HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PENERAPAN POSTCONFERENCE PERAWAT DI RUANG CENDANA IRNA I RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGEMBANGAN KARIER PERAWAT DENGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN DI RSUD WONOSARI GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGAWASAN KEPALA RUANG DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENGGUNAAN GLOVE PADA TINDAKAN INJEKSI DI RSUD WONOSARI

HUBUNGAN PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Nopia Wahyuliani

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO.

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL(MAKP) DI INSTALASI RAWAT INAP

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PERAN PERAWAT SEBAGAI EDUKATOR DI RUANG RAWAT INAP RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN PENERAPAN HAND HYGIENE DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT DENGAN MOTIVASI PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUMAH SAKIT JOGJA KOTA YOGYAKARTA

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PADA KLIEN STROKE DI RSUD WATES

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan di Instalasi Rawat Inap Ruang B2 THT & Kulit Kelamin RSUP Dr. Kariadi Semarang

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP KELAS III DI BANGSAL MARWAH RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

HUBUNGAN PRE CONFERENCE DENGAN PELAKSANAAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RSUD dr. R. GOETHENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

HUBUNGAN SUPERVISI DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERBASIS KOMPUTER YANG DIPERSEPSIKAN PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS JAWA TENGAH

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan, dan pengawasan (Suarli dan Bahtiar, 2009). untuk mencapai tujuan organisasi (Hasibuan, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDG s) yang dipicu oleh adanya tuntutan untuk

Inpatient Satisfaction of Nursing Services in RSUP Dr. Kariadi Semarang

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. ZAINOEL ABIDIN, 2013.

FUNGSI MANAJERIAL TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASKEP DI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU. Zulkarnain

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan masyarakat. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) termaktub dalam UUD 1945 (Depkes RI, 1993).

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan) dengan rentang 3,2 16,6 %. Negara Indonesia data tentang KTD

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BANGSAL RAWAT INAP WARDAH RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI PERAWAT SUPERVISOR DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG INSTALASI RAWAT INAP RSUD 45 KUNINGAN TAHUN 2015

dalam bekerja, hal ini juga akan PENDAHULUAN Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. menyebabkan ketidakpuasan pasien dan Djamil Padang adalah rumah sakit Kelas

Windi Tatinggulu*, Rooije.R.H.Rumende**, Tinneke Tololiu**.

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP KELAS III RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

HUBUNGAN GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR KDPK I PADA MAHASISWA PRODI D-IV BIDAN PENDIDIK REGULER STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2012/2013

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifkan antara tingkat pengetahuan perawat dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan SOP pemasangan urin.

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN. Yulianto

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional (Sastroasmoro & Ismael, 2006). Desain penelitian ini dipilih

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN PERILAKU CARING PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : IRA WIBOWO

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

PENGARUH KINERJA PERAWAT DAN PENGORGANISASIAN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP MENGGUNAKAN METODE TIM DI RSI FAISAL MAKASSAR

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF.

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional dimana peneliti menekankan waktu

HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU X DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KEPUASAN PERAWAT PADA UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MAJENE

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun

MUTU PELAYANAN DAN KOMUNIKASI TERAUPETIK YANG BAIK MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN PENGGUNA BPJS KESEHATAN DI RSI NU DEMAK

HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP MELATI RSUD SUBANG. Ibrahim N. Bolla, S.Kp.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, lebih sadar akan hak dan hukum, serta menuntut dan semakin kritis

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : BAGUS PRASETIO 0502R00260

ANALISIS PENERAPAN STANDAR DOKUMENTASI KEPERAWATAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD GAMBIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Berkembangnya jumlah rumah sakit di Indonesia menjadikan masyarakat

JST Kesehatan, Januari 2015, Vol.5 No.1 : ISSN

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT PERMAINAN DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-6 TAHUN DI YAYASAN AR-RAHMAH KABUPATEN LUMAJANG

MAKALAH TEORI, TIPE KEPEMIMPINAN, PERAN DAN FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT TENTANG SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. (motivasi), karakteristik pekerjaan (beban kerja), kinerja perawat dalam

Komunikasi Terapeutik Perawat Berhubungan dengan Kepuasan Pasien. Nurse s Therapeutic Communications is Related with The Patient s Satisfaction

