JURNAL FARMASI SAINS DAN KOMUNITAS, November 2014, hlm Vol. 11 No. 2 ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin /zat beracun

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. toksin ke dalam aliran darah dan menimbulkan berbagai respon sistemik seperti

KORELASI KADAR SERUM PROCALSITONIN DENGAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PENDERITA DENGAN KECURIGAAN SEPSIS DI RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE FEBRUARI JUNI 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta dolar Amerika setiap tahunnya (Angus et al., 2001). Di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh

BAB I PENDAHULUAN. systemic inflammatory response syndrome (SIRS) merupakan suatu respons

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. pemeriksaan kultur darah menyebabkan klinisi lambat untuk memulai terapi

ABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS

ABSTRAK. Penny Setyawati Martioso, dr., Sp.PK., M.Kes.

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PROCALCITONIN DAN SEL DARAH PUTIH SEBAGAI PREDIKTOR UROSEPSIS PADA PASIEN OBSTRUKSI SALURAN KEMIH DI RSUP SANGLAH DENPASAR

KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA

Hubungan Konsentrasi Prokalsitonin dengan Etiologi Pneumonia pada Penderita Pneumonia Komunitas

ABSTRAK UJI VALIDITAS HASIL PEMERIKSAAN KADAR HEMOGLOBIN METODE TALLQVIST TERHADAP METODE FLOW CYTOMETRY

RINGKASAN. Sepsis merupakan masalah global dengan angka morbiditas dan mortalitas yang

ABSTRAK UJI VALIDITAS PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH METODE MODIFIKASI WESTERGREN DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 45 0 TERHADAP METODE RUJUKAN ICSH 1993

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pedoman penyelanggaran pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014.

BAB I PENDAHULUAN. dengan imunitas pejamu, respon inflamasi, dan respon koagulasi (Hack CE,

ABSTRAK. Pembimbing II : Penny S M., dr., Sp.PK., M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. diikuti oleh kompensasi anti-inflamasi atau fenotip imunosupresif yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi penyakit infeksi memiliki kecenderungan yang masih cukup

SENSITIVITAS ANTIBIOTIK PADA PASIEN SEPSIS DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak, imunologi, dan mikrobiologi RSUP dr.kariadi Semarang

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

Korelasi antara Immature Granulocytes dan Delta He sebagai Penanda Inflamasi pada Penderita dengan Lekositosis

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. kemudian memicu respon imun tubuh yang berlebih. Pada sepsis, respon imun

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HASIL TES PROKALSITONIN PADA SEPSIS Studi kasus di RSUP dr. Kariadi Semarang Frisca, Putu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

HUBUNGAN GAMBARAN DARAH TEPI DAN KADAR PRESEPSIN PADA PASIEN SIRS. Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

ABSTRAK. PERBANDINGAN KADAR HIGH SENSITIVITY C-REACTIVE PROTEIN (hs-crp) PADA PEROKOK AKTIF BERAT, PEROKOK AKTIF RINGAN, DAN NONPEROKOK

PERBANDINGAN SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS KADAR CRP DAN LED PADA PASIEN RHEUMATOID ARTRITIS DI RSUD. DR. PRINGADI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN KEMIH PADA WANITA HAMIL BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN URINALISIS RUTIN DI PUSKESMAS SUKAWARNA BANDUNG

ABSTRAK. Fransisca Nathalia, Pembimbing Utama: dr.adrian Suhendra, Sp.PK., M.Kes

BAB 4 METODE PENELITIAN. Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik.

BAB I PENDAHULUAN. yang mengalami proses penuaan yang terjadi secara bertahap dan. merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari (Astari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan serius yang terjadi di

HUBUNGAN APACHE II SCORE DENGAN ANGKA KEMATIAN PASIEN DI ICU RSUP DR. KARIADI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi

BAB I PENDAHULUAN. multiorgan, ini disebut septic shock. Sepsis merupakan SIRS (Systemic. tempat infeksi, maka ini disebut dengan sepsis berat.

