Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. profesional, perawat harus mampu memberikan perawatan dengan penuh kasih

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai pendokumentasian yang

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di rumah sakit. Hal ini disebabkan karena tenaga keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kompleksnya tugas dan fungsi dari perawat di rumah sakit, maka rumah

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI PERAWAT SUPERVISOR DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG INSTALASI RAWAT INAP RSUD 45 KUNINGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen

PERBEDAAN TINGKAT KEPUASAN PERAWAT DI RUANG MPKP DAN BUKAN MPKP DI RSUD KABUPATEN BATANG TAHUN 2013

dalam bekerja, hal ini juga akan PENDAHULUAN Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. menyebabkan ketidakpuasan pasien dan Djamil Padang adalah rumah sakit Kelas

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005).

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO

KINERJA PERAWAT DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT

GAMBARAN KEEFEKTIFAN TIMBANG TERIMA (OPERAN) DI RUANG KELAS I IRNA NON BEDAH (PENYAKIT DALAM) RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2011

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PERAN PERAWAT SEBAGAI EDUKATOR DI RUANG RAWAT INAP RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

JST Kesehatan, Januari 2015, Vol.5 No.1 : ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Kepuasan Pasien di Ruangan Interna RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

: Komunikasi Terapeutik, Perawat

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN JUMLAH PERAWAT DI PUSKESMAS WAEPANA KECAMATAN SOA KABUPATEN NGADA PROPINSI NTT TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Ali, Zaidin. (2010). Dasar-dasar dokumentasi keperawatan. Jakarta : EGC.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu subsistem pelayanan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan. Pelayanan keperawatan sering dijadikan tolok ukur citra sebuah

PENGALAMAN PERAWAT TERHADAP OPERAN JAGA RAWAT INAP RSUD KARANGANYARR ARTIKEL

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEPATUHAN DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 4-12 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan agar setiap penduduk mampu

PEDOMAN PELAKSANAAN MENAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN METODE TIM

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN PERILAKU CARING PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PRE CONFERENCE DENGAN PELAKSANAAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RSUD dr. R. GOETHENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

BAB I PENDAHULUAN. Di Era moderen ini perkembangan profesi keperawatan di Indonesia menuju

BAB I PENDAHULUAN. menganggap dokumentasi sebagai bagian yang penting dari praktek. mencerminkan perubahan pada praktek keperawatan.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di

A Study of the Completeness of Nursing Care Documentation in Inpatient Room Class I Utama and Class III at RSUD Bendan Kota Pekalongan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, penelitian, pendidikan dan sebagiannya; mencakupi skala profit

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, identifikasi konseptual pernyataan riset dan variabel riset dan

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI

Summary FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PERAWAT DI RS TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO. Abstrak

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KEPUASAN PERAWAT PADA UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MAJENE

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan rumah sakit menyebabkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan salah satu. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping

BAB 1 PENDAHULUAN. Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN IMOBILISASI FISIK

Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) Jurnal Medika Saintika

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan

ejournal Keperawatan (e-kp) Volume 3 Nomor 2,Mei 2015

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS

MAKALAH TEORI, TIPE KEPEMIMPINAN, PERAN DAN FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan) dengan rentang 3,2 16,6 %. Negara Indonesia data tentang KTD

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No. 147 tahun 2010).

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan masyarakat. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) termaktub dalam UUD 1945 (Depkes RI, 1993).

HUBUNGAN PENGAWASAN KEPALA RUANGAN DENGAN KINERJA PEMBIMBING KLINIK DALAM PENERAPAN NILAI-NILAI PROFESIONALISME MAHASISWA TAHUN 2013

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PENERAPAN POSTCONFERENCE PERAWAT DI RUANG CENDANA IRNA I RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses keperawatan merupakan salah satu teknik penyelesaian

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar dan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF.

