STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI LATEKS SECARA KONTINU DENGAN TEKNOLOGI STIMULAN GAS ETILEN RIGG-9

dokumen-dokumen yang mirip
Tanaman karet akan mengeluarkan getah atau lebih dikenal dengan sebutan lateks. Lateks keluar pada saat dilakukan penyadapan pada tanaman karet.

BAB I PENDAHULUAN. ton pada tahun 2011 menjadi juta ton pada tahun 2012 (Ditjenbun, 2012).

PENGARUH PEMBERIAN STIMULAN POLYETHYLENE GLYCOL (PEG) TERHADAP HASIL LATEKS TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg) KLON PB 260 ARTIKEL ILMIAH

PENGGUNAAN STIMULAN GAS ETILEN PADA TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis) Ethylene Gas Application In Rubber Trees (Hevea Brasiliensis)

PENGARUH PENGGUNAAN STIMULAN GAS TERHADAP PRODUKSI DAN KARAKTER FISIOLOGI KLON BPM 24

AGROVIGOR VOLUME 9 NO. 1 MARET 2016 ISSN

TINJAUAN PUSTAKA. Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea brassiliensismuell.arg.

PENGGUNAAN STIMULAN SEJAK AWAL PENYADAPAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI KLON IRR 39

PRODUKTIVITAS KLON KARET IRR SERI-100 DAN 200 PADA BERBAGAI AGROKLIMAT DAN SISTEM SADAP

PENGARUH KONSENTRASI STIMULAN TERHADAP FISIOLOGI LATEKS BEBERAPA KLON TANAMAN KARET (HEVEA BRASILIENSIS MUELL ARG)

PEMBERIAN STIMULAN ETEFON DENGAN TEKNIK BARK APPLICATION PADA PRODUKSI LATEKS TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.)

UJI PENDAHULUAN PENYADAPAN DENGAN SIRKEL CUTTING SYSTEM MENGGUNAKAN STIMULAN GAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKTIVITAS METABOLISME BEBERAPA KLON KARET PADA BERBAGAI FREKUENSI SADAP DAN STIMULASI

BEBERAPA ASPEK PENTING PADA PENYADAPAN PANEL ATAS TANAMAN KARET

Jurnal Rekayasa Teknologi Industri Hijau ISSN

SISTEM PENYADAPAN TANAMAN KARET

PENDAHULUAN. Karet (Heveabrasiliensis) berasal dari benua Amerika dan saat ini. dari USD 1 menjadi USD 1,25 (Palembang Tribun News, 2016) dan Balai

RESPON PRODUKSI LATEKS DALAM BERBAGAI WAKTU APLIKASI PADA BEBERAPA KLON TANAMAN KARET TERHADAP PEMBERIAN BERBAGAI SUMBER HORMON ETILEN SKRIPSI OLEH :

STUDI KARAKTER FISIOLOGIS DAN SIFAT ALIRAN LATEKS KLON KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) IRR SERI 300

POLA EKSPRESI GEN HbACO2 PADA KULIT BATANG DAN LATEKS KARET (Hevea brasiliensis) AKIBAT STRES EKSPLOITASI CHAIRUNISA

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.1, Januari 2017 (28):

KARAKTER FISIOLOGI, ANATOMI, PERTUMBUHAN DAN HASIL LATEKS KLON IRR SERI 300

Pengaruh Konsentrasi Stimulan dan Intensitas Sadap pada Produksi Lateks Tanaman Karet Seedling (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

PERKEMBANGAN DAN UPAYA PENGENDALIAN KERING ALUR SADAP (KAS) PADA TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis)

KOMBINASI SISTEM SADAP FREKUENSI RENDAH DAN PENGGUNAAN STIMULAN UNTUK OPTIMASI PRODUKSI DAN PENURUNAN BIAYA PENYADAPAN DI PANEL BO

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH SISTEM EKSPLOITASI TERHADAP PRODUKSI KARET PADA KLON PB260 EFFECT OF RUBBER PRODUCTION SYSTEM EXPLOITATION AGAINST THE PB260 CLONES ABSTRAK

Charloq 1) Hot Setiado 2)

OPTIMALISASI PRODUKSI DAN PENEKANAN BIAYA PENYADAPAN DENGAN SISTEM SADAP INTENSITAS RENDAH

AKTIVITAS SUPEROKSIDA DISMUTASE (SOD) DAN FISIOLOGI LATEKS PADA TANAMAN KARET

EVALUASI PENGUJIAN LANJUTAN KLON KARET IRR SERI

OPTIMASI PRODUKSI KLON IRR SERI 200 DENGAN MENGGUNAKAN BEBERAPA SISTEM SADAP DI PENGUJIAN PLOT PROMOSI

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sedikitnya telah seabad tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

PEMBERIAN STIMULAN ETEFON DENGAN TEKNIK GROOVE APPLICATION PADA PRODUKSI LATEKS TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.)

OPTIMALISASI PRODUKTIVITAS KARET MELALUI PENGGUNAAN BAHAN TANAM, PEMELIHARAAN, SISTEM EKSPLOITASI, DAN PEREMAJAAN TANAMAN

TINJAUAN PUSTAKA. euphorbiaceae, genus hevea dan spesies Hevea brasiliensis.

RESPON PRODUKSI LATEKS DALAM BERBAGAI WAKTU APLIKASI PADA KLON KARET METABOLISME TINGGI TERHADAP PEMBERIAN STIMULAN ETILEN EKSTRAK KULIT PISANG

Keywords: Cost analysis, control, dry tapping grooves.

