BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini peradaban manusia semakin pesat, pola kehidupan manusia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikhis. Melalui pendidikan jasmani, siswa diperkenalkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif sepanjang hari pada saat melakukan aktifitas, biasanya pada saat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penunjang kegiatan sehari-hari, baik untuk bekerja, rekreasi maupun

BAB I PENDAHULUAN. Stadion Si-jalak Harupat merupakan stadion kebanggaan masyarakat kabupaten

PENGARUH PEMBELAJARAN PERMAINAN HOKI TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DI SMA NEGERI 26 GARUT

2015 DERAJAT KEBUGARAN JASMANI ANGGOTA KOMUNITAS PELESTARI PERMAINAN TRADISIONAL HONG KOTA BANDUNG

YADY SUPRIYATNA, 2014 KONTRIBUSI TINGKAT VO2 MAX TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI DALAM OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan olahraga permainan khususnya sepak bola

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian pendidikan-menurut-ahli Rini Nurmayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. diemban. Kebugaran jasmani dipertahankan dengan berbagai bentuk latihan.

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah nikmat karunia Allah yang menjadi dasar bagi segala nikmat. Nikmatnya makan, minum, tidur, serta kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini masyarakat telah menyadari akan perlunya

BAB IV OLAHRAGA DAN OLAHRAGA KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia,

KONSEP OLAHRAGA DALAM KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2016 MOTIF MASYARAKAT MELAKUKAN JENIS AKTIVITAS OLAHRAGA DILAPANGAN SABUGA BERDASARKAN USIA

BAB I PENDAHULUAN. (

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman fitness centre ini seperti menjadi kebutuhan sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aktivitas olahraga merupakan pilihan banyak orang untuk tetap menjaga

BAB I PENDAHULUAN. membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial. Yang mana

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang direncanakan secara sistematik untuk mencapai suatu tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hendra Dana, 2014

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk angka-angka, begitu juga di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

BAHAN PENATARAN DI BPMD. OLEH: DRA. Hj. TITE JULIANTINE M.Pd

SURVEI TINGKAT GENERAL ENDURANCE ATLET SEPAKBOLA PADA KLUB CAKRA BUANA KOTA TULUNGAGUNG TAHUN 2014/2015

PENGARUH LATIHAN SENAM AEROBIK LOW IMPACT DAN HIGH IMPACT TERHADAP PENURUNAN MASSA LEMAK TUBUH (SKIN FOLD)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aktivitas olahraga merupakan pilihan banyak orang untuk tetap

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini, gerakan-gerakan yang terkandung didalam olehraga atletik adalah gerakan yang biasa

BAB III METODE PENELITIAN

2014 PENGARUH METODE LATIHAN SMALL SIDED GAMES DAN KEBUGARAN JASMANI TERHADAP PENINGKATAN KAPASITAS ANAEROBIK

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari aktifitas olahraga aerobik yang memasyarakat adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKNIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET

2015 DAMPAK LATIHAN FARTLEK TERHADAP PENINGKATAN V02MAX.

I. PENDAHULUAN. Nasional RI No. 20 Tahun 2003 adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya semua orang mempunyai aktifitas masing-masing, dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 PERBANDINGAN MOTIVASI BEROLAHRAGA BERDASARKAN OLAHRAGA KOMPETISI DAN OLAHRAGA REKREASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Lokasi, Populasi, dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga

TINJAUAN KEMAMPUAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2 MAX) ATLET PENCAK SILAT PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN PELAJAR (PPLP) SUMATERA BARAT TAHUN 2015 JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan untuk

2015 MENINGKATKAN DAYA TAHAN CARDIOVASCULAR MELALUI ZUMBA DANCE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Firdaus, 2014

2016 HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG OLAHRAGA KESEHATAN DENGAN PARTISIPASI OLAHRAGA PADA IBU RUMAH TANGGA USIA PRODUKTIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan pertunbuhan akan dimulai secara bertahap dan meningkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga telah menjadi sesuatu yang tidak terpisahkan dari kehidupan

OLAHRAGA DAN OLAHRAGA KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014

DAMPAK SARANA OLAHRAGA REKREASI TERHADAP PARTISIPASI BEROLAHRAGA. Mudjihartono. (Universitas Pendidikan Indonesia) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan

Specific Dynamic Action

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai sarana untuk meraih prestasi. latihan fisik yang teratur dan sesuai untuk mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sanila, 2013

OLAHRAGA KESEHATAN BAHAN AJAR

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini masyarakat disibukkan dengan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia yang sehat mempunyai aktivitas masing-masing sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PERBANDINGAN PENGARUH SENAM IRAMA LINE DANCE DAN SENAM BODY COMBAT TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA DI SMAN 1 BATUJAJAR

