BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
diafragma lembut melalui dinding abdomen yang lemah disekitar 4) Omfalokel : Protrusi visera intra abdominal kedasa korda umbilical

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I KONSEP DASAR. dapat dilewati (Sabiston, 1997: 228). Sedangkan pengertian hernia

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, secara

BAB I PENDAHULUAN. melalui struktur yang secara normal berisi (Ester, 2001).

HERNIA INGUINOSKROTAL DAN HIDROKEL SKROTALIS

LAPORAN PENDAHULUAN (Hernia Irreponibilis) Oleh:M. Syaiful Islam, S. Kep.

PRESENTASI KASUS HERNIA SKROTALIS

DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : PRE DAN POST HERNIORAPHY LATERALIS (DEKSTRA) DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDANARANG BOYOLALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

POLA HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE AGUSTUS 2012 JULI 2014

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : POST OP HERNIA INGUINALIS DI BANGSAL ANGGREK RSUD WONOGIRI

MODUL KEPANITERAAN KLINIK BEDAH

AHMAD SAHRANI ISSA INA JARINI MUHAMMAD WILDANI SRIWATI

Yusuf Hakan Çavusoglu. Acute scrotum : Etiology and Management. Ind J Pediatrics 2005;72(3):201-4

APPENDICITIS (ICD X : K35.0)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Nova Faradilla, S. Ked Yayan A. Israr, S. Ked

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

Manual Keterampilan Pemeriksaan Apendisitis dan Hernia

BAB II KONSEP DASAR. dari rongga yang normal melalui lubang kongenital atau didapat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.K DENGAN POST OPERASI HERNIOTOMI DI RUANG ANGGREK RS PANDAN ARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

BAB II KONSEP DASAR masuk ke dalam kanalis inguinalis (Jong 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. Mochtar. 2005). Penduduk Indonesia yang berusia tua jumlahnya semakin

H E R N I A DEFINISI EPIDEMIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. akut di Indonesia (Sjamsuhidayat, 2010 dan Greenberg et al, 2008).

HUBUNGAN USIA, OBESITAS DAN AKTIVITAS FISIK DENGANKEJADIAN HERNIA INGUINALIS DI RSUD TUGUREJO SEMARANG SKRIPSI

KARYA TULIS ILMIAH. ASUHAN KEPERAWATAN PASCA OPERASI HERNIA SKROTALIS DEXTRA PADA Tn. D DI RUANG WIJAYA KUSUMARSUD KRATON PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm

BAB II TINJAUAN TEORI KONSEP DASAR MEDIS

Modul 5. (No. ICOPIM: 5-530)

BAB I PENDAHULUAN. rectal yang terkadang disertai pendarahan. mengenai gejala-gejala yang timbul dari penyakit ini.

Modul 3. (No. ICOPIM: 5-530)

KARAKTERISTIK PENDERITA HERNIA INGUINALIS YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU TAHUN 2012 Indri Mayasari Sesa 1, Asri Ahram Efendi 2

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN POST OPERASI HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Authorized 1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: POST APPENDIKTOMY DI RUANG MELATI I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BEBAN KERJA FISIK DAN USIA MENYEBABKAN HERNIA INGUINALIS (Physical Work load and Age with the Incidence of Inguinal Hernia)

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Anatomi Perineum Wanita

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. B DENGAN POST OP HEMOROIDECTOMI DI RUANG MELATI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

KATA PENGANTAR. Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ

Hernia Inguinal Dan Hidrokel Pada Anak-Anak. Inguinal Hernia And Hydrocele In Children

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.

MAKALAH ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA ATRESIA ANI DAN ATRESIA REKTAL

BAB I PENDAHULUAN. banyak timbul penyakit yang ditimbulkan salah satu hernia, penyakit ini

Sectio Caesarea PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : AHMAD AFIF J

Disusun oleh: FETY FATIMAH J NASKAH PUBLIKASI

PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala dan gejala baru tampak pada masa kanak- kan

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. darah tersebut melintas kelipatan paha (Oswari, 2000). penurunan fungsi organ (Oswari, 2000).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

Lab. Ketrampilan Medik PPD Unsoed

ALAT GENITALIA. Departemen Anatomi FK USU

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J POST APPENDIKTOMY DI BANGSAL MAWAR RSUD Dr SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI

BAB 4 HASIL. Grafik 4.1. Frekuensi Pasien Berdasarkan Diagnosis. 20 Universitas Indonesia. Karakteristik pasien...,eylin, FK UI.

