BAB I PENDAHULUAN. Menurut R. Linton (1936) yang dikutip Basrowi, masyarakat adalah setiap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mahluk biologis merupakan individu yang mempunyai potensi-potensi diri yang

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi: Melindungi

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588);

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

DocuCom PDF Trial. Nitro PDF Trial BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan tanggung jawab untuk kelestarian kehidupan bangsa dan negara. Maka

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan bahwa tokoh masyarakat di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

BAB V PENUTUP Kesimpulan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 26 TAHUN 2006 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

UPAYA PEMERINTAH DALAM MEMOTIVASI ANGGOTA KARANG TARUNA MELALUI PENYULUHAN KEWIRAUSAHAAN DI KELURAHAN CITEUREUP KECAMATAN CIMAHI UTARA KOTA CIMAHI

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu

pelaksanaan pemerintahan terbebas dari praktek-praktek KKN,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DESA TANJUNGSARI PERATURAN DESA TANJUNGSARI TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA

BAB V STRATIFIKASI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. individu dan sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. berbicara dalam konteks pendidikan formal. Mahasiswa dalam peraturan

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN PEMUDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Remaja adalah generasi penerus, dimana sosok remaja diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Yanah, 2014 Peranan Karang Taruna dalam mengembangkan kesadaran moral pemuda

FILOSOFI KULIAH KERJA NYATA Oleh Prof. Dr. H. Deden Mulyana, SE., MSi. Disampaikan Pada: DIKLAT KULIAH KERJA NYATA UNIVERSITAS SILIWANGI 12 JULI 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

BAB IV PEMUDA DAN SOSIALISASI

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 82 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 1 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERAN KEPALA DESA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN FISIK DI DESA MUKTI UTAMA KECAMATAN LONG MESANGAT KABUPATEN KUTAI TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

BAB II : KAJIAN TEORITIK. mengajar di tingkat universitas memberikan khusus sosiologi pertama kali di

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Bangsa yang kaya dengan budaya dan bahasa, lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut R. Linton (1936) yang dikutip Basrowi, masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka dapat mengorganisasikan diri serta berpikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu (Basrowi, 2005:38). Mengikuti definisi Linton, masyarakat itu timbul dari stiap kumpulan individu yang telah lama hidup dan bekerjasama dalam waktu yang cukup lama. Kelompok manusia tersebut mengalami adaptasi dan proses ini biasanya tidak disadari. Apabila berbicara tentang masyarakat maka akan ada kecenderungan untuk melihat dua tipe masyarakat, yaitu masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan, tetapi perbedaan tersebut tidak terlalu mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat. Masyarakat perkotaan sering disebut dengan urban community, dengan penekanan pada sifat kehidupannya. Perhatian khusus masyarakat kota tidak terbatas pada aspek-aspek seperti pakaian, makanan dan perumahan, masyarakat kota memandang penggunaan kebutuhan hidup, artinya tidak hanya itu dan apa adanya. Hal ini disebabkan oleh karena pandangan warga kota sekitarnya (Abu Ahmadi, 1991:228), dan corak kehidupan sosialnya lebih kompleks (heterogen). Sedangkan menurut Bintarto, yang dikutip oleh Abu Ahmadi, desa merupakan kesatuan geografis, sosial, ekonomi, politik, dan kultur yang terdapat dalam suatu

