.

Modul Diklat Prajabatan 7 BAB II PENGERTIAN TINDAK PIDANA KORUPSI Korupsi itu seperti bola salju, sekali saja menggelinding, maka akan bertambah besar. (Charles Caleb 1780-1832, penulis Inggris) A. PENGERTIAN TINDAK PIDANA Pembentuk undang-undang di Indonesia menerjemahkan straafbaarfeit (Belanda) sebagai tindak pidana, akan tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai straafbaarfeit itu sendiri. Straafbaarfeit dalam bahasa Belanda sebenarnya terdiri dari dua unsur pembentuk kata, yaitu straafbaar dan feit. Feit dalam bahasa Belanda mempunyai arti sebagian dari kenyataan, sedangkan straafbaar mempunyai arti dapat dihukum. Sehingga kalau diterjemahkan secara harafiah maka straafbaarfeit mempunyai arti sebagian dari kenyataan yang dapat dihukum, padahal yang dapat dihukum adalah manusia sebagai pribadi, bukan kenyataan, perbuatan atau tindakan. Menurut jalan pikiran penulis, sebagian kenyataan, perbuatan atau tindakan yang dapat dihukum itu pasti dilakukan oleh manusia sebagai pribadi. Pendapat beberapa pakar hukum mengenai pengertian tindakan pidana: 1. Prof Muljatno. Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan yang mana disertai sanksi berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar aturan tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang hukum dan diancam pidana asal saja dalam hal itu diingat bahwa larangan ditujukan kepada perbuatan (yaitu kejadian atau keadaan yang ditimbulkan oleh kelakuan orang), sedangkan ancaman pidananya ditujukan pada orang yang menimbulkan kejahatan. Untuk adanya perbuatan pidana harus ada unsurunsur: a. Perbuatan manusia; b. Memenuhi rumusan dalam undang-undang (syarat formil) c. Bersifat melawan hukum (syarat materiil) Syarat formil harus ada karena asas legalitas (Pasal 1 ayat (1) KUHP. (Tindak Pidana Korupsi, Evi Hartanti, Hal 7)) 2. E. Utrecht Menerjemahkan straafbaarfeit dengan istilah peristiwa pidana yang sering juga ia sebut delik, 6

8 Percepatan Pemberantasan Korupsi Modul Diklat Prajabatan 9 karena peristiwa itu sebagai perbuatan handelen atau doen-positif atau suatu melalaikan - negatif, maupun akibatnya (keadaan yang ditimbulkan karena Penyelenggara Negara perbuatan atau melalaikan itu). Peristiwa pidana merupakan peristiwa hukum (rechtfeit), yaitu b. Menteri, Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas KKN) a. Pejabat Negara dalam Lembaga Negara, peristiwa kemasyarakatan yang membawa akibat yang c. Gubernur atau wakil pemerintah pusat di Daerah diatur oleh hukum. (Tindak Pidana Korupsi, Evi d. Hakim, di semua tingkat pengadilan Hartanti, hal 6). e. Pejabat Negara yang lain : Dubes, Wk Gubenur, dan Bupati/Walikota, dan 3. Simon f. Pejabat yang memiliki fungsi strategis Tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan g. ( yang rawan praktek KKN) ; Direktur/Komisaris, dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan oleh undang-undang telah dinyatakan dan pejabat struktural lainnya di BUMN/BUMD, Pimpinan BI, Pimpinan Perguruan Tinggi, Pejabat Eselon I, Jaksa, Panitera Pengadilan, dan sebagai tindakan yang dapat dihukum (Tindak Pimpinan, Bendaharawan Proyek Pidana, Evi Hartanti hal 5). (Pasal 2 UU No 28 Tahun 1999) 3. Pegawai Negeri B. UNSUR-UNSUR TINDAK PIDANA Meliputi : Unsur Subjektif a. pegawai negeri sebagaimana dimaksud 1. Setiap orang dalam UU Tentang Kepegawaian. Orang perorangan atau termasuk korporasi. Pasal 1 angka 1 UU No 8 Tahun 1974 jo UU No 43 ( Pasal 1 angka 3 UUPTPK) Tahun 1999 : Setiap WNI yang telah memenuhi 2. Penyelenggara Negara syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang Pejabat negara yang menjalankan fungsi eksekutif, berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan legislatif, atau jufdikatif, dan pejabat lain yang fungsi negeri atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- berlaku. undangan yang berlaku (Pasal 1 UU No 28 Tahun 1999 Pasal 2 ayat (1) jo ayat (2) UU No 8 Tahun

