RINGKASAN SKRIPSI / NASKAH PUBLIKASI PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN BERKENAAN DENGAN INDUSTRI BATU BATA DI KECAMATAN PIYUNGAN KABUPATEN BANTUL

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN BERKENAAN DENGAN INDUSTRI BATU BATA DI KECAMATAN PIYUNGAN KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan keperduliannya terhadap masalah-masalah lingkungan

BAB III PENUTUP. Kabupaten Bantul dalam rangka pengamanan pasir di wilayah pesisir di

BAB III PENUTUP. maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : dapat dilaksanakan secara maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembangunan pada hakekatnya adalah kegiatan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. sekarang tanpa harus merugikan generasi yang akan datang. longsor dan banjir. Namun kekurangan air juga dapat menimbulkan masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Salah satu kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang

BAB III PENUTUP. karena adanya hambatan-hambatan sebagai berikut: informasi bahwa akan adanya penertiban.

BAB I PENDAHULUAN. bumi, air, dan kekayaan yang terkandung di dalamnya di kuasai oleh negara

BAB I PENGANTAR. ekonomi tinggi. Penggalian terhadap sumber-sumber kekayaan alam berupa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan. yang menjadi pendukung kehidupan manusia telah rusak.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan daerah setempat. Kebijakan pembangunan dalam GBHN dimaksudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa

DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN AKIBAT LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA DI KOTA DENPASAR

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi pertambangan

RINGKASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan di bidang perekonomian. Pembangunan ini dilakukan oleh

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA TENTANG REKLAMASI DAN PASCA TAMBANG

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN

BAB III LANDASAN TEORI

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI

Kerangka Hukum & Regulasi Kesehatan Lingkungan Yang Berorientasi Pada Pembangunan Berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan menjadi lebih baik, wilayah pesisir yang memiliki sumber daya alam

KAJIAN PENATAAN LAHAN PT. ANTAM (PERSERO) TBK UNIT BISNIS PERTAMBANGAN BAUKSIT TAYAN KECAMATAN TAYAN HILIR KABUPATEN SANGGAU KALIMANTAN BARAT SKRIPSI

PERENCANAAN PERLINDUNGAN

Implementasi Kebijakan dan Regulasi Dalam Kesehatan Lingkungan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

SILABI A. IDENTITAS MATA KULIAH

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Pelaksanaan perlindungan kawasan hutan melalui pengawasan alat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.41 Tahun 1999 hutan memiliki fungsi

BAB I PENDAHULUAN. meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, bijih besi, dan

Makalah Hubungan Hukum Antara Hukum Pertambangan Dengan Hukum Agraria, Hukum Lingkungan, Hukum Kehutanan, Dan Hukum Pajak.

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERATURAN PERIZINAN USAHA PERIKANAN. LUSIA INDRASTUTI Dosen Fakultas Hukum UNISRI

BAB I PENDAHULUAN. pertiga dari wilayah Indonesia merupakan laut dan memiliki potensi sumber daya

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lingkungan hidup dan sumber daya alam merupakan anugerah Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. hewan tumbuan dan organisme lain namun juga mencangkup komponen abiotik

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan mengolah sumber daya alam dengan sebaik-baiknya yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah pada saat ini

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009

SKRIPSI PELAKSANAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN AKIBAT PENAMBANGAN PASIR DI KABUPATEN SLEMAN

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

Bab I. Pendahuluan. pencucian pakaian atau yang lebih dikenal dengan jasa laundry. Usaha

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. lainnya adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2002 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pengertian. Istilah bahasa inggris ; Mining law.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2002 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Pertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang melakukan ekstraksi mineral dan bahan tambang lainnya dari dalam bumi.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III PENUTUP. sampailah pada kesimpulan yaitu : 1. Bahwa proses pemberian izin industri batik di Kota Yogyakarta, Dinas

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud butir air di atas, perlu ditetapkan dalam Peraturan Daerah;

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO,

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1999 Tentang : Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut

BAB II PENGATURAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DI INDONESIA. pemanfaatan sumber daya alam tambang (bahan galian) yang terdapat dalam bumi

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pertanggung jawabannya di akhirat kelak. memperoleh dan memanfaatkan sumber daya yang memiliki nilai ekonomis

Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013. keterlambatan atas pelaksanaan putusan pengadilan. Kata kunci: Ganti kerugian, lingkungan hidup.

