BAB I PENDAHULUAN. Poligami berasal dari kata poly atau polus dalam bahasa Yunani, yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk pribadi sekaligus


MEMAHAMI KETENTUAN POLIGAMI DALAM HUKUM ISLAM Oleh: Marzuki

BAB I PENDAHULUAN. poligami dalam bentuknya yang beragam telah ada dalam tahap-tahap awal dari

BAB I PENDAHULUAN. tahun (ICRP, 2007). Data dari LBH Apik Jakarta tahun

Menyoal Poligami dan Kendalanya Jumat, 26 Nopember 04

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan kehidupan manusia dalam rangka menuju hidup sejahtera.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

TINJAUAN TEORITIS ASAS MONOGAMI TIDAK MUTLAK DALAM PERKAWINAN. Dahlan Hasyim *

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita yang dikaruniai sebuah naluri. Naluri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan sampai merinding serta menggetarkan bahu ketika mendengarkan kata

BAB I PENDAHULUAN. yang berlainan jenis seks dengan persetujuan masyarakat. Seperti dikatakan Horton

BAB IV. A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Pemberian Izin Poligami Dalam Putusan No. 913/Pdt.P/2003/PA. Mlg

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai. Ketidakseimbangan jumlah antara laki-laki dan perempuan banyak

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam poligami diatur dalam Al-Qur an surah An-Nissa ayat 3

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

POLIGAMI DALAM FILM (Analisis Resepsi Audience Terhadap Alasan Poligami Dalam Film Indonesia Tahun )

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN. Bab keempat memuat kesimpulan dari uraian yang ada pada bab satu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup. sebagaimana firman-nya dalam surat Az-zariyat ayat 49 :

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Prosedur Pengajuan Izin Poligami Di Pengadilan Agama

POLIGAMI DALAM PERPEKTIF HUKUM ISLAM DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG PERKAWINAN Oleh: Nur Hayati ABSTRAK

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN SIRI DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN. Oleh Sukhebi Mofea*) Abstrak

RESEPSI KHALAYAK PEREMPUAN YANG SUDAH MENIKAH TERHADAP POLIGAMI DALAM FILM KEHORMATAN DI BALIK KERUDUNG NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengalaman suami dan..., Tri Haryadi, FPsi UI, Universitas Indonesia

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam tahap ini, peneliti mulai menerapkan proses representasi yaitu

IZIN POLIGAMI AKIBAT TERJADI PERZINAAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA

BAB VI PENUTUP. 1. Kesimpulan

POLIGAMI DALAM FILM (ANALISIS RESEPSI AUDIENS TERHADAP ALASAN POLIGAMI DALAM FILM INDONESIA TAHUN )

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam batin seseorang (Damono, 2002: 1).

BAB I PENDAHULUAN. bentuknya yang terkecil, hidup bersama itu dimulai dengan adanya sebuah keluarga.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Poli atau Polus yang artinya banyak, dan kata Gamein atau Gamos yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. poligami yang diputus oleh Pengadilan Agama Yogyakarta selama tahun 2010

BAB IV. Analisis Hukum Positif Terhadap Pandangan Tokoh Masyarakat. Tentang Praktik Poligami Di Bulak Banteng Wetan Kecamatan. Kenjeran Kota Surabaya.

BAB I PENDAHULUAN. Poligami merupakan masalah yang kontroversial dalam Islam. Para ulama ortodoks

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju dan sejahtera, tuntutan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dapat membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Maka untuk menegakkan

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB IV DAMPAK POLIGAMI TERHADAP KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang normal.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan film sebagai salah satu media massa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ke-Tuhanan Yang. atau hala-hal yang tidak diinginkan terjadi.

polus yang artinya banyak, dan gamein atau gamous, yang berarti kawin atau perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. Sunnah Allah, berarti menurut qudrat dan iradat Allah dalam penciptaan alam ini,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V PEMBAHASAN. A. Praktek Dan Pemahaman Masyarakat Desa Pinggirsari Kecamatan Ngantru tentang Kafa ah Dalam Perkawinan

IMPLIKASI PERKAWINAN YANG TIDAK DI DAFTARKAN DI KANTOR URUSAN AGAMA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hubungan cinta, kasih sayang dan kesenangan.

DILEMATIKA PERIJINAN POLIGAMI. Oleh: Ahsan Dawi Mansur. Diskursus tentang poligami selalu menjadi kajian aktual.

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan karya yang berasal dari imajinasi pengarang, imajinasi

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan yang lainnya untuk dapat hidup bersama, atau secara logis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan terhadap sesama manusia, sumber maupun alasannya

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. perkembangan moral diharapkan mampu berjalan dengan baik, serasi dan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan yang bernilai ibadah adalah perkawinan. Shahihah, dari Anas bin Malik RA, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR!

