KELUARGA MAJEMUK DENGAN IBU MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II YANG TIDAK TERKONTROL DENGAN PENGETAHUAN YANG RENDAH

dokumen-dokumen yang mirip
DIABETES MELITUS TIPE II PADA IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGETAHUAN YANG KURANG TENTANG DIABETES DAN AKTIVITAS FISIK KURANG TERATUR

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

DIABETES MELITUS GESTASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

EPIDEMIOLOGI DIABETES MELLITUS

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat menjadi komplikasi metabolik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Definisi Diabetes Melitus

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

KARAKTERISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDENSI DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYANG DAN LEDOKOMBO

KARAKTERISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDENSI DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYANG DAN LEDOKOMBO

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik, life style, dan lain-lain (Waspadji, 2009). masalah kesehatan/penyakit global pada masyarakat (Suiraoka, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM)

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut ADA (American Diabetes Association) Tahun 2010, diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu pengobatan tidak hanya dipengaruh i oleh. kesehatan, sikap dan pola hidup pasien dan keluarga pasien, tetapi

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2013

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. kurang 347 juta orang dewasa menyandang diabetes dan 80% berada di negara-negara

LAPORAN KASUS PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN PENDEKATAN DOKTER KELUARGA DI PUSKESMAS JELAMBAR 1. Edwin

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya penyakit dibagi menjadi menular dan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

PENGELOLAAN PASIEN HIPERTENSI GRADE II DENGAN PENDEKATAN MEDIS DAN PERILAKU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah Toto Kecamatan Kabila Kabupaten

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB 1 PENDAHULUAN. kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. (Awad,

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

Diabetes Melitus Gestasional. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. absolute atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

Transkripsi:

KELUARGA MAJEMUK DENGAN IBU MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II YANG TIDAK TERKONTROL DENGAN PENGETAHUAN YANG RENDAH Marlina Y 1) 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ABSTRAK Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit menahun yang umumnya diderita sepanjang sisa hidup penderita, dan perlu pengobatan jangka panjang. Maka upaya-upaya untuk penegakan diagnosis dini dan pengelolaan penderita DM perlu ditingkatkan untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi DM. Tujuan untuk memperoleh data tentang faktor internal dan eksternal pasien dan keluarga serta diketahuinya efektifitas menajemen pelayanan kesehatan strata pertama berbasis keluarga. Metode. laporan kasus terhadap pasien di Puskesmas Karang Anyar pada bulan Agustus berdasarkan Evidence Based Medicine. Hasil. Faktor-faktor yang berpengaruh pada kasus DM adalah perilaku kesehatan yang buruk, pola makan yang tidak sehat dan pengetahuan yang kurang tentang penyakit yang diderita. Setelah intervensi didapatkan usaha keluarga untuk mendukung pasien dalam hal pengelolaan penyakit DM. Simpulan. Telah dilakukan identifikasi terhadap faktor internal dan eksternal yang berpengaruh pada penyakit pasien. Sudah dilaksanakan pelayanan yang bersifat early diagnosis prompt treatment dan juga diberikan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien yang bertujuan meningkatkan kesehatan pasien dan keluarga pasien. Telah dilakukan penilaian kemampuan keluarga untuk menyelesaikan masalah pasien dan sudah terdapat perubahan setelah dilakukan intervensi. (Medula.2013;1:1-9) Kata Kunci: Diabetes Mellitus, dukungan keluarga, pembinaan keluarga, pola hidup. Pendahuluan Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. 1 Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM dari tahun ke tahun. Hal ini berkaitan dengan jumlah populasi meningkat, pola hidup, prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik kurang. 2 Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi DM di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%. 3 1 Medula, Volum 1, Nomor1, September 2013

Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia diatas 15 tahun diperkotaan 5,7%. Prevalensi nasional Obesitas umum pada penduduk usia diatas atau sama dengan 15 tahun sebesar 10.3% dan sebanyak 12 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional, prevalensi nasional obesitas sentral pada penduduk Usia diatas atau sama dengan 15 tahun sebesar 18,8 % dan sebanyak 17 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional. 4 Prevalensi Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) pada penduduk usia >15 tahun di perkotaan adalah 10.2% dan sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi diatas prevalensi nasional. Prevalensi kurang makan buah dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi kurang aktifitas fisik pada penduduk lebih dari 10 tahun sebesar 48,2% dan prevalensi merokok setiap hari pada penduduk lebih dari 10 tahun sebesar 23,7% dan prevalensi minum beralkohol dalam satu bulan terakhir adalah 4,6%. 5 Diabetes Mellitus merupakan penyakit menahun yang umumnya diderita sepanjang sisa hidup penderita, dan perlu pengobatan jangka panjang dengan biaya cukup besar. Selain itu, penderita sering mengalami penyulit-penyulit akibat komplikasi DM. Maka upaya-upaya untuk penegakan diagnosis dini dan pengelolaan penderita DM perlu ditingkatkan untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi DM. 6 Dalam strategi pelayanan kesehatan bagi penyandang diabetes, yang menempatkan pelayanan kesehatan primer sebagai ujung tombak, peran dokter umum menjadi sangat penting. Kasus DM sederhana tanpa penyulit dapat dikelola dengan tuntas oleh dokter umum di pelayanan kesehatan primer. Dalam pengelolaan penyakit DM selain dokter, perawat, ahli gizi serta tenaga kesehatan lain, peran pasien dan keluarga menjadi sangat penting. Edukasi kepada pasien dan keluarganya guna memahami lebih jauh tentang perjalanan penyakit DM, pencegahan, penyulit DM, dan penatalaksanaannya akan sangat membantu meningkatkan keikutsertaan mereka dalam usaha memperbaiki hasil pengelolaan. 7 Tujuan penulisan, menerapkan pelayanan berbasis Evidence Based Medicine pada pasien penderita DM tipe II dengan mengidentifikasi faktor risiko dan 2

masalah klinis serta penatalaksanaan pasien berdasarkan kerangka penyelesaian masalah pasien. Metode Metode penulisan adalah laporan kasus terhadap pasien di Puskesmas Karang Anyar pada bulan Agustus berdasarkan Evidence Based Medicine. Hasil Ny. S, wanita, 54 tahun, datang ke puskesmas Karang Anyar diantar anak lakilakinya pada tanggal 1 agustus 2013 dengan keluhan kesemutan pada tangan dan kaki serta rasa baal pada kedua kaki, badan terasa lemas dan kepala pusing. Keluhan tersebut dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Kunjungannya ke Puskesmas Karang Anyar adalah kunjungan yang pertama kali untuk mengobati penyakit kencing manisnya. Keluhan ini pertama kali dirasakan sejak 2 tahun yang lalu. Saat itu pasien merasa badan terasa lemas walaupun banyak makan, banyak minum, banyak buang air kecil, dan berat badannya dirasakan turun. Pasien lebih memilih menjalani pengobatan alternatif dan mengkonsumsi obat-obatan herbal dibandingkan memeriksakan kesehatannya ke dokter. Namun setelah meminum obat-obatan tersebut keluhan tidak berkurang, badan semakin lemas dan malah bertambah berat. Sejak 5 bulan yang lalu karena keluhan tersebut dirasakan semakin sering dan berat pasien memeriksakan diri ke klinik kesehatan dan dilakukan pemeriksaan kadar gula darah sewaktu. Dari pemeriksaan penunjang tersebut, pasien dinyatakan menderita diabetes mellitus type 2 dari hasil pemeriksaan didapatkan kadar Glukosa Darah Sewaktunya adalah 340 mg/dl dan pasien diberikan obat kencing manis. Setelah keluhan membaik, pasien tidak memeriksakan kembali gula darahnya. Pada tanggal 1 Agustus 2013 pasien ke puskesmas Karang Anyar karena keluhan yang dirasakan semakin memberat, dan dilakukan pemeriksaan kadar gula darah sewaktu, hasil pemeriksaan didapatkan kadar Glukosa Darah Sewaktu 314 mg/dl dan pasien diberikan obat kencing manis, yaitu glibenklamid 1x5 mg 3

