TIM KAJIAN RASKIN LPPM IPB

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Negara Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau dan

PROGRAM RASKIN 2013 SUBSIDI BERAS BAGI RUMAH TANGGA BERPENDAPATAN RENDAH

EVALUASI DAN PERBAIKAN PROGRAM RASKIN DALAM UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN PANGAN BAGI MASYARAKAT MISKIN DIMASA MENDATANG

KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah

PELAKSANAAN DAN PENYALURAN PROGRAM RASKIN (EXISTING)

BAB I. PENDAHULUAN A.

Siaran Pers Nomor : 13/Humas Kesra /IV/2014. Jakarta, 21 April 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Data Kemiskinan dalam Perspektif APBN

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN : PROGRAM BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH TAHUN 2014 TAK TEPAT SASARAN. medanseru.co

KEGIATAN ANALIS KETAHANAN PANGAN BIDANG CADANGAN PANGAN. Oleh: Dr. Ardi Jayawinata,MA.Sc Kepala Bidang Cadangan Pangan

Bahan FGD Antisipasi Penerapan Kebijakan RASTRA Sistem Tunai Oleh : Dirjen Pemberdayaan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi beras sebesar 113,7 kg/jiwa/tahun. Tingkat konsumsi tersebut jauh di

I. PENDAHULUAN. dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari serta berkelanjutan. Diantara kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

Andalan Ketahanan Pangan

Boks 2. Pembentukan Harga dan Rantai Distribusi Beras di Kota Palangka Raya

Program Kompensasi Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak 2013

LAPORAN KEGIATAN FOCUS GROUP DISCUSSION PERHEPI ANTISIPASI PENERAPAN KEBIJAKAN RASTRA (BERAS SEJAHTERA) SISTEM TUNAI. Dr. M. Rizal Taufikurohman

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang

KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS

BAB I PENDAHULUAN. bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan berkelanjutan secara terus menerus.

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

I. PENDAHULUAN. negara agraris di dunia, peranan tanaman pangan juga telah terbukti secara

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. RASKIN berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) No 3/2012 tentang kebijakan

PEMANFAATAN DATA UNTUK PENAJAMAN INTERVENSI KEBIJAKAN

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8%

MANAJEMEN KETAHANAN PANGAN ERA OTONOMI DAERAH DAN PERUM BULOG 1)

BAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dari perjuangan merebut kemerdekaan menjadi langkah baru bagi generasi

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PENDAHULUAN. salah satu negara berkembang yang mayoritas. penduduknya memiliki sumber mata pencaharian dari sektor pertanian.

EVALUASI DAN PERMASALAHAN PENDISTRIBUSIAN RASKIN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERSIAPAN RPJMN TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

KEBIJAKAN BERAS, PERUBAHAN INSTRUMEN KEBIJAKAN DAN BULOG. M. Husein Sawit Dipersiapkan unt FGD PERHEPI tgl 29 Mei 2017

RASKIN vs E-MONEY. Sebuah Kajian Ilmiah di Jawa Timur. Presented by: Suyatno & Wiyono

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah

BAB I PENDAHULUAN. berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial,

Kebijakan Pangan, BULOG dan Ketahanan Pangan

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. fakta bahwa pertanian padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar

Pembangunan Ketahanan Pangan untuk Peningkatan Kedaulatan Pagan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda

BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

II. PENGEMBANGAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

Tantangan Meningkatkan Efektivitas Program Raskin Tantangan Meningkatkan Efektivitas Program Raskin

Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) 2012

DISPARITAS KEMISKINAN MASIH TINGGI - SEPTEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pangan adalah kebutuhan pokok sekaligus menjadi esensi kehidupan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mewujudkan ketahanan pangan, penciptaan lapangan kerja,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

2015 PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN TERHADAP EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 45

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN

MENETAPKAN SASARAN BERBASIS WILAYAH DAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN DATA BDT, PODES, DAN SUSENAS

OPERASIONALISASI KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH DAN HARGA ATAP BERAS

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

KONSOLIDASI KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAERAH

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. penulis mengenai distribusi raskin di Desa Bukit Lipai Kecamatan Batang Cenaku