BAB I PENDAHULUAN. perawat berada pada posisi yang ideal untuk memantau respon obat pada pasien,

HUBUNGAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN PENGKAJIAN DATA DASAR KEPERAWATAN DI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, lebih sadar akan hak dan hukum, serta menuntut dan semakin kritis

SKRIPSI. Disusun Oleh : Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. NAMA : Yusstanto NIM : J

PENGARUH KINERJA PERAWAT DAN PENGORGANISASIAN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP MENGGUNAKAN METODE TIM DI RSI FAISAL MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan rumah sakit memberikan pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FUNGSI MANAJERIAL TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASKEP DI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU. Zulkarnain

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu penanganan emergency, tidak. Penanganan pada pelayanan tersebut dilaksanakan oleh petugas

HUBUNGAN KOMPETENSI KEPALA RUANGAN DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA (MPKP) DI INTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. M. HAULUSSY AMBON

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan (Arwani, 2006). perawat merasa puas dalam bekerja (Aditama,2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi upaya promotif, pelayanan kesehatan (Permenkes No.147, 2010).

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN. Yulianto

BAB I PENDAHULUAN. besar menentukan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan sebagai

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG MODEL ASUHAN KEPERAWATAN METODE TIM DENGAN IMPLEMENTASINYA DI RUANG BEDAH FLAMBOYAN RSUD DR SOETOMO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

MOTIVASI DAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. serta dapat dimanfaatkan untuk penelitian (Hartono, 2010). Menurut Farjam di institusi Rumah Sakit, tenaga paramedis perawatan

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Peneliti akan

Transkripsi:

ABSTRAK Yolanda Alim.. Hubungan pengarahan kepala ruangan dengan pelaksanaan timbang terima (Operan) perawat di ruang rawat inap RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Skripsi, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu- Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Sunarto Kadir, M.Kes, Pembimbing 2 Ns. Vik Salamanja, S.Kep, M.Kes. Pelaksanaan timbang terima seringkali masih menjadi permasalahan di setiap rumah sakit. Operan shif penting untuk menjaga kesinambungan layanan keperawatan selama 24 jam. Rumusan masalah dalam penelitian ini apakah pengarahan kepala ruangan berhubungan dengan pelaksanaan timbang terima perawat di ruang rawat inap RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pengarahan kepala ruangan dengan pelaksanaan timbang terima (Operan) perawat. Penelitian ini menggunakan desain observasional melalui pendekatan cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana sebanyak 88 orang perawat dengan jumlah sampel sebesar 58 orang dengan teknik purposive sampling. Data dikumpul menggunakan kuisioner dan dianalisis dengan uji chi square test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 96,6% pengarahan kepala ruangan di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango berada pada kategori baik dan 94,8% pelaksanaan timbang terima (overran) berada pada kategori baik. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengarahan kepala ruangan dengan pelaksanaan timbang terima (Overan) di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango dengan nilai p value sebesar 0,002. Disarankan kepada bidang keperawatan agar melakukan supervisi secara berkala terhadap pelaksanaan timbang terima pada saat dilaksanakan timbang terima/pergantian shift dengan memanfaatkan pertemuan rutin kepala ruangan maupun perawat pelaksana yang dilakukan setiap minggu. Kata kunci : Pengarahan kepala ruangan, timbang terima Daftar Pustaka : 20 (2008-2013)

HUBUNGAN PENGARAHAN KEPALA RUANGAN DENGAN PELAKSANAAN TIMBANG TERIMA (OPERAN) PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Yolanda Alim 1, Dr. Sunarto Kadir, M.Kes 2, Ns. Vik Salamanja, S.Kep, M.Kes 2 1.Mahasiswa Jurusan Keperawatan UNG 2.Dosen Jurusan Keperawatan UNG Abstrak Pelaksanaan timbang terima seringkali masih menjadi permasalahan di setiap rumah sakit. Operan shif penting untuk menjaga kesinambungan layanan keperawatan selama 24 jam. Rumusan masalah dalam penelitian ini apakah pengarahan kepala ruangan berhubungan dengan pelaksanaan timbang terima perawat di ruang rawat inap RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pengarahan kepala ruangan dengan pelaksanaan timbang terima (Operan) perawat. Penelitian ini menggunakan desain observasional melalui pendekatan cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana sebanyak 88 orang perawat dengan jumlah sampel sebesar 58 orang dengan teknik purposive sampling. Data dikumpul menggunakan kuisioner dan dianalisis dengan uji chi square test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 96,6% pengarahan kepala ruangan di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango berada pada kategori baik dan 94,8% pelaksanaan timbang terima (overran) berada pada kategori baik. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengarahan kepala ruangan dengan pelaksanaan timbang terima (Overan) di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango dengan nilai p value sebesar 0,002. Disarankan kepada bidang keperawatan agar melakukan supervisi secara berkala terhadap pelaksanaan timbang terima pada saat dilaksanakan timbang terima/pergantian shift dengan memanfaatkan pertemuan rutin kepala ruangan maupun perawat pelaksana yang dilakukan setiap minggu. Kata kunci : Pengarahan kepala ruangan, timbang terima Daftar Pustaka : 20 (2008-2013)