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiforis, biasanya

PYLORUS STENOSIS HYPERTROPHY

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1

Referat Fisiologi Nifas

BAB III PERBUATAN MALPRAKTIK YANG DI LAKUKAN OLEH DOKTER TERHADAP PASIEN OPERASI PENYAKIT HERNIA

Bab IV Memahami Tubuh Kita

RANGKUMAN. Varikokel adalah pelebaran abnormal vena-vena di dalam testis maupun

1. ATONIA UTERI. A. Pengertian

PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS. Dr.Subandi Reksohusodo,SpOG

TUGAS NEONATUS. Pengampu : Henik Istikhomah, S.SiT, M.Keb POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA JURUSAN KEBIDANAN TAHUN AJARAN 2013/2014

BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL. OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Plasenta Previa 2

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk meningkatkan kesehatan, aliran darah, elastisitas, dan relaksasi otot-otot. dasar panggul (Mongan, 2007, hlm 178).

BAB I PENDAHULUAN. Hernia inguinalis lateralis adalah kelainan bedah yang paling sering terjadi pada anak-anak.

APENDICITIS. dr. Riska Y Viandini, MMR

BAB I PENDAHULUAN. dimana pada pria membentuk sebuah kantong tertutup sedangkan pada wanita berhubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KELAINAN PADA DIAPHRAGMA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM PENCERNAAN Tn. H DENGAN POST OP HERNIOTOMY DIBANGSAL CEMPAKA RSUD PANDAN ARANG DI BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIDROKEL DI RUANG BIMA RSUD SANJIWANI GIANYAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat sensitif terhadap sentuhan dan cenderung mengalami robekan. BAK dan aktivitas seksual ibu pasca melahirkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUGAS BIOLOGI DASAR DIARE. Oleh : Nama : Yunika Dewi Wulaningtyas NIM : Prodi : Pendidikan Matematika (R) Angkatan : 2008/2009

Atonia Uteri. Perdarahan post partum dpt dikendalikan melalui kontraksi & retraksi serat-serat miometrium

EMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) :

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hernia inguinalis 2.1.1. anatomi Lapisan dinding kulit abdomen terdiri dari, lemak subkutan, scarpa s fascia, peritoneum hesselbach s triangle, external oblique, internal oblique, transversus abdominis, transversalis fascia. Dan di batasi oleh artery epigastrika inferior, ligamentum inguinal dan lateralnya di batasi oleh rectus sheath (Schwartz, 1989). Canalis inguinalis merupakan saluran oblik yang menembus bagian bawah dinding anterior abomen dan terdapat pada kedua jenis kelamin. Canalis inguinalis terletak sejajar dan tepat di atas ligamentum inguinale. Dining canalis inguinalis di bentuk oleh muskulus obliquus externus abdominis dan di bentuk oleh facsia abdominalis (snell, 2006). 2.1.2 Pengertian Hernia Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskuloaponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia (karnadihardja, 2005) Hernia (Latin) merupakan penonjolan bagian organ atau jaringan melalui lobang abnormal. (Dorland,1998). Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskolo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. (Jong, 2004). Hernia iguinalis lateralis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat

turunnya testis (buah zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan 2.1.3. Etiologi Hernia inguinalis Biasanya tidak ditemukan sebab yang pasti, meskipun kadang sering di hubungkan dengan angkat berat. Hernia inguinalis lateralis dapat terjadi karena anomaly congenital atau sebab yang didapat, hernia inguinalis lateralis dapat di jumpai pada semua usia, lebih banyak pada pria dari pada wanita. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Disamping itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia untuk melewati pintu yang cukup lebar tersebut. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah, adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia (karnadihardja, 2005) Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis, pada neonatus kurang lebih 90% prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30% prosesus vaginalis belum tertutup. Tapi kejadian hernia inguinalis lateralis pada anak usia ini hanya beberapa persen. Umumnya disimpulkan bahwa adanya prosesus vaginalis yang patent bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia inguinalis lateralis, tetapi diperlukan faktor lain, seperti anulus inguinalis yang cukup besar (karnadihardja, 2005) Sebagian besar tipe hernia inguinalis adalah hernia inguinalis lateralis, dan laki-laki lebih sering terkena dari pada perempuan (9:1), hernia dapat terjadi pada waktu lahir dan dapat terlihat pada usia berapa pun. Insidensi pada bayi populasi umum 1% dan pada bayi-bayi prematur dapat mendekati 5 %, hernia inguinal dilaporkan kurang lebih 30% kasus terjadi pada bayi laki-laki dengan berat badan 1000 gr atau kurang. Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia transversa yang kuat yang menutupi

trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis lateralis. (Jong, 2004). Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis lateralis, antara lain: kelemahan aponeurosis dan fasia tranversalis, prosesus vaginalis yang terbuka (baik kongenital maupun didapat), tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, dan asites, kelemahan otot dinding perut karena usia, defisiensi otot, dan hancurnya jaringan penyambung oleh karena merokok, penuaan atau penyakit sistemik. (Jong, 2004 dan Schwartz, 2000). 2.1.4. Klasifikasi Hernia Inguinalis Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis, dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari annulus inguinalis ekternus. Apabial hernia inguinalis lateralis berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada dalam muskulus kremaster terlatak anteromedial terhadap vas deferen dan struktur lain dalam funikulus spermatikus. Pada anak hernia inguinalis lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke skrotum (karnadihardja, 2005) Hernia inguinalis indirek (lateralis) merupakan bentuk hernia yang paling sering ditemukan dan diduga mempunyai penyebab kongenital. (Snell, 2006). Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastric inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar dari rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. (Mansjoer, 2000). Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan

peritoneum yang disebut prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun lebih dahulu maka kanalis kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. (Mansjoer, 2000). Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul hernia inguinalis kongenital. Pada orang tua, kanalis tersebut telah menutup namun karena lokus minoris resistensie maka pada keadaan yang menyebabkan peninggian tekanan intra abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. (Mansjoer, 2000). ( gambar 1). Penampilan khas seorang bayi dengan hernia inguinalis lateralis kanan. Kantung buah zakar kanan diperbesar dan berisi loop gamblang dan cairan usus. Hernia inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung kedepan melalui segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi ligamentum inguinal dibagian inferior, pembuluh epigastrika inferior dibagian lateral dan tepi otot rektus dibagian medial. Dasar segitiga hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurisis m.tranversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga daerah ini potensial untuk menjafi

lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak keskrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar (karnadihardja, 2005) Hernia inguinalis direk terjadi sekitar 15% dari semua hernia inguinalis. Kantong hernia inguinalis direk menonjol langsung ke anterior melalui dinding posterior kanalis inguinais medial terhadap arteria, dan vena epigastrika inferior, karena adanya tendo conjunctivus (tendo gabungan insersio musculus obliquus internus abdominis dan musculus transversus abdominis) yang kuat, hernia ini biasanya hanya merupakan penonjolan biasa, oleh karena itu leher kantong hernia lebar. (Snell, 2006). Hernia inguinalis direk jarang pada perempuan, dan sebagian besar bersifat bersifat bilateral. Hernia ini merupakan penyakit pada laki-laki tua dengan kelemahan otot dinding abdomen. (Snell, 2006). 2.1.5. embriologi dan patogenesis mayoritas hernia inguinalis pada anak adalah hernia inguinalis lateralis akibat dari prosesus vaginalis yang patent. Pada janin gonad mulai berkembang selama 5 minggu kehamilan, ketika sel benih primordial berpindah dari kantung telur (yolk sac) ke rigi gonad. Gubernakulum ligamentosa terbentuk dan turun pada salah satu sisi abdomen pada kutub inferior gonad dan melekat pada permukaan dalam lipatan labium-skrotum. Selama perjalanan turun, gubernakulum melalui dinding anterior abdomen pada tempat cincin inguinalis interna dan kanalis inguinalis. Prosesus vaginalis merupakan penonjolan di vertikulum peritoneum yang terbentuk tepat sebelah ventral gubernakulum dan berherniasi melalui dinding abdomen dengan gubernakulum kedalam kanalis inguinalis. Testis yang pada mulanya terletak didalam rigi urogenital di retroperitoneum, turun ke daerah cincin dalam pada sekitar umur kehamilan 28 minggu. Penurunan testis melalui kanalis inguinalis diatur oleh hormon androgen dan faktor mekanis (meningkatkan tekanan abdomen), testis turun kedalam skrotum pada umur kehamilan 29 minggu. Setiap testis turun melalui kanalis inguinalis eksterna ke prosesus vaginalis (shochat, 2000).