Patria Asda STIKES Wira Husada Yogyakarta ABSTRACT

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, Oktober 2011

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015 ABSTRACT

HUBUNGAN MINAT IBU MENYUSUI DENGAN PERAWATAN PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara akan menjadi kawasan perdagangan bebas dan tahun-tahun

BAB I PENDAHULUAN. kolaborasi dengan berbagai pihak. Hal ini membuat perawat berada pada

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KELENGKAPAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RS NUR HIDAYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. mencari pertolongan medis sehingga harus dilakukan pengelolaan nyeri sejak

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN WAKTU PELAYANAN REKAM MEDIS DI TPPRJ DENGAN KEPUASAN PASIEN POLIKLINIK BEDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2012

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN IMOBILISASI FISIK

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No. 147 tahun 2010).

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

PERBEDAAN TINGKAT KEPUASAN PERAWAT DI RUANG MPKP DAN BUKAN MPKP DI RSUD KABUPATEN BATANG TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGAWASAN KEPALA RUANGAN DENGAN KINERJA PEMBIMBING KLINIK DALAM PENERAPAN NILAI-NILAI PROFESIONALISME MAHASISWA TAHUN 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Ruang Rawat Inap Kelas III

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan (Arwani, 2006). perawat merasa puas dalam bekerja (Aditama,2006).

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN DI RUANG ASTER DAN ICCU RSUD dr.

Transkripsi:

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PENERAPAN POSTCONFERENCE PERAWAT DI RUANG CENDANA IRNA I RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: MARYANTI 201310201172 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA 2015

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PENERAPAN POSTCONFERENCE PERAWAT DI RUANG CENDANA IRNA I RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Keperawatan pada Program Pendidikan Ners-Program Studi Ilmu Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta Disusun Oleh: MARYANTI 201310201172 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA 2015

HALAMAN PENGESAHAN HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PENERAPAN POSTCONFERENCE PERAWAT DI RUANG CENDANA IRNA I YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : MARYANTI 201310201172 Telah Disetujui Oleh Pembimbing Pada tanggal : 7 Februari 2015 Pembimbing Tenti Kurniawati, S.Kep.,Ns., M.Kep

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PENERAPAN POSTCONFERENCE PERAWAT DI RUANG CENDANA IRNA I RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA 1 Maryanti 2, Tenti Kurniawati 3, Syaifudin 4 STIKES Aisyiyah Yogyakarta Email : maryantistikes@gmail.com Abstract : This research aims at knowing the correlation between the motivation and the application of nursing postconference at Sardjito General hospital of Yogyakarta. This research is cross sectional approach. Sampling technique in this research used total sampling with 35 samples of respondents which fulfilled all the inclusive criteria. In order to analyze the relationship of 2 used variables, thus Kendall Tau is used in the research. According to the research result, it is obtained that statistic test is p, 0,791 which is bigger than 0,05 (0,791>0,05). Based on the research result, it can be concluded that the correlation between motivation and the nursing postconference is not exist. There is no correlation between the motivation and nursing postconference at Sardjito General hospital of Yogyakarta. Keyword : Motivation, the application of nursing postconference Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi dengan penerapan postconference perawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian analisis design dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah 35 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Untuk menganalisis hubungan dua variable digunakan uji Kendall Tau. Hasil penelitian diketahui bahwa didapatkan hasil uji statistik nilai p, 0,791 lebih besar daripada 0,05 (0,791>0,05). Sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan motivasi dengan penerapan postconference perawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Kata Kunci : Motivasi, penerapan postconference perawat. 1 Judul skripsi 2 Mahasiswa PPN-PSIK STIKES Aisyiyah Yogyakarta 3 Dosen PPN-PSIK Aisyiyah Yogyakarta 4 Dosen PPN-PSIK Aisyiyah Yogyakarta