10 Percepatan Pemberantasan Korupsi 1974 jo UU No 43 Tahun 1999 : Pegawai Negeri terdiri dari : 1). PNS Pusat dan PNS Daerah 2). Anggota TNI, dan 3). Anggota POLRI b. pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam UU Hukum Pidana; c. orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau daerah; d. orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi yang menerima bantuan dari keuangan negara atau daerah ; atau e. orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang mempergunakan modal atau fasilitas dari negara atau masyarakat. (Pasal 1 angka 2 UUPTPK) 4. Korporasi 1. kumpulan orang dan kekayaan yang terorganisasi baik yang berbentuk badan hukum ; 2. kumpulan orang dan kekayaan yang terorganisasi yang bukan berbentuk badan hukum; 3. kumpulan orang yang terorganisasi yang berbentuk badan hukum 4. kumpulan orang yang terorganisasi yang bukan berbentuk badan hukum 5. kumpulan kekayaan yang terorganisasi yang berbentuk badan hukum Modul Diklat Prajabatan 11 6. kumpulan kekayaan yang terorganisasi yang bukan berbentuk badan hukum 2. Unsur Objektif a. Janji b. Kesempatan c. Kemudahan d. Kekayaan Milik Negara -. Uang -. Daftar -. Surat, Akta -. Barang C. PENGERTIAN KORUPSI 1. Menurut Fockema Andreae kata korupsi dari bahasa Latin corruptio atau corruptus (Webster Student Dictionary, 1960). Selanjutnya disebutkan bahwa corruptio itu berasal dari kata asal corrumpere, yaitu suatu kata Latin yang lebih tua. Dari bahasa latin inilah diserap kedalam banyak bahasa dinegara-negara Eropa, seperti Inggris yaitu Corruption, corrupt, Perancis yaitu Corruption, dan Belanda Corruptie (korruptie). Dari bahasa Belanda inilah kita menerjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia korupsi. 2. Secara harafiah korupsi mempunyai arti kebusukan, keburukan, kebejatan, dapat disuap, tidak bermoral,

12 Percepatan Pemberantasan Korupsi penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina dan memfitnah. 3. The Lexicon Webster Dictionary Corruption (L. Corruption (n-)): The act of corrupting, or the state of being corrupt; putrefactive decomposition, putrid matter; moral perversion; depravity, pervesion of integrity, corrupt or dishonest proceedings, bribery, pervesion from a state of purity, debasement, as of language; a debased from a word. 4. Kamus umum Bahasa Indonesia (W.J.S. Poerwodarminto): Korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya. 5. Kamus Lengkap Inggris - Indonesia, Indonesia - Inggris, S. Wojowasito - W.J.S. Poerwodarminto: Kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan, dan ketidak jujuran. 6. Economic Development Institute of the World Bank, National Integrity System Country Studies mengatakan: an abuse of entrused power by politicians of civil servant for personal gain. Modul Diklat Prajabatan 13 Malaysia mempunyai aturan tentang anti korupsi, mereka tidak memakai kata korupsi melainkan memakai istilah rusuah yang diambil dari bahasa Arab yaitu riswah. Di Indonesia, jika orang membicarakan korupsi pasti yang dipikirkan dan yang dikatakan, hanya mengenai perbuatan yang buruk, jelek, rusak, dengan macam-macam artinya menurut waktu, tempat, dan suku, demikian juga dengan bangsa-bangsa lain. D. RANGKUMAN Tindak pidana mempunyai arti perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan yang mana disertai sanksi berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar aturan tersebut atau tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum. Tindak pidana terdiri dari dua unsur yaitu : 1. Unsur Subjektif a. Setiap orang b. Penyelenggara negara c. Pegawai Negeri d. Korporasi