PENDAHULUAN Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk klien merupakan salah satu wujud tanggung jawab dan tanggung gugat perawat terhadap klien yang pada akhirnya penerapan proses keperawatan akan meningkatkan kualitas perawatan kepada klien (Asmadi, 2013) 1. Pada saat perawat melakukan tugasnya, harus sesuai dengan kewenangan yang dimiliki. Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi tenaga kesehatan. Seorang perawat harus menjunjukkan sikap profesionalismenya dalam menjalankan pekerjaan. Salah satu tugas yang menuntut sikap profesionalisme seorang perawat adalah bagaimana membangun komunikasi antar perawat dalam meningkatkan kualitas asuhan pada pasien melalui timbang terima atau operan pasien antar pergantian shift jaga perawat (Rifiani, 2013) 2. Timbang terima (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Operan atau timbang terima adalah, suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien, bertujuan menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum pasien, menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna (Nursalam, 2013) 3. Operan atau timbang terima merupakan sistim kompleks yang didasarkan pada perkembangan sosio-teknologi dan nilai-nilai yang dimiliki perawat dalam berkomunikasi. Operan shif penting untuk menjaga kesinambungan layanan keperawatan selama 24 jam. Operan pada setiap pergantian shift merupakan periode persiapan perawat yang telah selesai berdinas, perawat yang telah selesai berdinas dan perawat yang akan berdinas pada shift berikutnya saling berkomunikasi untuk menyampaikan informasi yang berkaitan dengan dinas dan mencocokkan informasi (Lardner dalam Keliat, 2013). Sebagai seorang pemimpin, kepala ruangan harus mengetahui bagaimana mengatur bawahannya dan mampu mempertahankan kualitas kerja. Pengarahan bisa mencakup penugasan, perintah atau instruksi yang mudah dimengerti dan diikiuti oleh bawahannya agar tujuan organisasi khususnya asuhan keperawatan dapat tercapai dengan baik. Khusus pada pelaksanaan timbang terima, dengan adanya pengarahan yang baik diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perawat dalam menjalin komunikasi antar perawat dan pemahaman tentang pentingnya timbang terima akan semakin baik (Kurniadi, 2013). Survey pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 14 April melalui observasi di salah satu ruang rawat inap RSUD Toto Kabila, prosedur timbang terima selama ini sudah dilakukan pada setiap pergantian shift jaga, namun cara penyampaian isi timbang terima belum terungkap secara komprehensif, meliputi: isi timbang terima (masalah keperawatan pasien lebih focus pada diagnosis medis), dilakukan secara lisan tanpa ada pendokumentasian, sehingga rencana tindakan yang belum dan sudah dilaksanakan, dan hal-hal penting masih ada yang terlewati untuk disampaikan pada shift berikutnya. Hasil observasi ini juga sejalan dengan ungkapan oleh salah seorang perawat ruangan yang mengatakan bahwa timbang terima saat ini hanya dilaksanakan berdasarkan diagnose medis tanpa adanya penjelasan diagnosa keperawatan dan tindak lanjut implementasi keperawatan. 6 dari 10 1 Asmadi. 2013. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC 2 Rifiani. 2013. Prinsip-Prinsip dasar Keperawatan. Jakarta: Dunia Cerdas 3 Nursallam. 2013. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika

perawat juga mengungkapkan pengarahan yang diberikan oleh kepala ruangan belum sepenuhnya dilaksanakan misalnya kepala ruangan belum mengidentifikasi tanggung jawab pekerjaan terhadap staf perawat, kepala ruangan belum sepenuhnya melakukan kooordinasi dan efisiensi dengan unit kerja lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengarahan kepala ruangan dengan pelaksanaan timbang terima perawat di ruang rawat inap RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di ruang rawat inap RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango pada 25 Juni sampai dengan 2 Juli. Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah perawat pelaksana sebanyak 88 orang perawat dan sampel yang digunakan sebanyak 58 perawat dengan teknik purpusive sampling. Instrument yang akan digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner Data dianalisis dengan menggunakan uji statistik Chi Square. HASIL PENELITIAN 1. Pengarahan Kepala Ruangan Tabel 1. Distribusi Pengarahan Kepala Ruangan di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango No Pengarahan Jumlah Kepala Ruangan % 1 2 Baik Kurang 56 2 96,6 3,4 Jumlah 58 100 Sumber: Data Primer, Tabel 1 diketahui bahwa distribusi pengarahan kepala ruangan di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango menunjukan bahwa 96,6% pengarahan kepala ruangan berada pada kategori baik 2. Timbang terima (Operan) Tabel 2 Distribusi Timbang Terima (Operan) di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango No Timbang Terima Jumlah (Operan) % 1 2 Baik Kurang 55 3 94,8 5,2 Jumlah 58 100 Sumber: Data Primer, Tabel 2 distribusi pelaksanaan timbang terima (Operan) di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango menunjukan bahwa 94,8% berada pada kategori baik.

3. Hubungan Insentif dengan Peningkatan Kinerja Perawat di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango Tabel 3 Analisis Hubungan Insentif dengan Peningkatan Kinerja Perawat di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango Timbang Terima (Operan) Pengarahan Kepala Ruangan Kurang Baik Total n % n % n % Kurang 2 3,5 0 0 2 3,5 Baik 1 1,7 55 94,8 56 96,5 Jumlah 3 5,2 55 94,8 58 100 Sumber ; data primer ρ Value 0,002 Tabel 3 hasil analisis uji Fisher Exact didapatkan bahwa nilai ρ Value = 0,002 (α< 0,05) yang menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengarahan kepala ruangan dengan pelaksanaan timbang terima (Overan) di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. 1. Pengarahan Kepala Ruangan PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukan bahwa 96,6% pengarahan kepala ruangan di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango berada pada kategori baik dan hanya 3,4% yang berada pada kategori kurang. Peneliti berasumsi bahwa baiknya pengarahan kepala ruangan yang dipersepsikan oleh perawat karena selama ini pengarahan oleh kepala ruangan seperti diantaranya memberikan arahan jelas, ringkas dan konsisten serta memastikan apa yang diperlukan sesuai dengan situasi, memberikan prioritas masalah untuk setiap hal yang penting dan memberi contoh penerapan praktik keperawatan yang professional telah dilaksanakan sehingga perawat menganggap pengarahan kepala ruangan telah berjalan dengan baik. Sejalan dengan penelitian ini, secara teori menurut Keliat (2013) 4, pengarahan adalah cara menumbuhkan semangat tinggi atau keinginan kuat dalam mengerjakan tugas-tugas yang telah ditentukan melalui upaya komunikasi bersama perawat, memotivasi mereka untuk bekerja keras dan menjaga hubungan interpersonal. Kurniadi (2013) 5 juga menjelaskan bahwa pengarahan (directing) adalah proses pemberian tugas, perintah-perintah, instruksi yang membuat staf bisa memahami keinginan pimpinan organisasi yang membuat staf dapat berkontribusi secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Hasil penelitian ini juga memiliki persamaan dengan penelitian Astuti (2011) yang menemukan fungsi pengarahan yang dipersepsikan oleh perawat pelaksana, mayoritas berada pada kategori baik yaitu 79 perawat (54,1%). Hal yang sama ditemukan oleh Parmin (2010) 6 yang menemukan 50,3% fungsi pengarahan kepala ruangan berada pada kategori baik. Dalam penelitian juga terdapat 3,4% perawat mempersepsikan pengarahan kepala ruangan berada pada kategori kurang. Menurut peneliti, perawat yang mempersepsikan kurang tersebut menilai tugas pengarahan kepala ruangan tersebut seperti diantaranya komunikasi yang diberikan 4 Keliat A. B. 2013. Manajemen Keperawatan Aplikasi MPKP di Rumah Sakit. Jakarta: EGC 5 Kurniadi, A. 2013. Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya, Teori, Konsep dan Aplikasi. Jakarta : FKUI 6 Astuti. 2011.Hubungan Pelaksanaan Fungsi Kepala Ruangan dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Haji Jakarta. Tesis. Universitas Indonesia. Jakart