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Enjang Risan Solehudin, 2013

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI AEROBIK DAN LATIHAN RENANG TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yandi Useandi, 2014

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH METODE LATIHAN TRIANGLE RUN TERHADAP DAYA TAHAN (VO2MAX) PADA ANGGOTA EKSTRAKULIKULER SEPAKBOLA SMA NEGERI 1 CABANGBUNGIN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani termasuk bagian integral dari sistem pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai kegiatan manusia untuk memperoleh hiburan setelah lelah

SKRIPSI. oleh : FEBRIAN RIZKI SUSANDI NIM :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

sebagainya. Menurut Susan M Sawyer et al, 2012 masa remaja merupakan salah satu fase kehidupan saat fungsi fisik hampir mencapai puncaknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan adalah melalui pendekatan ilmiah. Menurut Cholik

I. PENDAHULUAN. Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Sehat adalah keadaan

Mahendra (2009:10) juga memaparkan bahwa secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK FKIP UNP Kediri OLEH :

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini peradaban manusia semakin pesat, pola kehidupan manusia akan selalu berubah, dengan perkembangan jaman. Hal ini yang mendorong manusia hidup dengan berbagai kesibukanya masing-masing, mereka cenderung hidup kearah individualistis dan lebih senang menghabiskan waktunya sendiri, namun manusia cenderung lupa bahwa dalam kehidupannya manusia harus berkelompok atau bermasyarakat. Manusia tidak dapat berdiri sendiri namun tergantung pada orang lain. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Dalam hubungannya dengan manusia lain manusia berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan orang lain, karena manusia mempunyai naluri untuk selalu hidup dengan orang lain. Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa, Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok. Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani (2004), Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur social, Interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai, menghargai, dan saling 1

2 mendukung. Dengan demikian manusia dalam kehidupan sehari-hari hampir semua kegiatan manusia dilakukan dalam kaitannya dengan orang lain dan dalam kehidupan bersama dengan manusia lainnya. Salah satu cara untuk melangsungkan hal tersebut yaitu dengan berolahraga karena olahraga manusia dapat berinteraksi dengan orang lain. Aktivitas Olahraga merupakan aktivitas sosial, sama halnya dengan aktivitas lain dalam proses sosial yang menyebabkan terjadinya interaksi antar satu individu dengan terjalin dengan teratur dan tersusun, maka setiap orang mempunyai situasi tertentu yang menyebabkan terjadinya perubahan pada hal apa yang harus diemban individu yang lainnya serta dengan lingkungan dimana individu berada. Dalam interaksi sosial yang dan dikerjakannya. Kenyataannya bahwa manusia memiliki dua segi kehidupan, yaitu kehidupan publik dan kehidupan pribadinya. Dalam kehidupan masyarakatnya (publik), manusia belajar menerima dan menyesuaikan diri dengan nilai dan keadaan yang sebenarnya, yang mungkin tidak diinginkannya. Sebagai pribadi, manusia memiliki kebebasan untuk berbuat dan menjadi sesuai dengan keinginannya. Seperti dalam aktivitas olahraga beregu, yang memiliki aturan kolektif tetapi diberikan kebebasan perindividu untuk menunjukkan kemampuan yang dimiliki melebihi kemampuan yang lainnya. Dalam kasus olahraga pun, interaksi yang terjadi diantara partisipannya melahirkan tingkatan-tingkatan tertentu atau stratifikasi sosial sebagai sistem lapisan masyarakat, bukan hanya pada jenis aktivitasnya melainkan pelaku yang terlibat didalamnya. Misalnya ada istilah olahraga elit, olahraga masyarakat, olahraga amatir dan profesional, olahraga khusus untuk pria dan