DIAGNOSTIK C-REACTIVE PROTEIN (CRP) PADA PASIEN DENGAN APENDISITIS AKUT SKOR ALVARADO 5-6

ABSTRAK PASIEN USIA LANJUT DI RUANG RAWAT INTENSIF RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 AGUSTUS JANUARI 2010

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

ABSTRAK KESESUAIAN PERHITUNGAN NILAI RATA-RATA ERITROSIT FLOW CYTOMETER DENGAN GAMBARAN POPULASI ERITROSIT PADA PEMERIKSAAN SEDIAAN APUS DARAH TEPI

HUBUNGAN ANTARA LEUKOSIT DENGAN PROCALCITONIN SEBAGAI BIOMARKER SEPSIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK BULAN AGUSTUS - OKTOBER 2015 MEDAN

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi sasaran pada penelitian ini adalah orang sehat/normal, pasien SIRS, dan pasien sepsis dengan usia tahun.

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sepsis terbanyak setelah infeksi saluran nafas (Mangatas, 2004). Sedangkan

ORIGINAL ARTICLE. Hubungan Perubahan Kadar Prokalsitonin dengan Respons Terapi Community-Acquired Pneumonia di RS Wahidin Sudirohusodo, Makassar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di

Demam tanpa penyebab yang jelas masih

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

ABSTRAK. Kata kunci: HIV-TB, CD4, Sputum BTA

BAB IV METODE PENELITIAN

HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN INFEKSI RESPIRATORIK AKUT (IRA) BAGIAN BAWAH PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI RSUD SUKOHARJO

POLA KUMAN PENYEBAB BAKTEREMIA PADA NEONATUS DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIK DI RSUP H

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Emil E, ; Pembimbing I: Penny Setyawati M., dr, SpPK, M.Kes. PembimbingII :Triswaty Winata, dr., M.Kes.

BAB IV METODE PENELITIAN

ABSTRAK. UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN TUBEX-TF DAN WIDAL TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID

PERBEDAAN EKSPRESI VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA RETINOBLASTOMA STADIUM KLINIS INTRAOKULAR DAN INVASI LOKAL.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran CAKRADENTA YUDHA POETERA G

BAB I PENDAHULUAN. denyut/menit; 3. Respirasi >20/menit atau pa CO 2 <32 mmhg; 4. Hitung leukosit

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit

ABSTRAK PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross-sectional terhadap data sekunder berupa rekam

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

HALAMAN PENGESAHAN KTI HUBUNGAN OVEREKSPRESI HUMAN EPIDERMAL GROWTH FACTOR RECEPTOR 2 (HER-2) DENGAN GRADE HISTOLOGI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI

ARTIKEL PENELITIAN. Relationship between Neutrophil Lymphocyte Ratio and Sequential Organ Failure Assesment Score in the Intensive Care Unit Patients

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA SKOR COPD ASSESSMENT TEST (CAT), INDEKS BRINKMAN DAN FUNGSI PARU

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).

ABSTRAK. GAMBARAN IgM, IgG, DAN NS-1 SEBAGAI PENANDA SEROLOGIS DIAGNOSIS INFEKSI VIRUS DENGUE DI RS IMMANUEL BANDUNG

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS WILAYAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37 per 1000

ABSTRAK PERBEDAAN KADAR CANCER ANTIGEN 125 DAN HUMAN EPIDIDIMIS PROTEIN 4 PADA PASIEN KANKER OVARIUM EPITELIAL TIPE I DAN TIPE II

MATA KULIAH PATOLOGI KLINIK

ABSTRAK. Lidya K S Arung, 2015 Pembimbing Utama : Dani, dr., M.Kes. Pembimbing Pendamping: Dr. Philips Onggowidjaja, S.Si.,M.Si.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI PADA PASIEN PENGGUNA ANTIBIOTIK DALAM RESEP DI APOTEK X WILAYAH SURABAYA TIMUR

PERBEDAAN SATURASI OKSIGEN AWAL MASUK TERHADAP LUARAN PNEUMONIA PADA ANAK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN JUMLAH TROMBOSIT DAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PASIEN ANAK DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