14 Percepatan Pemberantasan Korupsi 2. Unsur Objektif a. Janji b. Kesempatan c. Kemudahan d. Kekayaan milik Negara -. Uang -. Daftar -. Surat, Akta -. Barang Korupsi mempunyai arti kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan, dan ketidak jujuran. Malaysia mempunyai aturan tentang anti korupsi, mereka tidak memakai kata korupsi melainkan memakai istilah rusuah yang diambil dari Bahasa Arab yaitu riswah. E. LATIHAN: 1. Siapa sajakah yang dapat menjadi subjek tindak pidana korupsi sebagaimana ditentukan dalam UU PTPK, uraikan dengan jelas. 2. Apakah objek dari Korupsi, jelaskan dengan singkat. 3. Apakah yang dimaksud dengan setiap orang dalam ketentuan UUPTPK. BAB III PERATURAN PEMBERANTASAN KORUPSI Langkah-langkah pembentukan peraturan tentang pemberantasan korupsi di Indonesia telah dimulai beberapa tahun perjalanan sejarah bangsa Indonesia sejak meraih kemerdekaannya, sebagai upaya memberantas tindak pidana korupsi. Dan istilah korupsi sebagai istilah yuridis diawali pada tahun 1957 pada saat dikeluarkannya Peraturan Penguasa Militer yang berlaku di daerah kekuasaan Angkatan Darat (Peraturan Militer Nomor PRT/PM/06/1957). Peraturan pemberantasan Korupsi mengalami empat masa sejak tahun 1957 sampai saat ini sebagai berikut: 1. Masa Peraturan Militer a. Peraturan Penguasa Militer Nomor PRT/PM/06/1957 yang dikeluarkan oleh Penguasa Militer Angkatan Darat dan berlaku untuk daerah kekuasaan Angkatan Darat. Konsiderans peraturan ini mengatakan: Bahwa berhubung tidak adanya kelancaran dalam usaha-usaha memberantas perbuatan-perbuatan yang merugikan keuangan dan perekonomian negara, yang oleh khalayak ramai dinamakan korupsi, perlu segera menetapkan suatu cara kerja untuk dapat menerobos kemacetan dalam usaha-usaha memberantas korupsi dst 15

16 Percepatan Pemberantasan Korupsi Modul Diklat Prajabatan 17 g. Peraturan Penguasa Perang Pusat Kepala Staf b. Peraturan Penguasa Militer Nomor PRT/PM/08/1957 Angkatan Laut No PRT/Z/I/7/1958 Tanggal 17 April Tentang Penilikan Harta Benda, tanggal 27 Mei 1957 1958. yang merubah dan menyempurnakan Peraturan Penguasa Militer No PRT/PM/06/1957. 2. Masa Undang-Undang No 24/Prp/Tahun 1960 Tentang c. Peraturan Penguasa Militer Nomor PRT/PM/011/1957 Pengusutan, Penuntutan, dan Pemeriksaan Tindak Tentang Wewenang Penguasa Militer dalam Menyita Pidana Korupsi. Barang-Barang, tanggal 1 Juli 1957. f. Peraturan Penguasa Perang Pusat Kepala Staf Undang-Undang ini melalui Undang-Undang No 1 Tahun Angkatan Darat Nomor PRT/PEPERPU/013/1958 1961 menjadi Undang-Undang No 20 Prp Tahun 1960. tanggal 16 April 1958. Peraturan ini dikeluarkan pada Undang-undang ini dibuat mengingat peraturan Penguasa waktu seluruh wilayah negara Republik Indonesia Perang Pusat tersebut hanya berlaku untuk sementara dinyatakan dalam keadaan perang berdasar Undang- (temporer), maka Pemerintah Republik Indonesia Undang No 74 Tahun 1957 jo. Undang-Undang No 79 menganggap bahwa Peraturan Penguasa Perang Pusat Tahun 1957, dalam rangka pemberantasan tindak yang dimaksud perlu diganti dengan peraturan pidana korupsi tersebut. perundang-undangan yang berbentuk Undang-Undang. Dalam konsideran peraturan ini, khususnya pada butir a dikatakan: Konsiderans Undang-Undang ini mengatakan: Bahwa perkara-perkara pidana yang mempergunakan modal dan atau kelonggaran-kelonggaran lainnya dari masyarakat misalnya bank, koperasi, wakaf dan lain- yang mempergunakan modal dan atau kelonggaranlain atau yang bersangkutan dengan kedudukan si pembuat pidana, perlu diadakan tambahan beberapa bahwa untuk perkara-perkara pidana yang menyangkut keuangan negara atau daerah atau badan hukum lain kelonggaran lainnya dari negara atau masyarakat misalnya bank, koperasi, wakaf dan lain-lain atau yang aturan pidana pengusutan, penuntutan dan bersangkutan dengan kedudukan si pembuat pidana, pemeriksaan yang dapat memberantas perbuatan- perbuatan yang disebut korupsi perlu diadakan tambahan beberapa aturan pidana pengusutan, penuntutan dan pemeriksaan yang dapat memberantas perbuatan-perbuatan yang disebut korupsi