3 olahraga khusus wanita dan lain sebagainya. Olahraga masyarakat erat kaitanya dengan olahraga kesehatan dan rekreasi, karena pada dasarnya olahraga kesehatan dan rekreasi melibatkan masyarakat secara merata tanpa ada tingkatan umur tertentu, selain itu olahraga kesehatan dan rekreasi juga mencirikan pelaksanaan yang masal, mudah, meriah, murah, manfaat dan aman. Aktivitas olahrga kesehatan dan rekreasi yang dilakukan masyarakat dapat menunjang terjadinya interaksi sosial antara individu yang melakukanya. Dalam jenis olahraga aerobik dan anaerobik tidak hanya menggarap aspek jasmaniah tetapi dapat juga menjangkau aspek rohaniah dan aspek sosial. Hal ini terlihat dari jumlah pesertanya yang masal dengan suasana informal, yang akan menimbulakan rasa senang dan akan memberikan pengaruh positif terhadap rohani dan mendorong terjadinya interaksi sosial yang harmonis dan lepas dari hambatan hambatan yang bersumber pada perbedaan kedudukan sosial. Dari penjelasan tersebut olahraga dapat memberikan pengaruh positif pada pelaku yang melaksanakanya. Selain itu olahraga juga dari pemaparan diatas dapat diambil pengertian bahwa olahraga berhubungan dengan interaksi sosial, tetapi untuk mencapai hal itu olahraga memerlukan fasilitas yang memadai sebagai penunjang untuk kelangsungan olahraga dan sehingga mencapi tujuan yang diharapkan dari olahraga itu sendiri. Cirebon merupakan salah satu kota besar di jawa barat. Dalam perkemabanganya kota ini menunjukan perkembangan yang sangat signifikan dalam berbagai hal pembangunan, termasuk olahraga. Dalam arah, tahapan, dan

4 prioritas pembangunan daerah, olahraga mendapat perhatian yang berarti dari pemerintah dalam bentuk pembangunan sarana dan prasarana olahraga bagi aktifitas olah raga masyarakat Cirebon. Seperti halnya sarana olahraga bima yang terdapat di Cirebon merupakan tempat akivitas olaharaga masyarakat dengan fasilitas yang memadai. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa olahraga ada kaitanya dengan interaksi sosial pelakunya, sehingga penulis mengemukakan tema sentral dalam penelitian ini adalah melihat kaitan antara aktivitas olahraga dengan interaksi social pelaku olahraga di sarana olahraga Bima Cirebon. B. Identifikasi Masalah Selama proses aktivitas olahraga yang dilakukan oleh anggota masyarakat di sarana olahraga Bima Cirebon secara sederhana, mereka tampak bergembira sambil melakukan gerak fisik sesuai dengan bentuk aktivitas olahraga yang dilakukannya. Terlihat seperti tidak ada ketegangan hidup yang dialami oleh pelaku aktivitas tersebut dan terlihat beberapa individu melakukan aktivitas olahraga dengan rasa gembira dan berhubungan dengan pelaku lainya. Indikasi tersebut terlihat mereka berkomunikasi satu sama lain baik dengan teman mereka maupun dengan anggota lainnya yang baru dengan cara berkenalan, bergaul, kemudian saling berbagi cerita dalam pengalaman mereka, sehingga dari sana akan terjalin hubungan timbal balik antara individu dengan individu lain, individu dengan kelompok, dan kerlompok dengan kelompok lain. Hal ini sesuai dengan penjelasan Gerungan (1988:61) bahwa, "Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain,

5 atau sebaliknya. Aktivitas olahraga yang dilakukan oleh pelaku olahraga di sarana olahraga Bima Cirebon baik dari jenis aerobic ataupun anaerobic tidak menutup kemungkinan dapat meningkatkan kondisi fisik dan rohaniah, dan social. Salah satu alasan mengapa penelitian ini dilaksanakan karena penulis mengamati fenomena menarik tentang aktivitas olahraga yang dilakukan oleh sebagian anggota masyarakat di sarana olahraga Bima Cirebon pada hari minggu pagi dan hari libur lainya. Pelaku olahraga di Bima Cirebon sangat antusias melakukan aktivitas olahraga di sarana olahraga Bima Cirebon. Penelitian ini dilaksanakan, penulis ingin mengetahui perbedaan antara pelaku aktivitas olahraga anerobik dan pelaku aktivitas olahraga anaerobic terhadap terjadinya interaksi social di sarana olahraga Bima Cirebon. Berangkat dari identifikasi masalah yang penulis paparkan, maka pertanyaanpartanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagia berikut : C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana kondisi Interaksi Sosial pelaku aktivitas olahraga anaerobik di sarana olahraga Bima Cirebon? 2. Bagaimana Kondisi Interaksi Sosial pelaku aktivitas olahraga aerobic di sarana olahraga Bima Cirebon? 3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara Kondisi pelaku aktivitas olahraga anaerobic dengan Kondisi interaksi sosial pelaku aktivitas olahraga anaerobic di sarana olahraga Bima Cirebon? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian

6 ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kondisi interaksi sosial pelaku aktivitas olahraga aerobic di sarana olahraga Bima Cirebon 2. Untuk mengetahui kondisi interaksi sosial pelaku aktivitas olahraga anaerobic di sarana olahraga Bima Cirebon 3. Untuk mengetahui perbedaan antara kondisi interaksi sosial pelaku aktivitas olahraga aerobic dengan kondisi pelaku aktivitas olahraga anaerobic di sarana olahraga Bima Ciirebon. E. Manfaat Penelitian Sesuai dengan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini, maka manfaat yang penulis harapkan adalah sebagai berikut: 1. Dapat memberikan informasi mengenai perbedaan pengaruh dengan adanya pelaku olahraga aerobic dan anaerobic terhadap interaksi sosial di sarana olahraga Bima Cirebon, sehingga menjadi bahan masukan bagi pimpinan daerah Cirebon dalam rangka meningkatkan aspek sosial yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah Cirebon dalam memberikan kompensasi kepada anggota pelaku olahraga khususnya kompensasi dalam memberikan peluang terhadap anggota pelaku olahraga terhadap aktivitas olahraga, sehingga memberikan makna bagi kesejahteraan anggota masyarakat. 3. Sebagai bahan masukan bagi lembaga khususnya Program Studi Ilmu

7 Keolahragaan FPOK UPI mengenai kontribusi aktivitas olahraga terhadap aspek sosial. F. Pembatasan Penelitian Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penelitian ini, perlu ada pembatasan masalah seperti yang dijelaskan oleh Nasution (1982:27) sebagai berikut: Analisis masalah juga membatasi ruang lingkup masalah. Disamping itu perlu dinyatakan secara khusus batasan masalah agarpenelitian lebih terarah. Lagi pula dengan demikian kita memperoleh gambaran yang lebih jelas, apabila penelitian ini dianggap selesai dan berakhir. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini terfokus pada gambaran kondisi interaksi social pelaku aktivitas olahraga di sarana olahraga Bima Cirebon. Aktivitas olahraga yang diteliti adalah aktivitas olahraga aerobik dan olahraga anaerobik. Aktivitas olahraga aerobic dan aktivitas anaerobic sebagai variabel bebas dan interaksi sosial sebagai variabel terikat. 2. Sumber data atau populasi dalam penelitian ini adalah pelaku olahraga yang berpartisipasi aktif dalam olahraga di sarana olahraga Bima Cirebon. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang yang terdiri dari 15 orang pelaku aktivitas olahraga aerobic dan 15 orang pelaku olahraga anaerobic. sampel diambil menggunakan teknik probability sampling dengan teknik pengambilan random sampling. 3. Lokasi dan tempat yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah bertempat di sarana olahraga Bima Kota Cirebon. 4. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif ex

8 post fakto berupa uji independent sampel T tes dengan menggunakan angket,observasi dan dokumentasi sebagai alat pengumpul data. G. Penjelasan Istilah Supaya tidak terdapat salah tafsir dan memudahkan memahami penelitian yang penulis lakukan, maka pada bagian ini penulis uraikan mengenai pengertian istilah yang digunakan dalam penelitian khususnya yang terdapat dalam judul sebagai berikut: 1. Perbedaan adalah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (www.kamusbesarbah-asaindonesia.org/perbedaan) bisa Perihal yang berbeda, atau perihal yang membuat beda yang diakibatkan timbulnya sesuatu. Yang dimaksud perbedan dalam penelitian ini adalah perbedaan antara kondisi Interaksi sosial Pelaku aktivitas Olahraga Aerobik dan Anaerobik di sarana Olahraga Bima Cirebon. 2. Pelaku olahraga adalah, setiap orang dan atau kelompok yang terlibat secara langsung dalam kegiatan olahraga yang meliputi pngolahragaan, pembinaan olahraga dan tenaga keolahragaan. (UU tentang sistem keolahragaan nasional 2005). 3. Aktivitas adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu hal. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan aktivitas adalah kegiatan yang dilakukan oleh anggota masyarakat dalam olahraga. 4. Olahraga adalah suatu kegiatan gerak flsik yang dilakukan oleh seseorang dan sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.

9 5. Interaksi sosial menurut Maftuh dan Ruyadi (1999:12) sebagai berikut: "Interaksi sosial diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan-hubungan antara orang-perorangan, antara kelompokkelompok manusia, maupun antara orang-perorangan dengan kelompok manusia". Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan iteraksi sosial adalah hubungan timbal balik antara anggota masyarakat yang berpartisipasi dalam aktivitas olahraga di sarana olahraga Bima Cirebon. 6. Aktivitas Olahraga aerobic merupakan aktivitas olahraga yang bergantung terhadap ketersediaan oksigen untuk membantu proses pembakaran sumber energy sehingga juga akan bergantung terhadap kerja optimal dari organorgan tubuh seperti jantung, paru-paru dan juga pembuluh darah untuk dapat mengangkut oksigen agar proses pembakaran sumber energi dapat berjalan dengan sempurna. 7. Aktivitas olahraga anaerobik merupakan aktivitas olahraga dengan intensitas tinggi yang membutuhkan energi secara cepat dalam waktu yang singkat namun tidak dapat dilakukan secara kontinu untuk durasi waktu yang lama. H. Anggapan Dasar Pada umumnya dalam suatu penelitian terdapat anggapan dasar yang merupakan suatu tumpuan pandangan dan aktivitas terhadap masalah yang diteliti. Anggapan dasar menjadi titik tolak pandangan, sehingga tidak terdapat keragu-raguan bagi peneliti. Menurut Winarao Surakhmad yang dikutip oleh Arikunto (1998:60) mengenai anggapan dasar sebagai berikut: "Anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran dan kebenarannya