KERAGAAN MATERI GENETIK KLON KARET HASIL PERSILANGAN TAHUN

PAKET TEKNOLOGI OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN KARET PADA DAERAH BERIKLIM KERING (Studi Kasus di Perkebunan Karet PTPN XII)

TOMI SANDI GULTOM/ AGROEKOTEKNOLOGI

SISTEM EKSPLOITASI OPTIMAL DAN BERKELANJUTAN TANAMAN KARET

Respon Produksi Lateks Dalam Berbagai Waktu aplikasi Pada Klon Karet MetabolismeTinggi Terhadap Pemberian Stimulan Etilen Ekstrak Kulit Pisang

POLA DASAR SADAPAN POLA DASAR SADAPAN

KERAGAAN DAN POTENSI HASIL KARET DARI BEBERAPA GENOTIPE HASIL PERSILANGAN ANTAR TETUA TANAMAN BERKERABAT JAUH

KOMPARASI KELAYAKAN INVESTASI KLON KARET GT 1 DAN PB 260 PADA BERBAGAI TINGKAT HARGA DAN UMUR EKONOMIS

PENYAKIT BIDANG SADAP

FISIOLOGI DAN PRODUKSI KARET DENGAN BERBAGAI SISTEM SADAP DAN PENGGUNAAN STIMULAN GAS DISERTASI

EVALUASI PRODUKTIVITAS TANAMAN KARET DENGAN SISTEM TANAM GANDA PADA SKALA KOMERSIAL

PERKEMBANGAN PENELITIAN KLON KARET UNGGUL IRR SERI 100 SEBAGAI PENGHASIL LATEKS DAN KAYU

SELEKSI PROGENI F1 HASIL PERSILANGAN TETUA BETINA IRR 111 DENGAN BEBERAPA TETUA JANTAN TAHUN PADA TANAMAN KARET

Warta Perkaretan 2016, 35 (2), KEUNGGULAN KLON KARET IRR 220 dan IRR 230. The Superiority of IRR 220 and IRR 230 Rubber Clone

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Stransburgers (1964) sistematika tanaman karet adalah sebagai

KOMPARASI KELAYAKAN INVESTASI KLON KARET GT 1 DAN PB 260 PADA BERBAGAI TINGKAT HARGA DAN UMUR EKONOMIS

SELEKSI GENOTIPE TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DARI HASIL PERSILANGAN TAHUN SEBAGAI PENGHASIL LATEKS DAN KAYU SKRIPSI

Respon Produksi Lateks Dalam Berbagai Waktu Aplikasi Pada Beberapa Klon Tanaman Karet Terhadap Pemberian Berbagai Sumber Hormon Etilen

KORELASI BOBOT BENIH DENGAN KEJAGURAN BIBIT BATANG BAWAH KARET (Hevea brasilliensis Muell.-Arg.)

Arif Dwi Andrijanto*, Karno**, Anang M Legowo** ) * Mahasiswa Magister Agribisnis Universitas Diponegoro )

II. TINJAUAN PUSTAKA

PEMBERIAN KAPUR CaCO 3 DAN PUPUK KCl DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN SERTA SERAPAN K DAN Ca TANAMAN KEDELAI SKRIPSI OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AWAL TANAMAN KARET BERBATANG BAWAH BANYAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet

PENGARUH PRODUKTIVITAS TERHADAP HARGA POKOK KEBUN KARET DI JAWA TENGAH

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) PENDAHULUAN

PENYADAPAN TANAMAN KARET

Warta Perkaretan 2017, 36(1), 75-82

KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Some variability Productivity Superior Rubber Clone People in Bengkulu

PRODUKSI DAN KUALITAS LATEKS PADA BERBAGAI JARAK TANAM TANAMAN KARET. Jl. Slamet Riyadi, Broni Jambi Telp

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 2, Oktober 2016 ISSN P ISSN O

ABSTRACT SITI ROMELAH. Intensive farming practices system by continuously applied agrochemicals,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet memiliki system perakaran tunggang dan perakaran. tumbuh menyebar secara horizontal yang cukup dalam (Ali, 2007).

SELEKSI PROJENI TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) DARI HASIL PERSILANGAN TAHUN SEBAGAI PENGHASIL LATEKS DAN KAYU

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama

ANALISIS DAYA HASIL LATEKS DAN HERITABILITAS KARAKTER KUANTITATIF DARI BEBERAPA GENOTIPE KARET PP/07/04

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

KAJIAN PEMANFAATAN PUPUK CAIR MULTINUTRIEN DARI BUANGAN INDUSTRI GARAM PADA TANAMAN SEMUSIM

Subdivisi : Angiospermae, Kelas :Monocotyledoneae, Ordo : Euphorbiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies : Hevea brassiliensis Muell. Arg.

Penyadapan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Mull-Arg.) di Perkebunan Karet Gurach Batu Estate, Asahan, Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

ABSTRACT. Keywords : plant growth regulator,plant physiology, rubber, SOD ABSTRAK

PENGARUH WAKTU PENYADAPAN DAN UMUR TANAMAN KARET TERHADAP PRODUKSI GETAH (Lateks)

PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN

Gambar 2 Lokasi penelitian dan pohon contoh penelitian di blok Cikatomas.

POLA MUSIMAN PRODUKSI DAN GUGUR DAUN PADA KLON PB 260 DAN RRIC 100

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

Transkripsi:

STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI LATEKS SECARA KONTINU DENGAN TEKNOLOGI STIMULAN GAS ETILEN RIGG-9 Strategies to Improve Continuous Production of Latex in through Ethylene Gas Stimulants of Rigg-9 Technology Akhmad Rouf, Mudita Oktorina Nugrahani, Ari Santosa Pamungkas, Setiono, dan Hananto Hadi Balai Penelitian Getas, Jl. Pattimura KM 6, P.O. Box 804, Salatiga aronidah@yahoo.co.id dan bpg@balitgetas.co.id Diterima tanggal 16 Desember 2014/Direvisi tanggal 10 maret 2015/Disetujui tanggal 17 Maret 2015 Abstrak Penerapan teknologi penyadapan melalui penggunaan stimulan telah banyak dilakukan pada perkebunan karet. Ada dua jenis stimulan yang dapat dipilih, yaitu stimulan cair atau gas. Kedua jenis stimulan ini dapat meningkatkan produksi lateks. Bahan aktif stimulan cair adalah etefon (2-chloro ethyl phosphonic acid) yang akan menghasilkan gas etilen, sedangkan stimulan gas adalah gas etilen. Peningkatan produksi lateks dengan menggunakan stimulan cair lebih rendah dibandingkan stimulan gas. Penggunaan stimulan cair hanya dapat meningkatkan produksi lateks sekitar 30%, sedangkan stimulan gas dapat mencapai lebih dari 100% di atas kontrol (tanpa stimulan). Stimulan gas etilen RIGG-9 merupakan teknologi hasil penelitian dan pengembangan Balai Penelitian Getas dengan sebuah perusahaan mitra. Penelitian stimulan gas etilen RIGG-9 yang telah dilakukan pada Kebun Kahuripan dan Kebun Cimangsud PT. Wiriacakra. Hasil penelitian selama 3 tahun (tahun 2010-2012) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan produksi yang kontinu. Rata-rata produksi karet kering per pohon per sadap pada tahun pertama menggunakan stimulan gas etilen RIGG-9 sekitar 101,8 gram/pohon/sadap (g/p/s); pada tahun kedua meningkat menjadi 137,9 g/p/s; dan pada tahun ketiga sudah mencapai 143,0 g/p/s. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa aplikasi stimulan gas etilen tidak memberikan dampak negatif berupa penurunan produksi apabila prosedur aplikasinya benar dan kesehatan tanaman dijaga. Selain diterapkan secara selektif pada tanaman yang potensial dan sehat, juga diperlukan strategi berupa penerapan sistem sadap yang tepat, prosedur pemasangan aplikator stimulan gas yang benar, dan pemenuhan pupuk sesuai kebutuhan tanaman. Kata kunci: peningkatan produksi lateks, kontinyu, stimulan gas etilen, strategi yang tepat. Abstract Tapping technology applications through the use of stimulants have been carried out on rubber plantations. There are two types of stimulant used, i.e. liquid or gas stimulant. Both types of stimulants could improve the production of latex. The active ingredient of the liquid stimulant is ethephon (2- chloro ethyl phosphonic acid) which will produce ethylene gas, while the gas stimulant is ethylene gas. Production improvement of latex by using liquid stimulant is lower than that of gas. The use of liquid stimulant can only improve productivity about 30%, while the gas stimulant more than 100% above the control (without stimulants). Ethylene gas stimulant of RIGG-9 is a technology developed by Getas Rubber Research Centre with a partner company. Research on ethylene gas stimulant of RIGG-9 has been done in 31

Kahuripan and Cimangsud Plantation of PT Wiriacakra. Results of research for 3 years (2010-2012) showed continuous increase in production. Average production of dry rubber per tree per tapping on the first year using ethylene gas stimulant of RIGG-9 approximately 101.8 gram/tree/tapping (g/t/t); on the second year increased to 137.9 g/t/t; and on the third year it has reached 143.0 g/t/t. The results of these studies have shown that the application of ethylene gas stimulant did not have negative impact of decreasing productivity, when the application procedures is correct and plant health is maintained. Besides applied selectively to the potential and healthy plants, it also need some strategies such as proper implementation of the tapping system, good installation procedure of gas stimulant and the fulfillment of fertilizer needed by plants. Keywords: increased production of latex, continuous, ethylene gas stimulant, good procedure. Pendahuluan Penggunaan stimulan pada penyadapan tanaman karet telah banyak dilakukan pada perkebunan karet. Ada dua jenis stimulan yang dapat dipilih, yaitu stimulan cair atau stimulan gas. Perkebunan karet di Indonesia lebih dahulu mengenal stimulan cair yang mulai digunakan tahun 1970-an (Tistama dan Siregar, 2005). Stimulan gas mulai digunakan dalam skala luas sekitar tahun 1990-an di Malaysia, kemudian berkembang ke berbagai negara di Asia, Afrika dan Amerika Tengah (Zahar Nasution, komunikasi pribadi). Di Indonesia, stimulan gas sudah mulai banyak dikenal dengan berbagai merk dan jenis. Penggunaan stimulan cair maupun gas memiliki kesamaan tujuan, yaitu untuk meningkatkan produksi lateks dengan cara memperpanjang waktu aliran lateks, sehingga biaya penyadapan dapat diturunkan melalui penurunan intensitas sadap (Shouthorn, 1966; Than et al., 1996). Perbedaan antara kedua jenis stimulan tersebut terletak pada bahan yang digunakan. Bahan aktif stimulan cair adalah etefon (2-chloro ethylphosphonic acid) yang harus melalui hidrolisis untuk menghasilkan etilen, sedangkan stimulan gas adalah murni gas etilen, sehingga tidak memerlukan proses hidrolisis sebagai stimulan. Dengan demikian, stimulan dengan bahan aktif gas etilen dapat diserap langsung oleh tanaman karet dalam jumlah lebih banyak (Gomez, 1983; Boatman, 1966). Aplikasi stimulan cair pada jaringan phloem tanaman karet dapat meningkatkan produksi lateks tidak lebih dari 50% (Yew, 1998), sedangkan stimulan gas dapat mencapai lebih dari 100% terhadap kontrol atau tanpa stimulan (Karyudi dan Junaidi, 2009). Kenaikan produksi lateks yang tinggi ketika menggunakan stimulan gas etilen tidak selamanya dipandang positif. Hingga saat ini, ada kekhawatiran bahwa peningkatan produksi lateks hanya terjadi sesaat saja, dan pada tahap lanjut dikhawatirkan tanaman mengalami kering alur sadap. Penggunaan stimulan yang tidak sesuai dengan karakter f i s i o l o g i s t a n a m a n m e m a n g d a p a t menurunkan kesehatan tanaman (Gohet et al., 1969), dan menurunkan produksi lateks (Sumarmadji, 2009), tetapi apabila penggunaan stimulan gas etilen dilakukan sesuai prosedur yang benar dan kesehatan tanaman dijaga maka kesinambungan produksi yang tinggi dapat dipertahankan. Hasil aplikasi stimulan gas etilen RIGG-9 pada Kebun Kahuripan dan Kebun Cimangsud PT Wiriacakra selama 3 tahun ( t a h u n 2 0 1 0-2 0 1 2 ) m e n u n j u k k a n kecenderungan meningkatnya produksi lateks. Di samping itu, aplikasi RIGG-9 sebagaimana hasil pengujian pada Kebun Kalimas PT Karyadeka Alam Lestari juga mampu menurunkan harga pokok. Stimulan gas etilen RIGG-9 merupakan teknologi hasil penelitian dan pengembangan Balai Penelitian Getas dengan sebuah perusahaan mitra. Teknologi stimulan gas RIGG-9 meliputi kesatuan dari stimulan gas etilen RIGG-9, dan teknologi kultur teknis yang mendukung peningkatan produksi lateks dan penjagaan kesehatan tanaman. Komponen stimulan gas RIGG-9 meliputi aplikator RIGG-9 dan gas etilen, sedangkan teknologi kultur teknis meliputi penerapan 32