Ovarium juga turun kedalam pelvis dari rigi urogenital tetapi tidak keluar dari rongga abdomen. Bagian kranial gubernakulum berdiferensiasi menjadi ligamentum ovarii, dan bagian inferior gubernakulum menjadi ligamentum teres uteri, yang masuk melalui cincin dalam, ke dalam labia mayor, prosesus vaginalis pada anak wanita meluas kedalam labia mayor melalui kanalis inguinalis, yang juga dikenal sebagai kanal nuck (shochat, 2000). Selama beberapa minggu terakhir kahamilan atau segera setelah, lapisan prosesus vaginalis secara normal berfusi bersama dan berobliterasi masuk ke dalam saluran inguinal di sekitar cincin interna. Kegagalan obliterasi mengakibatkan berbagai anomali inguinal. Kegagalan total obliterasi akan menghasilkan hernia inguinalis total. Obliterasi distal dengan bagian distal patensi akan menghasilkan hernia inguinalis lateralis (shochat, 2000) (gambar 2)

2.1.6. Manifestasi Klinis Hernia inguinalis lateralis biasanya terlihat sebagai benjolan pada daerah inguinal dan meluas ke depan atau ke dalam skrotum. Kadang-kadang, anak akan datang dengan bengkak skrotum tanpa benjolan sebelumnya pada daerah inguinal. Orang tuanya biasanya sebagai orang pertama yang melihat benjolan ini, yang mungkin muncul hanya saat menangis atau mengejan. Selama tidur atau apabila pada keadaan istirahat atau santai, hernia menghilang spontan tanpa adanya benjolan atau pembesaran skrotum. Riwayat bengkak pada pangkal paha, labia, atau skrotum berulang-ulang yang hilang secara spontan adalah tanda klasik untuk hernia inguinalis lateralis (shochat, 2000) Pemeriksaan fisik akan menunjukkan benjolan inguinal pada setinggi cincin interna atau eksterna atau pembengkakan skrotum yang ukurannya dapat berkurang atau berfluktuasi. Cara klasik memeriksa hernia inguinalis orang dewasa dengan menempatkan jari telunjuk pada kanalis inguinalis, yang sebenarnya pada bayi tidak perlu dilakukan, dan ternyata bisa menyebabkan perasaan tidak enak. Hal ini karena cincin interna dan eksterna pada dan anak paralel. Hernia inguinalis lateralis dapat diketahui dengan meletakkan bayi tidur telentang dengan kaki lurus dan tangan diatas kepala. Posisi. Posisi ini dapat menyebabkan bayi menangis menangis, dan dapat meningkatkan tekanan intra abdomen dan akan memperlihatkan benjolan di tuberkulum pubis (cincin eksterna) atau pembengkakan di dalam skrotum. Anak yang lebih tua dapat diperiksa dengan berdiri, yang juga akan meningkatkan tekanan intra abdomen dan memperlihatkan hernia tersebut. Testis yang retraksi sering terjadi pada bayi dan anak-anak daan bisa menyerupai hernia inguinalis dengan benjolan di atas cincin eksterna. Karena itu sangat penting meraba testis sebelum meraba benjolan inguinal. Hal ini akan memungkinkan diferensiasi antara keduanya dan menghindari tindakan bedah yang tidak perlu (shochat, 2000). Pada diagnosa yang sulit, pemeriksaan rektum bisa membantu membedakan kelainan pangkal paha akut, pemeriksa awalnya memeriksa cincin interna pada sisi yang tidak terlihat dan kemudian dapat mengusapkan jari telunjuk atau jari kelima ke cincin interna pada daerah yang terlibat. Pada kasus

