IMPLEMENTASI PERJANJIAN KREDIT YANG DIBUAT SECARA DI BAWAH TANGAN PADA BPR DI KECAMATAN KUTA UTARA KABUPATEN BADUNG

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh : Made Bagus Galih Adi Pradana I Wayan Wiryawan Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

AKIBAT HUKUM BAGI DEBITUR YANG TELAH MENANDATANGANI PERJANJIAN STANDAR KREDIT PADA BPR TATA ANJUNG SARI DENPASAR

KEDUDUKAN RISALAH LELANG SEBAGAI UPAYA HUKUM PENEGAKAN HAK-HAK KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA AKIBAT DEBITUR WANPRESTASI

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKIBAT HUKUM JAMINAN FIDUSIA YANG BELUM DI DAFTARKAN TERHADAP PEMINJAMAN KREDIT PADA BANK

AKIBAT PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DAN KEKUATAN HUKUM SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA YANG DITERBITKAN OLEH KANTOR PENDAFTARAN FIDUSIA

TINJAUAN TENTANG KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN APABILA ADA PERLAWANAN DARI DEBITUR WANPRESTASI

KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

ABSTRAK Pemberlakuan Klausula Buy Back Guarantee

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH BANK PENGGUNA JASA TRANSAKSI ELEKTRONIK ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM) DALAM PRAKTEK DI KABUPATEN BADUNG

PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (BNI) KANTOR CABANG UNIT (KCU) SINGARAJA

SUBROGASI SEBAGAI UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELAMATAN BENDA JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

KEWENANGAN PELAKSANAAN EKSEKUSI OLEH KREDITUR TERHADAP JAMINAN FIDUSIA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DARI WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN AUTENTIK SEWA-MENYEWA TANAH

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN (STUDI DI BANK BNI CABANG GATSU BARAT) *

Oleh I Wayan Gede Pradnyana Widiantara I Nengah Suantra Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

WANPRESTASI DALAM HAL PEMBERIAN KREDIT TANPA JAMINAN KEPADA DEBITUR KOPERASI KUMBASARI BADUNG

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH BANK MELALUI MEDIASI Oleh Ni Made Dewi Juliantini G. Ni Putu Purwanti

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

IMPLEMENTASI KREDIT TANPA AGUNAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI PADA PT BANK OVERSEAS CHINEESE BANKING CORPORATION (OCBC) NISP TBK CABANG DENPASAR

POLA PENYELESAIAN CESSIE DALAM KEGIATAN PERBANKAN PADA BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) CABANG UBUD

PELAKSANAAN PENGIKATAN JAMINAN FIDUSIA DALAM KREDIT PERBANKAN

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

RISALAH LELANG SEBAGAI AKTA OTENTIK PENGGANTI AKTA JUAL BELI DALAM LELANG

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI UPAYA PENGAMANAN PIHAK BANK PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH CABANG KLUNGKUNG

KEDUDUKAN SURAT PENGANGKATAN PEGAWAI SWASTA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM JAMINAN DALAM PEYALURAN KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT ULATIDANA RAHAYU DI KABUPATEN GIANYAR

Hak Paten Sebagai Objek Jaminan Kebendaan

AKIBAT HUKUM TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA YANG SUDAH DIALIHKAN SEBELUM JAMINAN FIDUSIA DIDAFTARKAN

Kata kunci : Jaminan fidusia, pendaftaran, akibat hukum

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT. Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN BERDASARKAN TITLE EKSEKUTORIAL DALAM SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN

Penyelesaian Kredit Macet bagi Debitur Di Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Desa Pakraman Kaba Kaba Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

PENYELESAIAN SECARA HUKUM PERJANJIAN KREDIT PADA LEMBAGA PERBANKAN APABILA PIHAK DEBITUR MENINGGAL DUNIA

Oleh I Putu Donny Laksmana Putra I Nyoman Darmadha I Nyoman Bagiastra Program Kekhususan Hukum Perdata Universitas Udayana

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA KSU.TUMBUH KEMBANG, PEMOGAN, DENPASAR SELATAN Oleh: Gde Dianta Yudi Pratama I Ketut Westra Ni Putu Purwanti

DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN PADA KREDIT DI BANK MANDIRI CABANG SANUR

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR *

PENGATURAN PENGALIHAN JAMINAN FIDUSIA DI INDONESIA

RINGKASAN SKRIPSI / NASKAH PUBLIKASI KUALIFIKASI PERJANJIAN PELAYANAN SAFE DEPOSIT BOX ANTARA NASABAH DENGAN PIHAK BANK SINARMAS

KEKUATAN HUKUM AKTA PERDAMAIAN MELALUI PROSES PENGADILAN DAN DILUAR PENGADILAN

Perjanjian Kredit Pada Bank BTPN Ditinjau. Dari Asas Kebebasan Berkontrak. Dian Saputra Sinaga, Budi Santoso, Ery Agus Priyono*) ABSTRACT

DEPOSITO PIHAK KETIGA SEBAGAI JAMINAN KREDIT PADA PT. BPR MANDIRI DHANASEJAHTERA CABANG MADIUN

KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK DALAM AKTA PERNYATAAN KEPUTUSAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM MELALUI MEDIA ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Bank adalah salah

AKIBAT HUKUM KREDIT TANPA JAMINAN BAGI PIHAK DEBITUR

AKIBAT HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA KOPERASI DENGAN BANK DI DENPASAR DALAM PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR)

ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA KEPAILITAN YANG DALAM PERJANJIANNYA TERCANTUM KLAUSUL ARBITRASE

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH PADA PT (PERSERO) BANK TABUNGAN NEGARA, Tbk. DI KOTA DENPASAR

KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA BERDASAR UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

serta mengembangkan perangkat peraturan pendukung, serta pengembangan sistem pendanaan perumahan. Salah satu alternatif dalam pendanaan perumahan yang

ASPEK HUKUM PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN OBLIGASI NEGARA RITEL

PELAKSANAAN PERJANJIAN PINJAM-MEMINJAM DENGAN JAMINAN BENDA TIDAK BERGERAK PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) SRINADI DI KABUPATEN KLUNGKUNG

PENDAFTARAN FIDUSIA DALAM PRAKTEK PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT RAGA JAYATAMA DI BATUBULAN GIANYAR

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR TERHADAP KREDIT MACET DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

ASPEK HUKUM PERJANJIAN SEWA BELI. Oleh A.A Putu Krisna Putra I Ketut Mertha Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK. Oleh: DwiAryaDominika. I WayanWiryawan. BagianHukumPerdataFakultasUniversitasUdayana ABSTRACT

Penna Rahmawati Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

BAB I PENDAHULUAN. KUHPerdata sehingga disebut perjanjian tidak bernama. Dalam Buku III

Akibat Hukum Penandatangan Perpanjangan Akta Kuasa Membebankan Hak Tanggungan Yang Dibuat Oleh Notaris Tanpa Menghadirkan Kembali Para Pihak

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

Kata Kunci: Banker s Clause, Perasuransian, Kredit

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

KEPASTIAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM SISTEM PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA SECARA ELEKTRONIK PUTU EVI KOMALA DEWI NPM :

ASPEK HUKUM PENGALIHAN PIUTANG ATAS NAMA (CESSIE) KARENA WANPRESTASI PT. BANK SRI PARTHA KEPADA PT. SRI PARTHA PUSAKA DENPASAR

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG-PIUTANG YANG DIBUAT OLEH NOTARIS DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA DI DALAM PERJANJIAN KREDIT

EKSEKUSI KREDIT MACET TERHADAP HAK TANGGUNGAN

A. Latar Belakang Masalah

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA DIBAWAH TANGAN YANG DILEGALISASI NOTARIS DENPASAR

AULIA RACHMAN AMIRTIN. Keywords: Power of Attorney Imposing Collateral Right.

