PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMBERANTASAN WABAH RABIES BERBASIS BUDAYA MASYARAKAT BALI DAN INOVASI MEDIK VETERINER BIDANG KEGIATAN: PKM GT

dokumen-dokumen yang mirip
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA

HALAMAN PENGESAHAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA VAKSIN RABIES ORAL HARAPAN BARU UNTUK PENGENDALIAN RABIES DI INDONESIA BIDANG KEGIATAN: PKM-GT

PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM POJOK TANI LEMBAGA KEMASYARAKATAN PENINGKAT KUALITAS PERTANIAN BIDANG KEGIATAN: PKM-GT Diusulkan Oleh:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM,

BAB I PENDAHULUAN. Rabies merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang susunan

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN RABIES

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PENANGGULANGAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMELIHARAAN DAN LALU LINTAS HEWAN PENULAR RABIES DI KABUPATEN BADUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA MODIFIKASI LIMBAH KERTAS SEBAGAI BAHAN BAKU MEMBRAN: ALTERNATIF DALAM MENGATASI DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL

PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG LARANGAN PEMASUKAN HEWAN PENULAR RABIES KE WILAYAH PROVINSI PAPUA GUBERNUR PROVINSI PAPUA,

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBAR PENGESAHAN. a. Nama Lengkap : Alkhosim NIM. B

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGASAHAN... RIWAYAT HIDUP... ABSTRAK... v. KATA PENGANTAR. vii. DAFTAR ISI. ix. DAFTAR TABEL.

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1). Pembangunan bidang kesehatan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH BATERAI RUMAH TANGGA MELALUI PENDEKATAN SOSIAL DAN ORGANISASI

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA SOSIALISASI IKAN TERI SEBAGAI BAHAN MAKANAN YANG MENGANDUNG SUMBER KALSIUM TINGGI PKM-GT

Diusulkan Oleh: M. Budi Muliyawan E / 2008 ( Anggota) Dimas Ardi Prasetya F / 2009 ( Anggota)

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PEMASUKAN HEWAN-HEWAN TERTENTU KE WILAYAH PROVINSI PAPUA UNTUK KEPENTINGAN KHUSUS

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 30 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI RIAU

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA APLIKASI MADU SEBAGAI PEMANFAATAN ALAMI UNTUK MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA KULIT BIDANG KEGIATAN: PKM-GT

LEMBAR PENGESAHAN. Bogor, 23 Maret Menyetujui, Sekretaris Departemen Gizi Masyarakat. Ketua Pelaksana Kegiatan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR

JUDUL PROBLEMATIKA ANGKOT DI KOTA SERIBU ANGKOT BIDANG KEGIATAN: PKM-GT. Diusulkan oleh:

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PEMANFAATAN AIR BEKAS WUDHU SEBAGAI ALTERNATIF IRIGASI PERTANIAN SKALA KECIL BIDANG KEGIATAN : PKM-GT

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMELIHARAAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIJUNJUNG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN RABIES

HALAMAN PENGESAHAN. a. Nama Lengkap : Mudho Saksono NIM. F

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA APLIKASI TEKNOLOGI MIKROENKAPSULASI THIN LAYER DRYING DAN TEKNOLOGI AGLOMERASI UNTUK MEMBUAT SKALA PILOT PLANT

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEREDARAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM STRATEGI PEMULIHAN KERUSAKAN VEGETASI MANGROVE DI KAWASAN SUAKA MARGASATWA PULAU RAMBUT

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penderitaan yang berat dengan gejala saraf yang mengerikan dan hampir selalu

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 2

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

PENDAHULUAN. Latar Belakang. mamalia dan memiliki tingkat kematian yang sangat tinggi. Sangat sedikit penderita

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA NILAI KEARIFAN LOKAL: PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA MENGHADAPI ERA GLOBALISASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PENGESAHAN. (Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc.) ( Umu Rosidah )

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA TUMPEANG SEBAGAI SOLUSI KETERGANTUNGAN TERHADAP TEPUNG TERIGU BIDANG KEGIATAN: PKM GAGASAN TERTULIS.