I. PENDAHULUAN Badan Urusan Logistik (BULOG) adalah satu-satunya Lembaga

Aplikasi Pemanfaatan Basis Data Terpadu Untuk Program Perlindungan Sosial

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara memiliki tujuan untuk memakmurkan atau

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam nabati maupun sumber daya alam mineral yang tersebar luas di

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. A. Kontribusi Pangan Terhadap Laju Inflasi Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan pakaian, dan lain sebagainya. Dalam kurun waktu beberapa tahun

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Transkripsi:

TIM KAJIAN RASKIN LPPM IPB Senin, 15 Desember 2014

Beras merupakan komoditas strategis dan komoditas pangan utama. Konsumsi Beras per kapita penduduk Indonesia menurun tiap tahunnya. Tahun 2004-2013, 107 menjadi 97,4 kg/kapita/tahun. (SUSENAS,BPS 2014). Program RASKIN adalah implementasi komitmen pemerintah untuk menaati kesepakatan internasional terkait pangan. Program RASKIN terhadap perlindungan sosial dan pembangunan di sektor pangan menjadi isu penting

Ketahanan Pangan Kedaulatan Pangan Perlindungan Petani Tidak tepat sasaran, jumlah, dan waktu RASKIN Akar masalah: Level Pusat Level Daerah Level Desa E-Money Kontribusi RASKIN: Ketahanan Pangan Stabilitas Harga Populasi orang miskin Potensi permasalahan: 1. Penentuan harga beras = Rp subsidi 2. Fluktuasi harga beras

Data primer wawancara mendalam dengan RTS FGD Data sekunder desk study dan literature review Lokasi penelitian Jawa Barat Kota dan Kabupaten Bogor, Kota dan Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur Analisis Regresi Berganda

Model 3 Analisis Pengaruh RASKIN terhadap Indeks yang diterima petani dan dibayarkan oleh petani Keterangan : IB = Indeks Harga yang Dibayarkan Petani Inflasi = Inflasi (%) HB = Harga Beras (Rp) RASKIN = Jumlah RASKIN yang Disalurkan (Ton) IBM = Indeks Harga yang Dibayarkan Petani Model 4 Analisis Pengaruh Harga Beras terhadap Inflasi Keterangan : M = Perubahan Broad Money (%) R = Tingkat Suku Bunga (%) Inflasi = Inflasi (%) HB = Harga Beras (Rp) RASKIN = Jumlah RASKIN yang Disalurkan (Ton) IBM = Indeks Harga yang Dibayarkan Petani

Karakteristik RTM Rumah Miskin Tangga Miskin Tidak Miskin 2006 2009 2006 2009 1. Jumlah ARTM 4,74 4,88 3,80 3,87 Perkotaan 4,70 4,85 3,91 3,92 Pedesaan 4,75 4,89 3,69 3,84 2. Perempuan sbg Ka RTM 12,30 14,60 13,30 8,95 Perkotaan 15,35 11,46 13,57 10,18 Pedesaan 10,55 18,15 13,03 7,8 3. Usia Ka RTM (tahun) 47,81 47,29 47,14 46,62 Perkotaan 48,28 47,46 46,14 46,55 Pedesaan 47,55 47,44 48,09 46,68

Sebesar 80% RTM memiliki anak usia di bawah 18 tahun dimana sebanyak 4,3 juta jiwa merupakan balita. Sementara 20% lainnya memiliki satu anggota RT lansia. Proporsi pengeluaran RTM sebesar 65% untuk makanan memiliki tingkat kerentanan yang tinggi terhadap kerawanan pangan sehingga terancam tidak dapat memanfaatkan window of opportunity pada tahun 2020-2030 dari bonus demografi yang terjadi mulai tahun 1990an