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH PADA LEMBAGA PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. sudah berlangsung kurang lebih 45 tahun sejak dilahirkannya Undang-Undang

O Pembingbing. 1. Ida Bagus Putra Atmadja 2. Ida Ayu Sukihana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana. Abstract

TANGGUNG JAWAB HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) ANTARA BANK DENGAN NASABAH PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI SOLOBARU SUKOHARJO

Penulisan Hukum (Skripsi)

BAB I PENDAHULUAN. sektor tersebut mempunyai andil dalam menambah devisa negara dan

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BATASAN RUMAH SUSUN YANG DIJADIKAN AGUNAN PADA BANK. J. Andy Hartanto Universitas Narotama, Surabaya

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN OLEH PEMBELI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI TANAH YANG BELUM LUNAS DI KABUPATEN BADUNG

UCAPAN TERIMA KASIH. judul Penghapusan Jaminan Fidusia Yang Didaftarkan Dalam Sistem. Hukum pada Program Pascasarjana Universitas Udayana.

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

PERALIHAN KREDIT MODAL KERJA PERMANEN MENJADI KREDIT UMUM PADA LEMBAGA PEMBIAYAAN BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI CABANG NEGARA KABUPATEN JEMBRANA

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPADA KOPERASI DENGAN PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN (Suatu Penelitian di PT Bank BUKOPIN Cabang Medan) TESIS.

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BANK BUKOPIN, Tbk CABANG DENPASAR

KEKUATAN MENGIKAT KONTRAK BAKU DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. kreditnya, sebab kredit adalah salah satu portofolio alokasi dana bank yang terbesar

Transkripsi:

IMPLEMENTASI PERJANJIAN KREDIT YANG DIBUAT SECARA DI BAWAH TANGAN PADA BPR DI KECAMATAN KUTA UTARA KABUPATEN BADUNG Oleh I Wayan Erik Pratama Putra Ni Ketut Supasti Dharmawan Ni Putu Purwanti Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak Perjanjian kredit bank dalam bentuk tertulis di bawah tangan, dewasa ini sering dilakukan dalam praktek pemberian kredit oleh pihak bank khususnya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) selaku kreditur kepada nasabah peminjam (debitur) Pengaturan perjanjian kredit yang dibuat secara di bawah tangan menurut hukum perbankan tidak dilarang mengingat Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan hanya mengatur keharusan adanya suatu perjanjian kredit yang didasarkan pada persetujuan atau kesepakatan antara pihak bank dengan pihak lain sebagai penerima kredit. Mengenai bentuk perjanjian apakah harus dengan akta notaris atau cukup dengan perjanjian di bawah tangan tidak diatur dalam hukum perbankan. Dintinjau dari Undang-Undang Jabatan Notaris, perjanjian kredit yang dibuat dengan akta notaris mempunyai kekuatan pembuktian yang lebih kuat dibandingkan dengan perjanjian kredit yang dibuat secara di bawah tangan dan Implementasi perjanjian kredit yang dibuat secara di bawah tangan pada BPR di Kecamatan Kuta Utara dibentuk atas dasar kesepakatan (konsensualisme). Dengan adanya penandatanganan oleh debitor atas perjanjian kredit yang ditawarkan oleh pihak bank, maka secara yuridis formal debitor telah menyetujui atau menyepakati syarat-syarat yang ada dalam perjanjian kredit di bawah tangan tersebut. Selain itu pada umumnya perjanjian kredit yang dibuat secara di bawah tangan diikuti dengan lembaga jaminan lain yang aktanya bersifat eksekutorial yang dapat memberikan jaminan eksekusi jika nasabah melakukan wanprestasi. Kanta Kunci : Perjanjian Kredit, Perjanjian Bawah Tangan, Wanprestasi. Abstract Bank underhanded credit agreement in written form, recently is frequently used in extension of credit by the bank especially the Bank Perkreditan Rakyat (BPR) as a creditor to a bank costumer (debtor). The arrangements regarding credit agreements are made by underhand according to banking law did not prohibited in view of Article 1 point 11 Act of No. 10 of 1998 on Banking only regulate the necessity of a credit agreement that is based on consensus or agreement between the bank and other parties as credit recipients. Regarding the form of the agreement is to be a notarial deed or simply by underhand agreement did not regulated in banking law. Judging from the Notary Act, the credit agreements made by notarial deed have the strength of evidence is much stronger compared with the credit agreement made by underhand; and (2) The implementation of the credit agreement commonly made by underhand at BPR in the North Kuta Sub District formed on the basis of an agreement (consensualism). With the signing by the 1