kepala ruangan dilakukan secara verbal atau non verbal, kepala ruangan menggunakan alat komunikasi seperti handphone, internet untuk memantau kegiatan harian bawahan, kepala ruangan mengidentifikasi setiap pekerjaan agar dengan benar dan adil serta kepala ruangan memfasilitasi perawat untuk memahami materi supervisi yang akan dilakukan, kadang-kadang dilaksanakan oleh kepala ruangan sehingga perawat mempersepsikan pengarahan kurang baik. Factor lain yang turut berpengaruh adalah lama kerja dimana hasil penelitian menemukan perawat yang mempersepsikan kurang pengarahan kepala ruangan memiliki lama kerja kurang 5 tahun. Namun persepsi kurang yang dikemukakan oleh perawat tersebut tidak sejalan dengan mayoritas perawat lainnya sehingga peneliti berkesimpulan ini dapat terjadi karena penilaian individu terkadang masih bersifat subyektif dan tidak didasarkan pada obyektivitas dilapangan. 2. Timbang Terima (Overan) Pelaksanaan timbang terima (Operan) di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango menunjukan bahwa 94,8% berada pada kategori baik dan hanya 5,2% berada pada kategori kurang. Menurut asumsi peneliti, baiknya pelaksanaan timbang terima perawat disebabkan perawat selalu melaksanakan prosedur timbang terima yang telah menjadi acuan ruangan rawat inap sebagaimana jawaban hasil kuisioner dan hasil observasi peneliti antara lain ketua tim melaporkan secara verbal dan tertulis kondisi setiap pasiennya berdasarkan dokumentasi perawatan, ketua tim/penanggung jawab shif dan perawat pelaksana dalam tim mencatat informasi terperinci mengenai pasien yang akan dirawat pada catatan hariannya, timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift serta penyampaian saat timbang terima secara jelas dan singkat. Sejalan dengan asumsi peneliti, Nursalam (2013) menjelaskan bahwa pelaksanaan operan diawali dengan komunikasi verbal dan tertulis kondisi setiap pasiennya berdasarkan dokumentasi keperawatan, yang kemudian di catat oleh ketua tim dan perawat pada shift berikutnya. Tahapan selanjutnya adalah penjelasan tentang pasien sesuai dengan tempat tidur pasien, yang kemudian diakhiri dengan tahapan validasi data pasien. Cahyono (2008) 7 juga berpendapat bahwa Tujuan utama komunikasi timbang terima adalah untuk memberikan informasi yang akurat mengenai keperawatan, pengobatan, pelayanan, kondisi terkini pasien, perubahan yang sedang terjadi, dan perubahan yang dapat diantisipasi. Informasi harus dijamin akurat agar tidak terjadi kesalahan dalam proses pemberian pelayanan bagi pasien. Hasil penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian Mayasari (2011) 8 yang menemukan pelaksanakan timbang terima (operan) yang dilakukan di Ruang Kelas I IRNA Non Bedah ( Penyakit Dalam ) RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2011, dilakukan oleh perawat yang melaksanakan timbang terima (operan) pada setiap pergantian shift didapatkan hasil bahwa 65.4% rata rata timbang terima yang dilakukan pada tiga kali observasi pergantian shift. Dalam penelitian ini masih terdapat 5,2% pelaksanaan timbang terima berada pada kategori kurang. Peneliti berasumsi bahwa hal ini disebabkan oleh menurut mereka belum semua prosedur telah dilaksanakan dengan baik seperti operan kadang-kadang dipimpin oleh kepala ruang, kadang-kadang berdiskusi di nurse station untuk melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan dan kadang-kadang timbang terima melakukan klarifikasi tanya jawab terhadap hal-hal yang ditimbang-terimakan dan menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas. 7 Cahyono. 2008. Membangun budaya keselamatan pasien dalam praktek kedokteran. Yogyakarta: Kanisius. 8 Mayasari, F. 2011. Gambaran Keefektifan Timbang Terima (Operan) Di Ruang Kelas I Irna Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2011. Jurnal Vol. 1 No. 12-21

