Petunjuk Praktis. KESELAMATAN JALAN PADA ZONA KERJA DI JALAN dalam mendukung proyek-proyek EINRIP

dokumen-dokumen yang mirip
Konsep Zona. Menciptakan Lokasi Pekerjaan Jalan yang lebih Berkeselamatan. Mataram, Januari 2012

BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012

Pd T Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan

MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS

LAMPIRAN A HASIL CHECKLIST LANJUTAN PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMATAN JALAN YOGYAKARTA SOLO KM 10 SAMPAI DENGAN KM 15

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

Penempatan marka jalan

PETUNJUK PERAMBUAN SEMENTARA SELAMA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN

BAB III LANDASAN TEORI

Aspek Keselamatan Jalan dalam Pembangunan Jalan. BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012

BAB III LANDASAN TEORI. tahun dan saat ini sudah menjadi permasalahan global dan bukan semata-mata

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN. Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.276/AJ-401/DRJD/10 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT,

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.984/AJ. 401/DRJD/2005 TENTANG

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAU PUSTAKA. jalan bergabung atau berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK 113/HK.207/DRJD/2010 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rekayasa Lalu Lintas

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

PEDOMAN PERENCANAAN FASILITAS PENGENDALI KECEPATAN LALU LINTAS

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 13 (Tiga belas)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

TATA CARA PERENCANAAN PEMISAH NO. 014/T/BNKT/1990

Tugas Akhir D4 TPJJ 2013 BAB I PENDAHULUAN

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN 2014 TENTANG RAMBU LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2435 / AJ.409 / DRJD / 2007 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan nomor KM 14 tahun 2006,

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN LALU LINTAS DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk penggunaan jalan tol.

Manajemen Pesepeda. Latar Belakang 5/16/2016

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya, maka dengan ini penulis mengambil referensi dari beberapa buku dan

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Spesifikasi geometri teluk bus

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau

maksud tertentu sesuai dengan kegunaan dan pesan yang akan disampaikan, berupa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Lalu Lintas

MENGENAL RAMBU-RAMBU LALU LINTAS Disunting oleh : EDI NURSALAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan. Jalan secara umum adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Jalan Raya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 62 TAHUN 1993 T E N T A N G ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS MENTERI PERHUBUNGAN,

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II PENAMPANG MELINTANG JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut peranan pelayanan jasa

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau

Pengantar Keselamatan di Lokasi Pekerjaan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan lalu lintas regional dan intra regional dalam keadaan aman,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas.

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS). Pasal 1

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

Transkripsi:

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA Petunjuk Praktis KESELAMATAN JALAN PADA ZONA KERJA DI JALAN dalam mendukung proyek-proyek EINRIP Oktober 2010 INDONESIA INFRASTRUCTURE INITIATIVES

- 2 - Daftar Isi Daftar Isi... 2 Bagian I. Umum... 3 1.1. Ruang Lingkup... 3 1.2. Isu Keselamatan pada Zona Kerja... 4 1.3. Ketetentuan Umum Tanda Rambu dan Delineasi Pada Zona Kerja... 6 Bagian II. Prosedur Keselamatan Jalan pada zona Kerja... 11 2.1. Kebutuhan Pengaturan Lalu Lintas... 11 2.2. Kebutuhan Rencana Manajemen Lalu Lintas... 13 2.3. Persyaratan Rencana Manajemen Lalu Lintas... 14 2.4. Besaran Zona Kerja... 19 2.5. Pekerjaan Jalan yang Terletak di Tikungan... 20 2.6. Lokasi kerja yang Berkeselamatan... 20 Bagian III. Contoh Manajemen Lalu Lintas pada Zona Kerja... 21 Bagian IV. Contoh Masalah Keselamatan pada Zona Pekerjaan Jalan... 31 EASTERN INDONESIA NATIONAL ROAD IMPROVEMENT PROJECT