DAFTAR PUSTAKA. 1. Huang DT, et al. Risk Prediction With Procalcitonin and Clinical Rules in

The Relations of Knowledge and The Adherence to Use PPE in Medical Service Employees in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari

PENGARUH PENGETAHUAN TERHADAP KUALITAS HIDUP DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT SEBAGAI VARIABEL ANTARA PADA PASIEN DM

Transkripsi:

JURNAL FARMASI SAINS DAN KOMUNITAS, November 2014, hlm. 81-8 Vol. 11 No. 2 ISSN: 193-83 HUBUNGAN PROCALSITONIN DAN GAMBARAN MORFOLOGI LEUKOSIT PADA INFEKSI BAKTERIAL Fenty, Dita Maria Virginia Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Abstract: Bacterial sepsis increases morbidity and mortality in all ages. Early detection has been shown to be crucial for the improved outcome of patients with sepsis. Till now there is no routine test for screening. Procalcitonin and morphology of leukocytes are biomarkers of bacterial sepsis. The aim of this study was to determine the relationship between procalcitonin and morphology of leukocytes as marker in bacterial infection. This study was analytical observational with cross sectional design and data collected prospectively.this study measured simultaneously the value of procalcitonin and morphology of leukocytes examination in patients with suspected bacterial infection in hospital X of Yogyakarta. Data were analysed by statistics. The results showed immature granulocytes and vacuolization of neutrophils in the leucocytes morphology has a significant correlation with level of procalcitonin. Keywords: bacterial infection, procalcitonin, morphology of leukocytes 1. Pendahuluan Sepsis bakterial merupakan kondisi respon sistemik terhadap infeksi oleh agen mikrobia bakterial yang akan mengikutsertakan mediator proinflamatori seperti TNF-α dan IL- (James et al., 20, Jin&Khan, 20). Penegakan diagnosis awal yang lebih cepat pada keadaan sepsis dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas serta ketepatan pemberian antibiotik. Berikut merupakan beberapa penanda sepsis karena infeksi bakterial seperti kultur darah, procalsitonin (PCT), C- reactive protein, IL-, parameter hemogram dan gambaran morfologi leukosit (Rowther et al., 2009, Khair et al., 20). Dari berbagai marker infeksi bakterial, PCT merupakan penanda spesifik infeksi bakterial berat dan dapat membedakan antara sepsis dengan SIRS (systemic inflammatory respons syndromes) (Pangalila, 2014). Procalcitonin (PCT) merupakan prekursor hormon calcitonin yang terdapat pada sel C kelenjar tiroidal dan pada sel neurohormon extratiroidal. Pada saat awal terjadinya sepsis akan terjadi peningkatan konsentrasi PCT dan peningkatan tersebut hanya terjadi pada infeksi yang disebabkan oleh bakterial bukan oleh virus. Pada kondisi normal tanpa ada infeksi, PCT hanya terdapat pada sel C di kelenjar tiroid, namunpada saat terjadi infeksi bakterial akan terjadi peningkatan konsentrasi PCT. Hal ini terjadi karena bila tidak terjadi infeksi transkripsi CALC-I gen dari extratiroidal akan ditekan. Saat terjadi infeksi bakterial, ion CALC-I gen dari CT-RNA messager akan diekspresikan dari berbagai sel neuroendokrine extratiroidal (jaringan parenkim) di dalam tubuh sehingga seluruh molekul PCT akan menyebar secara sistemik (Linscheid et al., 2003, Christ-Crain and Muller, 2007). Konsentrasi PCT pada subjek sehat kurang dari 0, μg/l dan akan meningkat sampai dengan 0 μg/l selama infeksi bakterial akut, parasit, dan atau jamur yang disertai dengan manifestasi sistemik, bahkan bila tidak terdapat kelenjar tiroid. Hal ini mendukung pernyataan sebelumnya bahwa pada saat terjadi inflamasi, PCT juga akan diproduksi oleh sel ekstratiroidal (Reinhart, Karzai, and Meisner, 2000). Salah satu keuntungan PCT yaitu spesifik terhadap endotoxin bakterial sehingga konsentrasi PCT tidak akan meningkat apabila terjadi infeksi oleh virus. Hal ini berarti PCT dapat membedakan apakah pasien terinfeksi bakterial atau virus (Rowther et al., 2009). Pengukuran PCT juga bermanfaat dalam efisiensi penggunaan antibiotik yang dapat dilihat dari menurunnya masa tinggal di rumah sakit.