daerah dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain. Masyarakat pedesaan mempunyai kepentingan pokok yang sama, sehingga mereka selalu bekerjasama untuk mencapainya. Bentuk kerjasama dalam masyarakat pedesaan seperti gotong royong (kerja bakti), memperbaiki jalan, saluran air, menjaga keamanan desa (ronda malam) dan lain-lain (Abu Ahmadi, 1991:241). Dalam masyarakat pedesaan (rural community) tidak akan dijumpai pembagian kerja, mengingat kamampuan fisik masing-masing dan juga atas perbedaan kelamin. Dominasi orang tua di masyarakat pedesaan tampak begitu jelas yang menjadikan masyarakat merasa ketergantungan dengan adanya orang tua atau sesepuh yang ada di masyarakat. Akan tetapi disana harusnya ada regenerasi yang bisa menggantikan mereka sehingga keseimbangan masyarakat dapat terjaga. Regenerasi yang dimaksud disini adalah penerus orang tua yang nantinya akan berperan menggantikan mereka. Ketika berbicara penerus orang tua, yang ada di masyarakat adalah pemuda. Pemuda yang tentunya harus memeliki kepedulian terhadap permasalahan-permasalahan di lingkungan masyarakat sekitarnya, karena pemuda merupakan salah satu bagian dari masyarakt yang termasuk memiliki pengaruh besar dalam keberlangsungan masyarakat. Pemuda Indonesia baik dari segi kuantitas maupun kualitas tidak diragukan, harus diperhitungkan dari segi potensi yang relevan dalam konteks pembangunan. Sejarah bangsa ini telah membuktikan hal itu. Baik dalam perintisan kemerdekaan maupun dalam tahap pengisiannya. Dari waktu ke waktu, generasi ke generasi tokoh dan kelompok pemuda selalu menonjol dan gigih dalam memperjuangkan nilai 2

ataupun norma, serta mentransfomasikannya dalam proses pertumbuhan dan perkembangan kehidupam sosial masyarakat, dengan tujuan supaya kehidupan masyarakat berada dalam kondisi yang berimbang (balanced) (M. Solly Lubis, 1997:68). Sikap atau perilaku pemuda ini tidak lain disebabkan oleh tanggungjawab dari kehadiran pemuda yang timbul secara alami. Tuntutan tanggung jawab ini harus di implementasikan dalam kehidupan yang nyata, dimulai dari masing-masing individu, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat secara luas. Pengimplementasiannya dapat diwujudkan dengan tindakan yang dapat membantu perubahan dalam masyarakat ke arah yang lebih baik, misalnya ikut serta dalam berbagai kegiatan di masyarakat yang bersifat positif, sesuai dengan bakat dan bidang yang dimilikinya masing-masing oleh pemuda. Pada umumnya pemuda dapat berperan dalam berbagai aspek kehidupan seperti politik, ekonomi, dan sosial budaya dan lain-lain. Yang menjadi masalah bagi pemuda hari ini adalah mungkin ada pada cara, dengan cara bagaimana pemuda itu dapat berperan dan bisa mengambil bagian dalam kerangka pembangunan di wilayah masyarakat, baik sebagai perencana, pelaksana maupun sebagai pengawas disektor pemerintahan serta swasta. Uraian di atas merupakan gambaran ideal dari peranan pemuda, tapi pada kenyataannya tidak semua pemuda di lingkungan masyarakat dapat memenuhi peranannya sebagai pemuda. Perubahan sosial ekonomi dan budaya serta ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak memberikan hasil yang menggembirakan 3

dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun pada waktu bersamaan, perubahan-perubahan tersebut membawa dampak yang belum menguntungkan bagi generasi muda. Misalnya, adanya perubahan dalam gaya hidup dan pola pergaulan yang disebabkan oleh meresapnya budaya luar keberbagai pelosok masyarakat setiap harinya. Kondisi yang demikian menyebabkan perilaku pemuda kurang peduli terhadap permasalahan di masyarakat. Jika membicarakan masalah pemuda sangat mungkin hampir disetiap daerah selalu ada masalah yang berkaitan dengan pemuda, begitupun di kampung Sumur Desa Karang Tengah Kecamatan Tanggeung Kabupaten Cianjur. Kampung Sumur merupakan salah satu daerah yang berada di desa Karang Tengah yang masih termasuk kategori daerah tertinggal. Kurangnya sarana dan prasarana yang dapat mendukung kemajuan masyarakat menjadi bukti bahwa desa ini termasuk daerah tertinggal sepeti fasilitas pendidikan dan pembinaan sehingga jumlah anak-anak yang berhenti sekolah dan tidak sekolah makin besar. Hal tersebut diakibatkan kurangnya partisipasi pemuda terhadap kegiatankegiatan yang ada dimasyarakat, keadaan ini terlihat jelas di kampung Sumur banyaknya pemuda yang tidak peduli terhadap lingkungan masyarakat menimbulkan banyak permasalahan di masyarakat. Misal, kegiatan-kegiatan yang sifatnya positif menjadi berkurang seperti gotong royong, pengajian dimasjid, peringatan hari-hari besar semakin sulit diadakan. Hal ini disebabkan karena kurangnya kepedulian dan kreatifitas dari pemuda itu sendiri. 4