PETUNJUK PRAKTIS PENGATURAN LALU-LINTAS PADA ZONA KERJA DI JALAN Bagian I. Umum 1.1. Ruang Lingkup Penerapan terhadap praktik keselamatan jalan pada zona kerja di jalan diperlukan untuk menjamin keselamatan bagi semua pekerja dan pengguna jalan. Petunjuk Praktis Pengaturan Lalu-Lintas pada Zona Kerja di Jalan memberikan panduan dasar yang mudah untuk diikuti oleh para pemilik proyek, kontraktor dan konsultan dalam hal merencanakan penempatan tanda dan rambu sementara yang meliputi deskripsi, ketentuan umum, ketentuan teknis, dan cara perencanaan bagi pihak yang terkait dengan pekerjaan jalan. Penyelenggara Jalan dalam melaksanakan preservasi Jalan dan/atau peningkatan kapasitas Jalan wajib menjaga Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan UU 22/2009 tentang LLAJ, Pasal 23 Buku ini diperuntukkan bagi pekerjaan jalan pada jalan nasional yang mengambil sebagian atau seluruh dari Ruang Milik Jalan (RUMIJA) yang diperkirakan bisa mengganggu arus lalu lintas dan keselamatan pemakai jalan. Sebagai bagian dukungan terhadap Proyek-Proyek EINRIP, maka contoh-contoh dalam buku ini hanya berlaku untuk jalan dengan kecepatan lalu-lintas eksisting 60 km/jam. Bagi jalan dengan kecepatan eksisting lebih tinggi, perlu digunakan Standards Australia Field Guides (HB 81-1 to 9) sebagai acuan. - 3 -

- 4-1.2. Isu Keselamatan pada Zona Kerja Berapapun besaran proyek dan lamanya pekerjaan, seluruh jenis pekerjaan jalan perlu menerapkan standar keselamatan dan manajemen lalu-lintas yang baik. Ada beberapa pertimbangan keselamatan yang perlu diperhatikan, antara lain: SELURUH PEKERJA (TERMASUK AHLI TEKNIK) DALAM ZONA KERJA HARUS MEMAKAI JAKET KESELAMATAN. UNTUK PEKERJAAN PADA WAKTU MALAM, HARUS DILENGKAPI DENGAN JAKET REFLEKTIF. JALAN HARUS BERSIH DARI PASIR DAN KERIKIL. JALAN PERLU DISAPU (MANUAL ATAU DENGAN MESIN) SECARA RUTIN TERUTAMA UNTUK MENJAMIN KESELAMATAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR. MENYINGKIRKAN SELURUH OBJEK BERBAHAYA SEPERTI CONCRETE BLOCK, TONGKAT, TIANG BESI, RANTING POHON DAN CONCRETE BARRIER YANG TIDAK DIPASANG DENGAN BENAR DARI JALAN DAN ZONA RUMIJA. OBJEK TERSEBUT TIDAK BOLEH DIGUNAKAN SEBAGAI PENGARAH ATAU PENGATUR LALU-LINTAS PADA ZONA KERJA. EASTERN INDONESIA NATIONAL ROAD IMPROVEMENT PROJECT

PETUNJUK PRAKTIS PENGATURAN LALU-LINTAS PADA ZONA KERJA DI JALAN TIDAK DIPERBOLEHKAN MENEMPATKAN ALAT BERAT, MESIN, KENDARAAN PROYEK, KERIKIL/ PASIR ATAU MATERIAL LAINNYA DIDALAM ZONA BEBAS DIMANA PEKERJAAN JALAN DILAKUKAN. TABEL ZONA BEBAS DENGAN FUNGSI KECEPATAN DITAMPILKAN DIBAWAH INI. TABEL INI UTUK DIGUNAKAN SEBAGAI PANDUAN BAGI KONTRAKTOR UNTUK MELETAKKAN MATERIAL DAN PERALATAN SECARA SELAMAT. 85 th percentile KECEPATAN EKSISTING SEBELUM PROYEK PERKIRAAN LHR (TERMASUK SEPEDA MOTOR) ZONA BEBAS YANG DIBUTUHKAN (DIHITUNG DARI PINGGIR LAJUR LALU-LINTAS TERDEKAT) 40 70 km/jam Kurang dari 1000 kend/hari 3m 40 50 km/jam Lebih dari 1000 kend/hari 3m 60-70 km/jam Lebih dari 1000 kend/hari 4m Tabel 1.1. Zona Bebas Minimum Dalam Zona Kerja - 5 -