Strategi peningkatan produksi lateks secara kontinu dengan teknologi stimulan gas etilen Rigg-9 sistem sadap, tata guna panel, manajemen lengas tanah, teknologi pemupukan dan efektivitas serapan hara. Tulisan ini disusun sebagai panduan yang akan menguraikan strategi peningkatan produksi lateks bila menggunakan teknologi stimulan gas etilen RIGG-9. Penyusunan tulisan ini didasarkan pada hasil pengawalan dalam rangka pengujian stimulan gas etilen RIGG-9 di beberapa perkebunan karet. Mekanisme Fisiologi Gas Etilen Produksi lateks dari hasil penyadapan ditentukan oleh proses biosintesis lateks dan lamanya aliran (Siswanto, 1994). Etilen yang diaplikasikan pada jaringan tanaman dapat merangsang peningkatan proses biosintesis lateks (Chrestin dan Gidrol, 1985), menunda penyumbatan pembuluh lateks dan memperpanjang masa aliran lateks (Karyudi dan Junaidi, 2009). Diagram alur mekanisme pengaruh etilen terhadap peningkatan proses biosintesis lateks dan lama aliran lateks disajikan pada Gambar 1. a. Peningkatan produksi lateks Pengaruh stimulan terhadap peningkatan aktivitas biosintesis karet (regenerasi lateks) tidak terjadi secara langsung. Pada tahap awal, + etilen memicu aktivasi enzim H ATPase yang berperan sebagai pompa proton untuk + mendorong masuknya ion H dari sitosol ke + dalam lutoid. Pemindahan H tersebut Meningkatkan elastisitas dinding sel pembuluh lateks Etefon terhidrolisis Gas Etilen Meningkatkan tekanan turgor Meningkatkan biosintesis lateks perubahan ph regenerasi lateks Lutoid lebih stabil & menunda penyumbatan Meningkatkan kecepatan & lama aliran lateks Hasil Perluasan daerah aliran lateks Gambar 1. Diagram alur mekanisme fisiologi etilen terhadap peningkatan produksi lateks. menyebabkan terjadinya perubahan ph di + sitosol dan lutoid. Konsentrasi ion H di dalam sitosol menurun sehingga lebih bersifat basa, sedangkan lutoid menjadi lebih asam. Perubahan suasana ph di sitosol tersebut memicu peningkatan aktivitas enzim dan ketersediaan senyawa-senyawa penting, seperti sukrosa, sehingga proses biosintesis karet dalam sel pembuluh lateks meningkat dan berlangsung lebih cepat (d'auzac et al., 1982, Jacob et al., 1985; Chrestin dan Gidrol, 1985; Tistama, 2013). Selain biosintesis karet, aktivitas sitosol akan meningkatkan suplai air di sekitar bidang sadap melalui ekspresi gen yakni gen aquaporin yang dapat mempertahankan stabilitas lateks (lutoid) sehingga lateks tidak mudah menggumpal. Pada sisi lain, etilen yang diaplikasikan ke jaringan tanaman mempengaruhi sel-sel pembuluh lateks menjadi sink, dalam bentuk air, gula maupun nutrisi sehingga senyawa-senyawa tersebut dialirkan ke dalam pembuluh lateks (Tistama, 2013). Akibatnya elastisitas dinding sel 33

pembuluh lateks meningkat dengan diikuti peningkatan tekanan turgor (Boatman, 1966; Karyudi dan Junaidi, 2009), serta terjadinya perluasan latex drainage area atau daerah aliran lateks (Coupe dan Chrestin, 1989). Hal tersebut menyebabkan gerakan molekulmolekul penyusun lateks terutama air dapat dengan mudah melewati dinding sel pembuluh lateks (Coupe dan Chrestin, 1989). Faktor ketersediaan air di dalam jaringan tanaman dan stabilitas lateks yang tinggi berpengaruh positif terhadap lama aliran lateks sehingga terjadi peningkatan volume lateks yang mengalir ketika tanaman disadap (Boatman, 1966; Coupe dan Chrestin, 1989; dan Tistama, 2013). b. Dampak negatif aplikasi etilen Meskipun penggunaan etilen memiliki dampak positif terhadap peningkatan produksi, etilen yang berlebih dapat menyebabkan penur unan produksi. Penurunan tersebut disebabkan oleh proses ekstraksi lateks secara berlebihan. Bila kecepatan ekstraksi melebihi kecepatan biosintesis dan pengisian kembali (regenerasi) lateks pada daerah aliran lateks, maka akan terjadi penurunan volume lateks pada setiap penyadapan (Pakianathan et al., 1982). Pada tahap pertama, aplikasi etilen yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya kerapuhan lutoid. Lutoid merupakan organel di dalam sel pembuluh lateks yang berisi material bersifat asam dibungkus membran. Kerapuhan lutoid ini terjadi karena membran lutoid rusak. Kerusakan tersebut disebabkan oleh aktivitas NADP(H)-oksidase yang menghasilkan oksigen toksik, memicu hancurnya sel lutoid dan membran lutoid. Bila lutoid pecah, maka material di dalam lutoid akan keluar ke sitosol. Tumpahan cairan sitosol ini menyebabkan keasaman sitosol meningkat, sehingga partikel karet akan menggumpal dan menyumbat pembuluh lateks (Jacob et al., 1989). Pada tahap lebih lanjut, sel pembuluh lateks yang tersumbat akan mati, menyebabkan penebalan dinding sel, penebalan lapisan kulit keras dan memacu pembentukan jaringan tilasoid (Gomez dan Moir, 1979; Gomez, 1982; Tistama dan Siregar, 2005). Pembentukan jaringan tilasoid menyebabkan sel pembuluh lateks di sekitarnya menjadi tidak aktif karena terdesak dan tersumbat oleh jaringan tilasoid tersebut, sehingga pergerakan aliran lateks terganggu (Gomez, 1982; Siswanto, 1994; Indraty, 2002). Dampak lainnya adalah terjadi peningkatan aktivitas senyawa radikal bebas seperti reactive oxygene species (ROS) yang dapat merusak fungsi gen aquaporin (Luu dan Maurel, 2005). Kerusakan aquaporin menyebabkan proses translokasi air dan nutrisi ke dalam sel pembuluh lateks m e n j a d i t e r g a n g g u. D a m p a k n y a mempengaruhi keseimbangan fisiologis di dalam sel-sel pembuluh lateks yang dapat berujung terjadinya kering alur sadap (KAS) (Tistama, 2013). Teknologi Stimulan Gas Etilen Rigg-9 Teknologi peningkatan produksi lateks melalui penggunaan etilen telah banyak dikembangkan. Penggunaan stimulan gas etilen telah dikembangkan dengan berbagai sistem teknologi yang berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada jenis aplikator dan sistem injeksi gas etilen ke jaringan tanaman. Ada aplikator yang terbuat dari plastik, fiber atau metal, berbentuk kotak maupun bulat. Injeksi gas etilen ada yang langsung dimasukkan melalui aplikator, juga ada yang ditampung terlebih dahulu di dalam kantong plastik atau botol. Masing-masing teknologi memiliki kelebihan dan kelemahan (Karyudi dan Junaidi, 2009). Salah satu teknologi stimulan gas etilen adalah RIGG-9. Ada dua jenis aplikator plus RIGG-9, yaitu RIGG-9 dan RIGG-9 (Gambar 2). Keduanya memiliki prinsip yang sama, yaitu gas etilen dengan volume tertentu dimasukkan terlebih dahulu ke dalam kantong plastik, kemudian secara perlahan-lahan gas etilen masuk ke dalam jaringan kulit pohon melalui aplikator. Perbedaan kedua jenis RIGG-9 adalah bentuk aplikator dan dosis gas plus etilen. Aplikator RIGG-9 memiliki bentuk dan ukuran lebih besar dibandingkan RIGG-9, 34

