BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. unggas membutuhkan pakan untuk hidup, pertumbuhan, dan produksi. Burung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam pola pertanaman campuran (wanatani). Pohon ini sering ditanam dalam jalur-jalur

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

KAJIAN KEPUSTAKAAN. japanese quail (Coturnix-coturnix Japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7.

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuaan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Energi Metabolis. makanan dalam tubuh, satuan energi metabolis yaitu kkal/kg.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes,

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bagi kesehatan. Pengobatan tradisional telah banyak digunakan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica L)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki keunggulan yaitu produksi telur dan daging yang tinggi dan masa

TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ayam Kampung Super dan Produktivitasnya. Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2014), populasi ayam kampung di

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telurnya. Jenis puyuh yang biasa diternakkan di Indonesia yaitu jenis Coturnix

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

NUTRISI UNGGAS 11/8/2016. Catootjie L. Nalle, Ph.D. Jurusan Peternakan Program Study Teknologi Pakan Ternak Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan

TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai 60%-80% dari biaya produksi (Rasyaf, 2003). Tinggi rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

PENDAHULUAN. telurnya karena produksi telur burung puyuh dapat mencapai

TINJAUAN PUSTAKA. rendah dan siap dipotong pada usia yang relatif muda. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu dari April 2014, di peternakan

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh merupakan sebangsa burung liar. Burung puyuh merupakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagi penghasil daging dengan bobot badan 1,9 kg

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik termasuk dalam kingdom Animalia, philum Chordata, kelas Aves, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

TINJAUAN PUSTAKA. Nangka memiliki nama latin artocarpus heteropyllus sedangkan dalam

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

III. KEBUTUHAN ZAT-ZAT GIZI AYAM KUB. A. Zat-zat gizi dalam bahan pakan dan ransum

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN

KEBUTUHAN NUTRISI ITI PEDAGING : SUPRIANTO NIM : I

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

PENDAHULUAN. komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) ada juga yang menyebut siput

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mensejahterakan kehidupan makhluknya termasuk manusia agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jepang atau biasa disebut Coturnix coturnix japonica. Unggas ini tumbuh ideal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data hasil perhitungan skor warna kuning telur puyuh disajikan pada Tabel 7.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan bibit induk atau bibit sebar. Ayam yang akan digunakan sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang cukup potensial dalam bidang. pertanian dalam arti luas. Hasil samping pertanian yang dapat dimanfaatkan

KULIAH ke: 10. POKOK BAHASAN: Zat Makanan Untuk Itik Peking. SUB POKOK BAHASAN: 1) Energi, 2)Protein, 3) Mineral, dan 4) Vitamin untuk itik peking.

Transkripsi:

5 BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Kebutuhan nutrisi burung puyuh Nesheim, dkk (1979) dalam Djulardi, dkk (2006) menyatakan bahwa unggas membutuhkan pakan untuk hidup, pertumbuhan, dan produksi. Burung puyuh mempunyai 2 fase pemeliharaan yaitu fase pertumbuhan dan fase produksi (bertelur). Fase pertumbuhan dibagi menjadi 2 fase yaitu starter (0-3 minggu), grower (3-5 minggu) dan fase produksi (umur diatas 5 minggu). Anak burung puyuh yang baru berumur 0-3 minggu membutuhkan protein 25% dan energi metabolisme 2900 kkal/kg. Pada umur 3-5 minggu kadar protein dikurangi menjadi 20% dan energi metabolisme 2600 kkal/kg. Burung puyuh lebih dari 5 minggu kebutuhan energi dan protein sama dengan kebutuhan energi pada protein umur 3-5 minggu (Listiyowati dan Roospitasari, 2000). Anggorodi (1995) menyatakan bahwa ransum yang diberikan pada ternak harus disesuaikan dengan umur kebutuhan tenak. Hal ini bertujuan untuk mengefisiensikan penggunaan ransum. Dalam mengkonsumsi ransum, ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: umur, palatabilitas ransum, kesehatan ternak, jenis ternak, aktivitas ternak, energi ransum dan tingkat produksi. Sifat khusus unggas adalah mengkonsumsi ransum untuk memperoleh energi sehingga jumlah makanan yang dimakan tiap harinya cenderung berhubungan erat dengan kadar energinya. Bila persentase protein yang tetap terdapat dalam semua ransum, maka ransum yang mempunyai konsentrasi energi