PENDAHULUAN Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasan ratarata serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi (Nursalam, 2013). Dalam menjaga mutu pelayanan yang terstandar, rumah sakit mempunyai tanggung jawab terhadap operasional sehari-hari secara keseluruhan termasuk diantaranya penyediaan staf professional sesuai persyaratan yang termuat dalam deskripsi jabatan dan memastikan bahwa semua kebijakan yang ditetapkan dipatuhi oleh semua staf rumah sakit. Undang undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 24 mencantumkan bahwa setiap profesi kesehatan harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar profesi (Depkes, 2009). Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional atau SP2KP sebagai pengembangan MPKP dalam pemberian pelayanan keperawatan pada pasien dimulai dari timbang terima/ operan jaga, preconference, postconference, diskusi refleksi kasus, ronde keperawatan (Nursalam, 2013). Hasil penelitian Mulyaningsih (2013) diperoleh hasil bahwa postconference pada system pelayanan SP2KP 70,8% mendukung kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Postconference adalah bagian dari aplikasi manajemen keperawatan. Penerapan postconference menjadi tugas penting bagi perawat sebagai sarana komunikasi ketua tim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi postconference adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawatan dan hal penting untuk operan/ tindak lanjut. (Tim SP2KP, 2013). Penerapan postconference yang baik akan menunjang pelayanan keperawatan yang optimal karena sebagai monitoring dan upaya kontrol asuhan keperawatan yang sudah diberikan kepada pasien maupun hal-hal yang belum dilaksanakan serta faktor kendala. Sebaliknya, penerapan postconference yang buruk dapat menurunkan kualitas pelayanan keperawatan kepada pasien, dimana pelayanan yang harus segera diberikan kepada pasien menjadi tertunda atau tidak dikerjakan sama sekali sehingga pasien komplain. Sebagai sebuah cara evaluasi kinerja dan mutu pelayanan keperawatan, postconference perawat yang dilaksanakan sebelum operan tugas jaga mempunyai banyak manfaat. Perawat Primer sebagai manajer keperawatan mengevaluasi ulang semua rencana asuhan keperawatan yang telah ditetapkan pada saat preconference. Jika semua asuhan keperawatan kepada klien dikerjakan sesuai dengan standar yang ada, maka evaluasi ulang tidak perlu dilakukan. Namun jika banyak kegiatan tidak dikerjakan dan tidak sesuai standar maka pemantauan yang terus menerus diperlukan (Nursalam, 2013). Tahun 2013 Rumah Sakit Dr. Sardjito telah memberikan pelatihan SP2KP yang memuat materi postconference di dalamnya. Namun penerapan postconference di lapangan belum sesuai yang diharapkan. Perawat Primer akan kesulitan mengidentifikasi kualitas masing masing perawat pelaksana yang bertanggung jawab pada pasien. Beberapa rencana asuhan keperawatan sering lupa dikerjakan oleh perawat sehingga menimbulkan komplain dari klien. Laporan adanya pemberian obat yang belum diberikan, tindakan pemeriksaan radiologi ataupun laboratorium yang tidak dikerjakan, instruksi dokter saat visite yang belum ditindak lanjuti yang sering baru diketahui saat operan merupakan sedikit contoh karena postconference perawat tidak diterapkan. Mutu pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit sangat bergantung pada sarana dan prasarana yang tersedia serta kinerja sumber daya manusianya. Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan

2 dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam strategi planning suatu organisasi (Mahsun, 2013). Sementara perawat cenderung menerapkan atau tidak menerapkan postconference dipengaruhi oleh banyak faktor seperti lingkungan, supervisi, dan juga motivasi. Menurut Rowland& Rowland (1997, dalam Suarli, 2009), ada dua faktor yang mempengaruhi kinerja dan kepuasan kerja yaitu motivasi dan lingkungan Sementara menurut Suyanto (2009) motivasi adalah bagian fundamental dari kegiatan manajemen sehingga semua kegiatan organisasi tidak akan berfaedah jika anggota yang ada di dalam organisasi tersebut tidak termotivasi menyumbangkan usaha guna memenuhi tugas yang dibebankan kepadanya. Perawat ruang rawat inap atau bangsal yang memiliki motivasi yang kuat akan mampu menyalurkan dan mempertahankan guna memenuhi tugas yang dibebankan kegiatan organisasi. Keterpaduan motivasi kerja perawat bangsal atau rawat inap dalam melaksanakan penerapan postconference sangat berkaitan erat dengan kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Pada tanggal 25 Agustus 2014, Rumah Sakit Dr. Sardjito menerima penghargaan sebagai rumah sakit pendidikan berstandar internasional dari Joint Commission International (JCI). Joint Commission International mempunyai misi untuk memperbaiki keselamatan dan kualitas perawatan pasien. Misi rumah sakit adalah melakukan pelayanan dengan profesionalitas dan etos kerja tinggi yang berorientasi pada kepuasan pelanggan. Instalasi Rawat Inap I merupakan instalasi rawat inap terbesar di Rumah Sakit Dr. Sardjito dengan kapasitas tempat tidur terbanyak yang harus memberikan pelayanan asuhan keperawatan 24 jam secara baik dan bermutu. Ruang Cendana merupakan ruang yang khusus merawat pasien dengan kasus bedah sekaligus juga sebagai tempat praktek mahasiswa keperawatan dari berbagai institusi dalam upaya untuk memberikan gambaran nyata praktik keperawatan yang berkualitas namun kenyataan di lapangan perawat tidak menerapkan postconference. Dari hasil studi awal yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 2014 dengan melakukan wawancara dan observasi didapatkan data perawat bangsal Cendana tidak menerapkan postconference. Selama ini perawat mengawali kegiatan keperawatan melalui operan dari shift sebelumnya kemudian preconference dan diakhiri dengan operan dengan shift selanjutnya. Perawat sudah mendapat pelatihan SP2KP namun tidak menerapkan postconference. Postconference dianggap sebagai hal yang tidak penting dengan dalih jumlah pasien terlalu banyak sementara petugas sedikit, tingkat kesibukan perawat yang tinggi, perawat tidak merasakan pentingnya manfaat postconference, perawat merasa tidak termotivasi, kurang semangat, dan kurang komitmen dari semua pihak. Laporan belum adanya Standar Operasional Prosedur mengenai penerapan postconference, juga menjadi faktor penyebab belum optimalnya perawat melaksanakan postconference sehingga berdampak pada kualitas asuhan keperawatan. Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Adakah hubungan antara motivasi terhadap penerapan postconference perawat di ruang Cendana Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2015? Tujuan umum untuk mengetahui hubungan motivasi dengan penerapan postconference perawat di ruang Cendana Irna I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2015. Tujuan khusus diketahuinya tingkat motivasi perawat dalam penerapan postconference perawat di ruang Cendana RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta,

3 diketahuinya penerapan postconference perawat di ruang Cendana RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Hipotesis Ada hubungan antara motivasi terhadap penerapan postconference perawat di ruang Cendana RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian studi korelasi dengan rancangan cross sectional. Menurut Notoatmodjo (2010), yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Metode penelitian yang digunakan adalah studi korelasi yaitu penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok subyek untuk melihat hubungan antara gejala satu dengan gejala yang lain, atau variabel satu dengan variabel yang lain. Berdasarkan studi pendahuluan pada bulan Agustus 2014 populasi dalam penelitian ini adalah perawat ruang Cendana IRNA I di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang berjumlah 35 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah semua perawat di ruang Cendana RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang berjumlah 35 orang. Alat yang digunakan untuk mengukur motivasi menggunakan kuesioner berisi 18 pernyataan. Alat yang digunakan untuk mengukur penerapan postconference perawat menggunakan lembar observasi dengan bantuan checklist (Keliat, 2010). Checklist adalah pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, dimana peneliti hanya memberikan jawaban atau dengan tanda-tanda tertentu (Arikunto, 2013). Lembar observasi terdiri dari 6 pernyataan mengenai penerapan postconference perawat dengan alternatif jawaban menggunakan tanda ( ), skor (1) untuk jawaban dilakukan dan skor (0) untuk jawaban Tidak dilakukan. Adapun cara pengumpulan data yaitu dengan mengambil data primer dengan membagikan kuesioner motivasi dan melakukan observasi secara langsung terhadap penerapan postconference perawat kepada responden dengan bantuan checklist. Pengambilan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh asisten peneliti yaitu perawat Cendana yang berjumlah 2 orang. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Rumah Sakit Dr. Sardjito merupakan rumah sakit pendidikan tipe A di Yogyakarta sejak 08 Februari 1982 dan pusat rujukan propinsi DIY dan Jawa Tengah bagian selatan dengan 29 instalasi dan 750 tempat tidur. Sebagai sebuah rumah sakit yang telah lulus Joint Commission International, rumah sakit ini mempunyai salah satu visi menjadi rumah sakit unggulan di bidang pendidikan, pelatihan dan pelayanan yang bermutu dan berstandar internasional tanpa meninggalkan budaya timur. Sebagai sebuah rumah sakit rujukan, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta mempunyai pelayanan spesialis yang lengkap meliputi spesialis bedah, spesialis penyakit dalam, spesialis kebidanan, spesialis anak, saraf, THT, mata dan kulit kelamin. Sedangkan sub spesialis antara lain spesialis orthopedic, bedah saraf, urologi, jantung, bedah plastic dan onkologi yang menyelenggarakan kegiatan jasa pelayanan, pendidikan dan penelitian di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan dan kualitas pelayanan masyarakat luas. Instalasi Rawat Inap I Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta merupakan instalasi rawat inap terbesar terdiri dari 3 lantai dimana ruang Cendana terletak di lantai kedua. Ruang Cendana merupakan ruang yang khusus merawat pasien dengan