18 Percepatan Pemberantasan Korupsi Modul Diklat Prajabatan 19 Bahwa Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang 3. Masa Undang-Undang No 3 Tahun 1971 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sudah tidak sesuai Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (LNRI 1971-19; lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam TLNRI 2958). masyarakat, karena itu perlu diganti dengan undangundang pemberantasan tindak pidana korupsi yang baru Undang-Undang ini dimaksudkan sebagai upaya sehingga diharapkan lebih efektif dalam mencegah dan penyempurnaan terhadap undang-undang yang ada memberantas tindak pidana korupsi sebagaimana dimuat secara tegas dalam diktumnya sebagai berikut: yang kemudian diubah dengan Undang-Undang No 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang no Bahwa Undang-Undang Nomor 24 Prp 1960 Tentang 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Pengusutan, Penuntutan dan Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi, yang konsiderans butir a dan b nya berbunyi: Korupsi berhubung dengan perkembangan masyarakat kurang mencukupi untuk dapat mencapai hasil yang Bahwa tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi diharapkan, dan oleh karenanya undang-undang itu perlu secara meluas, tidak hanya merugikan keuangan negara diganti tetapi juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas sehingga Setelah lebih dari dua dasawarsa berlaku ternyata tindak pidana korupsi perlu digolongkan sebagai Undang-Undang ini tidak lagi sesuai dengan kejahatan yang pemberantasannya harus dilakukan secara perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat, luar biasa apalagi dengan terjadinya praktek-praktek korupsi, kolusi Bahwa untuk lebih menjamin kepastian hukum dan nepotisme yang melibatkan para penyelenggara menghindari keragaman penafsiran hukum, dan negara dengan para pengusaha. memberikan perlindungan terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat, serta perlakuan secara adil dalam 4. Masa Undang-Undang no 31 Tahun 1999 Tentang memberantas tindak pidana korupsi perlu diadakan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dalam perubahan atas Undang-Undang No 31 Tahun 1999 konsideransnya mengatakan: Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

20 Percepatan Pemberantasan Korupsi Modul Diklat Prajabatan 21 Dari berbagai konsiderans sebagaimana tersebut, tentang pencegahan tindak pidana korupsi mengalami tercermin suatu proses pembuatan peraturan perundang- perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan undangan yang ditujukan agar hukum pidana khusus lebih perkembangan jaman. Hal ini agar peraturan pemberantasan efektif untuk menangkal korupsi. Lebih dari itu, korupsi dapat memberikan kepastian hukum, menghindari merupakan komitmen positif dari penyelenggara negara untuk aktif berusaha memberantas korupsi. Komitmen ini diwujudkan dengan cara mengganti peraturan perundang- undangan yang dianggap kurang akomodatif terhadap permasalahan penanganan tindak pidana korupsi (Yudi keragaman penafsiran hukum, dan memberikan perlindungan terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat, serta perlakuan secara adil dalam memberantas tindak pidana korupsi. Kristian hal 15) LATIHAN Undang-Undang ini diikuti dengan Undang-Undang No 30 1. Apakah yang menjadi dasar pemikiran penguasa perang di Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana tahun 1957, mengeluarkan peraturan tentang Korupsi (KPK) dan peraturan pelaksanaan lainnya seperti pemberantasan korupsi misalnya Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2000 Tentang 2. Undang-Undang No 31 tahun 1971 Tentang Pemberantasan Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Korupsi dirasakan tidak sesuai lagi dengan perkembangan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan jaman dan rasa keadilan serta kepastian hukum. Apakah Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Inpres No 5 Tahun yang Saudara ketahui tentang hal tersebut. 2004 Tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. RANGKUMAN Penyelesaian tindak pidana korupsi telah dirasakan sebagai masalah yang mendapatkan sorotan sejak bangsa Indonesia meraih kemerdekaannya di tahun 1945, bahkan sejak itu telah dikeluarkan berbagai peraturan yang pada intinya untuk mencegah dan mengatasi terjadinya tindak pidana korupsi. Peraturan itu dimulai sejak tahun 1957 pada saat Indonesia dinyatakan dalam keadaan perang. Sampai saat ini peraturan