FENTY, VIRGINIA Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas 82 Pemeriksaan konsentrasi PCT dari hari ke hari digunakan sebagai dasar untuk memulai dan atau pemberhentian terapi antibiotik (Bouadma et al., 20). Penelitian Uzzan et al. (200) menunjukkan PCT memiliki rentang sensitivitas 42% - 0% dan rentang spesifikasi 48% - 0% dimana hasil ini lebih baik daripada CRP (C reactive protein). Namun pengukuran PCT untuk penegakan diagnosis dan monitoring terapi sering tidak dilakukan, dikarenakan oleh harga pemeriksaan yang relatif mahal dibandingkan jenis pemeriksaan lain dan tidak semua fasilitas pelayanan kesehatan dapat menyediakan pemeriksaaan PCT. Kultur darah sebagaigold standar identifikasi sepsis bakterial membutuhkan waktu yang lama dan tingkat kepositifannya rendah. Parameter sederhana seperti gambaran morfologi lekosit dapat digunakan untuk screening adanya infeksi bakteri. Gangguan leukosit umumnya terjadi pada pasien sepsis, faktanya satu dari empat kriteria SIRS yang akan berkembang menjadi sepsis menyebutkan ditemukan > % neutrofil immature (Eremin & Sewell, 2011). Berbagai penelitian menyatakan adanya korelasi antara vakuolisasi netrofil dan bakteriemia. Vakuolisasi sitoplasma granulosit yang lebih dari sepuluh persen sering ditemukan dalam sepsis (Martin et al.,1998). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara PCT dan gambaran morfologi lekosit sebagai penanda adanya infeksi bakteri dalam tubuh. Tabel 1. Karakteristik Pasien Suspect Sepsis di RS X Karakteristik n (%) Median (minimum-maksimum) Usia <12 tahun 1.20. tahun 20-40 tahun 40-0 tahun >0 tahun Nilai PCT < 0, ng/ml >0, ng/ml Granulasi immatur Granulasi toksik netrofil Hipersegmentasi netrofil Vakuolisasi neutrofil Vakuolisasi monosit Limfosit atipik 3 2 8 14 (30,3) 23 (9,7) 24 (72,7) 9 (27,3) 18 (4,) 1 (4,) 2 (7,8) 8 (24,2) 21 (3,) 12 (3,4) 22 (,7) 11 (33,3) 22 (,7) 11 (33,3) (0,12 89) 1,78 (0,04 170,07)