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMANFAATAN JANGKRIK SEBAGAI SOLUSI ALTERNATIF TULANG RAWAN IKAN HIU UNTUK PENGOBATAN REMATIK PKM GAGASAN TERTULIS

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

LEMBAR PENGESAHAN. a. Nama Lengkap : Rianah Sary NIM. H

BAB 1 : PENDAHULUAN. Rabies merupakan suatu penyakit zoonosis yaitu penyakit hewan berdarah panas yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Sebaran Umur Korban Gigitan Anjing Diduga Berpenyakit Rabies pada Manusia di Bali. (The Distribution of Ages on Victims of Rabies in Bali)

BAB I PENDAHULUAN. Rabies yang dikenal juga dengan nama Lyssahydrophobia, rage, tollwut,

USULAN PKM GT BIDANG KEGIATAN: PKM GT

LEMBAR PENGESAHAN. 2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI ( ) PKM-GT

LAPORAN GAMBARAN DURATION OF IMMUNITY VAKSIN RABIVET 92. Pusat Veterinaria Farma ABSTRAK

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 159/Kpts/OT.220/3/2004 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya.

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PEMBERIAN RANGSANGAN MUSIK UNTUK MENGURANGI STRES PADA LUMBA-LUMBA DI LOKASI PENANGKARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN DAN INTEGRASI SITEM PCM ANALYSIS PENCEGAHAN TERHADAP VIRUS ZIKA. Oleh: Rika Puspitasari Rangkuti

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA. PENGEMBANGAN JAMUR TOGE (Flammulina velutipes) SEBAGAI PENGAWET ALAMI PADA PRODUK DAGING DAN IKAN

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA POTENSI LIMBAH KULIT SINGKONG DALAM PRODUKSI BIOBRIKET SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHAN KELANGKAAN ENERGI DI INDONESIA

Pertanyaan Seputar Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009 dan Penyakit Influenza pada Babi

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA MENCIPTAKAN KENYAMANAN UDARA RUMAH BERDASARKAN MODEL SARANG LEBAH BIDANG KEGIATAN: PKM-GT.

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Rabies merupakan Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) Golongan II

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. terkena virus rabies kepada manusia yang disebut dengan zoonosis. Penyakit rabies

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

INOVASI PRODUK PANGAN DARURAT: SOLUSI PERMASALAHAN PANGAN BANGSA BIDANG KEGIATAN: PKM-GT. Diusulkan Oleh :

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGEMBANGAN PROGRAM ANTI-BULLYING PADA INSTITUSI PENDIDIKAN DI INDONESIA PKM-GT. Diusulkan oleh :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

LEMBAR PENGESAHAN. a. Nama Lengkap : Heni Habibah NIM. H

LEMBAR PENGESAHAN USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Modul Komunikasi Informasi dan Edukasi Zoonosis (Rabies) Kata Pengantar

LAPORAN KEGIATAN SURVEILANS PUSKESMAS KOTAPADANG TAHUN 2006

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG OTORITAS VETERINER KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 102 TAHUN 2001 SERI D.99 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

ISSN situasi. diindonesia

LEMBAR PENGESAHAN NIM. I

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM DINAS KESEHATAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

HALAMAN PENGESAHAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA LAPORAN AKHIR. : Rp ,00 : Tidak ada : 3 Bulan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

PENYAKIT-PENYAKIT ZOONOSIS DI NUSA TENGGARA TIMUR

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Transkripsi:

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMBERANTASAN WABAH RABIES BERBASIS BUDAYA MASYARAKAT BALI DAN INOVASI MEDIK VETERINER BIDANG KEGIATAN PKM GT Diusulkan Oleh Alimansyah Putra B04070024 (Angkatan 2007) Sri Wahyuni Salam B04080194 (Angkatan 2008) Haddi Wisnu Yudha B04090131 (Angkatan 2009) INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

LEMBAR PENGESAHAN 1. 2. 3. 4. 5. Judul Kegiatan Bidang Kegiatan Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap b. NIM c. Jurusan d. Universitas/ Institut/ Politeknik e. Alamat Rumah dan No. Tel./HP f. Alamat email Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar b. NIP c. Alamat Rumah dan No Tel./HP Pemberantasan Wabah Rabies Berbasis Budaya Masyarakat Bali dan Inovasi Medik Veteriner ( ) PKM-AI ( ) PKM-GT Bidang Kesehatan Alimansyah Putra B04070024 Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Jl. Raya Ciampea Gg lestari RT01 RW 01 No 15 Ciampea Bogor 085691162366 Alfas626@yahoo.com 2 Orang Drh.H.R.P Agus Lelana, SP.M. M.Si 195 90810 198503 1 004 Jln. Pinang IV / 28, Taman Yasmin 087870224021 Bogor, 28 Februari 2011 Menyetujui, Wakil Dekan FKH IPB Ketua Pelaksana Kegiatan Dr. Nastiti Kusumorini NIP. 19621205 198703 2 001 Alimansyah Putra NIM. B04070024 Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Institut Pertanian Bogor Dosen Pendamping Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS. NIP. 19581228 198503 1 003 Drh. R.P. Agus Lelana, SP.MP. M.Si NIP. 195 90810 198503 1 004 i

KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan limpahan karunia-nya penulisan program kreativitas mahasiswa tentang Pemberantasan Wabah Rabies Berbasis Budaya Masyarakat Bali dan Inovasi Medik Veteriner dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas Kedokteran Hewan IPB beserta jajaranya yang telah mednorong untuk berpartisipasi dalam penulisan program kreativitas mahasiswa ini, kepada pimpinan DP2M yang telah memberikan ksempatan dan memfasilitasi kami untuk menuangkan ide-ide kreatif ke dalam suatu bentuk tulisan yang bermanfaat, kepada Drh. R.P. Agus Lelana, SP.MP., M.Si yang telah mengarahkan, membimbing dan memberikan masukan bagi penyempurnaan penulisan ini. Kami sangat berharap semoga tulisan ini dapat memberikan solusi kepada bangsa Indonesia khususnya masyarakat Bali dalam menghadapi masalah-masalah pengendalian dan penanggulangan wabah rabies di Bali dapat tertangani dengan baik. Sangat di sadari bahwa penulisan program kreativitas mahasiswa ini, tidak luput dari keterbatasn dan kekurangan. Oleh karena itu penulis memohon kritik dan saran bagi kebaikan kita bersama. Semoga program kreativitas mahasiswa ini bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Maret 2011 Penulis DAFTAR ISI ii

HALAMAN PENGESAHAN USUL PKM... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... RINGKASAN... PENDAHULUAN... Latar Belakang... Tujuan... Manfaat... GAGASAN Pentingnya Mengetahui Kondisi Wabah Rabies di Provinsi Bali... Pentingnya Mengetahui Upaya Pemberantasan Wabah Rabies yang Telah di Lakukan serta Kendala-kendalanya di Lapangan Pentingnya Penanggulangan Penyakit rabies yang berbasis Budaya Masyarakat Bali serta Melakukan Inovasi Vaksinasi Rabies... Pihak-pihak yang dapat melaksanakan tindakan penanganan penyakit Rabies... i ii iii iv v 1 1 2 2 3 3 5 6 6 6 7 8 iii

Langkah-langkah Strategis yang Harus Dilakukan untuk melaksanakan pengendalian penyakit rabies di Propinsi Bali... KESIMPULAN... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... DAFTAR GAMBAR iv