6 metabolisme (ME) tinggi akan menyediakan protein yang kurang dalam tubuh unggas karena rendahnya jumlah makanan yang dikonsumsi dalam tubuh unggas. Sebaliknya, bila kadar energi kurang maka unggas akan mengkonsumsi makanan untuk mendapatkan lebih banyak energi akibatnya kemungkinan akan mengkonsumsi protein yang berlebihan (Tillman, dkk., 1991). Adapun kebutuhan nutrisi ternak puyuh menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 2006 disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Kebutuhan nutrisi ternak puyuh. Kebutuhan nutrisi Starter Grower Layer Kadar air maksimal (%) 14,0 14,0 14,0 Protein Kasar minimal (%) 19,0 17,0 17,0 Lemak Kasar maksimal (%) 7,0 7,0 7,0 Serat Kasar maksimal (%) 6,5 7,0 7,0 Abu maksimal (%) 8,0 8,0 14,0 Kalsium (Ca) (%) 0,90-1,20 0,90-1,20 2,50-3,50 Fosfor total (P) (%) 0,60-1,00 0,60-1,00 0,60-1,00 Fosfor tersedia (P) minimal (%) 0,40 0,40 0,40 Energi metabolisme (EM) (Kkal/kg) 2800 2600 2700 Total aflatoksin maksimal (µg/kg) 40,0 40,0 40,0 Asam amino - Lisin minimal (%) 1,10 0,80 0,90 - Metionin minimal (%) 0,40 0,35 0,40 - Metionin + sistin minimal (%) 0,60 0,50 0,60 Sumber : SNI 01-3907 (2006) 2. Konsumsi ransum Unggas mengkonsumsi pakan dipergunakan untuk menjaga kondisi tubuh, kontraksi otot, pertumbuhan dan produksi (Murtidjo, 1987). Untuk kondisi

7 lingkungan yang terlalu dingin atau kondisi lingkungan yang lebih rendah dari suhu tubuh, maka unggas akan mengkonsumsi pakan yang lebih banyak untuk menjaga panas tubuhnya Ransum yang dapat diberikan untuk burung puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu bentuk pelet, remah, dan tepung. Ransum terbaik adalah yang bentuk tepung, sebab burung puyuh yang mempunyai sifat usil dan sering mematuk karenanya burung puyuh akan mempunyai kesibukan lain dengan mematuk-matuk pakannya. Protein, karbohidrat, vitamin, mineral dan air mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Kekurangan salah satu nutrisi tersebut maka mengakibatkan kesehatan terganggu dan menurunkan produktivitas (Listiyowati dan Roospitasari, 2000). Jumlah ransum yang diberikan kepada puyuh harus diperhatikan. Namun, jumlah ransum harus diberikan dalam jumlah yang mencukupi dan tersedia terusmenerus (ad libitum). Anggorodi (1995) menyatakan bahwa puyuh jepang layer makan 14-18 gram per ekor per hari. Kebutuhan ransum puyuh dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Jumlah Ransum yang diberikan Per hari Menurut Umur Burung Puyuh Umur Burung Puyuh Jumlah ransum yang diberikan per ekor (gram) 1 hari - 1 minggu 2 1 minggu - 2 minggu 4 2 minggu - 4 minggu 8 4 minggu - 5 minggu 13 5 minggu - 6 minggu 15 diatas 6 minggu 17-19 Sumber : Listiyowati dan Roospitasari (2005).

8 Jumlah kebutuhan pakan unggas dan jumlah konsumsi pakan sangat bervariasi tergantung kondisi unggas, strain, umur dan lingkungan (Anggorodi, 1995). Wahju (1997) menyatakan bahwa konsumsi pakan unggas dipengaruhi beberapa hal antara lain besar dan bangsa unggas, tahap produksi, ruang tempat pakan, temperatur, keadaan air minum, penyakit dan kandungan zat makanan terutama kandungan energi. Waksito (1981) menyatakan bahwa konsumsi ransum dipengaruhi oleh umur ternak, semakin meningkat umur ternak semakin meningkat pula konsumsi ransumnya. Ditambah pula oleh Tillman, dkk., (1986) bahwa ada hubungan erat antara daya cerna dengan konsumsi ransum, dimana semakin cepat makanan dicerna semakin cepat lambung menjadi kosong sehingga ternak beusaha untuk mengkonsumsi lebih banyak. Pakan yang dikonsumsi ternak sebagian dicerna dan diserap tubuh, sebagian yang tidak tercerna diekskresikan dalam bentuk feses. Zat-zat pakan yang diserap tubuh dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan (Ensminger, 1982) dan produksi telur (Scott and Dean, 1991). 3. Lamtoro Wisadirana (1982) menyatakan bahwa lamtoro adalah tumbuhan leguminosa tropis, berasal dari Amerika Tengah. Disebarkan oleh orang-orang Mayan dan Zapotec keseluruh Amerika Tengah. Brewbaker dan Hylin (1965), Leucaena leucocephala adalah salah satu spesies dari genus leucaena yang termasuk sub famili Mimosoideae, famili Leguminosease, sub ordo Rosales, sub