dengan hernia inguinalis lateralis organ dalam abdomen bisa di palpasi secara menyeluruh melalui cincin interna. Cara ini sangat mebantu dalam membedakan hernia inkarserasi dengan hidrokel tali akut atau kelainan linguinal lain seperti adenitis inguinalis (shochat, 2000) Kadang sulit membedakan hernia inguinalis total dengan hidrokel murni. Dua keadaan ini biasanya dapat di bedakan dengan anamnesis yang cermat. Pada bayi dengan hernia inguinalis total pembengkakan skrotum bervariasi selam satu hari, biasanya cukup besar apabila bayi menangis atau mengejan, dan menghilang atau kembali menjadi kecil selama relaksasi. Hidrokel murni tidak berubah besarnya selam sehari tetapi bisa secara bertahap menghilang selama usia tahun pertama. Hidrokel dan hernia inguinalis total ini keduanya tembus pandang dan mungkin sulit dibedakan satu sama lain karena kadang-kadang hernia inguinalis total tidak dapat berkurang secara manual karena penyempitan di dalam kanalis inguinalis kecil. Pada keadaan ini, anamnesis sangat di perlukan untuk melakukan operasi. Pada beberapa keadaan anak dengan hernia inguinalis, benjolan inguinal atau pembengkakan skrotum mungkin tidak ada pada saat pemeriksaan fisik, dan satu-satunya temuan mungkin penebalan funikulus spermatikus dengan disertai tanda sutra. Tanda sutra ini di dapat dengan meraba funikulus spermatikus di atas tuberkulum pubis. Dua lapisan peritoneum yang melekat satu sama lain akan terasa seperti sutra. Tanda sutra yang di temukan, serta anamnesis yang baik dapat membantu mendiagnosis hernia ingunalis. Kadang-kadang, kandung kemih yang penuh akan mengoklusi cincin inguinal eksterna sehingga henia tidak dapat ditunjukkan. Pengosongan kandung kencing mungkin membantu pada keadaan ini (shochat, 2000). Sejumlah keadaan disertai dengan kenaikan risiko terjadinya hernia inguinalis lateralis. Meningkatnya insiden hernia inguinalis lateralis terlihat pada keluarga dengan riwayat keluarga positif hernia inguinalis lateralis, kistik fibrosis, dislokasi pinggul kongenital, testis tidak turun, kelamin tidak jelas (shochat, 2000). Bayi wanita dengan hernia inguinalis lateralis seharusnya dicurigai menderita feminisasi testikuler, karena lebih dari 50% penderita dengan