Gambar 1. Pola pembagian peran pemerintah dan masyarakat adat... 6 Ringkasan v

Sejak permulaan tahun 2008, Provinsi Bali sebagai andalan industri pariwisata nasional menghadapi masalah wabah rabies yang hingga kini belum dapat di atasi secara tuntas, bahkan penularannya terus meluas, kini 92 % dari wilayah Bali sudah terpapar rabies, sedangkan hingga september 2010 telah terdapat 58.321 kasus gigitan, dan kasus kematian yang terjadi hingga februari 2011 mencapai 124 orang. Kondisi ini menyebabkan beberapa negara mengeluarkan travel warning untuk berkunjung ke Bali. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini, yaitu melalui berbagai pendekatan dengan melibatkan pemerintah maupun masyarakat. Tindakan-tindakan penanggulanagn yang telah dilakukan antara lain, penyuntikan Vaksin Anti Rabies (VAR), vaksinasi pada anjing, pemusnahan atau eliminasi anjing yang diduga atau terlular rabies, serta penyuluhan pada masyarakat. Walaupun pemerintah sudah melakukan berbagai upaya namun hasil yang ditunjukkan belum memuaskan, bahkan wabah rabies cenderung meluas. Kendala yang di didapatkan, antara lain kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat, pupulasi anjing yang divaksinasi masih rendah, dan sulitnya pengawasan pada lalu lintas hewan penular rabies. Faktor budaya masyarakat bali, yang memiliki kepercayaan bahwa anjing merupakan kendaraan yang akan membawa mereka ke surga, menyebabkan hampir setiap keluarga di Bali memiliki anjing, hal ini juga salah satu kendala dalam penanggulangan wabah rabies. Untuk mengatasi masalah tersebut penulis mengajukan gagasan tentang penanggulangan wabah rabies berbasis budaya masyrakat bali serta dengan melakukan inovasi medik veteriner. Diharapkan dengan diterapkanya gagasan ini maka permasalahan penanggulangan rabies yang ada di Bali daapt teratasi dengan baik. vi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rabies merupakan salah satu jenis penyakit zoonotik yang cukup berbahaya, memiliki tingkat mortalitas dan morbilitas pada hewan dan manusia yang cukup tinggi. Rabies disebabkan oleh virus famili Rhabdoviridae. Virus ini berbentuk peluru yang khas dengan panjang 130-300 nm dan diameter sekitar 70 nm serta memiliki amplop lipoprotein. Jenis asam nukleatnya adalah RNA untai tunggal berpolaritas negatif. Virus rabies dapat menular melalui berbagai macam cara salah satunya ialah melalui gigitan, umumnya rabies disebabkan oleh gigitan anjing, walaupun dalam beberapa kasus virus rabies ini dapat di tularkan melalui gigitan beberapa hewan mamalia antara lain kucing, rubah, kera ataupun kelelawar. Dalam jumlah yang kecil virus rabies, juga dapat di tularkan melalui kontak luka terbuka dengan virus rabies ataupun melalui udara. Penularan virus rabies yang melalui luka terbuka biasanya terjadi melalui gigitan atau kontak air liur dengan luka yang dimiliki. Virus akan masuk dalam tubuh dan menyebar ke otot kemudian menyerang sistem saraf tepi, selanjutnya virus ini akan berjalan hingga ke sistem saraf pusat. Pada susunan saraf pusat virus rabies akan menyebabkan kerusakan saraf yang cukup parah sehingga akan menimbulkan dampak yang sangat berbahaya, hingga dapat menyebabkan kematian. Masa inkubasi dari rabies tergantung pada lokasi gigitan, jumlah gigitan, dalamnya gigitan, dan banyaknya saraf di sekitar gigitan. Selain itu usia juga menjadi faktor lamanya masa inkubasi virus ini. Korban yang masih muda biasanya memiliki masa inkubasi yang lebih singkat dibanding korban yang sudah dewasa atau tua. Ada beberapa stadium pada penularan penyakit rabies yaitu stadium prodromal, stadium sensoris, stadium eksitasi dan stadium paralisis. Pada stadium prodormal gejala yang ditunjukkan masih berup gejala awal antara lain demam, sakit kepala, mual, dan nyeri tenggorokan, gejala ini akan muncul kurang lebih 1-2 bulan setelah gigitan anjing. Kemudian pada stadium sensoris tubuh memperlihatkan rasa nyeri serta panas pada luka bekas gigitan, selanjutnya ialah stadium eksitasi dimana gejala yang ada ialah hipersalivasi, hiperlakrimasi, pembesaran pupil, dan tonus otot-otot serta aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala hiperhidrosis, pada stadium ini gejala yang sangat khas terlihat adalah adanya bebarapa fobia (ketakutan) seperti takut pada cahaya dan air. Stadium yang terakhir ialah stadium paralisis dimana terjadi kekauan otot pada penderita, biasanya pasien akan mengalami kematian pada stadium eksitasi. Kamatian biasanya terjadi pada hari ke 4 10 setelah gejala klinis terlihat. Pengobatan yang dilakukan bila gejala klinis sudah terlihat akan sangat sulit, sebagian besar kasus rabies yang terlambat di tangani berakhir pada kematian. Provinsi Bali merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang telah terkena wabah rabies, penyebaran vius rabies di Bali mulai di deteksi pada awal tahun 2008. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kemenkes, di Bali sendiri kasus rabies dari tahun 2008, telah mencapai 58.321 kasus gigitan dari 112.496 kasus gigitan yang terjadi di Indonesia, dan hingga september 2010 diperoleh data kematian akibat rabies mencapai 96 kasus kematian, yang setiap tahunya mengalami peningkatan