Strategi peningkatan produksi lateks secara kontinu dengan teknologi stimulan gas etilen Rigg-9 Gambar 2. Aplikator stimulan gas etilen RIGG-9. sehingga mampu menampung gas etilen plus dalam dosis lebih tinggi. RIGG-9 cocok digunakan untuk memaksimalkan pencapaian produksi lateks pada tanaman karet tua. Teknologi RIGG-9 telah diuji di beberapa perkebunan karet, antara lain PT Wiriacakra dan Perkebunan Kalimas PT Karyadeka Alam Lestari. Pengujian teknologi RIGG-9 di PT Wiriacakra dilakukan pada dua kebun, yaitu Kebun Kahuripan da Kebun Cimangsud. Kebun Kahuripan berlokasi di Tawang Kabupaten Tasikmalaya, sedangkan Kebun Cimangsud berlokasi di Cipatat Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. Pengujian tersebut berjalan selama 3 tahun yaitu sejak tahun 2010 sampai dengan 2012. Produksi karet kering per pohon per sadap (gram/pohon/sadap) pada saat menerapkan t e k n o l o g i R I G G - 9 m e n u n j u k k a n k e c e n d e r u n g a n p e n i n g k a t a n ya n g berkesinambungan (Gambar 3). Rata-rata produksi karet kering per pohon per sadap Rerata produksi karet kering (gram/pohon/sadap) Tahun Rata-rata Gambar 3. Tren peningkatan produksi karet kering (g/p/s) selama menggunakan teknologi RIGG-9 pada Kebun Wiriacakara tahun 2010-2012. 35

pada tahun pertama menggunakan stimulan g a s e t i l e n R I G G - 9 s e k i t a r 1 0 1, 8 gram/pohon/sadap (g/p/s); pada tahun kedua meningkat menjadi 137,9 g/p/s; dan pada tahun ketiga sudah mencapai 143,0 g/p/s. Hasil ini terbukti menepis kekhawatiran bahwa peningkatan produksi pada aplikasi stimulan gas hanya terjadi pada tahun pertama, khususnya pada bulan pertama sampai ketiga, kemudian menurun pada tahun berikutnya. Secara lebih rinci, data produksi di setiap blok Kebun Kahuripan dan Kebun Cimangsud PT Wiriacakra disajikan pada Tabel 1. Aplikasi teknologi RIGG-9 pada tanaman tua di Kebun Kahuripan, seperti di Blok Pangajar tahun tanam 1982 (umur sadap 23 tahun, klon GT 1) menghasilkan rata-rata hasil /pohon/sadap 95,2 123,0 gram, sedangkan di Blok Karoroy tahun tanam 1986 (umur sadap 19 tahun, klon PR 300) antara 108,5 154,0 gram. Aplikasi RIGG-9 di Kebun Cimangsud Blok C-2 tahun tanam 1993 (umur sadap 12 tahun, klon BPM 24) menghasilkan rerata produksi karet kering per pohon per sadap antara 140,3 145,7 g/p/s, sedangkan di Blok C-5 tahun tanam 1996 (umur sadap 9 tahun, BPM 24 dan RRIM 600) antara 148,6 149,4 g/p/s. Salah satu kunci peningkatan tren produksi lateks pada penerapan teknologi RIGG-9 tersebut adalah aplikasi dilakukan terutama pada bulan-bulan produksi tinggi, sedangkan selama bulan produksi rendah (Juli Oktober) tidak digunakan. Hal ini sesuai pendapat Jetro dan Simon (2007) yang menyatakan bahwa waktu aplikasi stimulan yang tepat dan penerapan sistem eksploitasi yang benar dapat mendukung upaya mendapatkan produksi tinggi yang berkesinambungan. Pe n g u j i a n t e k n o l o g i R I G G - 9 d i Perkebunan Kalimas PT Karyadeka Alam Lestari, Jawa Tengah juga menunjukkan peningkatan capaian produksi. Teknologi RIGG-9 diaplikasikan pada tahun tanam 1991 dan 1992. Capaian produksi karet kering per Tabel 1. Rekapitulasi data produksi karet kering (g/p/s) di Kebun Kahuripan, PT Wiriacakra. Kebun-Blok/ Tahun Tanam/ Klon/Luas Tahun Produksi karet kering (g/p/s) pada bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Ratarata A. Kebun Kahuripan Blok Pangajar TT 1982 GT-1 34,68 ha Blok Karoroy TT 1986 PR 300 14,65 ha B. Kebun Cimangsud Blok C-2 TT 1993 BPM 24, GT 1 20,0 ha Blok C-5 TT 1994 BPM 24, RRIM 600 15,0 ha 2010 87 96 108 94 85 - - 94 90 105 95,2 2011 97 105 130 130 100 112 139 - - - 103 99 109,8 2012 115 103 126 137 142 130 115 112 127 - - - 123,0 2010 101 98 - - - 108 127 108,5 2011 130 155 170 145 163 152 - - - - - - 152,7 2012 127 149 166 177 160 145 - - - - - - 154,0 2011 131 128 150 134 143 150 146 - - - - - 140,3 2012 134 140 147 138 157 158 - - - - - - 145,7 2011-133 145 154 158 150 152 - - - - - 148,6 2012 129 156 155 142 153 161 - - - - - - 149,4 Sumber: Rekapitulasi data dari PT Wiriacakra, tahun 2010-2012. 36

