BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang pelik, namun semuanya merasakan bahwa pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGUNAAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA DENGAN PENDEKATAN INSTRUKSIONAL CONCRETE REPRESENTATIONAL ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian pesan-pesan penerangan, bukan desain untuk tujuan. untuk digunakan menjadi alat penyampaian pesan-pesan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi yang pada mulanya adalah alat

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dapat membawa kita kepada situasi belajar dimana learning with effort

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah RahmaAditya M Kurnia,2014

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KOMPUTER TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang terintegrasi dengan pembangunan. peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam sebuah negara.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran banyak sekali permasalahan-permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya dunia pendidikan adalah cermin dari maju mundurnya suatu

Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku siswa meliputi tiga ranah yaitu kognitif,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan persaingan kualitas dalam dunia pendidikan. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan dasar memegang peran penting dalam usaha meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rani Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan karena pelaksanaannya yang diberikan pada semua jenjang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya

BAB I PENDAHULUAN. di masa yang akan datang menurut UUR.I No. 2 Tahun 1989, Bab 1, Pasal

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. memasuki lapangan pekerjaan baik melalui jenjang karier, menjadi tenaga kerja di

BAB I PENDAHULUAN. mudah, baik informasi visual, audio, maupun audio visual dan dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kebutuhan pokok dalam menciptakan sumber daya

I. PENDAHULUAN. yang besar untuk menjadi alat pendidikan, khususnya dalam. menyampaikan informasi atau ide-ide yang terkandung dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. geometri, dan analisis (Hamzah Uno, 2007: 129). mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran juga merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, oleh sebab itu maka kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan suatu bangsa adalah mengembangkan ilmu. Diperlukan strategi maupun model pembelajaran yang tepat agar proses

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan yang sangat penting dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena pendidikan merupakan gerbang menuju wawasan dan

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BABI PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dalam melakukan pengajaran di dalam kelas. Oleh sebab, itu guru harus

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas di dalam kelas saja, melainkan proses terjadinya interaksi antara guru,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan IPTEK telah mempengaruhi semua ruang lingkup kehidupan, termasuk juga dalam dunia pendidikan

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DENGAN CARA MENGGUNAKAN POWERPOINT DI SD NEGERI NO TANJUNG MARIAH T.P.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan siswa menyelesaikan soal cerita matematika meningkat. Dalam. dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern semakin

BAB I PENDAHULUAN. satu modal yang harus dimiliki. Alasannya karena taraf pendidikan masyarakat

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA MATEI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DI SMKN 10 SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. bagi pengelola pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi pada kelas VII A SMPN 1 Bojonggenteng,

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari komputer, sebagian besar aktivitas yang dilakukan oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lain: 1) guru masih dominan dalam pembelajaran, 2) guru masih

BAB I PENDAHULUAN. tertentu kepada penerima informasi. Berdasarkan hal tersebut, salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan

BAB II. Tinjauan Pustaka

A. Latar Belakang. Ratih Leni Herlina, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak awal Millenium ketiga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN. Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. menuntut peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran. Guru

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sejalan perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4).

BAB I PENDAHULUAN. dan dihasilkan melalui pendidikan.dalam proses pendidikan pula, manusia. belajar dari, tentang, dan dengan tehnologi itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara diberbagai belahan dunia manapun akan selalu. mengutamakan pendidikan karena keberhasilan suatu pendidikan akan

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. efektif namun tetap menyenangkan. Selain itu, menciptakan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. sistem evaluasi, pengadaan buku dana alat-alat pelajaran, perbaikan sarana. belum menunjukkan hasil sebagaimana yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah berkembang seiring

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan posisi yang strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi dengan persiapan yang baik dan matang, hal tersebut dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Information and Communication Tecknology (ICT) dalam bidang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia untuk pembangunan. Sumber daya manusia indonesia

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan mengembangkan program pendidikan, khususnya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, manusia lebih mudah menerima informasi yang melimpah, cepat, praktis

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. manusia secara manual bisa digantikan oleh mesin. Informasi dan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mutu prestasi akan menjadi rendah. Dalam motivasi belajar terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika sering dianggap sebagai salah satu mata pelajaran

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi saat ini membawa berbagai perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA KOMPETENSI DASAR JURNAL PENYESUAIAN PERUSAHAAN DAGANG KELAS X AK. Fia Jannatur Rahmah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sekarang ini tentu menuntut kita sebagai pelaksana pendidikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk berargumentasi atau mengemukakan ide-ide.pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan. Setiap