2 yang cukup siknifikan. Bahkan data terakhir yang didapatkan disebutkan bahwa korban tewas akibat rabies dari awal 2008 februari 2011 telah mencapai 124 orang (Kompas, 23 februari). Penyebaran wabah rabies di Bali sangat cepat, pada tahun 2008 hanya enam desa di tiga kecamatan yang terjangkit rabies, meningkat menjadi 43 desa di 22 kecamatan pada 2009, kemudian pada 2010 meningkat menjadi 239 desa di 51 kecamatan (Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat). Provinsi Bali memilik 385 desa dan 55 kecamatan, dengan demikian lebih dari 92 persen kecamatan yang sudah terkena rabies. Kondisi ini tentu sangat menghawatirkan karena mengancam kestabilan berbagai sektor termasuk industri pariwisata, beberapa negara bahkan sudah mengingatkan bahwa bila wabah rabies ini terus berlanjut dan tidak teratasi maka mereka akan mengeluarkan travel warning atau larangan berkunjung bagi warga negaranya ke Provinsi Bali, bila hal ini terjadi maka pendapatan daerah dari sektor pariwisata akan menurun, sehingga kegiatan perekonomian akan terganggu, mengingat sebagian besar kegiatan ekonomi di Bali bergantung pada kondisi pariwisata. Hal ini menunjukkan bahwa secara tidak langsung penyakit rabies dapat mempengaruhi kondisi perekonomian yang ada di Provinsi Bali. Penyakit rabies juga merupakan salah satu penyakit yang dapat membahayakan kesehatan, bahkan penyakit rabies merupakan penyakit yang memiliki tingkat mortalitas yang cukup tinggi. Pemerintah beserta berbagai elemen masyarakat sudah berusaha untuk melakukan berbagai tindakan, walaupun tindakan-tindakan ini dirasa belum efektif dan memuaskan, maka dari itu diperlukan langkah strategis yang tepat dan efektif dalam penanggulangan wabah rabies Bali saat ini. Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk memberikan gagasan agar permasalahan penyakit rabies di Bali saat ini dapat teratasi. Tujuan Tulisan ini bertujuan memberikan solusi tentang pola penanganan rabies yang tepat, sesuai dengan sosial-budaya masyarakat Bali, implementasinya dilakukan melalui dua pendekatan yaitu melalui pendekatan budaya masyarakat bali dan melalui inovasi baru medik veteriner. Manfaat Manfaat dari gagasan ini ialah untuk mengatasi permasalahan penanggulangan penyakit rabies di Bali, hal ini diperlukan agar wilayah Bali kembali terbebas dari rabies. Pentingnya Bali bebas rabies adalah agar mengurangi dan menghilangkan kematian akibat penyakit rabies, mencegah adanya gigitan anjing pada manusia, serta memberikan jaminan keamanan kesehatan pada masyarakat bali khususnya dari penyakit rabies. Jaminan keamanan kesehatan ini diperlukan agar kedepanya kondisi industri pariwisata bali tidak akan terganggu sehingga kondisi perekonomian bali dapat berjalan dengan lancar. GAGASAN

3 Pentingnya Mengetahui Kondisi Wabah Rabies di Provinsi Bali Menurut salah satu ahli dalam bidang penyakit hewan yaitu Kepala Laboratorium Biomedik dan Biologi Molekuler Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Prof I Gusti Ngurah Mahardika, fenomena kejadian rabies yang terjadi di Bali, di analogikan seperti fenomena kejadian gunung es, dimana kasus yang terlihat hanya merupakan presentase kecil dari kasus yang di duga sebenarnya sangat banyak terjadi. Fenomena gunung es ini dapat terjadi karena kasus rabies yang dilaporkan oleh masyarakat kepada pemerintah masih sangat sedikit, kasus biasanya dilaporkan apabila sudah mengalami tingkat keparahan yang besar, sehingga tindakan-tindakan penanganannya pun menjadi tidak efektif. Selain itu, disebutkan bahwa masyarakat bali masih memiliki tingkat kesadaran yang rendah akan penyakit rabies, masyarakat masih mengganggap bahwa gigitan anjing merupakan sebuah hal biasa, padahal rabies itu sendiri oleh Pemerintah Bali sudah ditetapkan sebagai salah satu KLB (Kejadian Luar Biasa). Penyebaran penyakit rabies di Bali terkait erat dengan kondisi budaya yang ada pada masyarakat Bali. Berdasarkan keterangan dari Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Bali dr. I Nyoman Sutedja, M PH, di Bali Kecintaan masyarakat akan hewan anjing sungguh sangat tinggi hampir setiap keluarga memiliki peliharan anjing karena selain kondisi kecintaan pada anjing, di masyarakat bali ada kepercayaan yang menyebutkan bahwa anjing merupakan kendaraan yang mengantarkan mereka kesurga sehingga perlu di rawat dengan baik, hal inilah yang menyebabkan populasi anjing di wilayah Bali menjadi sangat tinggi, mencapai 500.000 700.000 ekor, selain itu sebagian besar anjing-anjing dibiarkan berkeliaran bebas, hal inilah yang menyebabkan anjing menjadi tidak terkontrol dan berisiko terkena dan dapat menularkan rabies ke hewan lain ataupun ke manusia. Pentingnya Mengetahui Upaya Pemberantasan Wabah Rabies yang Telah di Lakukan serta Kendala-kendalanya di Lapangan Penanggulangan penyakit rabies di bali saat ini sudah dilakukan oleh pemerintah dan berbagai elemen walaupun dalam evaluasinya kondisi penanganan rabies di Bali dirasa masih kurang efektif. mengingat kasus kejadian rabies yang terus meningkat. Saat ini, pemerintah telah melakukan beberapa tindakan penanggulangan antara lain, penyediaan vaksin anti rabies (VAR) untuk manusia, menyediakan media penyuluhan, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan melalui pelatihan dokter/paramedis Puskesmas dan klinik swasta di 6 Kabupaten/Kota serta membantu kebutuhan vaksin antirabies untuk hewan sebanyak 120.000 dosis. Selain itu berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 88 tahun 2008 tentang Penutupan Sementara Pemasukan dan atau Pengeluaran HPR dari dan atau ke Provinsi Bali dilakukan pelarangan lalu lintas hewan penular rabies dari kabupaten tertular ke kabupaten bebas lainnya. Langkah-langkah operasional lainnya, vaksinasi terhadap 66.901 ekor anjing (16,37%) dan dimusnahkannya sebanyak 26.705 ekor anjing (6,53%) dari 408.673 populasi anjing yang ada di Bali. Upaya pemulihan status kesehatan masyarakat bagi yang tergigit hewan penular rabies sudah dilakukan sebanyak 43.788 dosis vaksin anti rabies ditambah pembiayaan pengobatan lainnya yang diperlukan. Juga telah dikembangkannya