4 kasus bedah sekaligus juga sebagai tempat praktek mahasiswa keperawatan dari berbagai institusi dalam upaya untuk memberikan gambaran nyata praktik keperawatan yang berkualitas. Namun kenyataan di lapangan perawat menerapkan postconference perawat belum sesuai langkah-langkah dalam checklist postconference (Keliat, 2010). Karakteristik Responden Penelitian Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Ruang Cendana RSUP Dr Sardjito Yogyakarta tahun 2015 No. Karakteristik Frekuensi (F) Persentase (%) Responden 1. Umur 20-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun 7 12 15 1 20 34,3 42,9 2,9 Jumlah 35 100 2. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 13 37,1 22 62,9 Jumlah 35 100 3. Pendidikan D3 Keperawatan S1 Keperawatan Jumlah 5. Masa kerja 0-10 tahun 11-20 tahun 21-30 tahun 31-40 tahun 34 1 10 11 13 1 Jumlah Sumber : Data primer diolah, 2015 97,1 2,9 28,6 31,4 37,1 2,9 Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak berdasarkan karakteristik umur yaitu usia 41-50 tahun sebanyak 15 perawat (42,9%). Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, responden terbanyak yaitu berjenis kelamin perempuan ada 22 perawat (62,9%). Karakteristik responden berdasarkan pendidikan menunjukkan bahwa pendidikan responden terbanyak adalah D3 Keperawatan sebanyak 34 orang (97,1%). Karakteristik responden berdasarkan masa kerja menunjukkan bahwa masa kerja responden terbanyak adalah 21-30 tahun yaitu sebanyak 13 perawat (37,1%). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Motivasi Kerja Perawat Ruang Cendana RSUP Dr Sardjito Yogyakarta tahun 2015 No Motivasi Kerja Frekuensi (f) Prosentase (%) 1 Tinggi 16 45,7 2 Rendah 19 54,3 Jumlah 35 100 Sumber : Data primer diolah, 2015

5 Berdasarkan tabel 2. menunjukkan bahwa motivasi kerja perawat di ruang Cendana RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta mayoritas memiliki motivasi rendah yaitu sebanyak 19 responden (54,3%). Tabel 3. Distribusi Frekuensi Penerapan Postconference Perawat di Ruang Cendana RSUP Dr Sardjito Yogyakarta tahun 2015 No Penerapan Frekuensi (f) Prosentase (%) Postconference 1 Baik 21 60 2 Sedang 7 20 3 Buruk 7 20 Jumlah 35 100 Sumber : Data primer diolah, 2015 Tabel 3. Menunjukan bahwa penerapan postconference perawat ruang Cendana RSUP Dr Sardjito Yogyakarta paling banyak masuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 21 responden (60%). Tabel 4. Hasil Uji Analisis Kendall Tau Motivasi Kerja Penerapan Posconference Perawat Baik Sedang Buruk Total F % F % F % F Tinggi 10 1 5 16 Rendah 11 6 2 19 Jumlah 21 7 7 35 P-value 0,791 Correlation -,043 Sumber : Data primer diolah, 2015 Berdasarkan tabel hasil uji statistic korelasi Kendall Tau antara motivasi kerja dengan penerapan postconference perawat di Ruang Cendana RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki motivasi rendah namun dengan penerapan postconference perawat kategori baik yaitu sebanyak 11 orang dengan nilai significancy p sebesar 0,791. Karena nilai p > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi kerja perawat dengan penerapan postconference perawat di ruang Cendana RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2015. Motivasi perawat di ruang Cendana RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat motivasi kerja perawat di ruang Cendana RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta mayoritas dalam kategori rendah yaitu sebanyak 19 orang (54,3%).. Hal ini menunjukan bahwa perawat kurang termotivasi karena kurangnya seperangkat kondisi kerja yang membantu membangun suatu motivasi yang berasal dari dalam diri individu tersebut seperti rasa tanggung jawab dan pengembangan pribadi (Suarli, 2009). Jika faktor-faktor tersebut tidak ada, maka akan timbul ketidakpuasan. Namun jika faktor-faktor tersebut dinilai positif, akan menggerakan motivasi secara kuat sehingga menghasilkan prestasi kerja yang baik.