83 FENTY, VIRGINIA Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas 2. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan rancangan potong lintang/cross sectional dan pengambilan data secara prospektif. Penelitian ini akan mengukur secara bersamaan antara nilai procalcitonin (PCT) dan gambaran morfologi lekosit pada pasien dengan suspect sepsis bakterial. Subjek dalam penelitian ini adalah semua pasien suspect sepsis bakterial. Kriteria inklusi adalah pasien suspect sepsis bakterial yang dirawat di RS X di Yogyakarta. Kriteria eksklusi yakni pasien dengan diagnosa gagal ginjal akut maupun kronik, pasien post-operative/ trauma dan tidak bersedia menyetujui inform consent. Penelitian dilakukan dalam jangka waktu Desember 2013- April 2014. Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan ijin penelitian dari Komisi Etik Kedokteran Universitas Gadjah Mada Ref: KE/FK/392/EC dan ijin penelitian di RS X. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif dan dianalisis dengan uji statistik Fisher dengan confidence interval 9%. 3. Hasil dan Pembahasan Data penelitian diperoleh dari pengambilan sampel darah pasien suspect infeksi atau sepsis bakterial di RS X di Yogyakarta. Pengambilan sampel darah untuk memeriksa procalcitonin (PCT) dan pembuatan preparat untuk melihat morfologi lekosit. PCT merupakan penanda infeksi bakteri dengan cut off 0, ng/ml. Pofil nilai PCT dibagi menjadi 2 kelompok yaitu <0, ng/ml dan > 0, ng/ml. Nilai PCT < 0, ng/ml artinya tidak terjadi infeksi bakterial dan apabila nilai > 0, ng/ml terjadi infeksi bakteri dan harus mulai diterapi dengan antibiotik. Pengelompokan nilai PCT dengan cut off 0, ng/ml berdasarkan guideline PCT PRORATA trial mengenai penggunaan antibiotik (Bouadma et al., 20) yang menyatakan bahwa penggunaan antibiotik dibutuhkan saat nilai PCT > 0, ng/ml. Penggunaan reagen PCT telah sesuai dengan rentang C1 dan C2 di alat serta memiliki CV=8,2 dimana syarat dari alat adalah CV<. Subjek penelitian yang terlibat sebanyak 32 pasien dengan 33 jumlah kasus. Karakteristik subjek penelitian dalam analisis univariat tersaji pada tabel 1. Hasil analisis deskriptif terkait karakteristik subyek penelitian ini menunjukkan pasien berusia > 0 tahun memiliki frekuensi paling besar dimana median umur berada di tahun sehingga dapat dikatakan sebagian besar pasien masuk ke dalam kategori pra lansia dan lansia. Nilai PCT >0, ng/ml menunjukkan frekuensi yang paling banyak, sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar pasien mengalami infeksi bakterial berdasarkan nilai PCT. Hasil karakteristik parameter morfologi lekosit menunjukkan sebagian besar kasus negatif pada granulosit imatur, granulosit toksik, vakolisasi neutrofil, vakuolisasi monosit, dan limfosit atipik. Analisis bivariabel dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan gambaran morfologi lekosit pada kedua kelompok nilai PCT. Analisis data menggunakan uji Fisher. Pada tabel 2 menunjukan bahwa granulosit immatur dan vakuolisasi netrofil pada pemeriksaan morfologi lekosit menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik terhadap nilai procalcitonin. Pada kelompok dengan nilai PCT > 0, ng/ml (kelompok infeksi bakterial yang membutuhkan terapi antibiotik) dengan 23 sampel, terdapat 9 preparat dengan granulosit imatur positif dan 14 preparat tanpa granulosit immatur.pada kelompok dengan nilai PCT < 0, ng/ml ( preparat), tidak ada preparat yang menunjukan adanya granulosit immatur. Hal ini berarti bahwa pada keadaan tidak ditemukan infeksi bakterial, maka tidak ditemukan gambaran granulosit immatur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Eremin & Sewell (2011) yang menunjukan bahwa salah satu dari kriteria SIRS yaitu ditemukan > % neutrofil immatur juga dapat menjadi penanda berkembangnya ke arah sepsis. Pada kelompok dengan nilai PCT > 0, ng/ml (kelompok infeksi bakterial yang membutuhkan terapi antibiotik), dari 23 sampel, terdapat 12 preparat dengan vakuolisasi neutrofil positif dan