4 Rabies Center di masing-masing kabupaten/kota sebagai tempat pelayanan kesehatan sekaligus tempat media promosi mengenai rabies kepada masyarakat. Respon penanganan rabies juga dilakukan oleh berbagai pihak baik nasional maupun internasional, lembaga-lembaga seperti Balai Besar Veteriner Denpasar, Balai Karantina Pertanian Klas I Denpasar, Yayasan Yudisthira Suwarga, Bali Animal Welfare Association (BAWA), Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Bali dan FKH Universitas Udayana telah memberikan sumbangan pemikiran serta masukan, diagnostik, tenaga vaksinasi, penyuluhan, eliminasi, serta kegiatan operasional lainnya yang mendukung penanganan wabah rabies di Bali. Lembaga-lembaga internasional seperi FAO dan ACIAR juga telah membantu pemerintah Provinsi Bali dalam penanganan wabah rabies. Walaupun penanganan sudah dilakukan dengan berbagai cara dan oleh berbagai pihak namun masalah wabah rabies ini belum dapat dituntaskan bahkan cenderung mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam kendala antara lain, kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat, pupulasi anjing yang divaksinasi masih rendah, dan sulitnya pengawasan pada lalu lintas. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang masalah rabies ini dikarenakan masih kuranganya sosialisasi kepada masyarakat desa tentang rabies, sosialisaai masih dilakukan dengan insidental dan responsif sehingga tidak menyeluruh, selain itu penanggulangan rabies masih dianggap sebagai tanggung jawab pemerintah saja sehingga peran aktif masyarakat belum dilibatkan. Masyarakat bali merupakan masyarakat yang biasa hidup berdampingan dengan hewan, termasuk hewan pembawa rabies yakni anjing, menurut kepercayaan masyarakat bali disebutkan bahwa anjing merupakan kendaraan yang akan membawa mereka ke surga, hal ini membuat hampir setiap keluarga di Bali memelihara anjing, kepercayaan ini juga menyebabkan tindakan vaksinasi dan eliminasi menjadi lebih sulit karena masih kurangnya sosialisasi serta kesadaran masyarakat tentang pentingnya vaksinasi anjing, padahal tindakan vaksinasi sangat penting dalam pencegahan wabah rabies. Dalam melakukan tindakan vaksinasi petugas juga banyak menemui banyak kesulitan antara lain anjing yang akan di vaksinasi banyak yang berkeliaran sehingga menyulitkan proses vaksinasi, karena saat ini proses vaksinasi masih harus dilakukan dengan tindakan penyuntikan. Selain adanya kesulitan dalam proses penyuntikan atau injeksi salah satu kendala dalam proses vaksinasi ialah kurangnya tenaga petugas lapangan yang melakukan vaksinasi, sehingga tindakan vaksinasi yang dilakukan masih sangat lambat. Tindakan eliminasi berupa pemberian racun strignin pun masih menemui banyak pertentangan karena tidak sesuai dengan animal walfare atau status kesejahteran hewan, sedangkan proses eliminasi yang sesuai dengan kesejahteran hewan sangat sulit dilakukan. Pentingnya Penanggulangan Penyakit rabies yang berbasis Budaya Masyarakat Bali serta Melakukan Inovasi Vaksinasi Rabies Masyarakat bali merupakan masyarakat yang masih menjunjung tinggi kebudayaan, mereka masih termasuk dalam masyarakat adat yang taat pada aturanaturan adat. Dalam studinya tentang peran desa adat diwilayah bali Kurniawati Hastuti menyebutkan bahwa desa adat memiliki peran penting dan posisi strategis