6 Dari hasil jawaban kuesioner aspek pengakuan, 4 perawat (21%) menyatakan tidak setuju adanya pengawasan dari atasan dalam melaksanakan postconference pada item pertanyaan nomor 7. Hal ini menunjukan bahwa banyak manajer perawat yang kurang melakukan pekerjaan pengawasan atau supervisi. Menurut Winardi (2008) motivasi merupakan proses psikologis dari dalam diri seseorang yang dapat dipengaruhi salah satunya faktor eksternal berupa pemimpin dan kepemimpinannya. Tanpa pengawasan dan supervisi, kesadaran perawat untuk menerapkan postconference perawat menjadi rendah. Hasil jawaban kuesioner di atas menunjukkan bahwa motivasi kerja perawat masih rendah pada aspek pengakuan, tanggung jawab, komitmen pemimpin dan kondisi kerja. Hal ini sesuai dengan penelitian Sitepu (2012) yang menyatakan bahwa keberhasilan asuhan keperawatan salah satunya adalah motivasi yang terjadi dengan adanya pengalaman-pengalaman seseorang serta faktor-faktor dari luar orang tersebut baik fisik maupun non fisik. Menurut Mangkunegara (2000, dalam Suarli, 2009) terdapat beberapa prinsip dalam memotivasi pegawai antara lain prinsip partisipasi, pengakuan, komunikasi dan perhatian. Seorang perawat yang diberi kesempatan untuk ikut berperan menentukan tujuan asuhan keperawatan, akan berusaha lebih baik. Demikian juga dengan adanya perhatian dan pengawasan dari pemimpin. Penerapan Postconference Perawat di ruang Cendana RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan postconference terbanyak berada pada kategori baik yaitu 21 perawat (60%). Penerapan postconference perawat menjadi hal penting sebagai upaya komunikasi dan evaluasi asuhan keperawatan ( Kozier, 2007). Komunikasi antara kepala ruang, perawat primer dan perawat pelaksana akan mampu membina hubungan yang berhasil antara diri mereka sendiri dan orang lain. Juga mampu mencegah banyak kesalahan yang menyebabkan insiden legal yang berkaitan dengan praktik keperawatan. Rencana asuhan keperawatan yang sudah ditetapkan pada awal jaga, Dengan demikian, rendahnya kualitas penerapan postconference perawat akan berdampak pada kegagalan perawat merencanakan asuhan keperawatan, ketidaktepatan menginterpretasikan tugas asuhan keperawatan, kebutuhan klien belum terpenuhi atau tidak dikerjakan (Kozier, 2007). Perawat Primer dapat mengetahui kinerja yang sebenarnya telah dicapai oleh perawat sebagai proses evaluasi kinerja sebagai landasan untuk menentukan kebutuhan pelatihan kerja, delegasi maupun promosi perawat. Bahwa penerapan postconference perawat ruang Cendana RSUP Dr. Sardjito mayoritas masuk dalam kategori baik, mengindikasikan bahwa perawat ruang Cendana telah mengalami perubahan kualitas bekerja. Berbagai perkembangan keilmuan dan penilaian kinerja di rumah sakit, telah memacu perawat meningkatkan mutu pelayanan menjadi lebih baik. Penerapan postconference perawat yang dilakukan sebelum operan, dapat memperjelas arah asuhan keperawatan sehingga pekerjaan dapat tuntas dikerjakan tanpa ada yang terlewatkan. Komunikasi antar perawat menjadi lebih mudah dan jelas. Perawat semakin menyadari manfaat postconference perawat dalam upaya mencapai kepuasan dan keselamatan pasien sesuai tujuan rumah sakit untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien.