Setiap program penanggulangan kemiskinan memerlukan sistem data yang mampu memisahkan peneriman manfaat dari yang bukan penerima manfaat BDT dijalankan oleh TNP2K dan merupakan hasil cacah dari data PPLS BPS. Tabel. Perbandingan PSE 05, PPLS 2008 dan PPLS 2011 Katagori RT PSE 05 PPLS 08 PPLS 2011 RT (%) RT (%) ART RT (%) ART Sangat miskin Miskin Hampir miskin Rentan miskin Total 3.894.314 20,4 2.989.865 17,1 15.944.536 3.013.796 16,3 16.003.996 8.236.990 43,1 6.828.824 39,1 25.190.010 3.198.982 17,3 14.300.683 6.969.601 36,5 7.665.288 43,8 19.261.505 6.164.987 33,2 24.004.988 - - - - 6.164.754 33,2 21.177.500 19.100.905 100 17.483.983 100 60.396.051 18.542.521 100 75.478.167 Keterangan: 1) RT: rumah tangga, 2) ART: anggota rumah tangga Sumber: SMERU 2012

BDT memiliki peluang kesalahan karena: 1.PPLS dilakukan setiap 3 tahun sekali. 2.Kepastian alokasi anggaran pemutakhiran BDT misal untuk tahun anggaran 2014. 3.Papua dan Papua Barat menggunakan desk study.

Lokasi survey Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, Kota Bogor, Kota Sukabumi rata-rata jumlah beras yang didistribusikan dan harga tebus tidak sesuai dengan yang ditetapkan yaitu 15 kg/bulan dengan harga Rp 1.600/kg. Kota/Kab Jumlah (Kg/RTS) Harga (Rp/RTS) Kab Sukabumi 7,12 Kota Sukabumi 15,00 Kab Cianjur 4,45 Kota Bogor 4,45 Kab Bogor 4,45 2.000 1.600 2.000 2.000 2.000

Sumber : BULOG (2014) Kegagalan sinkronisasi Undang Undang tentang APBN dan Otonomi Daerah telah menyebabkan harga tebus raskin Rp 1.600 sulit diperoleh oleh RTS karena muncul biaya tambahan pada saat beras berpindah dari titik distribusi ke titik bagi. 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Harga tebus RASKIN (Rp) Harga beras medium (Rp)

Berdasarkan Inpres Perberasan pemerintah memerintahkan BULOG mengelola cadangan beras nasional (cadangan beras pemerintah dan buffer stock) sekitar 2 juta ton dan sekitar 230 ribu ton/bulan untuk program RASKIN yang diperoleh dari pengadaan dalam negeri melalui instrument HPP. Gambar. Beberapa Masalah Lain: Stok Beras Berada di Gudang Terlalu Lama Sumber: Bappenas, 2014

Pengelolaan beras dengan sistem FIFO menyebabkan beras berada di gudang berkisar 8 bulan sehingga kualitas raskin sering dikeluhkan oleh RTS. Pembiayaan buffer stock menjadi beban BULOG yang selanjutnya akan dibebankan terhadap harga jual beras BULOG. Hasil survey lapang di wilayah Jawa Barat kualitas RASKIN yang diterima RTS masih sangat buruk kualitasnya. Berdasarkan survey tersebut, mayoritas RTS berpendapat bahwa kualitas RASKIN sangat buruk (46%), buruk (28%), cukup (23%), dan baik (3%).

Posisi raskin dalam ketersedian pangan dapat dilihat dari sisi besarnya raskin terhadap cadangan beras nasional. Berdasarkan data Bulog, dalam 10 tahun terakhir, besarnya prosorsi raskin terhadap ketersediaan beras nasional berkisar antara 43-80%. Hal tersebut membuat tingginya kontribusi raskin terhadap ketersedian beras Indonesia. Tahun Pengadaan beras (Ton) Stok awal tahun (Ton) Total ketersediaan beras (Ton) Realisasi RASKIN (Ton) Kontribusi RASKIN (%) 2005 1.598.518 1.770.532 3.369.050 1.991.131 59,10 2006 1.725.999 1.092.588 2.818.587 1.624.099 57,62 2007 3.059.967 957.658 4.017.625 1.731.805 43,11 2008 3.211.257 1.572.933 4.784.190 3.236.644 67,65 2009 3.625.227 1.079.841 4.705.068 3.254.121 69,16 2010 2.424.024 1.620.816 4.044.839 3.074.003 76,00 2011 3.931.717 759.514 4.691.230 3.364.635 71,72 2012 5.061.280 877.364 5.938.644 3.372.819 56,79 2013 3.489.682 2.260.009 5.749.691 3.431.615 59,68 2014* 2.786.373 2.108.306 4.894.679 2.752.304 56,23