5 dalam perumusan atau pemutusan suatu masalah yang ada, hal-hal yang diputuskan berdasarkan kondisi adat cenderung lebih di hormati dibandingkan dengan keputusan yang berasal dari pemerintah. Hal ini bila dicermati maka dapat dijadikan sebagai salah satu landasan bagi pemerintah dalam menanggulangi penyakit rabies yang ada di bali, dengan pelibatan masyarakat adat maka penanganan penyakit rabies akan lebih dirasakan oleh warga masyarakat. Bila masyarakat bisa diberikan pemahaman secara adat bahwa penting melakukan vaksinasi pada anjing, tentunya akan lebih meningkatkan animo masyarakat untuk vaksinasi pada anjing. Pelibatan masyarakat yakni masyarakat adat juga berfungsi sebagai media penyampai informasi dan sosialisai. proses penyampaian informasi kemasyarakat bawah akan lebih terjangkau dan lebih diterima sehingga pemahaman masyarakat akan pentingnya dan berbahayanya penyakit rabies ini dapat diketahui. Perlu ditekankan bahwa tindakan terbaik dalam penanggulangan wabah rabies ialah dengan tindakan pencegahan, selain dengan sosialisasi tindakan pencegahan dapat juga dilakukan dengan vaksinasi. Saat ini telah dikembangakan beberapa metode baru dalam melakukan vaksinasi, salah satunya dengan menggunakan metode vaksin oral. Vaksin oral yaitu vaksin yang digunakan untuk hewan yang terjangkit rabies khususnya anjing dengan cara memasukkan vaksin tersebut pada makanan anjing. Makanan ini kemudian diberikan sebagai umpan pada anjing liar atau pada anjing yang memiliki pemilik tapi dibiarkan berkeliaran, sehinga apabila anjing memakan makanan tersebut otomatis telah mengalami vaksinasi. Vaksin rabies oral ini merupakan inovasi lain selain vaksin yang biasa dipakai untuk diagnosis serta menghindari rasa sakit. Pada pemberantasan rabies yang dilakukan di Jerman pada tahun 1985-2005, penggunaan vaksin oral yang diberikan melalui makanan ini, terbukti cukup efektif dan kasus rabies menurun secara signifikan (Mueller, 2005). Padahal sebelumnya di jerman antara tahun 1970-1980 terjadi peningkatan penularan penyakit rabies pada hewan liar mencapai 10.634 dan 10.484, meskipun telah menggunakan beberapa metode; sterilisasi, penyebaran racun, pemasangan perangkap"trapping", penguburan "digging", dan pengrusakan gigi secara intensif (Mueller, 1998). Selain di Jerman penggunaan vaksin oral ini juga telah diterapkan pada pemberantasan rabies di India, pengunaan vaksin oral pada percobaan laboratorium di india terbukti, dari sembilan ekor anjing yang diberikan vaksin oral kemudian ditantang dengan virus rabies, semuanya tetap dapat bertahan hidup, dibandingkan dengan anjing yang dijadikan kontrol, tanpa pemberian vaksin oral, setelah diberikan virus rabies anjing kontrol ini mengalami kematian (Cliquet, et al 2007) Makanan yang dapat digunakan sebagai umpan vaksin ini umumnya berasal dari daging, namun ada beberapa alternative penggunaan makanan sebagai umpan, antara lain ialah usus babi karena ataupun bakso. Pihak-pihak yang dapat Melaksanakan Tindakan Penanganan Penyakit Rabies Pemerintah Propinsi Bali akan sangat besar berpengaruh pada perwujudan dari gagasan ini, pemerintah akan berperan dalam mengajak masyarakat adat bali untuk melakukan sebuah kolaborasi agar kedepanyanya masalah-masalah rabies ini