debtor on the credit agreement offered by the bank, so the formal judicial the debtor has approved or agreed to the terms contained in the underhand credit agreement. Furthermore to the general credit agreements made by underhand followed by another guarantee deed which has executorial deed which may guarantee execution if customers are in default. Keywords:Folklore, Legal Protection, Silversmiths. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara definitif perjanjian kredit tidak dikenal dalam undang-undang perbankan, namun jika ditelaah lebih lanjut mengenai pengertian kredit dalam undang-undang perbankan terdapat kata-kata persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam yang menegaskan bahwa hubungan kredit adalah hubungan yang berdasarkan pada perjanjian (hubungan kontraktual) yang berbentuk pinjam-meminjam. Menurut Undang-undang perbankan pengertian kredit menggunakan istilah yang berbeda, namun mengandung makna yang sama. Penggunaan istilah tersebut tergantung pada kegiatan usaha yang dijalankan oleh bank. Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional menggunakan istilah kredit, sedangkan bank yang menjalankan usahanya berdasarkan syariah menggunakan istilah pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Dari rumusan kedua istilah tersebut, perbedaannya terletak pada bentuk kontra prestasi yang akan diberikan debitur kepada kreditur atas pemberian kredit atau pembiayaannya. Pada bank konvensional, kontra prestasinya berupa bunga, sedang bank syariah kontra prestasinya berupa imbalan atau bagi hasil sesuai dengan kesepakatan bersama. 1 Undang-undang Perbankan tidak menjelaskan hubungan hukum pemberian kredit dengan nasabah sebagai peminjam. Salah satu dasar yang cukup jelas bagi bank mengenai keharusan adanya suatu perjanjian kredit adalah ketentuan Pasal 1 angka 11 UU Nomor 10 Tahun 1998, dimana disebutkan bahwa kredit diberikan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 1 Rachmadi Usman, 2010, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Hal. 237. 2

1.2 Tujuan Penulisan Adapun yang menjadi tujuan penulisan adalah untuk mengetahui implementasi perjanjian kredit dan pelaksanaan perjanjian kredit yang di buat secara di bawah tangan pada BPR Kecamatan Kuta Utara di tinjau dari perspektif hukum perbankan dan Undang-Undang Jabatan Notaris ( UUJN). II. ISI MAKALAH 2.1 Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian hukum empiris. Pendekatan penelitian terdiri dari pendekatan perundang-undangan dan pendekatan analisis konsep. Jenis dan sumber data penelitian hukum empiris berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh di lapangan melalui wawancara. Data sekunder diperoleh melalui penelitian kepustakaan yang berupa bahan hukum yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif berdasarkan pemikiran logis atas berbagai data yang diperoleh sebagai jawaban atas permasalahan 2.2 Hasil dan Pembahasan 2.2.1 Implementasi Perjanjian Kredit yang Dibuat Secara Di Bawah Tangan menurut Hukum Perbankan Dasar hukum mengenai keharusan adanya suatu perjanjian kredit dalam kredit perbankan, berdasarkan Pasal 1 angka 11 dan Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, di mana disebutkan bahwa kredit diberikan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain. Pencantuman kata-kata persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam di dalam definisi atau pengertian kredit sebagaimana Pasal 1 angka 12 tersebut di atas, mempunyai beberapa maksud sebagai berikut : Bahwa pembentuk undang-undang bermaksud untuk menegaskan bahwa hubungan kredit bank adalah hubungan kontraktual antara bank dan nasabah debitor yang berbentuk pinjam-meminjam. Dengan demikian bagi hubungan kredit bank berlaku Buku Ketiga (tentang perikatan) pada umumnya dan Bab Ketigabelas (tentang pinjam-meminjam) KUH Perdata khususnya. 3