Daerah RTS/bulan (kg) Kebutuhan Beras per bulan (kg) Kontribusi RASKIN terhadap kebutuhan (%) Kab. cianjur 4,45 33,38 13,33 Kab. Sukabumi 7,12 46,73 15,24 Kota Sukabumi 15 40,05 40,56 Kab Bogor 4,45 40,05 11,11 Kota Bogor 4,45 46,73 9,52

Dengan adanya raskin, maka RTS dimanapun berada memiliki akses terhadap beras. Berdasarkan hasil estimasi menggunakan regresi berganda, keberadaan raskin berpengaruh signifikan terhadap penurunan harga beras yaitu peningkatan jumlah raskin sebesar 1% akan menurunkan harga beras sebesar 0,02%. Tabel. Hasil Estimasi Regresi Berganda Variabel Koefisien Probabilitas Log(Upah) 1.169947 0.0142 Log(Nilai Tukar Petani) 2.261973 0.0027 Log(Produksi Padi) 0.026091 0.0192 Log(RASKIN) -0.026655 0.1379 Konstanta -7.311803 0.0000

Program raskin memiliki fungsi pemenuhan sebagian gizi RTS. Beras memiliki tingkat protein sebesar 7,13% raskin menjadi sangat penting untuk pemenuhan gizi RTS. Tahun Tabel. Persentase kebutuhan RASKIN terhadap pemenuhan konsumsi beras RTS 1 Konsumsi kg/kapita/tahun Rata-rata jumlah anggota RTS Konsumsi kg/rts/tahun Subsidi beras/tahun/rts (KG) % RASKIN thd Konsumsi RTS 2004 107,00 4,7 502,90 240 47,72 2005 105,28 4,7 494,80 240 48,50 2006 104,00 4,7 488,79 240 49,10 2007 100,05 4,7 470,24 120 25,52 2008 104,89 4,7 492,99 120 24,34 2009 102,21 4,7 480,41 120 24,98 2010 100,75 4,7 473,50 120 25,34 2011 102,87 4,7 483,47 120 24,82 2012 97,65 4,7 458,93 180 39,22 2013 97,40 4,7 457,80 180 39,32 Sumber : Data BPS dalam TNP2K (2013)

Raskin adalah salah satu komponen untuk mendukung keberlangsungan HPP secara psikologis petani akan merasa terlindungi usahataninya. Posisi raskin terhadap perlindungan petani juga dapat dilihat dari sisi kepastian harga beras yang tercipta dari raskin karena fungsi raskin sebagai instrument stabilitas harga beras. Stabilnya harga beras akan menjadi insentif tersendiri bagi petani untuk menanam padi dibandingkan dengan tanaman lainnya. Gambar. Perkembangan HPP dan Harga Beras Nasional Sumber: BULOG (2014)

Kesejahteraan petani berhubungan dengan NTP semakin tinggi nilai tukar petani, semakin baik daya beli petani terhadap produk konsumsi dan input produksi tersebut, dan berarti petani secara relatif lebih sejahtera Gambar. Perkembangan Nilai Tukar Petani, Indeks Harga Dibayarkan, Indeks Harga yang diterima petani Tanaman Pangan Bulan Desember 2013 Oktober 2014

Hasil estimasi regresi berganda Raskin berpengaruh positif terhadap indeks harga yang diterima petani akibat dari kestabilan harga beras yang dibentuk oleh raskin. Dimana kenaikan jumlah raskin sebesar 1% akan meningkatkan 0,025% indeks harga yang diterima petani. Raskin berpengaruh negatif terhadap indeks harga yang dibayarkan oleh petani akibat inflasi yang stabil dan penurunan beberapa harga. Kenaikan jumlah raskin sebesar 1% akan menurunkan indeks harga yang dibayarkan oleh petani. Kedua hal tersebut akan meningkatkan Nilai tukar petani. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Harga yang Diterima Petani Variabel Koefisien Probabilitas INFLASI 0.010096 0.0000 LOG(Harga Beras) 0.179104 0.0000 LOG(RASKIN) 0.025932 0.0441 C 2.766326 0.0000 Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Harga yang Dibayarkan Petani Variabel Koefisien Probabilitas INFLASI 2.28E-05 0.9518 LOG(IU) 1.161938 0.0000 LOG(RASKIN) -0.002967 0.1283 LOG(HB) 0.031999 0.0030