Strategi peningkatan produksi lateks secara kontinu dengan teknologi stimulan gas etilen Rigg-9 pohon per sadap pada tanaman yang tidak diaplikasi RIGG-9 hanya sekitar 16,5 g/p/s, sedangkan pada tanaman yang diaplikasi RIGG-9 diperoleh 95,5 g/p/s, atau naik sebesar 477,9% (Tabel 2). Hal yang menarik dari aplikasi RIGG-9 di Perkebunan Kalimas adalah teknologi ini menerapkan penyadapan intensitas rendah (S/4Ud4.ETG99%) dengan perolehan produksi yang juga tinggi. Hasil pengujian pada tanaman karet sebanyak 19.429 pohon, total produksi karet kering yang diperoleh selama 3 bulan pada tanaman yang tidak diaplikasi stimulan gas RIGG-9 hanya 14.452 kg, sedangkan pada tanaman yang diaplikasi stimulan gas etilen RIGG-9 mencapai 46.400 kg. Melalui penurunan intensitas sadap tersebut, maka biaya penyadapan menjadi lebih rendah. Efisiensi biaya penyadapan yang didukung dengan kenaikan produksi lateks berdampak positif terhadap penurunan harga pokok produksi (HPP). Aplikasi RIGG-9 di Perkebunan Kalimas mampu menurunkan HPP dengan sangat signifikan, yaitu sekitar Rp 22.472,-/kg sebelum aplikasi, menjadi sekitar Rp 7.921,- /kg. Tabel 2. Perbandingan pencapaian produksi karet kering (g/p/s) dan harga pokok produksi (HPP) antara aplikasi RIGG-9 dan kontrol (tanpa RIGG-9) di Perkebunan Kalimas. Uraian Satuan Aplikasi RIGG-9 (S/4Ud4.ETG99%) Kontrol (S/4Ud2) a. Intensitas sadap hari d/4 d/2 b. Protas karet kering per pohon gtt 95,5 16,5 c. Jumlah pohon pohon 19.429 19.429 d. Total karet kering kg 46.400 14.452 e. Harga karet kering Rp/kg 16.787 21.000 (bentuk produk jual) (lump) (RSS) f. Penjualan (d*e) Rp 783.687.800 303.488.614 g. Total Biaya Rp 367.557.720 324.761.721 h. Gross profit (f-g) Rp 416.130.080-21.273.107 i. Harga pokok produksi (HPP) (g/d) Rp/kg 7.921 22.472 Sumber: Perkebunan Kalimas PT Karyadeka Alam Lestari, tahun 1991-1992. Strategi Penggunaan Teknologi Rigg-9 Seperti halnya jenis stimulan yang lain, efektivitas teknologi RIGG-9 untuk meningkatkan produksi lateks dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Karyudi dan Junaidi (2009), dan Junaidi et al., (2014), faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas stimulan antara lain: jenis klon, umur tanaman, kesehatan tanaman, panel sadap dan manajemen penyadapan. Aplikasi stimulan pada klon-klon slow starter umumnya lebih responsif dibandingkan klon quick starter (Siregar et al., 2008; Sumarmadji, et al., 2012). Karena itu aplikasi stimulan gas RIGG-9 direkomendasikan pada k l o n s l o w s t r a t e r. K a r y u d i ( 2 0 0 9 ) menambahkan bahwa respon tanaman terhadap stimulan juga dipengaruhi umur tanaman. Aplikasi stimulan gas, umumnya lebih efektif pada tanaman yang relatif lebih tua (umur sadap > 15 tahun) dibandingkan tanaman muda (umur sadap < 15 tahun). Kesehatan tanaman juga signifikan pengaruhnya terhadap efektivitas stimulan. Kondisi tanaman yang kurang sehat seperti perdaunan yang meranggas, defisiensi hara, dan kering alur sadap, menyebabkan 37