Penulis merasa bahwa hal ini perlu untuk dibahas lebih lanjut. Mengingat posisi pemuda yang sangat sentral dalam peta kehidupan sosial masyarakat. Bahkan pemuda dikenal sebagai pelopor perubahan yang mempunyai peranan dalam sejarah sehingga pemuda sangat menarik jika dibahas lebih lanjut, yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah ruang lingkup peran pemuda di masyarakat serta berbagai lembaga atau organisasi kepemudaan. Maka penelitian ini diberi judul Peranan Pemuda dalam Kehidupan Sosial Masyarakat Pedesaan (Studi Deskriptif di Kampung sumur Desa Karang Tengah Kecamatan Tanggeung Kabupaten Cianjur). Untuk itu, penulis merasa penelitian ini mesti dipersempit lingkup bahasannya dalam rumusan yang cukup memadai, hingga apa yang direncanakan semula dapat tercapai. 5 B. Perumusan Masalah Melihat latar belakang di atas, penulis kemudian berusaha merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu; bagaimana peranan pemuda dalam kehidupan sosial masyarakat pedesaan? Rumusan masalah ini kemudian diturunkan dalam beberapa pertanyaan penelitian untuk memudahkan detail penelitian, yaitu: 1. Bagaimana peranan pemuda dalam kehidupan sosial di Kampung Sumur Desa Karang Tengah Kecamatan Tanggeung Kabupaten Cianjur?

2. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap peran pemuda dalam kehidupan sosial di Kampung Sumur Desa Karang Tengah Kecamatan Tanggeung Kabupaten Cianjur? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui pandangan masyarakat tentang peranan pemuda. 2. Mengetahui peranan pemuda dalam kehidupan sosial masyarakat pedesaan. D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang gambaran perilaku atau peranan pemuda dalam kehidupan sosial masyarakat dan diharapkan memberikan memotivasi kepada generasi muda untuk lebih berperan dalam kemajuan suatu masyarakat. 1. Akademis 6 Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pengetahuan dan pengembangan teori ilmu sosial yang berkaitan dengan peran pemuda dimasyarakat pedesaan. 2. Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan bisa menjadi gambaran bagi masyarakat dalam melihat potensi yang dimiliki pemuda sehingga pemuda memiliki peranan yang jelas di masyarakat pedesaan. E. Kerangka Pemikiran Menurut Soerjono Soekanto status dengan status sosial, status diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Sedangkan status sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan orang lain dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak-hak serta kewajibannya. Peran sosial merupakan pola perilaku yang diharapkan (expected behavior) yang berkaitan dengan status dan kedudukan sosial seseorang dalam suatu kelompok atau situasi sosial. Misalnya seorang pelajar diharapkan menghadiri kuliah, membaca buku, mengikuti perkuliahan dan lain-lain (M. Taufiq Rahman, 2011:93). Pemuda merukan konsep-konsep yang selalu dikaitkan dengan nilai, hal ini merupakan pengertian idologis dan kultural dari pada pengertian ilmiah. Misalnya pemuda harapan bangsa, pemuda pemilik masa depan dan lain sebagainya. Semuanya merupakan beban moral bagi pemuda. Tetapi di sisi lain pemuda menghadapi berbagai persoalan seperti kenakalan remaja, ketidak-patuhan kepada orang tua atau guru, dan masalah lainnya (Abu Ahmadi, 1990:122). Dalam hal ini pemuda menjadi objek yang tepat ketika berbicara masalah peran. Pemuda adalah suatu golongan sosial yang disatukan berdasarkan sifat muda, dan pemuda di gambarkan sebagai golongan manusia yang penuh idealisme yang belum terikat dengan kewajiban hidup yang membebankan, dan karena itu masih 7