FENTY, VIRGINIA Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas 84 11 preparat tanpa vakuolisasi neutrofil. Pada kelompok dengan nilai PCT < 0, ng/ml ( preparat), tidak ada preparat yang menunjukan adanya gambaran vakuolisasi netrofil. Hal ini menunjukkan bahwa pada keadaan tidak adanya infeksi bakterial maka tidak didapatkan gambaran vakuolisasi netrofil. Gambaran granulosit immatur dan vakuolisasi netrofil tampaknya dapat digunakan sebagai penanda yang sederhana untuk menyingkirkan adanya kemungkinan infeksi bakterial. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kedua gambaran granulosit immatur dan vakuolisasi netrofil dapat digunakan sebagai penanda untuk menyingkirkan adanya infeksi bakteri, yang dapat dikombinasikan dengan penanda lainnya untuk dapat membedakan apakah suatu infeksi karena bakteri atau viral sehingga dapat menentukan pemberian terapi antibiotik. Pemeriksaan yang sederhana ini dapat digunakan ketika fasilitas pemeriksaan PCT atau kultur darah sulit diakses. Namun demikian, perlu dilakukan penelitian dengan sampel penelitian yang lebih banyak dan variasi karakteristik subyek penelitian yang lebih homogen sehingga didapatkan hasil yang lebih akurat. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai studi pendahuluan. Parameter MDT Tabel 2. Hubungan Gambaran Morfologi Lekosit dengan Nilai Procalcitonin (PCT) Nilai PCT (ng/ml) <0, >0, n = n =23 p value Granulasi imatur 0 14 9 0,021* Granulasi toksik 8 2 13 0,8 Hipersegmentasi 7 3 18 0,41 Vakuolisasi neutrofil 0 11 12 0,004* Vakuolisasi monosit 17 0,174 Limfosit atipik 17 0,174 *terdapat perbedaan signifikan

8 FENTY, VIRGINIA Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas 4. Kesimpulan Gambaran morfologi leukosit, khususnya granulosit immatur dan vakuolisasi neutrofil, memiliki hubungan yang bermakna secara statistik terhadap nilai procalcitonin. Daftar Pustaka Bouadma, L., Luyt, C.E., Tubach, F., et al., 20, Use of Procalcitonin to Reduce Patient s Exposure to Antibiotics in Intensive Care Units: A Multicentre Randomised Controlled Trial, Lancet, 37, 43-474. Christ-Crain, M., and Muller, B., 2007, Biomarkers in Respiratory Tract Infections: Diagnostic Guides to Antibiotic Prescription Prognostic Markers and Mediators, Eur Respir J., 30, 73. Eremin, O., and Sewell, H., 2011, Essential Immunology for Surgeons, Oxford University Press, Oxford, 12. Linscheid, P., Seboek, D., Nylen, E.S., et al., 2003, In Vitro and In Vivo Calcitonin I Gene Expression in Parenchymal Cells: A Novel Product of Human Adipose Tissue, Endocrinology, 144, 78 84. James, W.M.D., Timothy, T.C., Cornel, M.D., et al., 20, The Host Response to Sepsis and Developmental Impact, Pediatrics, 12, 31-41. Jin, M., and Khan, A.I., 20, Procalcitonin: Uses in The Clinical Laboratory for the Diagnosis of Sepsis, Labmedicine, 41, 173-177. Khair, K. B., Rahman, M.A., Sultana, T., 20, Role of Hematologic Scoring System in Early Diagnosis of Neonatal Septicemia, BSMMU Journal, 3, 2-7. Martin, E. A. S., Steininger, C. A. L., & Koepke, J. A., 1998, Clinical Hematology, Principles, Prosedures Correlation, 2nd edition, Lippincott, Philadelphia, p30-31. Pangalila, F., 2014, Procalsitonin Benefit in the Treatment of Sepsis, Makalah dalam The th Continuing Professional Development on Clinical Pathology and Laboratory Expo 2014, Yogyakarta. Reinhart K, Karzai W, Meisner M., 2000, Procalcitonin as A Marker of The Systemic Inflammatory Response to Infection, Intensive Care Med., 2, 1193-200. Rowther, F.B., Rodrigues, C.S., Deshmukh, M.S., et al., 2009 Prospective Comparison of Eubacterial PCR And Measurement of Procalcitonin Levels with Blood Culture for Diagnosing Septicemia in Intensive Care Unit Patients, J Clin Microbiol, 47, 294 299. Uzzan, B., Cohen, R., Nicholas, P., et al., 200, Procalcitonin As A Diagnostic Test for Sepsis in Critically Ill Adults and After Surgery or Trauma: A Systematic Review and Meta-Analysis, Crit. Care Med., 34, 199-2003.