peningkatan produksi hanya terjadi beberapa saat, setelah itu terjadi penurunan produksi yang sangat tajam karena ketidakseimbangan antara lateks yang dikeluarkan (disadap) dan yang diregenerasi oleh tanaman. Selain faktor-faktor tersebut, teknik aplikasi stimulan juga berpengaruh terhadap efektivitas stimulan. Teknologi stimulan RIGG-9 memiliki beberapa prosedur o p e r a s i o n a l u n t u k m e n ge f e k t i f k a n pengaruhnya, meliputi : a. Penerapan sistem sadap Pemakaian stimulan gas RIGG-9 lebih efektif jika diaplikasi dengan menggunakan irisan pendek (Mc10 sampai dengan ¼S), frekuensi sadap lebih dari 3 hari sekali (d/4 atau d/5), irisan sadap arah ke atas (SKA) pada kulit perawan (panel B0 maupun H0). Penggunaan irisan pendek dan frekuensi sadap rendah merupakan strategi agar terjadi kesinambungan pencapaian produksi karena lateks yang keluar seimbang dengan yang diregenerasi oleh tanaman. b. Letak pemasangan aplikator Pemasangan aplikator stimulan gas pada prinsipnya diletakkan di sekitar alur sadap, pada lokasi yang mampu memperluas latex drainage area. Pemasangan aplikator stimulan gas etilen RIGG-9 pada penyadapan SKA diletakkan di sebelah kanan atas, berjarak 2-5 cm dari alur sadap dengan posisi antara 10-15 cm dari garis vertikal irisan terendah (Gambar 4). 2-5 cm 10-15 cm Gambar 4. Letak pemasangan aplikator yang tepat. c. Pemindahan letak aplikator Pemindahan letak aplikator RIGG-9 harus dilakukan secara periodik, maksimal sebulan sekali. Berdasarkan pengamatan di lapangan, pemindahan aplikator yang dilakukan dengan selang waktu lebih dari satu bulan dapat menyebabkan permukaan kulit pohon menjadi berwarna cokelat keputihan, bertekstur keras, dan volume lateks hasil penyadapan semakin menurun. Gas etilen yang diinjeksikan ke permukaan kulit tanpa diikuti pemindahan letak aplikator dapat menyebabkan penyerapan gas tidak efektif sehingga respon terhadap peningkatan produksi tidak terjadi. 38

Strategi peningkatan produksi lateks secara kontinu dengan teknologi stimulan gas etilen Rigg-9 d. Frekuensi pengisian gas Frekuensi pemberian gas etilen RIGG-9 dilakukan setiap 10 hari sekali selama 6-8 bulan/tahun. Aplikasi dilakukan terutama pada bulan-bulan produksi tinggi dan dihentikan pada saat gugur daun alami. Lacote et al. (2010) menyimpulkan bahwa frekuensi aplikasi stimulan yang tinggi dalam jangka panjang dikhawatirkan mengganggu metabolisme dalam biosintesis lateks. Efek lebih lanjut mengakibatkan kelelahan tanaman secara fisiologis sehingga terjadi KAS. e. Pemeliharaan tanaman Untuk mengetahui pengaruh kadar hara tanaman selama menggunakan stimulan gas etilen RIGG-9, telah dilakukan analisis kadar hara daun. Analisis daun dilakukan sebelum aplikasi, selama aplikasi, dan setelah aplikasi stimulan gas RIGG-9. Hasil analisis kadar hara daun disajikan pada Gambar 5. Setelah sekitar 4 bulan aplikasi, tampak terjadi penurunan kadar hara daun terutama pada unsur nitrogen (N) dari 3,09% menjadi 2,82%, unsur kalium (K) dari 1,57% menjadi 1,25%, dan unsur magnesium (Mg) dari 0,29% menjadi 0,26%. Setelah penggunaan stimulan gas RIGG-9 dihentikan pada bulan April 2014, kandungan hara daun menunjukkan adanya pemulihan kadar unsur N menjadi 3,2 %, unsur K menjadi 1,37%, dan unsur Mg 0,28%. Kadar unsur hara yang lain (P dan Ca) terjadi pola penurunan yang serupa tetapi tidak sebesar unsur N, K dan Mg. Dinamika penurunan kadar hara daun pada saat aplikasi stimulan gas RIGG-9 memiliki konsekuensi untuk menambah nutrisi melalui pemupukan. Tanaman yang diaplikasi stimulan gas etilen disarankan agar diberi tambahan dosis pupuk sebesar 25-50% dari dosis rekomendasi. Peningkatan produksi pada tanaman yang diaplikasi stimulan gas, selain perlu diimbangi dengan penambahan nutrisi, juga penting 3.50 Kadar Hara Daun ( % ) 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 N P K Ca Mg - Des 2013 Mei 2014 Sep 2014 Waktu Analisis Kadar Hara Daun Gambar 5. Hasil analisis kadar hara daun sebelum, saat dan setelah aplikasi stimulan gas etilen RIGG-9. 39

untuk diperhatikan agar pupuk yang diberikan dapat diserap tanaman secara efektif. Peningkatan efektivitas serapan hara dilakukan melalui pemupukan yang tepat, terutama tepat lokasi dan cara. Lokasi pemupukan yang tepat adalah di zona akar hara (feeder root). Guna merangsang pertumbuhan feeder root perlu dilakukan pembuatan rorak dan penambahan bahan organik. Pemberian bahan organik berfungsi untuk menjaga stabilitas lengas tanah, dan meningkatkan efisiensi penyerapan bahan anorganik melalui aktivitas mikro organisme tanah. Terbukti bahwa pemberian bahan organik di dasar lubang rorak memicu tumbuhnya feeder root dalam jumlah lebih banyak, dan pertumbuhan akar lateral mengarah ke bawah (Setiono, 2003). Kesimpulan Stimulan dengan bahan aktif gas etilen telah banyak diaplikasikan pada perkebunan karet untuk meningkatkan produksi lateks, namun para pelaku agribisnis karet masih khawatir terhadap penggunaan stimulan gas. Pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa peningkatan produksi lateks oleh stimulan gas hanya berlangsung beberapa saat saja, kemudian terjadi penurunan secara tajam. Aplikasi teknologi stimulan gas etilen RIGG-9 di beberapa perkebunan karet menunjukkan bahwa tidak terjadi penurunan produksi lateks meskipun teknologi tersebut telah diaplikasikan selama 3 tahun berturuttur ut sepanjang menerapkan teknis operasional yang benar, meliputi penggunaan sistem sadap, letak pemasangan aplikator, pemindahan letak aplikator, frekuensi pengisian gas etilen, dan pemeliharaan tanaman. Dengan mengikuti teknis operasional yang benar, diyakini akan diperoleh peningkatan produksi yang signifikan secara berkesinambungan. Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih disampaikan kepada PT Agro Stimulan Gas, PT Wiriacakra dan Perkebunan Kalimas PT Karyadeka Alam Lestari atas kerjasama yang dijalin dalam penelitian dan pengembangan teknologi RIGG-9. Daftar Pustaka Boatman, S. G. 1966. Preliminar y physiological studies on the promotion of latex flow by plant growth regulators. J. Rubb. Ress. Inst. Malaya. 19 (5): 243-258. D'Auzac, J., H. Chrestin, B. Marin and C. Lioret. 1982. A plant vascular system, the lutoid from Hevea brasiliensis latex. Physiol. Veg. 20 (2): 311-331. Chrestin, H. and J. L. Gidrol. 1985. Contribution of lutoidic tonoplast in regulation of sitosolic ph of latex from Hevea brasiliensis, effect of ethephon. Int. Rubb. Conf. Kuala Lumpur. 21 p. Coupe, M. and H. Chrestin. 1989. Physiochemical and biochemical mechanismes of hormonal (ethylene) stimulation. In: Physiology of Rubber Tree Latex; J.d'Auzac, J. L. Jacob, and H. Chrestin (eds.). CRC Press Inc. Florida. Gohet, E., J. E, Prevot, J. M. Eschbach, A. Clement, and J.L. Jacob. 1996. Clone croissance et stimulation, facteurs de la production de latex. Plantations, recherche, développement, 30-38. Gomez, J. B., and G. F. J. Moir. 1979. The ultra cytology of latex vessels in Hevea brasiliensis. Monograph No 4. Malaysian Rubber Research Development Board. Kuala Lumpur Gomez, J. B. 1982. Anatomy of Hevea and Its influence on latex production. Monograph, No 7. Malaysian Rubber Research Development Board. Kuala Lumpur Gomez, J. B. 1983. Physiology of latex (rubber) production. Monograph, No 8. Malaysian Rubber Research Development Board. Kuala Lumpur. 40