sanggup mengabdi dan berkorban kepada masyarakat, semangat serta mempunyai daya memperbaharui serta kreativitas besar (Koentjaraningrat, 1990:151). Peran serta pemuda atau ikut serta masyarakat diartikan sebagai adanya motivasi dan keterlibatan secara aktif (dan terorganisasikan) dalam seluruh tahapan kegiatan masyarkat sejak tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, hingga evaluasi. Peran aktif pemuda dalam lingkungan masyarkat kesadaran akan minat dan kepentingan yang sama. Pemuda di tuntut untuk terlibat dalam kegiatan masyarakat baik dalam aspek kognitif maupun praktis serta ada keterlibatan emosional ketika terlibat dalam satu kegiatan (Khairudin, 1992:45). Hal ini di harapkan dapat memberi kekuatan dan perasaan untuk ikut serta dalam gerakan perubahan kerah yang lebih baik. Terkait dengan hal itu maka peran pemuda menjadi elemen yang penting dalam kehidupan masyarakat. Peranan dan partisipasi serta keterlibatan pemuda dalam kehidupan masyarkat dapat dilihat dari dua hal yaitu : a) Perencanaan Dimana dapat mendorong munculnya keterlibatan secara emosional terhadap kegiatan-kegiatan di masyarakat yang telah di rencanakan bersama. Namun hal ini juga dapat menimbulkan pertentangan antar kelompok di masyarkat yang dapat menghambat tercapainya keputusan bersama. b) Pelaksanaan Pemuda menjadi pelaksana kegiatan,tanpa didorong untuk mengerti dan menyadari permaslahan yang meraka hadapi, dan tanpa timbul keinginan 8

untuk mengatasi masalah. Sehingga pemuda tidak secar emosional terlibat dalam kegiatan yang berlangsung di masyarakat. Partisipasi masyarakat juga menjadi hal penting bahkan mutlak diperlukan. Karena pendekatan tersebut bertumpu pada kekuatan masyarakat untuk secara aktif ber peran serta (ikut serta) dalam kegiatan di lingkungannya (Usman A, 2004: 37). Menurut dalam buku yang berjudul Pembangunan Masyarakat Yang Berwawasan Partisipasi. Peran partisipasi pemuda dalam kehidupan masyarkat, memiliki beberpa hal positif yang dapat diambil antara lain: a. Mampu merangsang timbulnya swadaya masyarakat yang merupakan dukungan penting bagi pembangunan. b. Mampu meningkatkan motivasi dan keterampilan pemuda serta masyarakat di lingkungannya. c. Pelaksanaan kegiatan akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. d. Tidak menciptakan ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah (Slamet Y, 1994:57). Masalah pemuda adalah masalah abadi yang selalu dialami oleh setiap generasi dalam hubungannya dengan generasi yang lebih tua. Problema ini disebabkan oleh akibat dari proses pendewasaan seseorang serta penyesuaian dirinya dengan situasi yang baru. Dari sana timbul keinginan dan harapan dalam setiap benak pemuda akan mempunyai masa depan yang lebih baik dari pada orang tua (Abu Ahmadi, 1991:116). 9