- 6-1.3. Ketetentuan Umum Tanda Rambu dan Delineasi Pada Zona Kerja Tanda, rambu dan pengarah dipergunakan untuk memperingati, menginformasikan, memandu dan mengendalikan lalu lintas agar secara aman dan selamat melintasi zona kerja. Seluruh Tanda, Rambu dan Pengarah harus dipelihara agar selalu dalam kondis baik dan bersih. Seluruh Tanda, Rambu dan Pengarah yang digunakan pada malam hari harus mampu memantulkan cahaya (reflektif) minimum setingkat Engineer Grade (EG) dalam kondisi yang bersih dan tidak rusak. Rambu peringatan zona kerja harus mencukupi. Detail jenis dan lokasi penempatan rambu diberikan pada diagram dalam buku panduan ini. Zona kerja harus terdelineasi dengan baik menggunakan alat yang reflektif termasuk plastic bollards, patok pengarah, hazard markers dan peralatan lain yang disetujui. Objek berbahaya (seperti concrete blocks, ranting pohon, dan concrete barrier) tidak boleh digunakan sebagai delineator atau pengatur lalu lintas pada zona kerja. Jalur yang harus dilalui oleh lalu lintas dari kedua arah harus diinformasikan dengan jelas. Tidak diperbolehkan adanya alternatif jalur lainnya selain yang telah ditetapkan. Bila ada kemungkinan rute lain, perlu dilakukan penutupan dengan delineasi yang kuat. Bollards atau kerucut lalu-lintas dapat digunakan untuk memandu pengemudi di sepanjang zona kerja. Contohcontoh akan diberikan pada bagian akhir dalam Buku ini. Seluruh tanda dan rambu harus dipasang sedemikian agar tidak mudah jatuh atau tertiup angin. Seluruh tanda dan rambu harus mengikuti kaidah 6 C sebagai berikut: EASTERN INDONESIA NATIONAL ROAD IMPROVEMENT PROJECT

PETUNJUK PRAKTIS PENGATURAN LALU-LINTAS PADA ZONA KERJA DI JALAN KAIDAH SYARAT RAMBU KEWAJIBAN KONTRAKTOR: Conspicuous Tiap rambu harus mudah dilihat. Seluruh rambu harus dapat dilihat oleh pengemudi. Clear Tiap rambu harus jelas mudah Seluruh rambu harus dipelihara dan dalam dibaca. Comprehensible Tiap rambu harus mudah dimengerti (tidak membingungkan). Credible Consistent Correct Tiap rambu harus masuk akal dan sesuai dengan situasi. Jenis rambu yang sama harus digunakan untuk situasi yang sama diseluruh wilayah Indonesia. Rambu harus digunakan untuk situasi yang tepat ada beberapa rambu peringatan yang hampir sama namun memiliki arti yang berbeda. Tabel 1.2. Kaidah 6 C Perambuan kondisi yang baik dan bersih. Seluruh rambu yang digunakan sesuai dengan standar yang berlaku di Indonesia (jika ada) atau standar lainnya yang sesuai. Rambu tidak digunakan bila tidak memberikan informasi yang masuk akal. Menggunakan rambu standar pada seluruh zona pekerjaan jalan agar pengguna jalan dapat mudah mengerti. Hanya memasang rambu yang tepat. Jangan menggunakan sembarang rambu. - 7 -

- 8 - Jenis Rambu Ada tiga jenis rambu yang digunakan: JENIS KEGUNAAN CONTOH RAMBU Menyatakan perbuatan yang dilarang dilakukan dan menyatakan perintah yang wajib dilakukan oleh pengguna jalan. Mereka harus mentaati dan Polisi dapat menindaknya. Rambu Larangan dan Perintah Rambu Peringatan Memperingatkan pengguna jalan tentang kemungkinan ada bahaya atau tempat berbahaya di bagian jalan didepannya. Batas kecepatan maksimum Larangan mendahului Larangan berbelok Perintah berhenti sesaat, dan beri prioritas Perintah tetap di lajur kiri Perintah belok kiri/kanan Pekerjaan jalan di depan Pengurangan lajur Rambu Petunjuk Menyatakan petunjuk mengenai jurusan, jalan, situasi, tempat, pengaturan bagi pengguna jalan untuk menghindari kemungkinan pengguna jalan mengambil lajur yang salah. Delineator Kerucut lalu lintas Chevron alignment markers EASTERN INDONESIA NATIONAL ROAD IMPROVEMENT PROJECT