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik, namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan tugas negara yang sangat penting. Pendidikan merupakan kunci untuk memajukan, memperbaiki dan membangun masyarakat dan dunia (Asri Budiningsih, 2005: 1). Di Indonesia proses pembelajaran cenderung berlangsung secara konvensional dan menggunakan cara-cara yang bersifat instant. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya guru-guru yang masih menggunakan cara-cara mengajar konvensional yang kebanyakan memposisikan siswa sebagai objek pembelajaran. Akibatnya proses pembelajaran kurang berjalan optimal. Pembelajaran matematika memegang peran sangat penting dalam pendidikan. Hampir di semua jenjang pendidikan mengajarkan matematika. Walaupun demikian, pandangan siswa tentang matematika sebagai suatu pelajaran yang tidak menyenangkan sudah menjadi masalah klasik yang tidak dapat dihindarkan. Salah satu hal yang menyebabkannya dikarenakan dalam proses penyampaiannya kurang tepat. Penyampaian pembelajaran matematika cenderung monoton dan membosankan. Dalam pembelajaran matematika tidak ada variasi-variasi belajar yang inovatif. Setiap pertemuan selalu menggunakan metode belajar yang sama. Sehingga dari pembelajaran yang seperti itu dapat 1

2 menimbulkan kebosanan pada diri siswa. Penyampaian pembelajaran yang monoton dan membosankan ini akan menurunkan semangat belajar siswa dan pada akhinya akan menjadikan siswa untuk malas belajar. Proses pembelajaran yang sering dilakukan guru-guru adalah lebih banyak menyuruh siswa duduk, diam, mendengarkan, dan mencatat saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Siswa tidak diminta untuk melakukan suatu aktifitas yang sebenarnya dapat mendorong mereka untuk belajar dari aktifitas yang mereka lakukan tersebut. Sehingga dalam pelaksanaannya, siswa kurang memahami maksud maupun konsep dari materi yang telah mereka dengar dan mereka catat. Hakekat pembelajaran matematika adalah proses belajar dari memahami suatu konsep. Akan tetapi, pada realitanya pemahaman konsep siswa khususnya dalam pemahaman konsep programa linear adalah rendah. Program linear merupakan materi yang dianggap siswa sulit, karena membutuhkan pemikiran dan analisis yang tinggi. Banyak siswa yang kurang memahami konsep dalam menggambarkan grafik program linear, menentukan daerah penyelesaian dari sistem pertidaksamaan linear, mengubah soal cerita dalam fungsi matematis, dan menentukan fungsi objektif. Pembelajaran program linear cenderung menekankan pada ketercapaian hasil akhir daripada proses pembelajaran. Selama pembelajaran, siswa kelas XI Akuntansi 1 SMK N 1 Banyudono cenderung menghafal konsep program linear, rumus persamaan garis dan definisi, secara berulang-ulang tanpa mengetahui maksud dan isinya. Hal ini disebabkan karena kekurangsesuaian

3 guru dalam menyampaikan materi matematika yang langsung dimulai dari inti pembelajaran (sisi abstrak) matematika. Sehingga pada akhirnya, siswa merasa kesulitan membuat kesimpulan dari konsep program linear yang telah mereka pelajari tersebut. Siswa hanya dapat mengerjakan berdasarkan contoh guru dan sulit bagi siswa untuk mengembangkan sendiri pengetahuannya. Peran serta guru dalam menciptakan suatu pembelajaran yang inovatif sangat diperlukan sehingga siswa dapat menguasai konsep program linear dengan baik. Dengan penguasaan konsep dasar program linear yang mantap dan baik, diharapkan pengetahuan itu akan bertahan lama pada ingatan siswa. Sampai sekarang ini, masih sedikit dari guru yang berusaha mencari inovasi baru dalam pembelajaran. Demikian halnya pada guru di SMK N 1 Banyudono. Guru di sekolah tersebut umumnya dalam pembelajaran matematika kurang mengadakan variasi maupun inovasi dalam belajar. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru di sekolah tersebut cenderung berlangsung secara konvensional. Pembelajaran masih menempatkan siswa dalam objek dan penyampaian materi oleh guru pun kurang memanfaatkan media maupun multimedia yang ada. Selain itu, kemampuan siswa di SMK N 1 Banyudono dalam memahami suatu konsep program linear tergolong rendah. Hal ini dapat ditandai dengan kesulitan siswa saat diminta membuat kesimpulan, siswa kurang berani untuk maju ke depan kelas mengemukakan hasil pekerjaan dan menyampaikan pendapatnya. Dari hal tersebut, diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan pemahaman konsep program linear pada siswa. Usaha tersebut harus