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

Pada pokoknya pasal 5 UU Perkawinan menetapkan syarat-syarat. yang harus dipenuhi bagi suami yang akan melakukan poligami, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

REVISI UNDANG-UNDANG PERKAWINAN

BAB III POLIGAMI DAN PASAL 279 TENTANG KEJAHATAN ASAL- USUL PERNIKAHAN KITAB INDANG-UNDANG HUKUM PIDANA

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam setiap perjalanan hidupnya, sudah pasti memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan satuan sosial yang paling sederhana di kalangan

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. aturan agama dan undang-undang yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa tersebut tidak boleh dicabut oleh siapapun termasuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lainnya. Interaksi dilakukan oleh manusia sebagai suatu kebutuhan dan harus

FH UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN. dalammenjadikan dan menciptakan alam ini. Perkawinan bersifat umum,

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Mam MAKALAH ISLAM. Pernikahan Beda Agama Perspektif Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pasangan muda yang usianya masih dibawah 15 tahun. Hal ini

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Poligami berasal dari kata poly atau polus dalam bahasa Yunani, yang berarti banyak dan gamein atau gamis yang berarti kawin atau perkawinan. Poligami seringkali dimaknai dengan pernikahan antara seorang laki-laki dengan beberapa perempuan (Farida, 2008, h.1). Sejumlah literatur islam mencatat, poligami sudah ada jauh sebelum zaman kedatangan agama Islam yaitu pada 610 Masehi. Dapat dikatakan bahwa poligami itu bukan hanya semata-mata produk syariat Islam melainkan sejak zaman dahulu manusia di penjuru dunia sudah mengenal poligami, menjalankannya dan menjadikannya sebagai bagian utuh dari bentuk kehidupan yang wajar. Boleh dibilang bahwa tidak ada peradaban manusia di dunia ini di masa lalu yang tidak mengenal poligami (Fathurrohman, 2010, h. 20). Keliru jika kemudian orang menyatakan Islamlah yang menciptakan aturan poligami, Islamlah yang memunculkan dan menumbuhsuburkan praktik poligami, tetapi yang benar adalah Islam mengatur keberadaan poligami yang sudah ada dan terjadi di masyarakat Arab sebelum kedatangan Islam. Pengaturan ini dilakukan untuk tetap memelihara dan menjaga harkat, martabat, dan kehormatan manusia itu sendiri. Masalah yang terkait erat dengan wacana perkawinan, yakni tema poligami telah banyak dibahas oleh 1

ulama sejak zaman dahulu dan perdebatannya sampai saat ini (Farida, 2008, h. 15). Sebagai contoh kasus poligami di Indonesia pada tahun 2006 dilakukan oleh seorang Dai kondang yaitu Aa Gym. Pemeo yang mengatakan Daripada selingkuh atau berzinah lebih baik mendua, seakan-akan menjadi argumen umum yang dipakai oleh sebagian laki-laki atau perempuan untuk membenarkan praktek poligami. Untuk sebagian masyarakat yang pro terhadap tindakan Aa Gym, menjadikan argumen tersebut sebagai acuannya, bahkan dalil agama pun dijadikan sebagai dasar legitimasi terhadap praktek poligami. Namun, sebagian masyarakat terutama para ibu pendengar setia ceramah Aa Gym memprotes keras praktek poligami yang dilakukan oleh Aa Gym. Para ibu merasa terkhianati oleh ceramah keagamaan yang disampaikan oleh Aa Gym sebelum dia memutuskan menikah untuk kedua kalinya, yang mengatakan bahwa poligami hanya bisa dilakukan dalam kondisi darurat, ibarat pesawat yang mengalami kerusakan mesin, sehingga harus mendarat secara darurat, juga menggunakan pintu darurat. Para ibu meyakini bahwa perkawinan pertama Aa Gym tidak sedang berada dalam keadaan darurat, sehingga tidak masuk akal kalau Aa Gym harus melakukan perkawinan untuk kedua kalinya (Farida, 2008, h. 1). Di dalam kitab suci agama Islam yaitu Al-Qur an, memang ada ayat yang membolehkan perkawinan lebih dari satu pasangan, namun harus dapat berlaku adil di dalamnya, berikut Firman Allah SWT : 2

Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi; dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja. [QS. An-Nisa : 3]. Dari penjelasan ayat di atas, jelas Allah membolehkan seorang lelaki menikahi lebih dari satu perempuan, namun harus mampu berlaku adil, jika tidak mampu maka menikahlah dengan satu wanita saja. Syarat utama poligami adalah adil terhadap istri, baik dalam nafkah lahir batin, atau pun dalam perhatian, kasih sayang, perlindungan serta pembagian waktu (Fathurrohman, 2007, h. 26). Poligami terbagi kedalam dua perspektif, yaitu perspektif historis dan perspektif sejarah. Dalam perspektif historis, poligami merupakan sebuah kebiasaan yang ada dalam masyarakat. Ada tidaknya poligami dalam kehidupan menipis dan menghilang tergantung dengan perkembangan zaman yang ditandai adanya kondisi-kondisi tertentu, seperti rasio jumlah laki-laki dibanding dengan perempuan yang tidak seimbang akibat antara lain, peperangan yang banyak membunuh kaum laki-laki. Praktek poligami telah ada jauh sebelum Islam dan menjadi sebuah kebiasaan yang dibolehkan. Pada saat itu poligami biasannya banyak dilakukan oleh para raja yang notabene merupakan lambang keutuhan, sehingga perbuatan tersebut dianggap suci. Pusat-pusat peradaban dunia di masa silam seperti Babylonia, Syiria, dan mesir telah lama mengenal poligami. Para Raja di tempat ini tidak asing lagi dengan poligami, bahkan di Cina seorang laki-laki dapat mempunyai istri 3000 orang (Farida, 2008, h. 16) 3

Dalam perspektif sejarah, poligami merupakan hal yang biasa dilakukan oleh semua bangsa-bangsa di Barat dan Timur jauh sebelum datangnya Islam. Dengan didukung legitimasi kebiasaan raja-raja yang melambangkan pernikahan lebih dari seorang istri, maka poligami menjadi suatu kaprah dalam kehidupan. Adanya bentuk perkawinan tersebut, sebagai akibat dari rendahnya martabat dan perbudakan yang dialami perempuan (Farida, 2008, h. 17) Keberadaan hukum perkawinan di Indonesia berdasarkan pasal 3 UU 1 Tahun 1974 adalah monogami yang berlaku baik bagi suami maupun istri. Namun, dalam kondisi tertentu, ketentuan itu tidak berlaku. Orang yang ingin menikah lebih dari satu orang istri harus memenuhi syarat-syarat tertentu dan disetujui oleh pengadilan agama. Persyaratan tersebut adalah istri tidak dapat menjalankan kewajibannya, istri cacat badan atau memiliki penyakit yang tidak bisa disembuhkan serta tidak dapat memiliki keturunan (Farida, 2008, h. 24). Persetujuan untuk boleh melakukan poligami ini sangat sulit untuk direalisasikan jika seseorang tidak mencukupi persyaratan di atas. Selain itu, untuk mengajukan permohonan poligami disyaratkan adanya syarat lain seperti; adanya persetujuan istri-istri, adanya kepastian jaminan hidup dan adanya jaminan adil (Farida, 2008, h. 24-25). Poligami menimbulkan pro dan kontra di masyarakat Indonesia. Menurut Al-Mahdi dalam artikel nya yang berjudul Poligami dalam Perbincangan, masyarakat yang kontra terhadap poligami beralasan keadilan, dalam arti 4

keadilan imaterial (psikis). Keadilan yang sifatnya abstrak acapkali sulit untuk diukur, apalagi dikaitkan dengan pembagian kualitas waktu, persamaan dalam arti cinta, kasih sayang juga pada dukungan spiritual, moral dan intelektual. Sedangkan masyarakat yang pro terhadap poligami selalu berdalih ekonomi, seperti pengangguran dan kemiskinan, lalu kemandulan, perbandingan jumlah lebih banyaknya perempuan dan untuk menghindari zinah. Berbicara mengenai poligami, menarik perhatian media untuk membuat berbagai gambaran kehidupan melalui pembuatan film Indonesia yang membahas kontroversi kehidupan berpoligami. Contoh film yang membahas mengenai poligami yaitu film Berbagi Suami dan Ayat-ayat Cinta. Pada film ayat-ayat cinta diceritakan bahwa ada seorang pemuda dari Indonesia bernama Fahri. Dia seorang mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di Universitas Cairo. Sekurang-kurang nya ada 4 wanita yang jatuh hati pada sosok kesempurnaan Fahri. Fahri yang anak seorang pedagang tape ketan cukup mendapatkan berkah luar biasa dengan menikahi Aisha. Kisah kemudian bergulir pada sosok maria, gadis cantik penganut katolik yang merupakan tetangga Fahri. Dan, entah beruntung atau memang takdir penulis, ia membuat Maria jatuh hati kepada Fahri. Selain pada film, cerita poligami pun pernah muncul dalam tayangan sinetron yang berjudul Istri untuk Suamiku di stasiun TV Indosiar. Dalam film tersebut diceritakan seorang suami yang memiliki seorang istri, tapi sang istri tidak dapat memberikan keturunan. 5