7 Hubungan Motivasi dengan Penerapan Postconference Perawat di ruang Cendana RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara motivasi dan penerapan postconference perawat. Hasil uji statistik didapatkan nilai p, 0,791 lebih besar dari 0,005 (0,791 >0,05) sehingga data disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang artinya tidak ada hubungan antara motivasi kerja perawat terhadap penerapan postconference perawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Kondisi ini dapat disimpulkan bahwa variabel motivasi kerja perawat dan penerapan postconference perawat di ruang Cendana RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tidak memiliki hubungan kuat dan tidak bermakna. Penerapan postconference perawat berjalan dengan baik walaupun motivasi kerja perawat mayoritas rendah. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Apriyanti (2008) bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, motivasi, dan supervisi dalam penerapan konferensi, ronde keperawatan dan presentasi kasus dengan p-value 0,0001. Adanya peran dari kepala ruang yang selalu mengingatkan anak buah untuk melakukan evaluasi sebelum operan, diduga turut mempunyai andil keberhasilan penerapan postconference perawat. Adanya remunerasi insentif pegawai pada bulan Desember 2014, juga berperan meningkatkan kualitas kerja perawat. Perawat merasa penghargaan terhadap profesi semakin baik sehingga mereka lebih semangat dalam bekerja. Namun system pembagian remunerasi perawat saat ini belum sepenuhnya tepat. Masih ada simpang siur dalam jumlah nominal dan beban kerja. Hal tersebut bisa berpengaruh terhadap motivasi perawat yang rendah. Menurut Suarli (2009), ada dua faktor yang mempengaruhi kinerja dan kepuasan kerja yaitu motivasi dan lingkungan. Namun hal ini sejalan dengan penelitian ini. Walaupun mayoritas perawat mempunyai motivasi kerja rendah, namun hasil observasi peneliti mendapatkan mayoritas perawat masuk dalam kategori baik dalam penerapan postconference perawat. Hal ini bisa disebabkan karena observasi penerapan postconference perawat hanya dilakukan satu kali sehingga tidak mendapat gambaran secara tepat. Namun dapat juga disebabkan karena pada saat peneliti melakukan observasi, responden mengetahui bahwa mereka sedang diamati pada saat melaksanakan penerapan postconference perawat sehingga mereka sudah mempersiapkan diri dan perilaku yang ditampilkan bukan perilaku yang biasa mereka lakukan. Walaupun tidak ada jaminan juga bahwa lebih banyak jumlah observasi, maka hasilnya akan lebih bisa dipertanggungjawabkan. Menurut Nursalam (2013), ada tiga faktor yang mempengaruhi kinerja postconference perawat yaitu motivasi, peran manajer dan lingkungan. Bisa juga disimpulkan bahwa motivasi bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi perawat ruang Cendana dalam melakukan penerapan postconference. Perawat bekerja dengan baik dapat karena dipengaruhi lingkungan tempat bekerja dan peran manajer yang mendukung. Faktor lingkungan kerja yang mendukung dapat dijabarkan suatu kondisi yang diliputi dengan tata cara komunikasi yang baik, saling menghargai dan rasa percaya diri yang kuat. Terdapat potensi pengembangan karier, kesempatan promosi, dukungan untuk pelatihan, pendidikan lanjutan. Adanya kebijakan ruang kerja yang tenang, penghargaan terhadap staf sesuai agama dan latar belakang juga turut berperan dalam kinerja perawat. Dukungan dari pihak manajer melalui peran kepala ruang dan perawat primer serta penanggung jawab tugas jaga yang mempunyai ketrampilan dan kemampuan memberikan reinforcement dan informasi terkini juga sangat berperan (Nursalam, 2013). Walaupun SOP penerapan postconference perawat belum ada di RSUP Dr. Sardjito, namun perawat selalu mendapat informasi