PETUNJUK PRAKTIS PENGATURAN LALU-LINTAS PADA ZONA KERJA DI JALAN Penggunaan Rambu yang Baik Pada Zona Kerja Kontraktor perlu melakukan: Menempatkan rambu yang benar dan aman. Seluruh rambu harus diletakkan minimal 1 meter dari lajur lalu lintas; Memastikan bahwa seluruh rambu berada dalam jarak pandang pengguna jalan; Memastikan bahwa seluruh rambu dapat terlihat tidak tertutup oleh pohon, rumput, kendaraan proyek, mesin atau halangan lainnya; Tidak menempatkan rambu yang dapat mengahalangi pandangan pengguna jalan terhadap rambu lainnya; Selalu memeriksa agar rambu tidak mengarahkan pengguna jalan pada lajur yang salah atau lokasi yang membahayakan; Periksa kondisi seluruh rambu minimal satu hari sekali; Tidak mengarahkan pengguna jalan untuk melanggar aturan. Pastikan bahwa seluruh bentuk pengalihan tidak memaksa pengguna jalan untuk memotong marka ganda menerus, atau melanggar rambu larangan/perintah; Setelah pekerjaan selesai - tutup rambu yang tidak diperlukan; Tutup atau pindahkan rambu yang tidak perlu; Selalu memperhatikan batas kecepatan yang aman. Bila pekerjaan selesai untuk mengembalikan kecepatan pada kondisi normal, pastikan bahwa kondisi jalan pada kondisi yang baik, bersih dari pasir atau kerikil dan tidak ada pekerja ; - 9 -

- 10 - Penggunaan Delineator yang Baik Pada Zona Kerja Gunakan kerucut lalu lintas yang mamantulkan cahaya minimum tingginya 450 mm untuk memberi delineasi pada zona kerja. Selalu letakkan kerucut lalu lintas dalam satu garis yang menerus sehingga tampak sebagai garis tepi lalu lintas. Perbaiki atau ganti kerucut yang tertabrak atau tertiup angin; Pergunakan taper yang panjang. Ingat bahwa pengemudi memerlukan taper yang lebih panjang minimum panjang taper diberikan pada Tabel dibawah. Status jalan Panjang daerah pendekat, A (m) Panjang taper awal, B (m) Panjang daerah menjauh, C (m) Sudut α, ( ) Lokal 50-120 140 10-30 60 Kolektor 120-300 190 30-45 60 Arteri 300-500 280 45-90 60 Tabel 1.3. Minimum Panjang Taper yang Dibutuhkan EASTERN INDONESIA NATIONAL ROAD IMPROVEMENT PROJECT

PETUNJUK PRAKTIS PENGATURAN LALU-LINTAS PADA ZONA KERJA DI JALAN Bagian II. Prosedur Keselamatan Jalan pada zona Kerja 2.1. Kebutuhan Pengaturan Lalu Lintas Penelitian membuktikan bahwa resiko kecelakaan pada zona kerja tiga kali lebih besar. Kontraktor perlu memastikan bahwa seluruh upaya dilakukan untuk menjaga keselamatan pekerja dan pengguna jalan pada zona kerja. Konsultan perlu mengerti pentingnya isu keselamatan pada zona kerja dan memastikan bahwa dilakukan supervisi terhadap Kontraktor mengenai hal ini. Zona kerja harus memiliki resiko minimum: TIDAK ADA KEJUTAN TIDAK ADA JEBAKAN TIDAK ADA OBJEK BAHAYA INFORMASI YANG DIBERIKAN SECARA BAIK PESAN YANG KONSISTEN - DIULANGI JIKA PERLU JARAK PANDANG YANG BAIK DALAM SETIAP KONDISI - 11 -

- 12 - Tidak ada kejutan Zona Pendekat bertujuan untuk memperingatkan pengguna jalan tentang pekerjaan jalan didepannya. Tidak ada jebakan pejalan kaki, pekerja, dan pengendara tidak boleh terjebak menuju lokasi yang berbahaya; Sebagai tambahan dari rambu peringatan, dapat digunakan pagar untuk melindungi pengguna jalan dari objek bahaya. Tidak ada objek bahaya Hanya delineator yang tidak berbahaya yang digunakan; Drum dari besi yang dicor dengan semen TIDAK boleh digunakan. Benda tersebut merupakan bahaya bagi pengguna jalan. Informasi yang diberikan secara baik Pengguna jalan dapat merespon informasi dengan baik bila berjarak 2 detik Pesan yang konsisten - diulangi jika perlu Pesan yang disampaikan harus jelas, sederhana dan konsisten Jarak pandang yang baik dalam setiap kondisi Periksa apakah rambu mudah dilihat setiap waktu EASTERN INDONESIA NATIONAL ROAD IMPROVEMENT PROJECT