9 klas Dycotyledonea, Klas Angiospermopsidae, sub divisio Spermatophyta dan sub kindom Embryobionta. Gambar 1. Lamtoro / Petai Cina Lamtoro merupakan tanaman leguminosa pohon yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai penghasil hijauan makanan ternak sepanjang tahun. Tanaman ini dapat menghasilkan 70 ton hijauan segar atau sekitar 20 ton bahan kering/ha/tahun. Komposisi kimia zat makanannya dalam bahan kering terdiri atas 25,90% protein kasar, 20,40% serat kasar dan 11% abu (2,30% Ca dan 0,23% P), karotin 530,00 mg/kg dan tanin 10,15 mg/kg (NAS, 1984). Berdasarkan informasi dari Melo dan Thomas (1982) menunjukkan bahwa hasil analisis kimia daun lamtoro mengandung protein kasar 24,2%, abu 7,5%, energi metabolisme 2450 Kkal/kg, serat kasar 21,5%, kalsium 1,68%, dan posfor 0,21%. Selanjutnya NAS (1977) menyatakan bahwa daun lamtoro memiliki nilai gizi yang tinggi, dengan asam amino yang terdapat dalam proporsi yang seimbang dan dapat menjadi sumber vitamin. Kandungan mineral pada daun lamtoro adalah nitrogen (N), fosfor (P), potasium (K), sulfur (S), kalsium (Ca), dan mangan (Mn) yang masing - masing besarnya 4,1; 0,25; 2; 0,24; 0,49% dan 325 ppm (Jones, 1979). Sedangkan menurut D Mello dan Fraser (1981) dalam daun lamtoro tersebut juga terkandung

10 mineral kalsium (Ca) sebesar 1,81%, fosfor (P) 0,25%, potasium (K) 0,80% dan magnesium (Mg) 0,51%.Menurut Scott (1976) yang dikutip oleh Murtidjo (1990) energi metabolis untuk tepung daun lamtoro sebesar 1140 kkal/kg. sedangkan komponen zat makanan dalam tepung daun lamtoro menurut Garcia et.al., (1996 ) dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kandungan zat makanan tepung daun lamtoro Fraksi Kimia Hijauan (ranting dan daun) Tepung Daun % BK Nitrogen 3,52 4,15 Protei Kasar 22,03 29,20 Mimosin 2,14 4,30 Serat Kasar 35,00 19,20 NDF 39,50 - ADF 35,10 - Hemicellulosa 4,71 - Cellulosa 18,30 - Lignin 7,90 - Ash 8,04 10,50 Tanin 1,05 1,01 Sulfur 0,22 - Calcium 1,80 1,90 Phosfor 0,26 0,23 Magnesium 0,33 0,34 Sodium 1,34 0,02 Potassium 1,45 1,70 mg/kg Copper 26,00 9,70 Iron 381,30 907,40 Zinc 169,50 26,00 Manganese 465,08 59,90 Iodine 61,50 - Chloride 0,17 - Oxalate 881,60 - Xantofyll - 753,00 Lutein - 543,00 Zeaxanthin - 128,00 Carotene - 237,50 Sumber : Garcia et al., (1996 ) Keteranagan : BK = Bahan Kering