6 dapat teratasi. Kolaborasi ini berupa pelibatan dewan adat pada kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penanggulangan rabies, dimana dewan adat yang mewakili masyarakat akan menjadi penghubung dan media komunikasi antara pemerintah dan masyarakat. Selain itu pemerintah juga akan sangat berperan dalam pengambilan tindakan terkait penanggulangan wabah rabies. Pola pembagian peran ini digambarkan sebagai berikut Gambar 1 Pemerintah juga diharapkan berperan dalam implementasi vaksinasi, selain itu elemen non pemerintah juga diharapkan dapat membantu aplikasi vaksinasi mengunakan vaksin oral ini. Langkah-langkah Strategis yang Harus Dilakukan untuk melaksanakan pengendalian penyakit rabies di Propinsi Bali - Melakukan evaluasi tentang penanggulangan wabah rabies di Bali yang sudah dilaksanakan. - Membentuk suatu badan koordinasi yang paten antara pemerintah dan masyarakat adat. - Melakukan vaksinasi dengan menggunakan metode vaksin oral yang diberikan dengan umpan makanan. KESIMPULAN Penanggulangan rabies bali dengan pemanfaatan Masyarakat Adat Bali serta dengan penerapan inovasi baru dalam medis veteriner yaitu pada proses vaksinasi diharapkan dapat menyelesaikan masalah penyebaran penyakit rabies ini sehingga Bali dapat terbebas kembali dari rabies. DAFTAR PUSTAKA

7 Dewi, K.H. 2003. Peran Desa Adat Dalam Otonomi Desa Kasus Di Desa Sesetan, Bali. Wydiariset. Vol 4. F Cliquet, J P Gurbuxani, H.K Pradhan, B Pattnaik, S S Patil, et al. 2007. The safety and efficacy of the oral rabies vaccine SAG2 in Indian stray dogs. Vaccine Vol. 25 Issue 17, p3409-3418, 10p Mueller T, T Selhorst, C Poestzsch. 2005. Surveillance report fox rabies in Germany anupdate. Euro Surveill. 10 (Il)229-231.2005 Muller W, T Guzel, O Aylan, C Kaya, J Cox, et al. 1998. The Feasibility of Oral Vaccination of Dogs In Turkey-an European Union Supported Project. J Etlik VetMicrobiol. 961-71. Kementrian Kesehatan RI. 2009. Data Rabies Indonesia. http //www. Depkes.go. id/. Diakses 26 Februari 2011. Kementrian Koordintor Bidang Kesejahteran Rakyat. 2011. Rabies Landa 90% Kecamatan di Bali. http//www.menkokesra.go.id/content/rabies-landa-90 kecamatan-di-bali. diakses 26 Februari 2011. Rahman A, Maharis R. 2008. Analisis Keberhasilan Vaksin Oral Rabies Sebagai Perbandingan Pengendalian Rabies di Indonesia. Buletin Pengujian Mutu Obat Hewan. No 13. 1. NAMA DAN BIODATA KETUA SERTA ANGGOTA KELOMPOK 1. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap Alimansyah Putra b. NIM B04070024 c. Fakultas/ Departemen Kedokteran Hewan d. Perguruan Tinggi Institut Pertanian Bogor 2. Anggota Pelaksana

8 a. Nama Lengkap Sri Wahyuni Salam b. NIM B04080194 c. Fakultas/ Departemen Kedokteran Hewan d. Perguruan Tinggi Insitut Pertanian Bogor 3. Anggota Pelaksana a. Nama Lengkap Haddi Wisnu Yudha b. NIM B04090131 c. Fakultas/ Departemen Kedokteran Hewan d. Perguruan Tinggi Insitut Pertanian Bogor 2. NAMA DAN BIODATA DOSEN PENDAMPING 1. Nama Lengkap dan Gelar Drh.H.R.P Agus Lelana, SP.M. M.Si 2. Golongan Pangkat dan NIP IIIA 195 90810 198503 1 004 3. Jabatan Fungsional Dosen 4. Jabatan Struktural - 5. Fakultas / Dpartemen Kedokteran Hewan/ Klinik, Reproduksi, dan Patologi 6. Perguruan Tinggi Institut Pertanian Bogor