PETUNJUK PRAKTIS PENGATURAN LALU-LINTAS PADA ZONA KERJA DI JALAN 2.2. Kebutuhan Rencana Manajemen Lalu Lintas Rencana Manajemen Lalu Lintas (RML) adalah gambar atau seperangkat gambar yang menunjukkan alat-alat pengaturan lalu lintas yang akan digunakan dalam zona kerja serta daftar jadwal pemrograman pekerjaan menyebutkan hari dan waktu pekerjaan dilaksanakan. RML dipersiapkan oleh kontraktor dan disetujui oleh Konsultan sebelum dapat diimplementasikan. RML menunjukkan secara detail gambar manajemen lalu lintas pada saat pelaksanaan proyek. RML tidak dapat (dan tidak boleh) disalin dari situs internet! RML digambar dalam skala 1:500 atau 1:10000, menunjukkan seluruh rambu dan marka yang digunakan beserta spesifikasinya. Dalam mengembangkan RML, kontraktor perlu memikirkan seluruh tahapan kerja dalam pembangunan jalan dan apa yang akan dilakukan dalam setiap tahapannya. Hal ini perlu dilakukan karena dapat membantu kontraktor dalam pentahapan dan alokasi sumber daya serta agar kontraktor dapat mempertimbangkan dengan baik apa yang akan terjadi di lapangan. Misalnya: - Apakah lajur lalu lintas akan menyempit - Apakah lajur akan ditutup - Apakah ada pemakaian satu lajur untuk dua arah - Apakah ada perlintasan median - Apakah ada pengalihan lalu lintas - Apakah ada pengalihan jalur sementara/ by pass - Apakah ada penutupan berkala - Apakah ada penggunaan bahu (atau median) untuk lajur lalu lintas Jawaban dari pertanyaan tersebut akan menentukan manajemen lalu lintas detail untuk setiap tahapan konstruksi jalan. - 13 -

- 14-2.3. Persyaratan Rencana Manajemen Lalu Lintas Kontraktor harus memberikan waktu minimal 10 hari bagi Konsultan untuk menerima, membaca dan mengkaji RML. Dalam kurun waktu tersebut, Konsultan perlu mengkaji dan menilai RML dan perlu mendiskusikannya dengan Kontraktor. Hanya setelah RML disetujui, pekerjaan konstruksi dapat dimulai Minimal 2 hari sebelum konstruksi dimulai, Konsultan dan Kontraktor perlu bertemu di lapangan untuk menentukan lokasi penempatan rambu dan delineator secara tepat. Zona kerja dibagi kedalam 4 zona tabel berikut menjelaskan masing-masing zona. RML harus menunjukkan dengan jelas bahwa keempat zona tersebut dipertimbangkan dalam penyusunan RML dan bahwa rambu dan delineator serta aktivitas lainnya telah direncanakan untuk keempat zona tersebut. Gambar 2.1. Gambar Tipikal Zona Kerja EASTERN INDONESIA NATIONAL ROAD IMPROVEMENT PROJECT

PETUNJUK PRAKTIS PENGATURAN LALU-LINTAS PADA ZONA KERJA DI JALAN ZONA KERJA Zona Pendekat. (Umumnya sepanjang 200m pada kecepatan eksisting 60km/jam). Zona Peralihan (Umumnya sepanjang 150m pada kecepatan eksisting 60km/jam dan perlu menurunkan kecepatan hingga 40km/jam atau pengalihan lajur). Zona Pekerjaan Sepanjang pekerjaan jalan biasanya 100 meter hingga beberapa kilometer FUNGSI Memperingatkan pengendara tentang pekerjaan jalan. Mereka perlu diinformasikan tentang keberadaan pekerjaan jalan dan diarahkan agar dengan aman melaluinya (rambu batasan kecepatan, penutupan lajur, penyempitan lajur, dsb.) Memandu pengendara pada lajur yang semestinya agar dapat secara aman melintasi zona kerja. Jika pekerjaan jalan tidak menyebabkan perubahan lajur lalu-lintas, Zona ini dapat diminimalkan. Menngendalikan pengendara melewati area dimana pekerjaan dilaksanakan dalam kecepatan dan lajur yang aman bagi mereka dan juga aman bagi pekerja. Zona Penjauh (Kira-kira sepanjang 150m untuk jalan bebas hambatan) Untuk memberi informasi bagi pengendara bahwa mereka telah melalui zona kerja dan menginformasikan batas kecepatan yang berlaku pada jalan didepannya, juga untuk mengingatkan mereka untuk selalu berhati-hati dalam berkendara. Tabel 2.2. Pembagian pada Zona Kerja di Jalan - 15 -