10 diterima oleh penyelidik". Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Menurut Supandi (1992:43) tentang olahraga ditinjau dari aspek sosiologis sebagai berikut: Olahraga bukan semata-mata kegiatan individu. Olahraga juga dapat dipandang sebagai kegiatan sosial yang lestari. Olahraga yang berisi pertandingan atau kompetisi, yang mengandung unsur permainan dan terlembaga itu kian bermakna karena dilaksanakan dalam kehidupan sosial. Menyimak penjelasan di atas bahwa olahraga baik dari jenis olahraga aerobik ataupun anaerobik merupakan suatu aktivitas yang akan melibatkan individu dan beberapa individu atau kelompok orang yang menjadi pelaku aktivitas tersebut. Dalam proses aktivitas olahraga akan terjadi proses sosial atau interaksi sosial antara pelaku yang bermakna. Demikian juga anggota masyarakat yang melakukan aktivitas olahraga di Sarana olahraga Bima Cirebon akan terjadi interaksi sosial diantara mereka. 1. Aktivitas olahraga aerobic dan anaerobic merupakan salah satu jenis aktivitas olahraga yang dilakukan oleh masyarakat di sarana olahraga Bima Cirebon dimana masyarakat mengaggap bahwa senam aerobic merupakan jenis olahraga aerobic yang santai, meriah, dan bias diikuti oleh banyak orang dimana masyarakat melakukan kontak sosial yang merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Menurut Brick (2001:3) Senam aerobic sebagai salah satu jenis olahraga aerobic yang rekreatif yang banyak digemari dan bias dilakukan oleh semua orang serta bias dinikmati sampai ke daerah-daerah di seluruh pelosok tanah air, mulai dari lapisan masyarakat bawah, menengah, maupun atas, bak yang berada di pemukiman sederhana maupun di pemukiman mewah. Aktivitas olahraga yang dilakukan oleh anggota masyarakat tidak menutup kemungkinan akan terjadi kontak atau hubungan antara anggota

11 dalam kelompok masyarakat, sehingga anggota masyarakat memiliki kebersamaan, solidaritas, dan saling percaya diantara anggota masyarakat tersebut yang merupakan suatu proses sosial sebagai syarat terjadinya interaksi sosial. 2. Aktivitas olahraga anaerobic juga merupakan jenis aktivitas olahraga yang dilakukan oleh masyarakat di sarana Olahraga Bima Cirebon. Aktivitas olahraga anaerobic merupakan aktivitas sosial, sama halnya dengan aktivitas lain dalam proses sosial yang menyebabkan terjadinya interaksi antar satu individu dengan individu lainya serta dengan lingkungan dimana individu berada. Dalam beraktivitas olahraga anaerobic dalam hal ini pelari sprint, pelaku olahraga yang melakukan aktivitas seperti ini dia akan berinteraksi dengan pelaku olahraga lainya dan ia akan mengikuti noma-norma, perilaku, dan keterampilan sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti yang dijelaskan Dimyati (2004:19) mengenai aktivitas olahraga terhadap interaksi sosial sebagai berikut: I. Hipotesis Aktivitas jasmani, seperti perminan dan kegiatan olahraga yang tersedia di lingkungan baik untuk dapat mempelajari perilaku emosional dan keterampilan sosial olarang lain. Disamping itu,... dapat menimba pengalaman emosi orang lain seperti perasaan empati. Dengan kata lain, kesadaran apa yang dipikirkan, dirasakan dan yang akan dilakukan oleh teman-teman yang berkomunikasi tersebut. Berdasarkan anggapan dasar yang telah dijelaskan di atas, penulis memberikan hipotesis sebagai berikut: "Terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi pelaku aktivitas olahraga aerobic dengan kondisi interaksi sosial pelaku aktivitas olahraga anaerobic di sarana olahraga Bima Cirebon".

12