11 2. Kecernaan Protein Protein merupakan struktur yang sangat penting untuk jaringan-jaringan lunak didalam tubuh hewan seperti urat daging, tenunan pengikat, kolagen kulit, rambut, kuku dan di dalam tubuh ayam untuk bulu, kuku dan bagian tanduk dan paruh (Wahyu, 1997). Dinyatakan oleh Parakkasi (1983) protein merupakan salah satu diantara zat-zat makanan yang mutlak dibutuhkan ternak baik untuk hidup pokok, pertumbuhan, produksi. Kecernaan merupakan proses perubahan pakan kedalam bentuk yang dapat diabsorpsi di dalam saluran pencernaan melalui jaringan tubuh terutama usus (Anonimous, 2000). Tinggi rendahnya kecernaan bahan pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis ternak, macam bahan pakan yang digunakan dalam pakan, kadar zat makanan pakan, level pemberian pakan, dan cara penyediaan pakan (Mc Donald, et al., 1988). Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan adalah suhu, laju perjalanan pakan melalui pencernaan, bentuk fisik dari bahan pakan, komposisi pakan, dan perbandingan zat makanan lainnya (Anggorodi, 1985). Menurut Wahyu (1997) protein dalam pakan setelah masuk kedalam saluran pencernaan mengalami perombakan yang dilakukan oleh enzim-enzim hidrolitik yang bekerja di dalam rangkaian yang tetap. Setiap enzim yang ada di dalam saluran pencernaan tersebut memegang peranan penting dalam hidrolisis protein. Pakan dengan protein rendah cepat meninggalkan saluran pencernaan, sedangkan pakan dengan protein tinggi lebih lambat meninggalkan saluran

12 pencernaan untuk mendapatkan waktu lebih banyak untuk proses denaturasi dan penglarutan protein yang dikonsumsi. 3. Energi Metabolis Energi dibutuhkan unggas untuk melakukan suatu pekerjaan dan proses produksi lainnya. Semua bentuk energi diubah kedalam panas, jadi energi yang ada hubungannya dengan proses-proses tubuh dinyatakan dalam unit panas (kalori) (Anggorodi, 1985). Unggas menkonsumsi pakan sesuai dengan kebutuhan energi bagi tubuhnya. Kandungan energi pakan sangat mempengaruhi konsumsi pakan, apabila kandungan energi dalam pakan tinggi maka tingkat konsumsinya rendah, sebaliknya apabila kandungan energi dalam pakan rendah maka tingkat konsumsinya tinggi. Dengan demikian kandungan energi dalam pakan juga menentukan jumlah konsumsi zat makanan lainnya seperti protein, mineral, dan vitamin (Wahju, 1997). Menurut Aggorodi (1994) Energi metabolis merupakan energi makanan dikurangi energi yang hilang dalam feses, pembakaran gas-gas dan urin. Adapun gas-gas yang dihasilkan unggas dapat berupa uap air, gas amoniak (NH3), asam sulfide (H2S) dan metana (Sibbald, 1982 dalam Sundari, 2004). Energi metabolis memperlihatkan nilai suatu bahan makanan untuk memelihara suhu tubuh. Sejalan dengan pendapat Cullison (1982) yang mengemukakan bahwa energi metabolis adalah energi yang digunakan untuk memetabolisme zat-zat makanan dalam tubuh, satuannya dinyatakan dengan kilokalori per kilogram. Menurut Tillman dkk. (1998) daya cerna suatu bahan pakan dipengaruhi oleh kandungan serat kasar, keseimbangan zat-zat makanan dan faktor ternak

13 yang selanjutnya akan mempengaruhi nilai energi metabolis suatu bahan pakan. Hal ini didukung oleh pernyataan Mc. Donald, dkk. (1994) bahwa rendahnya daya cerna terhadap suatu bahan pakan mengakibatkan banyaknya energi yang hilang dalam bentuk ekskreta sehingga nilai energi metabolis menjadi rendah.

14 B. Kerangka Pikir Biaya pakan 70% Alternatif Daun lamtoro Murah, tidak bersaing dan memiliki nilai gizi yang cukup tinggi - protein dan energi tinggi Pengolahan - Meningkatkan kualitas telur Tepung daun lamtoro Burung puyuh Pemberian ransum perlakuan Kecernaan protein dan energi metabolisme Tingkat pemberian tepung daun lamtoro terhadap kecernaan protein dan konsumsi energi metabolisme burung puyuh Tingkat optimal penggunaan tepung daun lamtoro dalam ransum ransum Gambar 2. Kerangka pikir penelitian tingkat pemberian tepung daun lamtoro terhadap kecernaan protein dan konsumsi energi metabolisme burung puyuh.

15 C. Hipotesis Tingkat penggunaan tepung daun lamtoro dalam ransum diduga dapat mempengaruhi kecernaan protein dan konsumsi energi metabolisme burung puyuh.