- 16 - EASTERN INDONESIA NATIONAL ROAD IMPROVEMENT PROJECT

PETUNJUK PRAKTIS PENGATURAN LALU-LINTAS PADA ZONA KERJA DI JALAN Gambar 2.2. Diagram Alir Penyusunan Rencana Manajemen Lalu Lintas - 17 -

- 18 - Langkah Detail 1 Pengumpulan Data Lingkup pekerjaan, metode konstruksi, data geometrik jalan, data lalu lintas 2 Identifikasi Zona Kerja Durasi pekerjaan, lokasi dan waktu pekerjaan jalan, rentang waktu lalu lintas terganggu 3 Identifikasi alternatif metoda kerja 4 Analisis VCR dan dampak lalu lintas Penyempitan lajur, penutupan lajur, satu lajur dua arah, melintasi median, pengalihan rute (detour), jalan sementara, penutupan berkala, penggunaan bahu atau median sebagai jalur lalu lintas Studi dampak lalu lintas, batas kemampuan menampung arus lalu lintas (misal LOS=D, VCR 0.85, atau panjang antrian 1 km) 5 Analisis perbaikan teknis Pekerjaan diluar jam sibuk, malam hari, akhir pekan, pelarangan parkir/berhenti, penjadwalan ulang pekerjaan, jalur yang digunakan bersama, pelarangan berputar, dll. 6 Evaluasi Rencana Manajemen Lalu lintas Waktu henti dan tunda kendaraan yang diterima, menjamin keselamatan dan tidak menjadi penyebab kecelakaan, pertimbangan biaya proyek dan manajemen lalu lintas, polusi udara dan hilangnya mata pencaharian. 7 Modifikasi Prosedur Review design, prosedur kerja, alternatif metoda konstruksi, prosedur lainnya. EASTERN INDONESIA NATIONAL ROAD IMPROVEMENT PROJECT

PETUNJUK PRAKTIS PENGATURAN LALU-LINTAS PADA ZONA KERJA DI JALAN 2.4. Besaran Zona Kerja Terdapat kondisi dimana beberapa zona kerja tumpang tindih (overlap). Jika hal ini terjadi, maka perlu dibuat keputusan antara terus mengendalikan lalu lintas dari zona kerja pertama hingga zona kerja terakhir atau memperbolehkan mereka kembali pada kondisi (kecepatan) sebelum zona kerja pertama. Sebagai aturan yang umum, jika jarak antara akhir Zona Kerja 1 ke awal zona pendekat pada Zona Kerja 2 kurang dari 1 KM, maka kedua zona kerja tersebut harus dijadikan satu kesatuan. Tidak boleh ada zona penjauh antara keduanya. Pengendara harus selalu dikendalikan dengan batas kecepatan dan delineator sepanjang kedua zona kerja tersebut. Jika jarak antara akhir Zona Kerja 1 ke awal zona pendekat pada Zona Kerja 2 lebih dari 1 KM, maka kedua zona tersebut dipisahkan pengaturannya. Zona penjauh diberlakukan diantara kedua zona pekerjaan. L L 1 KM: satu kesatuan zona kerja L > 1 KM: zona kerja terpisah - 19 -