Modul Diklat Prajabatan 23 BAB IV TINDAKAN/KEBIJAKAN YANG DIANGGAP TINDAK PIDANA KORUPSI Definisi Korupsi secara gamblang telah diuraikan dengan jelas dalam 13 buah pasal dalam Undang-Undang No 31 tahun 1999 jo. Undang-Undang No 20 Tahun 2001. Berdasarkan pasal-pasal tersebut korupsi dirumuskan dalam 30 (tiga puluh) bentuk / jenis tindak pidana korupsi. Pasal-pasal tersebut menerangkan dengan rinci mengenai perbuatan / tindakan / kebijakan yang bisa dikenakan pidana mati, pidana penjara, dan pidana denda karena korupsi. Ketiga puluh pasal tersebut tersebar dalam Pasal 2 sampai dengan pasal 13 Undang-Undang No 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU PTPK). Selain itu ada 6 (enam) jenis Tindak Pidana lain yang berkaitan dengan perkara korupsi. Ketiga puluh (30) bentuk / jenis delik tindak pidana korupsi ( dua (2) jenis delik mengatur tentang perbuatan yng merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, sedangkan 28 jenis lainnya mengatur tentang perilaku penyelenggara negara terkait dengan kekuasaannya), ketigapuluh delik tersebut dapat dikelompokkan dalam 7 (tujuh) kelompok, sebagai berikut: 1. Kerugian Keuangan Negara 2. Suap Menyuap 3. Penggelapan Dalam Jabatan 4. Pemerasan 5. Perbuatan Curang 6. Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan 7. Gratifikasi Sedangkan ke 6 (enam) tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi terdiri atas: 1. Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi 2. Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar 3. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka 4. Saksi atau akhli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan palsu 5. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan atau memberi keterangan palsu 6. Saksi yang membuka identitas pelapor A. TINDAK PIDANA KORUPSI 1. Tindak Pidana Korupsi Yang Menyebabkan Kerugian Keuangan Negara a. Melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri dan orang lain dan korporasi dan dapat merugikan keuangan negara. Pasal 2 UU No 31 Tahun 1999 jo. 22

24 Percepatan Pemberantasan Korupsi UU No 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU PTPK) 1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Penjelasan Pasal 2 ayat (1) Yang dimaksud dengan secara melawan hukum dalam pasal ini mencakup perbuatan melawan hukum dalam arti formil maupun dalam arti materiil, yakni meskipun perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan, namun apabila perbuatan tersebut dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan dan norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat, maka perbuatan tersebut dapat dipidana. Dalam ketentuan ini kata dapat sebelum frasa merugikan keuangan negara atau perekonomian negara menujukan bahwa tindak pidana korupsi merupakan delik formil, yaitu Modul Diklat Prajabatan 25 adanya tindak pidana korupsi cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang sudah dirumuskan bukan dengan timbulnya akibat. 2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan. Penjelasan Pasal 2 ayat (2) mengatakan: yang dimaksud dengan keadaan tertentu dalam ketentuan ini adalah keadaan yang dapat dijadikan alasan pemberatan pidana bagi pelaku tindak pidana korupsi, yaitu apabila tindak pidana tersebut dilakukan terhadap dana-dana yang diperuntukkan bagi penanggulangan keadaan bahaya, bencana alam nasional, penanggulangan akibat kerusuhan sosial yang meluas, penanggulangan krisis ekonomi dan moneter, dan penanggulangan tindak pidana korupsi. No Unsur Tindak Fakta perbuatan Alat bukti Pidana yang dilakukan dan yang kejadian mendukung 1. Setiap orang 2. Memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi 3. Dengan cara melawan hukum

26 Percepatan Pemberantasan Korupsi 4. Dapat merugikan keuangan negara : b. Menyalahgunakan Kewenangan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dan korporasi, dan dapat merugikan keuangan negara. Pasal 3 UU PTPK: Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan dirinya sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan /atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). No Unsur Tindak Fakta perbuatan Alat bukti Pidana yang dilakukan dan yang kejadian mendukung 1. Setiap orang 2. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi 3. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau Modul Diklat Prajabatan 27 sarana 4. Yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan 5. Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara : 2. Korupsi yang terkait dengan Suap-Menyuap a. Menyuap pegawai negeri atau penyelenggara negara. Pasal 5 ayat (1) huruf a UU PTPK: Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan /atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang: 1) memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya. 2).. No Unsur Tindak Fakta perbuatan Alat bukti Pidana yang dilakukan dan yang kejadian mendukung 1. Setiap orang