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PERTIMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PROSES PEMBERIAN IZIN DAN PENGAWASANNYA DALAM BIDANG INDUSTRI BATIK DI KOTA YOGYAKARTA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 63 TAHUN 2001 TENTANG

Pembangunan Industri Tambang Yang Berwawasan Lingkungan Di Indonesia. Rosmini ABSTRAK PENDAHULUAN

PENGELOLAAN LINGKUNGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kuliah 6 PENCEMARAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya tambang (bahan galian). Negara Indonesia termasuk negara yang

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan dan lingkungan hidup merupakan dua hal yang tidak dapat

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

Transkripsi:

RINGKASAN SKRIPSI / NASKAH PUBLIKASI PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN BERKENAAN DENGAN INDUSTRI BATU BATA DI KECAMATAN PIYUNGAN KABUPATEN BANTUL DiajukanOleh : JATMIKO YUWONO NPM :070509637 Program Studi :Ilmu Hukum Program Kekhususan :Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM 2015

I. Judul: Pengendalian Kerusakan Lingkungan Berkenaan Dengan Industri Batu Bata Di Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul. II. III. IV. Jatmiko, Fx. Endro Susilo, Hyronimus Rihti Ilmu Hukum / Fakultas Hukum / Universitas Atma Jaya Yogyakarta Abstract The existence of the industry could bring positive and negative impacts. For social life, the industry tends to have a positive impact, such as reducing unemployment, improving public welfare. As for the environmental industry bring negative impacts, such as environmental damage and pollution. One of the industrial activity is brick industrial activities on agricultural land. The brick industry impact damage to agricultural land such as agricultural land becomes fertile, agricultural land is not flat, agricultural land can not be cultivated and could potentially flooding.under the legislation the Government is obliged to control environmental damage. The control objectives to protect agricultural land from environmental damage so that agricultural land can be used according to function and can increase agricultural output in the future. V. Pendahuluan Latar Belakang Masalah Permasalahan lingkungan yang sering terjadi di sekitar kita berupa pencemaran dan perusakan lingkungan misalnya, dalam hal ini terkurasnya sumber daya alam. Dampak negatif dari menurunnya kualitas lingkungan hidup karena terjadinya pencemaran dan terkurasnya sumber daya alam adalah timbulnya ancaman atau dampak negatif terhadap kesehatan, menurunnya nilai estetika, kerugian ekonomi dan terganggunya system alami.

Sebagai negara tropis yang memiliki ribuan pulau dan lautan yang luas, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat berlimpah. Wilayah indonesia yang tergolong luas juga menyimpan kekayaan berupa lahan yang masih belum dimanfaatkan. Berdasarkan Pasal 33 ayat ( 3 ) Undang-Undang Dasar 1945 bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hal tersebut belum sepenuhnya terlaksana di Indonesia. Untuk tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia maka diselenggarakan berbagai macam kegiatan usaha dan produksi yang menunjang pembangunan. Kegiatan tersebut tidak hanya dilakukan oleh Pemerintah, tetapi ada pula sebagian dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh pihak swasta. Salah satu kegiatan usaha yang dilakukan di Indonesia yaitu pertambangan. Pertambangan dilakukan dengan tujuan untuk pengolahan hasil bumi menjadi bahan baku, sehingga dapat dipergunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam kelangsungan hidupnya. 1 Tujuan pembangunan pertambangan juga harus membawa manfaat sebesar besarnya bagi pembangunan daerah dan peningkatan taraf hidup. 2 Usaha pertambangan pada dasarnya merupakan kegiatan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam tambang 1 Abrar Saleng, Hukum Pertambangan, UII Press, Yogyakarta, 2004, hlm 188. 2 Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1999, hlm 50.