- 20-2.5. Pekerjaan Jalan yang Terletak di Tikungan Jika pekerjaan jalan terletak di tikungan, zona kerja harus diperpanjang hingga lalu lintas yang mendekat dapat melihat dengan jelas lajur yang harus mereka tempuh. Hal ini sebaiknya dapat dilakukan dengan memastikan bahwa Zona Pendekat berada pada segmen jalan yang lurus dengan jarak pandang memadai. Jika pekerjaan jalan terletak di bagian jalan tertentu sehingga Zona Pekerjaan terjadi., Zona Peralihan perlu diperpanjang hingga ke Zona Pekerjaan. Jika pekerjaan berada di sisi jalan yang tidak membutuhkan perubahan lajur, Zona Peralihan dapat diminimalkan. 2.6. Lokasi kerja yang Berkeselamatan Peraturan mewajibkan kita untuk menjaga keselamatan di lokasi kerja. Hal ini berarti bahwa kita harus melindungi pekerja dan pengguna jalan yang melalui zona kerja. Ada beberapa hal utama yang perlu diperhatikan: Jika pekerja bekerja kurang dari 3m dari lajur terdekat, maka kita harus: - Mengendalikan kecepatan 40 km/jam pada Zona Peralihan dan Zona Pekerjaan - Pastikan bahwa kerucut lalu lintas atau delineator terletak pada garis lurus minimal 1,5m dari pekerja terdekat, untuk mengarahkan lalu lintas Jika beton penghalang (rigid barrier) diletakkan sepanjang jalan antara pekerja dan pergerakan kendaraan, maka halhal diatas boleh tidak dilakukan. Beton penghalang harus disatukan dengan erat (sesuai petunjuk penggunaan dari pabrik), dan terminal harus diletakkan diluar clear zone. EASTERN INDONESIA NATIONAL ROAD IMPROVEMENT PROJECT

PETUNJUK PRAKTIS PENGATURAN LALU-LINTAS PADA ZONA KERJA DI JALAN Bagian III. Ketentuan Penempatan dan Kebutuhan Rambu Kebutuhan dan penempatan rambu sangat dipengaruhi oleh lokasi dan durasi pekerjaan jalan. Di luar/ disisi lajur lalu lintas Bahu jalan Lajur kiri Lajur tengah Lajur kanan Dua lajur atau lebih Median Satu jalur jalan Persimpangan Desain oleh engineer sesuai dengan kondisi - 21 -

- 22 - EASTERN INDONESIA NATIONAL ROAD IMPROVEMENT PROJECT

PETUNJUK PRAKTIS PENGATURAN LALU-LINTAS PADA ZONA KERJA DI JALAN Gambar disamping menunjukkan panduan pengaturan lalu-lintas pada lokasi pekerjaan yang berada pada jalan dua-lajur dua-arah, dengan menutup sementara sebagian lajur lalu lintas, namun cukup untuk dilalui oleh lalu-lintas dua arah. Untuk jalan dengan volume yang cukup tinggi, dan pekerjaan jalan berlangsung lama, perlu diberikan centre line (marka tengah) sementara yang menerus, atau dapat juga digunakan pavement tape. - 23 -

- 24 - EASTERN INDONESIA NATIONAL ROAD IMPROVEMENT PROJECT

PETUNJUK PRAKTIS PENGATURAN LALU-LINTAS PADA ZONA KERJA DI JALAN Gambar disamping menunjukkan panduan pengaturan lalu lintas pada pekerjaan jalan yang berada pada jalan dua-lajur dua-arah dan menutup sebagian lajur lalu lintas, namun hanya dapat dilalui oleh satu lajur lalu-lintas. Pengaturan tersebut menggunakan rambu give way (beri prioritas) pada satu arah lalu-lintas. Pengaturan ini tidak berlaku bila: - Volume lalu lintas melebihi 500 kendaraan per hari; atau - Zona Pekerjaan lebih dari 100 meter; atau - Pengendara tidak memiliki jarak pandang yang cukup terhadap kendaraan yang datang dari arah depannya. Jika hal diatas terjadi, gunakan lampu isyarat lalu-lintas sementara atau gunakan flag-man. - 25 -

- 26 - EASTERN INDONESIA NATIONAL ROAD IMPROVEMENT PROJECT

PETUNJUK PRAKTIS PENGATURAN LALU-LINTAS PADA ZONA KERJA DI JALAN Gambar disamping menunjukkan pengaturan lalu-lintas pada jalan dua-lajur satu-arah. Pekerjaan jalan menutup satu lajur. Rambu-rambu ditempatkan di kedua sisi jalan. - 27 -

- 28 - EASTERN INDONESIA NATIONAL ROAD IMPROVEMENT PROJECT

PETUNJUK PRAKTIS PENGATURAN LALU-LINTAS PADA ZONA KERJA DI JALAN Gambar disamping menunjukkan pengaturan lalu-lintas pada jalan dua-lajur satu-arah. Pekerjaan jalan menutup satu lajur. Rambu-rambu ditempatkan di kedua sisi jalan. - 29 -