Dilihat dari segi demografi umur 25 tahun telah dianggap sebagai pemuda, tetapi dari segi sosiologi masih dipermasalahkan karena menekankan kepada nilai subjektifnya yang memiliki kesamaan pengalaman sejarah (B. Simanjuntak, 1990:6). Munculnya pemuda dalam masyarakat akan berkaitan dengan perubahan sosial, dalam hal ini pemuda menuntut peran sosial, alokasi yang dapat membentuk kestabilan sosial dan perubahan yang diperlukan dalam struktur sosial masyarakat. Dalam struktur sosial pedesaan pemuda termasuk perangkat utama selain dari pada status social, sedangkan fungsi struktur adalah peranan individu-individu yang tergabung dalam kehidupan masyarakat yang mampu memelihara kontinuitas apa-apa yang bersifat struktur (Abdulsyani, 2007: 68). Masyarakat pedesaan menggunakan struktur sosial untuk menjelaskan tentang keteraturan sosial, yaitu perilaku yang berulang-ulang dari individu dengan bentuk dan cara yang sama sehingga akhirnya menjadi tradisi. Menurut Soerjono Soekanto (1983), struktur sosial diartikan sebagai hubungan timbal balik antara posisi-posisi sosial dan antara peranan-peranan. Interaksi dalam masyarakat dikonsepkan secara lebih terperinci dengan menjabarkan tentang manusia yang menempati posisi-posisi dan peranannya, dalam sosiologi pun disebut sebagai pendekatan struktur fungsional. Menurut Spencer, seperti dikutip Margaret M Poloma, setiap bagian yang tumbuh di dalam tubuh organisme biologis maupun organisme sosial memiliki fungsi 10 dan tujuan tertentu, mereka tumbuh menjadi organ yang berbeda dengan tugas yang berbeda pula. Perubahan pada suatu bagian akan mengakibatkan perubahan pada

bagian lain dan pada akhirnya di dalam sistem secara keseluruhan (Margaret M. Poloma, 2011:24). Hal ini dapat dilihat bahwa dalam masyarakat terdapat sebuah struktur atau sistem yang di dalamnya ada bagian-bagian yang saling berhubungan serta mempunyai peran masing-masing sehingga dapat mempengaruhi satu sama lain. Masyarakat pedesaan identik dengan bentuk kehidupan bersama yang diikat oleh hubungan batin serta bersifat alami dan kehidupannya tergolong sederhana. Dasar dari hubungan yang ada dalam masyarakat pedesaan adalah rasa cinta dan kesatuan batin yang memang telah ada. Kehidupan masyarakat seperti ini bersifat nyata dan organis. Menurut pandangan Emile Durkheim seperti dikutip Abdulsyani, bahwa pada masyarakat pedesaan perbedaan kepandaian pada umumnya kurang menonjol, sehingga kedudukan anggota-anggotanya secara individu tidak begitu penting. Tetapi masyarakat secara keseluruhan dianggap mempunyai kedudukan yang lebih penting daripada individu, sehingga Emile Durkheim menyebut masyarakat pedesaan sebagai struktur mekanis (Abdulsyani, 2007: 109). Pemuda berperan di bidang-bidang yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan sosial melalui berbagai kegiatan di masyarakat. Pemuda adalah generasi penerus serta mempunyai potensi yang cukup besar, sehingga perlu di dukung sepenuhnya oleh pemerintah maupun masyarakat, agar tetap dalam posisi sebagai sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini dapat di capai melalui berbagai program pembinaan, seperti karang taruna yang meliputi peningkatan manajemen organisasi dan usaha kesejahtraan sosial, manajemen kewirausahaan dan jaringan kemitraan dengan dunia usaha, serta mengadakan pelatihan-pelatihan 11

keterampilan. Berbagai jenis pembinaan ini dapat dilakukan oleh instansi sosial maupun dari pihak desa (kelurahan) yang berkomitmen terhadap pengembangan 12 pemuda (Hendra Asmara, 1986: 34). Oleh karena itu pemuda di tuntut untuk bisa mengembangkan ilmu pengetahuan, wawasan serta berbagai keberanian dalam menjawab dinamika kehidupan sosial. Suatu masyarakat akan mengalami stabilitas sosial apabila proses refroduksi generasi berjalan dengan baik, serta terbentuklah personifikasi, identitas-identitas dan solidaritas sebagaimana diharapkan oleh generasi sebelumnya (Abu Ahmadi, 199:117). Pemuda yang ada di masyarakat dianggap sedang mengalami monatorium. Monatorium merupakan masa persiapan yang diadakan oleh masyarakat untuk memungkinkan pemuda dalam jangka waktu tertentu mengalami perubahan, dengan sekalian kesalahan yang mereka buat dalam mengalami perubahan itu (Harsja W. Bachtiar, 1982:11).