Strategi peningkatan produksi lateks secara kontinu dengan teknologi stimulan gas etilen Rigg-9 Indraty, I. S. 2002. Perubahan produktivitas dan jaringan panel sadap tanaman karet akibat penggunaan stimulan jangka panjang. Jurnal Penelitian Karet, 20 (1-3): 30-42. Jacob, J. L., J. M. Eschbach, J. L. Prevot, D. Roussel, R. Lacrotte, H. Chrestin, and J. d'auzac. 1985. Physiological basis for latex diagnosis of the functioning of the laticiferous system in rubber tree. Int. Rubb. Conf. Kuala Lumpur. 23 p. Jetro, N, N., and G, M, Simon. 2007. Effects of 2-chloroethylphosphonic acid formulations as yield stimulants on Hevea brasiliensis. J. of Biotechnology, Vol 6 (5), pp 523-528. Junaidi, Atminingsih, dan Tumpal H.S. Siregar. 2014. Penggunaan stimulan gas etilen pada tanaman karet (Hevea brasiliensis). Warta Perkaretan, 33 (2): 78-88. Karyudi dan Junaidi. 2009. Penggunaan s t i m u l a n u n t u k m e n i n g k a t k a n produktivitas tanaman karet. Pros. Pertemuan Teknis Eksploitasi Tanaman Karet. Medan, 1-2 Desember 2009. Balai Penelitian Sungei Putih. Lacote, R., O, Gabla, S. Obouayeba, J.M. Eschbach, F. Rivano, K. Dian, and E. Gohet. 2010. Long term effect of ethylene stimulation on yield of rubber trees is linked to latex cell biochemistry. Field Crop Research, 115: 94-98. Luu, D. T. and C. Maurel. 2005. Aquaporin in challenging environment; molecular gears for adjusting plant water status. Plant Cell and Envir (28): 85-96. Pakianathan, S.W., H, Samsidar, S. Sivakumaran, J.B. Gomez. 1982. Physiological and anatomical investigation on long-term ethephon stimulated trees. J. Rubb. Res. Inst. Malaysia, 30: 63-79. Setiono. 2003. Penggunaan blok nutrisi untuk memodifikasi arah akar lateral dan pertumbuhan karet di daerah beriklim kering. Prosiding Konferensi Agribisnis Karet Menunjang Indusri Lateks dan Kayu. Pusat Penelitian Karet. Medan, 10-11 Desember 2003. Siregar, THS., Junaidi, Sumarmadji, N. Siagian, dan Karyudi. 2008. Perkembangan penerapan rekomendasi sistem eksploitasi tanaman karet di perusahaan besar negara. Pros. Lok. Nas. Agribisnis Karet 2008. Yogyakarta, 20 21 Agustus 2008. Hal. 217 232. Siswanto. 1994. Mekanisme fisiologis yang berkaitan dengan produksi lateks Hevea brasiliensis. Buletin Biotek Perkebunan 1 (1): 23-29. Southorn, W. A. 1968. Latex flow studies 1. Electron Microscopy of Hevea brasiliensis in the region of the tapping cut. J. Rubb. Res. Inst. Malaysia, 20: 176-186. Sumarmadji, 2009. Paket teknologi sistem e k s p l o i t a s i u n t u k m e n i n g k a t k a n produktivitas tanaman karet. Pros. Pertemuan Teknis Eksploitasi Tanaman Karet. Medan, 1-2 Desember 2009. Balai Penelitian Sungei Putih. Sumar madji, Junaidi, Atminingsih, Kuswanhadi, dan A. Rouf. 2012. Paket teknologi penyadapan untuk optimasi produksi sesuai tipologi klon. Pros. Konf. Nas. Karet. Yogyakarta, 19-20 September 2012. Pusat Penelitian Karet. Hal: 207-2016. Than, D. K., S. Sivakumar., dan K. C. Wong. 1996. Long term effect of tapping and stimulation frequency o yield perform of rubber clone GT 1. J. Rubb. Res., 11 (2): 96-107. 41

Tistama, R. 2013. Peran seluler etilen eksogenus terhadap peningkatan produksi lateks pada tanaman karet (Hevea brasiliensis). Warta Perkaretan, 32 (1): 25-37. Tistama, R, dan T. H. S Siregar. 2005. Perkembangan penelitian stimulan untuk pengaliran lateks Hevea brasiliensis. Warta Perkaretan, 24 (2): 45-57. Yew, F. K. 1998. RRIMFLOW system of exploitation recent improvement and update on yield performance. Seminar of Low Intensity Tapping System. 42