Akhirnya sang istri memaksa suaminya untuk menikah dengan perempuan lain dengan harapan dapat memperoleh keturunan dari istri keduanya. Seperti yang dikutip dalam www.ceritamu.com Film Berbagi Suami di sutradarai oleh Nia Dinata pada tahun 2006. Nia Dinata membuat sebuah film yang berbeda dari tema-tema yang lain, yaitu mengenai tiga wanita dari kebudayaan yang berbeda namun sama-sama memiliki suami yang melakukan poligami. Dalam proses pembuatannya, film ini melalui proses pengamatan dan riset. Nia Dinata ingin menyuguhkan cerita yang sederhana, dekat dengan kenyataan hidup sehari-hari, dengan konflik-konflik yang ril dan bisa lebih membuka mata dan hati penontonnya dalam menyikapi poligami, juga dalam mengambil keputusan di kehidupan pernikahan, saat ini bagi yang sudah menikah, maupun di masa datang, bagi para lajang (Dinata, 2006, h. 10) Dikutip dari www.rawinah-ranarty.com Nia Dinata mengatakan: Film Berbagi Suami, saya mulai menulis skenarionya karena gelisah mengamati fenomena poligami di Indonesia. Saya riset dan membandingkan fenomena tersebut di negara-negara lain dan memang poligami adalah kebiasaan yang menimbulkan masalah cukup universal. Di belahan dunia manapun mirip-mirip kasusnya hehe. Perempuan dan anak-anak si pelaku poligami selalu menjadi korban. Dalam film Berbagi Suami, diceritakan ada tiga perempuan yang di poligami oleh suaminya dan mereka berasal dari latar belakang sosial, ekonomi, dan suku yang berbeda. Tokoh pertama adalah Salma (Jajang C. Noer), seorang dokter kandungan yang memilik kehidupan yang mapan dan 6

beragama kuat. Tokoh kedua adalah Siti (Shanti), seorang gadis Jawa yang merantau ke Jakarta dan menyukai keindahan dan kecantikan. Tokoh ketiga adalah Ming (Dominique), gadis keturunan Tionghoa yang bekerja menjadi seorang pelayan restoran. Mereka semua memiliki latar belakang yang sangat berbeda, namun ketiganya memiliki kesamaan memiliki suami yang berpoligami. Di dalam film ini bercerita bagaimana sikap dan kisah kehidupan yang dijalani oleh ketiganya. Dengan adanya penjelasan mengenai poligami yang sangat kontroversi, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada film Berbagi Suami, yang mengisahkan kehidupan poligami dari berbagai latar belakang dan sudut pandang yang berbeda. Penulis memilih film Berbagi Suami karena Film ini hadir sebagai sesuatu yang istimewa. Alur ceritanya terinspirasi dari kehidupan nyata, membuat film ini berbeda dengan film-film lainnya. Film Berbagi Suami juga mendapatkan respon positif di kalangan masyarakat, terbukti dengan banyaknya penghargaan yang di dapatkan oleh Film ini. Peneliti ingin mengkaji lebih dalam dengan pendekatan semiotika Roland Barthes, apakah di dalam film Berbagi Suami ada mitos di dalamnya yang dibangun sebagai sebuah kesadaran di masyarakat. Penulis menggunakan analisis semiotika Roland Barthes karena ingin mengetahui makna konotasi, denotasi dan mitos yang terdapat pada film ini. Analisis semiotika Roland Barthes peneliti gunakan karena Barthes menawarkan cara sistematis sehingga hasilnya jelas untuk menemukan makna konotasi, denotasi dan mitos. 7

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang sudah dijelaskan, rumusan masalah ini mencakup: - Bagaimana makna denotasi, konotasi, dan mitos yang digambarkan dalam film berbagi suami? - Adakah mitos poligami yang muncul dalam film Berbagi Suami jika dikaji dengan pendekatan semiotika Roland Barthes? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : - Mengetahui makna denotasi, konotasi, dan mitos yang digambarkan dalam film Berbagi Suami. - Mengetahui mitos poligami yang muncul dalam film Berbagi Suami 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan yang ada, maka manfaat yang diharapkan penulis dari peneliti ini adalah : - Manfaat Akademmis 8

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan ilmu komunikasi, khususnya dalam memberikan pemahaman kepada pembaca untuk memaknai sebuah film melalui ilmu semiotika dengan pendekatan semiotika Roland Barthes. - Manfaat Praktis Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan dan wawasan dalam mahasiswa Ilmu Komunikasi pada jenis penelitian semiotika Roland Barthes dalam menganalisis sebuah film di televisi dan juga menjadi referensi bagi peneliti lain yang ingin membahas penelitian serupa di masa mendatang. 9