perhari yang diminum saat pagi hari, selain itu juga diberikan vitamin B12 3x1 tablet. Dalam kesehariannya pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan olah raga rutin dan juga tidak pernah mengatur pola makannya, pasien selalu memakan makanan yang dia inginkan terutama makanan tinggi lemak. Selain itu pasien juga memiliki kebiasaan merokok. Pada pemeriksaan fisik didapatkan penampilan gemuk (obesitas), tekanan darah 120/80mmHg, nadi 84x/menit, frekwensi nafas 22x/menit, suhu 36,8 o C, indeks massa tubuh 26,9kg/m 2. Mata tak tampak konjuntiva pucat, sklera anikterik. Telinga dan hidung dalam batas normal. Pada mulut bibir tak ada kelainan, higiene baik. Tenggorokan, leher, paru, jantung dan abdomen dalam batas normal. Ekstremitas superior dan inferior dalam batas normal tidak sianosis dan akral hangat. Status neurologi reflek fisiologis normal, reflek patologis tidak ada. Dari pemeriksaan gula darah sewaktu didapatkan hasil 314 mg/dl. Pembahasan Studi kasus dilakukan pada pasien perempuan usia 54 tahun yang didiagnosis Diabetes Melitus Tipe II. Diputuskan untuk dilakukan binaan terhadap keluarga dengan alasan Penyakit pada pasien tergolong penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup, sehingga perlu dilakukan pembinaan terhadap keluarga agar anggota keluarga dapat ikut serta dalam pengelolaan penyakit diabetes melitus. 8 Diagnosis penyakit pada pasien ini adalah Diabetes Melitus Tipe II karena pada saat datang ke Puskesmas Karang Anyar didapatkan hasil pemeriksaan kadar gula dalam darah sewaktu 314 mg/dl dan dari anamnesa didapatkan keluhan kesemutan pada tangan dan kaki serta baal pada kedua kaki yang dirasakan hilang timbul disamping itu pasien juga mengeluh banyak makan, sering merasa haus, disertai buang air kecil banyak dan badan terasa lemas. 9,10 Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak dapat lagi memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau dapat juga disebabkan oleh berkurangnya kemampuan tubuh untuk merespon kerja insulin secara efektif. 4

Insulin adalah hormon yang berfungsi untuk meregulasi kadar gula darah. Peningkatan kadar gula dalam darah atau hiperglikemia merupakan gejala umum yang terjadi pada diabetes dan seringkali mengakibatkan kerusakan-kerusakan yang cukup serius pada tubuh, terutama pada sel saraf dan pembuluh darah. 11 DM tipe II dapat terjadi karena ketidakmampuan tubuh dalam merespon kerja insulin secara efektif. Dua masalah utama yang terkait dengan hal ini yaitu, resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Untuk mengatasi resistensi dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada pasien DM, keadaan ini terjadi karena sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa dalam darah akan dipertahankan pada tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat. 12 Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin, yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan badan keton. 8,9 Faktor risiko DM tipe 2 dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti ras, etnik, riwayat keluarga dengan diabetes, usia diatas 45 tahun, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4 kg, riwayat pernah menderita DM Gestasional dan riwayat berat badan lahir rendah kurang dari 2,5 kg dan faktor risiko yang dapat diperbaiki seperti berat badan lebih (indeks massa tubuh lebih dari 23kg/m2, kurang aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia (High Density Lipid diatas 35 mg/dl) dan atau trigliserida diatas 250 mg/dl dan diet tinggi gula rendah serat. 7,8 Faktor resiko pada pasien ini adalah pasien berusia diatas 40 tahun dan memiliki kesan gizi gemuk (obesitas). Disamping itu dalam keluarga pasien terdapat riwayat penyakit Diabetes Melitus dan Hipertensi. Dari anamnesa juga didapatkan pasien tidak teratur olah raga dan tidak diet. Pasien belum memahami penyakit Diabetes Mellitus sehingga pasien tidak memperhatikan anjuran dokter seperti menjaga pola makan dan olahraga secara teratur. Pasien juga jarang memeriksakan diri ke dokter secara teratur dan sering 5