Namun demikian, yang lebih penting dari pada dasar diadakannya perjanjian kredit, adalah filosofi daripada keharusan adanya suatu perjanjian kredit atas setiap pelepasan kredit bank kepada nasabahnya. Adapun filosofi tersebut adalah berfungsinya perjanjian kredit tersebut sebagai alat bukti, dan sebagaimana diketahui bahwa suratsurat perjanjian yang ditandatangani adalah merupakan suatu akta. Ada beberapa kelemahan, dari akta perjanjian kredit di bawah tangan ini, yaitu antara lain: 1. Apabila suatu saat nanti terjadi wanprestasi oleh debitor, yang pada akhirnya akan diambil tindakan hukum melalui proses peradilan, maka apabila debitor yang bersangkutan memungkiri tandatangannya, akan berakibat hilangnya kekuatan hukum perjanjian kredit yang telah dibuat tersebut. Dalam Pasal 1877 KUH Perdata disebutkan, bahwa jika seorang memungkiri tulisan atau tandatangannya, maka Hakim harus memerintahkan supaya kebenaran dari pada tulisan atau tanda tangan tersebut diperiksa di muka Pengadilan. 2. Karena perjanjian ini dibuat hanya oleh para pihak, di mana formulirnya telah disediakan oleh Bank, maka bukan tidak mungkin terdapat kekurangan datadata yang seharusnya dilengkapi untuk suatu kepentingan pengikatan kredit, atas dasar pelayanan, penandatanganan perjanjian dilakukan walaupun formulir perjanjian masih dalam bentuk blangko/kosong. Kelemahan-kelemahan ini pada akhirnya akan merugikan bank, bila suatu saat berperkara dengan nasabahnya. Tindakan perbankan menggunakan perjanjian di bawah tangan dan akta notariil ini lebih disebabkan adanya tuntutan efisiensi dan biaya dalam pelayanan, khususnya dalam perjanjian kredit perbankan 2. 2.2.2 PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT YANG BIASA DIBUAT SECARA DI BAWAH TANGAN PADA BPR DI KECAMATAN KUTA UTARA Perjanjian kredit pada perbankan di Kabupaten Badung ada 2 (dua) jenis perjanjian kredit/pengikatan kredit yang digunakan, yaitu: 1. Perjanjian/pengikatan kredit di bawah tangan atau akta di bawah tangan. Yang dimaksud dengan akta di bawah tangan adalah perjanjian pemberian kredit oleh 2 R.Soebekti, 2007, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Jakarta, Hal 8 4

bank kepada nasabahnya yang dibuat hanya di antara bank dan debitur tanpa notaris. 2. Perjanjian/pengikatan kredit yang dibuat oleh dan di hadapan notaris (akta notariil) atau akta otentik. Yang dimaksud dengan akta perjanjian kredit bank notariil (otentik) adalah perjanjian pemberian kredit oleh bank kepada nasabahnya yang hanya dibuat oleh atau di hadapan notaris. Dalam praktek perbankan di Kabupaten Badung pembuatan perjanjian kredit dapat dengan menggunakan akta notariil dan perjanjian di bawah tangan. Bentuk perjanjian kredit perbankan di Kabupaten Badung pada umumnya dan di PT. BPR Kita Centradana, PT. BPR Permata Sedana dan PT. BPR Nusamba Kerobokan pada khususnya telah disediakan oleh pihak bank sedangkan Debitor hanya mempelajari dan memahaminya dengan baik. Perjanjian yang demikian itu biasa disebut dengan perjanjian baku (standart contract), dimana Debitor hanya dalam posisi menerima atau menolak tanpa ada kemungkinan untuk tawar menawar. 3 III KESIMPULAN Implementasi perjanjian kredit yang dibuat secara di bawah tangan pada BPR di Kecamatan Kuta Utara dibentuk atas dasar kesepakatan (konsensualisme). Dengan adanya penandatanganan oleh debitor atas perjanjian kredit yang ditawarkan oleh pihak bank, maka secara yuridis formal debitor telah menyetujui atau menyepakati syaratsyarat yang ada dalam perjanjian kredit di bawah tangan tersebut. Selain itu pada umumnya perjanjian kredit yang dibuat secara di bawah tangan diikuti dengan lembaga jaminan lain yang aktanya bersifat eksekutorial yang dapat memberikan jaminan eksekusi jika nasabah melakukan wanprestasi. DAFTAR PUSTAKA Hermansyah, 2011, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. R.Soebekti, 2007, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Jakarta Usman, Rachmadi, 2010, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankkan. 3 Hermansyah, 2011, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, Hal.72. 5