28 Percepatan Pemberantasan Korupsi Modul Diklat Prajabatan 29 2. Memberi sesuatu No Unsur Tindak Fakta perbuatan Alat bukti atau menjanji kan Pidana yang dilakukan dan yang sesuatu kejadian mendukung 3. Kepada pegawai 1. Setiap orang negeri atau 2. Memberi sesuatu penyelenggara 3. Kepada pegawai negara negeri atau pe- 4. Dengan maksud nyelenggara supaya berbuat negara atau tidak ber- 4. Karena berbuat sesuatu hubungan dgn karena jabatanya sesuatu yg bersehingga ber- tentangan dgn tentangan dngn kewajiban, dikewajibannya lakukan atau tidak dilakukan dalam jabatan b. Menyuap pegawai negeri atau penyelenggara negara Pasal 5 ayat (1) huruf b: Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan /atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang: a.. b. Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatan. c. Memberi hadiah kepada pegawai negeri Pasal 13 UU PTPK: Setiap orang yang memberi janji kepada pegawai negeri, dengan mengingat kekuasaan dan wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatannya atau kedudukan tersebut, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) No Unsur Tindak Pidana Fakta perbuatan Alat bukti dan kejadian mendukung 1. Setiap orang 2. Memberi hadiah

30 Percepatan Pemberantasan Korupsi Modul Diklat Prajabatan 31 atau janji negara 3. Kepada pegawai 2. Menerima pemberi negeri an atau janji 4. Dengan mengingat 3. Sebagaimana di kekuasaan ataui maksud dlm Pasal 5 wewenang yg me- ayat (1) huruf a lekat pada jabatan atau huruf b atau janji di- anggap melekat pada jabatan atau kedudukan tsb Adapun Pasal 5 ayat (1) huruf a, mengatakan: 1) memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara d. Pegawai negeri dan penyelenggara negara menerima suap Pasal 5 ayat (2) UU PTPK: Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau/ denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling 2) dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya; atau memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau berhubungan banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta dengan sesuatu yang bertentangan dengan rupiah) setiap orang yang: (1). kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatan. (2) Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a dan huruf b di pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). No Unsur Tindak Pidana Fakta perbuatan Alat bukti dan kejadian mendukung 1. Pegawai negeri atau penyeleng -gara e. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima suap Pasal 12 huruf a UU PTPK: Dipidana dengan pidana seumur hidup atau pidana paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah):

32 Percepatan Pemberantasan Korupsi Modul Diklat Prajabatan 33 No 1. 2. 3. 4. 1) Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut, diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya. yang bertentangan dgn keajibannya f. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima suap Pasal 12 huruf b UU PTPK: Dipidana dengan pidana seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 Unsur Tindak Pidana Fakta perbuatan Alat bukti (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 dan kejadian mendukung Pegawai negeri atau (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp penyelenggara 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah): negara 1).. Menerima hadiah atau janji 2) Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang Diketahuinya bahwa menerima hadiah, padahal diketahui atau patut hadiah atau janji tersebut diberikan diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai untuk akibat atau disebabkan karena telah melakukan menggerakkan agar melakukan atau atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya tidak melakukan yang bertentangan dengan kewajibannya. sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dgn No Unsur Tindak Pidana Fakta perbuatan Alat bukti kewajibannya dan kejadian mendukung Patut diduga bahwa hadiah atau janji 1. Pegawai negeri atau tersebut diberikan penyelenggara untuk negara menggerakkannya 2. Menerima hadiah agar melakukan 3. Diketahuinya bahwa atau tidak hadiah tersebut melakukan sesuatu diberikan sebagai dalam jabatannya akibat atau karena telah melakukan

34 Percepatan Pemberantasan Korupsi Modul Diklat Prajabatan 35 atau tidak No Unsur Tindak Pidana Fakta perbuatan Alat bukti melakukan sesuatu dalam jabatannya dan kejadian mendukung yang bertentangan 1. Pegawai negeri atau dgn kewajibannya. penyelenggara 4. Patut diduga bahwa negara hadiah tersebut 2. Menerima hadiah diberikan sebagai atau janji atau karena telah 3. Diketahuinya melakukan atau 4. Patut diduga bahwa tidak melakukan hadiah atau janji sesuatu dalam tersebut diberikan jabatannya yang karena kekuasaan bertentangan dgn atau kewenagan kewajibannya yang berhubungan dgn jabatannya dan menurut pikiran orang yang g. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatannya. Pasal 11 UU PTPK: Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungannya dgn jabatannya tahun dan/ atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya. h. Menyuap Hakim Pasal 6 ayat (1) huruf a UU PTPK: (1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:

36 Percepatan Pemberantasan Korupsi Modul Diklat Prajabatan 37 Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang perkara yang diserahkan kepadanya untuk pengadilan dengan maksud untuk diadili. mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubung dengan perkara No Unsur Tindak Pidana Fakta perbuatan Alat bukti yang diserahkan kepada pengadilan untuk dan kejadian mendukung diadili. 1. Setiap orang 2. Memberi atau No Unsur Tindak Pidana Fakta perbuatan Alat bukti menjanjikan sesuatu 3. Kepada Hakim dan kejadian mendukung 4. Dengan maksud 1. Setiap orang untuk 2. Memberi atau mempengaruhi menjanjikan sesuatu putusan perkara 3. Kepada advokat yang diserahkan yang menghadiri kepadanya untuk sidang pengadilan diadili 4. Dengan maksud mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan i. Menyuap Advokat diberikan berhubung dengan perkara yang Pasal 6 ayat (1) huruf b UU PTPK: diserahkan kepada 1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) (a.). (b.) Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut ketentuan pengadilan diadili untuk j. Hakim dan advokat menerima suap Pasal 6 ayat (2) UU PTPK: Bagi hakim yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a atau advokat yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b

38 Percepatan Pemberantasan Korupsi Modul Diklat Prajabatan 39 dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). No Unsur Tindak Pidana Fakta perbuatan Alat bukti dan kejadian mendukung No Unsur Tindak Pidana Fakta perbuatan Alat bukti 1. Hakim 2. Menerima hadiah dan kejadian mendukung atau janji 1. Hakim atau advokat 3. Diketahui atau patut 2. Yang menerima diduga bahwa pemberian atau hadiah atau janji janji tersebut diberikan 3. Sebagaimana untuk dimaksud dalam mempengaruhi Pasal 6 ayat (1) putusan perkara huruf a dan huruf b yang diserahkan kepadanya untuk diadili l. Advokat menerima suap k. Hakim Menerima suap. Pasal 12 huruf d UU PTPK: Dipidana dengan pidana Pasal 12 ayat c UU PTPK: Dipidana dengan pidana seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 dan pidana denda paling sedikt Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) 1). 1) 2) Seseorang yang menurut ketentuan peraturan 2) Hakim yang menerima janji, padahal diketahuinya perundang-undangan ditentukan menjadi advokat atau patut diduga bahwa hadiah atau janji untuk menghadiri sidang pengadilan, menerima tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan atau janji, padahal diketahui atau patut diduga perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili. bahwa hadiah atau janji tersebut untuk

40 Percepatan Pemberantasan Korupsi mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubungan dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili. 3). No Unsur Tindak Pidana Fakta perbuatan Alat bukti dan kejadian mendukung 1. Advokat yang menghadiri sidang di pengadilan 2. Menerima hadiah atau janji 3. Diketahui atau patut diduga bhw hadiah atau janji tersebut untuk mempengaruhi nasihat - nasihat atau pendapat yg akan diberikan berhubung dgn perkara yg diserah kan kpd pengadil -an untuk diadili 3. Korupsi yang terkait dengan penggelapan dalam jabatan a. Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan Pasal 8 UU PTPK: Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Modul Diklat Prajabatan 41 Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah), pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut. No Unsur Tindak Pidana Fakta perbuatan Alat bukti dan kejadian mendukung 1. Pegawai Negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu 2. Dengan sengaja 3. Menggelapkan atau membiarkan orang lain mengambil atau membiarkan orng lain menggelapkan atau membantu dalam melakukan perbuatan itu. 4. Uang atau surat berharga 5. Yang disimpan

42 Percepatan Pemberantasan Korupsi Modul Diklat Prajabatan 43 karena jabatannya b. Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi Pasal 9 UU PTPK: Dipidana dengan pidana seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah), pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus-menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi. No Unsur Tindak Pidana Fakta perbuatan Alat bukti dan kejadian mendukung 1. Pegawai Negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu 2. Dengan sengaja 3. Memalsu 4. Buku-buku atau daftar-daftar khusus untuk pemeriksaan administrasi c. Pegawai negeri merusakkan barang bukti Pasal 10 huruf a: Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah), pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja: menggelapkan, menghancurkan, merusakkan atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat atau daftar, yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan di muka pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena jabatannya, uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya. No Unsur Tindak Pidana Fakta perbuatan Alat bukti dan kejadian mendukung 1. Pegawai Negeri atau orang selain pegawai negeri yg ditugaskan men - jalankan suatu jabatan umum