Factor lain menurut peneliti yang mempengaruhi kurangnya timbang terima yang dipersepsikan perawat tersebut adalah tingkat pendidikan. Asumsi peneliti ini sejalan dengan pendapat Notoadmojo (2010) 9 yang menyatakan bahwa konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti perubahan ke arah yang lebih dewasa. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting dalam mempengaruhi pengetahuan. masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi cenderung lebih mudah menerima informasi tentang organisasi yang didapatkan selama pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti berkesimpulan bahwa pelaksanaan timbang terima (overan) di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango secara umum telah dilaksanakan dengan baik walaupun masih ada sedikit perbedaan persepsi yang mengatakan timbang terima masih kurang. 3. Hubungan pengarahan kepala ruangan dengan pelaksanaan timbang terima (Operan) di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango Hasil analisis uji Fisher Exact didapatkan bahwa nilai ρ Value = 0,002 (α< 0,05) yang menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengarahan kepala ruangan dengan pelaksanaan timbang terima (Operan) di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Menurut asumsi peneliti, adanya hubungan antara pengarahan kepala ruangan dengan timbang terima karena dalam setiap melaksanakan, kepala ruangan berfungsi mengarahkan perawat terutama dalam pelaksanaan timbang terima sehingga perawat akan melaksanakan timbang terima sesuai dengan arahan kepala ruangan dan ketentuan yang berlaku di ruangan mengenai pelaksanaan timbang terima. Hal ini juga ditunjukkan oleh hasil observasi yang didapatkan peneliti, kepala ruangan pada saat pergantian shif mendampingi perawat yang akan bertugas selanjutnya dalam melaksanakan timbang terima serta pelaksanaan timbang terima dilaksanakan langsung ke pasien disertai dengan catatan atau laporan kondisi pasien saat itu. Sejalan dengan pendapat peneliti, Riani (2011) 10 menjelaskan bahwa dalam timbang terima pasien diperlukan pengarahan yang diberikan oleh manajer ruangan dalam bentuk bimbingan kepada perawat. Hal ditujukan agar perawat mampu melaksanakan timbang terima secara optimal sesuai dengan ketrampilan yang dimiliki serta dukungan sumber daya yang tersedia, untuk mencapai kesinambungan pelayanan keperawatan pada pasien maupun antar perawat setiap pergantian shift. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Suyanto (2009) 11 bahwa fungsi pengarahan dalam timbang terima pasien diperlukan dalam bentuk bimbingan kepada perawat. Bimbingan berfungsi agar perawat mampu melaksanakan timbang terima secara optimal sesuai dengan ketrampilan yang dimiliki serta dukungan sumber daya yang tersedia, untuk mencapai kesinambungan pelayanan keperawatan pada pasien maupun antar perawat setiap pergantian shift. Namun dalam penelitian ini, terdapat 1 orang perawat yang mempersepsikan pengarahan kepala ruangan baik tetapi mempersepsikan pelaksanaan timbang terima kurang baik. Menurut asumsi peneliti hal ini dikarenakan perawat dalam melaksanakan timbang terima belum sejalan dengan apa yang diarahkan kepala ruangan atau belum sepenuhnya mengetahui bagaimana prosedur timbang terima yang baik sehingga hal ini berdampak pada persepsi perawat itu sendiri terhadap pelaksanaan timbang terima di ruangan misalnya perawat tersebut menganggap bahwa timbang terima harus dijelaskan dengan jelas dan panjang lebar padahal timbar terima harus dilakukan secara singkat dan jelas serta tidak ada komunikasi yang baku dalam pelaksanaan timbang terima. Hasil penelitian memiliki persamaan dengan penelitian sebelumnnya sehingga belum ada data penelitian pembanding. Untuk itu diharapkan hasil penelitian memiliki implikasi yang baik dalam pelaksanaan manajemen keperawatan khususnya pelaksanaan timbang terima. 9 Notoatmodjo, S, 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta 10 Riani, L. A. (2011). Budaya organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu 11 Saryono, M. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta : Nuha Medika