feminisasi testikuler akan menderita hernia inguinalis. Sebaliknya, insiden feminisasi testikuler pada wanita sulit ditentukan tetapi ada sekitar 1%. Diagnosis feminisasi testikuler dapat di buat pada saat operasi dengan mengenali kelainan gonad dalam kantung hernia atau dengan melakukan pemeriksaan rektum, dengan meraba uterus. Pada bayi wanita normal, uterus dengan mudah diraba sebagai struktur linea mediana yang terpisah di bawa simfisis pubis pada pemeriksaan rektum (shochat, 2000) 2.1.7. Tatalaksana Terapi pililihan untuk hernia inguinalis lateralis adalah operasi, karena hernia inguinalis lateralis tidak bisa sembuh secara spontan. Operasi ini harus segera dilakukan secera elektif setelah diagnosis di tentukan, karena akan beresiko tinggi terjadinya inkarserata di kemudian hari setelah terutama selama tahun pertama kehidupan. Perbaikan elektif hernia inguinalis lateralis dapat dilakukan pada penderita rawat jalan (shochat, 2000). Ada kontroversi tentang kapan dilakukan eksplorasi pangkal paha kontralateral pada bayi dan anak dengan hernia inguinalis lateralis unilateral. Insiden prosesus vaginalis yang terbuka sekitar 60% pada bayi 2 bulan dan sekitar 40% pada umur 2 tahun. Prosesus vaginalis yang terbuka di temukan pada 30% populasi umum. Setelah perbaikan hernia unilateral pada anak, hernia kontralateral menjadi 30% kasus. Jika perbaikan unilateral pada sisi kiri, peluang terjadinya hernia sisi kanan 40%, kemungkinan karena penurunan testis pada sisi kanan lebih lambat. Resiko terjadinya inkarserata lebih tinggi pada anak umur 1 tahun tahun, biasanya terjadi pada umur 6 bulan (shochat, 2000). Berdasarkan data ini, kebanyakan ahli bedah anak menganjurkan eksplorasi inguinal bilateral pada semua anak laki-laki kurang dari 1 tahun, anak wanita dengan umur kurang dari 2 tahun. Anak laki-laki dan wanita yang datang dengan hernia inguinalis sisi kiri beresiko terjadi hernia kontralateral dan harus dilakukan eksplorasi sisi kanan, (shochat, 2000). Manual reduction hernia inguinalis lateralis yang terinkarserasi dapat dilakukan setelah bayi tenang, bayi dalam posisi trendelenburg, dengan

menggunakan kantong es diletakkan pada posisi yang terserang. Ini di kontraindikasikan pada inkarserasi yang lebih dari 12 jam atau adanya buang air besar bercanpur darah (stool), (shocat, 2000). Pembedahan efektif untuk hernia inguinalis lateralis di anjurkan pada saat kondisi anak dalam keadaan baik, dan koreksi pada sisi asimptomatis sering dilakukan pada anak berusia kurang dari 2 tahun, terutama pada perempuan. Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan kemudian direposisi. Kantong diajahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong (karnadihardja, 2005). Pada herniaplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis (karnadihardja, 2005). Strangulasi di tangani dengan nasogastric suction, rehisdrasi, perbaikan defisiensi elektrolit, dan operasi dapat di lakukan setelah kondisi pasien stabil. 2.1.8. komplikasi Komplikasi hernia inguinalis lateralis bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia inguinalis lateralis, pada hernia ireponibel: ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal atau merupakan hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala klinis kecuali benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata/ inkarserasi yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. (Jong, 2004 ; Girl dan Mantu, 1992). Jepitan cincin hernia inguinalis lateralis akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin

bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudant berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut. (Wim de Jong, 2004). Akibat penyumbatan usus terjadi aliran balik berupa muntah-muntah sampai dehidrasi dan shock dengan berbagai macam akibat lain. (Girl dan Mantu, 1992). Hernia inkarserata inai dapat terjadi apabila isi kantong hernia tidak dapat kembali lagi ke rongga abdomen. Organ yang terinkarserasi biasanya usus, yang ditandai dengan gejala obstruksi usus, yang disertai muntah, perut kembung, konstipasi, dan terlihat adanya batas udara-air pada saat foto polos abdomen. Setiap anak dengan gejala obstruksi usus yang tidak jelas sebabnya harus dicurigai hernia inkarseta. Pada anak wanita organ yang sering terinkarserasi adalah ovarium. Apabila aliran darah ke dalam organ berkurang, terjadilah hernia strangulasi, yang menjadi indikasi pasti untuk operasi (shochat, 2000) 2.1.9. prognosis Prognosis hernia inguinalis lateralis pada bayi dan anak sangat baik. Insiden terjadinya komplikasi pada anak hanya sekitar 2%. Insiden infeksi pascah bedah mendekati 1%, dan recurent kurang dari 1%. Meningkatnya insiden recurrent ditemukan bila ada riwayat inkarserata atau strangulasi (shochat, 2000)