4 ditingkatkan secara terus-menerus lagi oleh guru. Inovasi cara belajar yang baru dan inovatif dapat berupa penggunaan pendekatan yang dikolanorasikan dengan penggunaan multimedia. Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi dan informasi yang menuntut kita untuk selalu mengikuti perubahan zaman, bersifat kreatif dan inovatif supaya tidak tertinggal dengan yang lain. Komputer sebagai salah satu bentuk kemajuan teknologi masa kini perlu dimanfaatkan dengan lebih optimal. Penggunaan komputer dalam bidang pendidikan tidak hanya digunakan dalam hal administrasi saja, tetapi alangkah baiknya apabila digunakan dalam pembelajaran. Komputer sebagai salah satu bentuk multimedia yang dapat mengolah gambar, animasi, tulisan dan suara. Salah satu software (perangkat lunak) yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan multimedia pembelajaran adalah Microsoft Office PowerPoint 2007. Akan tetapi, banyak dari guru-guru yang kurang peka terhadap kegunaan komputer ini. Sehingga dalam pembelajaran pun tidak digunakan. Hal ini dimungkinkan karena kekurangpahaman guru mengenai komputer sebagai alat yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Menurut Yudhi Munadi (2008: 36-37), fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai sumber belajar. Adapun tujuan media pembelajaran adalah mengefektifkan proses komunikasi pembelajaran sehingga tercapai tujuan yang diinginkan (adanya perubahan tingkah laku). PowerPoint adalah sebuah program yang khusus dirancang untuk presentasi grafis. PowerPoint mempermudah pembuatan dan penataan ide-ide

5 yang dituangkan dalam bentuk slide. Selain itu, PowerPoint juga menyediakan perangkat lunak untuk menghasilkan slide show effect, diagram, grafik, klip suara, serta multimedia. (Ebiz Education Enterprise: 170) Berdasarkan penjelasan tersebut, dirasa penggunaan komputer sebagai salah satu bentuk multimedia pembelajaran dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep program linear siswa. Karena melalui multimedia komputer dapat ditunjukkan gambaran nyata grafik-grafik fungsi program linear dalam bentuk slide-slide grafis. Sehingga dimungkinkan siswa akan lebih jelas, tidak cepat bosan dan akan lebih tertarik dalam belajar matematika. Di samping itu, penggunaan suatu cara belajar baru yang dapat digemari siswa sehingga diharapkan pemahaman konsep program linear siswa akan meningkat. Salah satu cara belajar berbeda yang ditawarkan adalah menggunakan suatu pendekatan dalam proses pembelajaran matematika. Pendekatan yang dimaksudkan salah satunya menggunakan pendekatan CRA. Menurut Margaret M. Flores (2010: 196) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa pendekatan CRA mempunyai fokus utama pada pemahaman konsep dan demonstrasi siswa terhadap materi belajar. Sehingga CRA dirasa dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep program linear siswa.

6 Bradley S. Witzel et.al. (2008: 271) mengemukakan bahwa pendekatan instruksional CRA mecakup tiga tahapan instruksional, yaitu: 1. Concrete (belajar dengan benda nyata) 2. Representational (belajar dengan manipulasi gambar) 3. Abstract (belajar dengan notasi abstrak, contoh angka-angka) Berdasarkan uraian di atas, tentang pentingnya peningkatan pemahaman konsep program linear, penggunaan multimedia dan penggunaan pendekatan CRA, oleh karena itu peneliti tertarik dan untuk meneliti tentang Penggunaan Multimedia Pembelajaran untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Program Linear pada Siswa dengan Pendekatan Concrete Representational Abstract (CRA). B. Identifikasi Masalah Berdasar pada latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan metode konvensional masih sering digunakan guru. 2. Siswa tidak menyukai mata pelajaran matematika karena penyampaiannya yang kurang menarik. 3. Pemahaman konsep program linear siswa rendah. 4. Belum diterapkannya cara pembelajaran yang memanfaatkan multimedia. 5. Belum ada inovasi baru penggunaan pendekatan dalam pembelajaran matematika.