- 30 - EASTERN INDONESIA NATIONAL ROAD IMPROVEMENT PROJECT

PETUNJUK PRAKTIS PENGATURAN LALU-LINTAS PADA ZONA KERJA DI JALAN Gambar disamping menunjukkan pekerjaan jalan yang menutup seluruh badan jalan. Lalu-lintas dialihkan ke jalan sementara yang terletak disisi jalan yang sedang ditangani. Penggunaan jalan sementara harus memperhatikan hal-hal berikut: - Kondisi lajur sementara harus layak dilalui kendaraan - Pengalihan tidak boleh terletak pada tikungan - Jika menggunakan bahu sebagai lajur tambahan, perhatikan kekuatan bahu - Bersihkan lajur sementara dari reruntuhan, debu yang mempengaruhi skid resistance. - 31 -

- 32 - Bagian IV. Contoh Masalah Keselamatan pada Zona Pekerjaan Jalan PEKERJAAN JALAN MASALAH KESELAMATAN Zona Pendekat dimaksudkan untuk memberi informasi tentang pekerjaan didepan. Rambu ini terlalu banyak tulisan dan tidak terbaca. Pada lokasi ini sudah mulai perlu dilakukan kontrol kecepatan, namun tidak ada batas kecepatan yang diberikan. Rambu ini sedikit tulisannya dan lebih mudah dibaca. Tapi tidak memberikan informasi tambahan untuk memandu, menginformasikan atau mengatur pengendara. Rambu ini terletak tepat di awal Zona Peralihan, dan informasi yang perlu diberikan disini adalah batas kecepatan dan bahwa jalur jalan ditutup didepan. Semua pengguna jalan perlu diinformasikan untuk menggunakan jalur yang lain. EASTERN INDONESIA NATIONAL ROAD IMPROVEMENT PROJECT

PETUNJUK PRAKTIS PENGATURAN LALU-LINTAS PADA ZONA KERJA DI JALAN PEKERJAAN JALAN MASALAH KESELAMATAN Barikade plastik mudah dilihat dan cocok sebagai delineator. Namun, taper perlu diperpanjang hingga membentuk tembok melintas badan jalan. Rambu Dilarang Masuk perlu ditempatkan pada lokasi yang lebih terlihat. Rambu peringatan Hati-hati tidak ada gunanya dan perlu diletakkan di lokasi lainnya jika dibutuhkan. Blok beton tidak boleh dignakan karena sangat berbahaya bagi pengendara sepeda motor. Pengendara tidak diperbolehkan mengambil jalan sendiri melalui zona kerja. Mereka harus ditunjukkan rute yang harus ditempuh dan jalur lainnya harus di tutup dengan delineator. Pasir dan kerikil di permukaan jalan adalah ancaman bagi pengendara sepeda motor. Jalan perlu disapu setiap hari. - 33 -

- 34 - PEKERJAAN JALAN MASALAH KESELAMATAN Tumpukan pasir seharusnya tidak ditempatkan disini karena berbahaya bagi pengendara terutama setelah hari gelap. Pipa-pipa tersebut adalah objek bahaya sisi jalan dan seharusnya tidak diletakkan disini walaupun hanya sebentar. Objek tersebut berada di dalam clear zone (3m dari sisi terluar lajur terdekat) dan mereka akan sangat berbahaya bila kendaraan (mobil/truk/bis/sepeda motor) keluar lajur. Kurangnya delineasi untuk membantu memandu pengendara. Kerucut lalu lintas perlu diletakkan maksimum setiap 20m. EASTERN INDONESIA NATIONAL ROAD IMPROVEMENT PROJECT

PETUNJUK PRAKTIS PENGATURAN LALU-LINTAS PADA ZONA KERJA DI JALAN PEKERJAAN JALAN MASALAH KESELAMATAN Rambu-rambu tersebut tidak membantu apapun bagi keselamatan pekerjaan jalan. Mereka dibiarkan di tengah jalan dan dapat ditabrak kendaraan pada malam hari. Barikade perlu digunakan dengan barikade lainnya untuk menutup seluruhnya badan jalan/simpang. Rambu-rambu perlu digunakan dimana diperlukan. - 35 -