44 Percepatan Pemberantasan Korupsi Modul Diklat Prajabatan 45 secara terus me - nerus atau untuk sementara waktu 2. Dengan sengaja 3. Menggelapkan, menghancurkan, merusakkan atau membuat tidak dapat dipakai 4. Barang akta, surat, dan daftar yang digunakan untuk meyakin- kan atau mem buktikan di muka pejabat yang berwenang 5. Yang dikuasai karena jabatannya d. Pegawai negeri membiarkan orang lain merusakkan bukti Pasal 10 huruf b UU PTPK: dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah). Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja: 1) 2) Membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan atau membuat tidak dapat dipakai lagi barang, akta, surat atau daftar tersebut. No Unsur Tindak Pidana Fakta perbuatan Alat bukti dan kejadian mendukung 1. Pegawai Negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu 2. Dengan sengaja 3. Membiarkan orang lain, menghilang kan, menghancur kan, merusak kan, atau membuat tidak dapat dipakai 4. Barang, akta, surat atau daftar sebagaimana tersebut pada pasal 10 huruf a

46 Percepatan Pemberantasan Korupsi e. Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan barang bukti Pasal 10 huruf c UU PTPK: Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah) 1) 2) Membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat atau daftar tersebut. No Unsur Tindak Pidana Fakta perbuatan Alat bukti dan kejadian mendukung 1. Pegawai Negeri atau orang selain pegawai negeri yg ditugaskan men - jalankan suatu jabatan umum secara terus me - nerus atau untuk sementara waktu 2. Dengan sengaja 3. Membantu orang lain menghilang - kan, menghancur - kan, merusakkan atau membuat tidak Modul Diklat Prajabatan 47 dapat dipakai lagi 4. Barang, akta, surat, atau daftar sebagaimana disebut Pasal 10 huruf a. 4. Korupsi yang terkait dengan perbuatan pemerasan a. Pegawai negeri atau penyelenggara negara memeras Pasal 12 huruf e UU PTPK: Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 1) 2) Pegawai negeri / penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan dirinya sendiri atau orang lain secara melawan hukum atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri. No Unsur Tindak Pidana Fakta perbuatan Alat bukti dan kejadian mendukung 1. Pegawai Negeri atau penyeleng -gara negara

48 Percepatan Pemberantasan Korupsi Modul Diklat Prajabatan 49 2. Dengan maksud No Unsur Tindak Pidana Fakta perbuatan Alat bukti menguntungkan diri sendiri atau orang dan kejadian mendukung lain 1. Pegawai Negeri atau 3. Secara melawan penyelenggara hukum negara 4. Memaksa sese- 2. Pada waktu men - orang, memberi - jalankan tugas kan sesuatu, 3. Meminta atau me - membayar, atau nerima pekerjaan, menerima pem - atau penyerahan bayaran dengan barang potongan, atau 4. Seolah-olah me - untuk mengerja - rupakan utang kan sesuatu bagi kepada dirinya dirinya 5. Diketahuinya bhw hal tersebut bukan merupakan utang b. Pegawai negeri atau penyelenggara negara memeras Pasal 12 huruf g UU PTPK: dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 1).. 2) pegawai negeri / penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan barang, seolah-olah merupakan utang kepada dirinya padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang. c. Pegawai negeri atau penyelenggara negara memeras pegawai negeri yang lain Pasal 12 huruf f UU PTPK: dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 1).. 2) Pegawai negeri / penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta, menerima atau memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau

50 Percepatan Pemberantasan Korupsi kepada kas umum, seolah-olah pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang. No Unsur Tindak Pidana Fakta perbuatan Alat bukti dan kejadian mendukung 1. Pegawai Negeri atau penyeleng gara negara 2. Pada waktu men - jalankan tugas 3. Meminta, me - nerima, atau memotong pembayaran 4. Kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum mempunyai utang 5. Korupsi yang terkait dengan perbuatan curang a. Pemborong berbuat curang Pasal 7 ayat (1) huruf a UU PTPK: Dipidana dengan pidana paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling Modul Diklat Prajabatan 51 banyak Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah) 1) Pemborong, akhli bangunan yang pada waktu membuat bangunan atau penjual bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaan perang No Unsur Tindak Pidana Fakta perbuatan Alat bukti dan kejadian mendukung 1. Pemborong, akhli bangunan atau penjual bahan bangunan 2. Melakukan perbuatan curang 3. Pada waktu membuat bangunan atau menyerahkan bahan bangunan 4. Yang dapat membahayakan keamanan orang atau keamanan barang atau keselamatan negara dalam keadaan perang