Kestabilan harga beras akan menekan inflasi. Hasil estimasi regresi berganda penurunan harga beras akan menyebabkan penurunan dari inflasi tahun sebelumnya. Penurunan inflasi dapat bertindak sebagai pengendali kemiskinan. Berdasarkan hasil FGD dinamika kemiskinan di Indonesia sangat tinggi sehingga sedikit inflasi dapat mengubah kondisi masyarakat yang hampir miskin menjadi miskin. Pengendalian inflasi dari raskin akan membuat pengendalian kemiskinan.

E-money akan meringankan beban pengeluaran RTS karena adanya subsidi dari pemerintah. Melalui e-money, RTS dapat membeli beras sesuai dengan selera/kualitas beras yang ingin dikonsumsi. Berdasarkan hasil survey cepat, sebanyak 61% responden lebih memilih uang (e-money) sebagai bentuk bantuan yang diharapkan dan akan menggunakan e-money untuk tetap membeli beras serta kebutuhan lain seperti lauk pauk, modal usaha, dan lainnya. E-money juga diharapkan menjadi instrumen agar bantuan pemerintah lebih tepat sasaran, tepat jumlah, dan tepat waktu.

E-money tidak dapat menggantikan fungsi raskin sebagai: stabilisasi harga beras untuk melindungi petani pengendali inflasi penghambat pertumbuhan kemiskinan cadangan pangan nasional E-money tidak menyelesaikan masalah efektifitas program kemiskinan jika sistem BDT belum diperbaiki. Terdapat pula berbagai potensi permasalahan atas adanya e-money seperti sulitnya penentuan besar subsidi yang diberikan jika besar subsidi yang diberikan dengan menyesuaikan harga beras di suatu daerah yang berfluktuasi.

Hasil Penelitian IPB Tahun 2008 Wilayah Sampel Tepat Jumlah (Kg) Tepat Harga (Rp) Kualitas (%) Baik Kab. Cirebon 7,06 2.145 65 Kab. Sukabumi 8,27 2.062 65 Kab. Majalengka 12,00 1.899 62 Kota Banjar 6,12 1.621 45 Kota Cimahi 9,90 1.970 70 Hasil Penelitian IPB Tahun 2014 Wilayah Sampel Tepat Jumlah (Kg) Tepat Harga (Rp) Kualitas (%) Baik Kab Sukabumi 7,12 2.000 0 Kota Sukabumi 15,00 1.600 5 Kab Cianjur 4,45 2.000 80 Kota Bogor 4,45 2.000 30 Kab Bogor 4,45 2.000 5

Program raskin sebaiknya tetap dilanjutkan mengingat fungsi raskin sebagai stabilisasi harga beras untuk melindungi petani, pengendali inflasi, penghambat pertumbuhan kemiskinan, dan menjaga keberlangsungan buffer stock. Dengan beberapa perbaikan pada efektivitas yaitu: 1. Perbaikan sistem BDT melalui penguatan kelembagaan di tingkat desa selain muskel/musdes yang telah diatur. 2. Melakukan sinkronisasi dengan program pembangunan lainnya agar pendataan BDT dapat lebih akurat misal dengan e-ktp. 3. Untuk mengatasi tidak terpenuhinya masalah ketepatan harga, maka dapat dilakukan beberapa hal, sebagai berikut: - Memperhatikan agar tidak adanya kenaikan harga tebus raskin, maka kinerja raskin diukur hanya pada titik distribusi - Meningkatkan harga tebus raskin untuk subsidi biaya distribusi ke titik bagi dengan memperhatikan infrastruktur masing-masing daerah 4. Harus dilakukan penguatan tim pelaksana raskin dengan memasukkan LPND yang memiliki kompetensi dalam pengawasan mutu pangan. 5. Menyimpan beras sesuai dengan peruntukkannya, misalnya buffer stock disimpan dalam bentuk GKG dan raskin disimpan dalam bentuk beras