7 C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini dapat terarah dan tidak terlalu luas jangkauannya maka dibutuhkan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Pemahaman konsep yang dimaksudkan dalam penelitian ini ditandai dengan indikator sebagai berikut: a. Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan soal di papan tulis secara tepat. b. Kemampuan siswa memberi tanggapan tentang jawaban siswa lain. c. Kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan 2. Pemanfaatan multimedia yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Software Microsoft Office PowerPoint 2007. 3. Pembelajaran inovatif yang digunakan adalah pendekatan Concrete Representational Abstract (CRA). D. Perumusan Masalah Berdasar pada latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah: Apakah penggunaan multimedia pembelajaran dengan pendekatan Concrete Representational Abstract (CRA) dapat meningkatkan pemahaman konsep program linear pada siswa kelas XI Akuntansi 1 SMK N 1 Banyudono?

8 E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah mengetahui peningkatan pemahaman konsep program linear pada siswa kelas XI Akuntansi 1 SMK N 1 Banyudono menggunakan multimedia pembelajaran dengan pendekatan instruksional Concrete Representational Abstract (CRA). F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam dunia pendidikan baik secara langsung maupun tak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis sebagai salah satu cara dalam meningkatkan pemahaman konsep program linear pada siswa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru, sebagai referensi baru dan masukan dalam memperluas wawasan dunia pendidikan berkenaan dengan penggunaan multimedia pembelajaran dengan pendekatan instruksional Concrete Representational Abstract (CRA) dalam meningkatkan pemahaman konsep program linear siswa. b. Bagi siswa, dapat meningkatkan pemahaman konsep program linear pada siswa.

9 G. Definisi Operasional Istilah 1. Pemahaman konsep Syaiful Sagala (2006: 71), menyatakan bahwa konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam devinisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep merupakan bagian dasar untuk membangun pengetahuan yang mantap karena konsep merupakan bagian dasar ilmu pengetahuan. Pemahaman konsep di sini mengandung arti siswa tersebut mengerti kegunaan dalam belajarnya. Sehingga dalam pembelajaran, siswa akan mampu menyelesaikan suatu masalah tanpa harus menghafal, karena siswa sudah mengerti (paham) tentang konsepnya. 2. Multimedia Pembelajaran Menurut Yudhi Munadi (2008: 7-8), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terncana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar mengajar secara efisien dan efektif. Dengan adanya multimedia tersebut diharapkan pembelajaran nantinya akan lebih optimal. Multimedia yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil kombinasi antara suara, gambar, grafik, teks dan animasi. Menurut Yanti Herlanti (Yudhi Munadi, 2008: 148) komputer termasuk multimedia karena mampu mengkombinasikan unsure audio, visual dan kinetik yang dapat mempermudah penyampaian informasi. Adapun alat yang digunakan

10 peneliti untuk membuat multimedia adalah dengan Software Microsoft Office PowerPoint 2007. 3. Pembelajaran Menurut Mulyasa (2003) dalam Muhammad Rohmadi dan Slamet Subiyantoro (2009: 64), pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang lebih baik. Melalui pembelajaran ini diharapkan tingkah laku siswa akan berubah menjadi lebih baik. 4. Pendekatan Instruksional Concrete Representational Abstract (CRA) Bradley S. Witzel et.al. (2008) mengemukakan bahwa Pendekatan Instruksional Concrete Representational Abstract (CRA) terdiri dari tiga tingkatan. Adapun tingkatan-tingkatan tersebut yaitu: (1) Concrete (belajar melalui benda-benda nyata), (2) Representational (belajar melalui perwakilan gambar ), dan (3) Abstract (belajar melalui notasi abstrak) 5. Microsoft Office Power Point Microsoft Office Power Point adalah sebuah program yang khusus dirancang untuk presentasi grafis. Power Point mempermudah pembuatan dan penataan ide-ide yang dituangkan dalam bentuk slide. Selain itu, Power Point juga menyediakan perangkat lunak untuk menghasilkan slide show effect, diagram, grafik, klip suara, serta multimedia (Ebiz Education Enterprise: 170). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Software Microsoft Office PowerPoint 2007 sebagai softwere pembuatan multimedia pembelajaran. Karena Microsoft Office PowerPoint 2007 merupakan

11 generasi baru dari PowerPoint sebelumnya, yang di dalamnya sudah terdapat penyempurnaan-penyempurnaan dari versi sebelumnya.