8 dunia keperawatan terbaru melalui berbagai pelatihan dan seminar yang diadakan oleh pihak rumah sakit. Adanya akreditasi oleh Joint Commission International, secara tidak langsung telah memaksa perawat untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan menggunakan manajemen keperawatan SP2KP secara terarah dan benar. Jika melihat berdasarkan beberapa teori motivasi, motivasi merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan semangat atau dorongan dalam bekerja untuk mencapai tujuan (Suyanto, 2009). Semakin kuat motivasi seseorang, maka makin kuat pula usahanya untuk mencapai tujuan. Banyak perawat merasakan beban dalam menerapkan postconference perawat, padahal sebagai sebuah usaha evaluasi kinerja dapat digunakan sebagai umpan balik yang memberikan informasi mengenai prestasi perawat dan pelaksanaan suatu rencana asuhan keperawatan yang maksimal (Simamora, 2012). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa responden dalam penelitian ini mempunyai motivasi kerja mayoritas rendah sebanyak 19 orang (54,3%), penerapan postconference perawat mayoritas dalam kategori baik 21 orang (60%), tidak terdapat hubungan antara motivasi kerja dengan penerapan postconference perawat di ruang Cendana IRNA I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2015, dengan nilai koefisien korelasi sebesar -,043 dan nilai p- value sebesar 0,791. Saran Bagi Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, lebih memperhatikan kinerja perawat khusunya terkait dengan manajemen keperawatan melalui koordinasi dengan bidang keperawatan untuk pengadaan SOP penerapan postconference perawat serta evaluasi berkala terhadap sistem kesejahteraan, keamanan dan kenyamanan dan penghargaan dalam bekerja agar meningkatkan motivasi kerja, Bagi Kepala Bagian Bidang Perawatan perlu lebih meningkatkan evaluasi dan pemantauan berkala mengenai penerapan postconference perawat. Diharapkan juga mampu memberikan dukungan dan penghargaan bagi perawat agar lebih termotivasi dalam bekerja, Bagi Perawat perlu meningkatkan motivasi diri dan introspeksi sehingga bisa meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan khususnya terkait penerapan postconference perawat, Bagi Peneliti Selanjutnya perlu mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi penerapan postconference perawat selain motivasi yaitu lingkungan dan peran manajer. Pengambilan data sebaiknya dilakukan oleh asisten orang yang bekerja diluar ruang tersebut. Perlu dipertimbangkan juga mengenai tempat penelitian yang bukan tempat kerja peneliti sehingga hasil lebih obyektif. Diperlukan persiapan waktu yang lebih panjang dan kecepatan serta ketepatan peneliti mengatur time schedule penelitian dalam antisipasi ijin Ethical Approval.

DAFTAR RUJUKAN Apriyanti, 2008. Hubungan Motivasi Kerja &Supervisi dengan Penerapan Konferensi, Ronde Keperawatan dan Presentasi Kasus pada Perawat Pelaksana di RSUD A Yani, Metro, Lampung, Universitas Indonesia, Jakarta Arikunto, S, 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, Rineka Cipta Keliat, B. A, 2010. Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa, EGC, Jakarta Kozier, B, 2007. Professional Nursing Practice: Concepts and Perspectives, 4 th ed, Pearson Education Inc, New Jersey Mahsun, M. 2013. Pengukuran Kinerja Sektor Publik, BPFE, Yogyakarta Tim SP2KP, 2013. Modul Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional, RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta Mulyaningsih, 2013. Peningkatan Kinerja Perawat dalam Penerapan MPKP dengan Supervisi oleh Kepala Ruang di RSJD Surakartahttp://www.jurnal. stikesaisyiyah.ac.id/index.php/gaster/article/view/48/45(diakses Jumat,19 Desember 2014 jam 08.51) Nursalam, 2013. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional Edisi 3, SalembaMedika, Jakarta Notoatmodjo, S, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta Simamora, R.H, 2012. Buku Ajar Manajemen Keperawatan, EGC, Jakarta Sitepu, E.C, 2012. Hubungan Motivasi dengan Penerapan Komunikasi Terapeutik oleh Perawat pada Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Heerdjan, Universitas Indonesia, Jakarta Suarli,S.Y.B, 2009. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis, Erlangga, Jakarta Suyanto, 2009. Mengenal Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit, Mitra Medika Press, Yogyakarta Depkes, 2009. Undang-undang Kesehatan dan Rumah Sakit, Nuha Medika, Yogyakarta.