mengonsumsi obat herbal. Pasien lebih mendahulukan pengobatan alternatif dibandingkan pergi ke dokter. Rencana intervensi berupa edukasi pada pasien dan keluarga untuk memberikan pemahaman pada pasien dan keluarga bahwa sakit yang diderita pasien yaitu DM Tipe II merupakan penyakit yang serius dan dapat mengakibatkan komplikasi yang berat apabila tidak ditangani secara tepat. Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran dan disiplin pada pasien serta dukungan dari keluarga untuk mengontrol penyakit pasien. 7 Rencana Intervensi yang dilakukan mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan masalah DM tipe II, membuktikan bahwa pasien menderita DM tipe II dan melakukan pemeriksaan gula darah sewaktu, memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit DM. Edukasi tentang pengertian DM, faktor resiko, pengelolaan dan komplikasi mengenai penyakit tersebut. Intervensi keluarga ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit DM serta meningkatkan dukungan keluarga dalam pengelolaan penyakit DM, penatalaksanaan pasien dengan medikamentosa berupa pemberian obat kombinasi hipoglikemik oral dan terapi adjuvant berupa neurotropik yang merupakan bagian dari pengelolaan penyakit DM dan menyarankan pasien untuk menjaga pola makan sesuai diet khusus DM dan rutin olahraga. Setelah dilakukan bimbingan dan penyuluhan ( guidance and counselling) terdapat perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudahnya. Setelah intervensi medikamentosa didapatkan penurunan kadar gula darah sewaktu dari 314 mg/dl menjadi 154 mg/dl dan keluhan kesemutan pada tangan dan kaki berkurang. Pasien mulai bisa merubah pola makan sesuai diet Diabetes Mellitus dan berolahraga secara rutin. Edukasi pasien merupakan proses mempengaruhi perilaku, mengubah pengetahuan, sikap dan kemampuan yang dibutuhkan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Proses tersebut dimulai dengan memberikan informasi serta interpretasinya yang terintegrasi secara praktis sehingga terbentuk perilaku yang menguntungkan kesehatan. Dukungan keluarga dekat sangat penting dalam pembentukan perilaku kesehatan yang baik. 6

Pasien dengan Diabetes Mellitus memerlukan dukungan keluarga. Intervensi keluarga untuk mengingatkan pasien agar rajin mengontrol penyakit yang dideritanya ke pelayanan kesehatan terdekat terutama dokter, rutin meminum obat hipoglikemik oral, mengatur pola makan sesuai diet penderita DM, serta membiasakan olah raga setiap hari. Oleh karena itu diberikan edukasi kepada keluarganya mengenai penyakit Diabetes Mellitus. Kriteria diagnostik DM menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI, 2006) 7 atau yang dianjurkan ADA (American Diabetes Association) yaitu bila terdapat salah satu atau lebih hasil pemeriksaan kadar gula darah sewaktu (plasma vena) lebih atau sama dengan 200 mg/dl, kadar gula darah puasa (plasma vena) lebih atau sama dengan 126 mg/dl, kadar glukosa plasma lebih atau sama dengan 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram pada tes toleransi glukosa oral. 6,7,8 Dalam pengelolaan diabetes dikenal 4 pilar utama pengelolaan yaitu pertama penyuluhan (edukasi), edukasi merupakan bagian integral asuhan perawatan diabetes. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan diabetes yang diberikan kepada setiap pasien diabetes. Di samping kepada pasien diabetes, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat berisiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan. 7,8,12 Kedua perencanaan makanan, Karena penting bagi pasien untuk pemeliharaan pola makan yang teratur, maka penatalaksanaan dapat dilakukan dengan perencanaan makanan. Tujuan perencanaan makanan dan dalam pengelolaan diabetes adalah Mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas-batas normal. Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan remaja, ibu hamil dan janinnya. Mencapai dan mempertahankan berat badan idaman. pengelolaan diabetes, latihan jasmani yang teratur memegang peran penting terutama pada penderita DM tipe 2. Manfaat latihan jasmani yang teratur pada diabetes adalah memperbaiki metabolisme atau menormalkan kadar glukosa darah dan lipid darah, meningkatkan kerja insulin, membantu menurunkan berat badan, meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri, mengurangi risiko 7 7,8,12 Ketiga latihan jasmani, dalam