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya maka peneliti berkesimpulan bahwa: 1. Pengarahan kepala ruangan di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango menunjukan bahwa 96,6% berada pada kategori baik. 2. 2. Pelaksanaan timbang terima (Overan) di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango menunjukan bahwa 94,8% berada pada kategori baik. 3. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengarahan kepala ruangan dengan pelaksanaan timbang terima (Overan) di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango dengan nilai p value sebesar 0,002. SARAN Hasil kesimpulan penelitian tersebut maka peneliti menyarankan kepada Rumah sakit dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan dengan menetapkan kebijakan tentang tatalaksana timbang terima pasien dalam bentuk standar dan prosedur timbang terima yang diaplikasikan di instalasi rawat inap serta Perlunya sosialisasi yang dilakukan oleh bidang keperawatan terkait tatalaksana timbang terima pasien pada perawat pelaksana dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan perawat dalam melaksanakan timbang terima serta melakukan supervisi secara berkala terhadap pelaksanaan timbang terima secara langsung pada saat dilaksanakan timbang terima/pergantian shift maupun secara tidak langsung dengan memanfaatkan pertemuan rutin kepala ruangan maupun perawat pelaksana yang dilakukan setiap minggu. DAFTAR PUSTAKA Astuti. 2011.Hubungan Pelaksanaan Fungsi Kepala Ruangan dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Haji Jakarta. Tesis. Universitas Indonesia. Jakarta. Asmadi. 2013. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC Budiman, 2011. Penelitian Kesehatan. Jakarta : Refika Aditama Cahyono. 2008. Membangun budaya keselamatan pasien dalam praktek kedokteran. Yogyakarta: Kanisius. Cherie. 2013. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Yogyakarta: Imperium DepKes. RI. 2009. Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit (patient safety). Edisi Ke-2. Jakarta. Dewi, M. 2011. Tesis. Pengaruh Pelatihan Timbang Terima Pasien Terhadap Pelaksanaan Timbang Terima Dan Penerapan Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Husada Jakarta tahun 2011. Jakarta: Universitas Indonesia. Hidayat, A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

Keliat A. B. 2013. Manajemen Keperawatan Aplikasi MPKP di Rumah Sakit. Jakarta: EGC Kurniadi, A. 2013. Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya, Teori, Konsep dan Aplikasi. Jakarta : FKUI Mayasari, F. 2011. Gambaran Keefektifan Timbang Terima (Operan) Di Ruang Kelas I Irna Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2011. Jurnal Vol. 1 No. 12-21. Marquis dan Houston. 2012. Kepemimpinan dan manajemen keperawatan : teori dan aplikasi. Alih Bahasa. Edisi ke-4. Jakarta: EGC. Nursallam. 2013. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika. Notoatmodjo, S, 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta Potter dan Perry. 2009. Fundamental Of Nursing. Buku 1 Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika. Pratiknya, A. 2010. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Rajawali Press. Riani, L. A. (2011). Budaya organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu Rifiani. 2013. Prinsip-Prinsip dasar Keperawatan. Jakarta: Dunia Cerdas. Saryono, M. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta : Nuha Medika Sitorus, R. 2011. Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta: Sagung Seto. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Sulistiyani & Rosidah. (2009). Manajemen sumber daya manusia. Yogyakarta: Graha Ilm u