kardiovaskuler 7,8,12 dan keempat obat hipoglikemik, jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani teratur, namun pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat hipoglikemik baik oral maupun insulin. Obat hipoglikemik oral (OHO) dapat dijumpai dalam bentuk golongan sulfonilurea, golongan biguanida dan inhibitor glukosidase alfa 7,8,12 Hasil evaluasi pada tanggal 23 Agustus 2013 didapatkan pasien telah memahami tentang penyakit DM, faktor resiko, pengelolaan dan komplikasi mengenai penyakit DM dan pasien sudah mulai menerapkan pola makan yang sesuai dengan diet khusus Diabetes Melitus. Keluarga pasien juga mulai memahami tentang penyakit DM, faktor resiko, pengelolaan dan komplikasi mengenai penyakit dan telah ikut berperan serta dalam upaya pengelolaan penyakit pasien. Simpulan, telah ditegakkan diagnosis Diabetes Mellitus tipe 2 pada Ny. S 54 tahun atas dasar anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta telah ditatalaksana dengan pemberian terapi medikamentosa dan edukasi untuk menghindari komplikasi dan pasien dan keluarga pasien telah mengetahui bahwa Diabetes Mellitus merupakan penyakit menahun dimana dibutuhkan pengelolaan yang tidak cukup dengan pengobatan saja, tetapi diperlukan kunjungan ke dokter secara teratur, pengaturan pola makan serta olahraga teratur dan membutuhkan dukungan keluarga untuk mewujudkannya. Daftar Pustaka 1. Darmono, 2007. Pola Hidup Sehat Penderita Diabetes Melitus. Dalam: Naskah Lengkap Diabetes Melitus, Ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit Dalam. Semarang: BP UNDIP. Hlm. 5-15. 2. Depkes RI, 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta 3. Depkes RI, 2008. Diabetes Mellitus Ancaman Umat Manusia di Dunia. Available from : http://www.depkes.go.id/indeks/. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2013. 4. Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, et al, 2008. Diabetes Melitus, Endocrinology In Harrison s Principle of Internal Medicine. Hlm. 248-259. 5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Mellitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang. Available from : http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/414-tahun-2030-prevalensidiabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2013. 8

6. Perkeni, 2006. Kosensus pengelolaan dan pencegahan diabetes di Indonesia. Available from : http://www. Konsensus-Pengelolaan-dan-Pencegahan-Diabetes- MelitusTipe-2-di-Indonesia-2006.htm. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2013. 7. Perkeni, 2011. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Semarang: PB PERKENI. Hlm. 5-25. 8. Suyono S, 2006. Diabetes Melitus di Indonesia dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Hlm. 1896-1922. 9. Smeltzer SC, Bare BG, 2008. Brunner&Suddart: Textbook of medical surgical nursing. Philadelphia.: Lippincott. Hlm. 42-47. 10. Suharko S, 2007. Terapi Non Farmakologis Pada Diabetes Melitus dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Hlm. 1922-1930. 11. Triaseka, 2003. Diabetes Melitus. Available from: http://www.spunge.org/~triaseka/index.php?categoryid=20&p2_articleid=99. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2013. 12. World Health Organization, 2006. Definition and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Intermediate Hyperglycemia. Report of WHO/IDF Consultation. World Health Organization, Geneva, Switzerland: WHO. 9