(bahan galian) yang tedapat di dalam bumi Indonesia. 3 Pengertian pertambangan sendiri berdasarkan Pasal 1 butir 1 Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batu Bara adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, kontruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang. Kegiatan pertambangan dan pengelolaan sumber daya alam banyak yang mengakibatkan kerusakan lingkungan dan ekosistem. Untuk mengetahui kerusakan lingkungan diperlukan adanya kriteria baku kerusakan lingkungan. Salah satu kerusakan lingkungan yang terjadi berada di wilayah Kabupaten Bantul di salah satu Kecamatan yaitu di Kecamatan Piyungan. Kerusakan lingkungan hidup di Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul diakibatkan penambangan tanah di lahan pertanian untuk kegiatan industri batu bata. Kegiatan pertambangan tanah ini tentunya sangat bermanfaat bagi pelaku industri batu bata karena tanah merupakan salah satu bahan baku pembuatan batu bata. Namun para pengusaha industri batu bata dalam melakukan kegiatan pertambangan tanah di Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul tidak mengindahkan tentang hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan, karena lokasi tambang adalah lahan pertanian. Apabila kegiatan tersebut 3 Salim HS, Hukum Pertambangan di Indonesia,Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2005, hlm 53

dilakukan tidak mengindahkan dampak kerusakan lingkungan, dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat, generasi masa depan dan negara karena produksi hasil pertanian akan berkurang karena berkurangnya lahan pertanian. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pelaksanaan pengendalian kerusakan lingkungan berkenaan dengan kegiatan industri batu bata di Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul? 2. Apakah ada kendala dan solusinya dalam penendalian kerusakan lingkungan berkenaan dengan kegiatan industri batu bata di Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul? VI. Isi Makalah Pengertian kerusakan lingkungan berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Sedangkan pengertian kriteria baku kerusakan lingkungan hidup adalah ukuran batas perubahan sifat fisik, kimia, dan atau hayati lingkungan hidup yang dapat ditenggang oleh lingkungan hidup untuk dapat tetap melestarikannya. Kerusakan lingkungan hidup salah satunya disebabkan oleh kegiatan industri. Industri berdasarkan pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang perindustrian adalah seluruh bentuk

kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri. Industri diklasifikasikan menjadi industri kecil, industri menengah dan industri besar. Pengendalian kerusakan lingkungan berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 meliputi : a. Pencegahan, meliputi : KLHS, Baku mutu lingkungan, Kriteria Baku kerusakan lingkungan, perizinan, amdal b. Penanggulangan, meliputi : pemberian informasi peringatan pencemaran/kerusakan lingkungan, pengisolasian pencemaran/kerusakan lingkungan, penghentian sumber pencemaran/kerusakan. c. Pemulihan, meliputi : penghentian sumber pencemaran dan pembersihan pencemaran, rehabilitasi, remediasi, restorasi. VII. Kesimpulan 1. Pengendalian kerusakan lingkungan berkenaan dengan industri batu bata di Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan Dinas Perizinan Kabupaten Bantul sudah berjalan, tetapi belum maksimal. BLH Kabupaten Bantul telah melakukan pengendalian kerusakan lingkungan di lahan pertanian akibat industri batu bata dengan cara sosialisai kepada Camat dan Lurah tentang pengendalian kerusakan

di lahan pertanian, memberikan bantuan pengendalian kerusakan lingkungan dan rehabilitasi di lahan pertanian. Dinas Perizinan tidak melakukan pengendalian karena semua industri batu bata di Kecamatan Piyungan berskala sangat kecil. 2. Pengendalian kerusakan lingkungan belum berjalan maksimal dikarenakan adanya beberapa kendala sebagai berikut: a. Kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh Camat dan Lurah kepada pelaku industri dan nasyarakat di Kecamatan Piyungan kabupaten Bantul. b. Kurangnya anggaran dana untuk pelaksanaan pengendalian kerusakan lingkungan lahan pertanian di Kecamatan Piyungan kabupaten Bantul. c. Adanya benturan kepentingan dengan instansi lain, sehingga dana anggaran untuk pengendalian kerusakan lingkungan yang dilakukan BLH Kabupaten Bantul keluarnya tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan. d. Hampir semua industri batu bata di Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul tidak memilki Tanda Daftar Industri, sehingga Dinas Perizinan Kabupaten bantul tidak dapat melakukan pengawasan terhadap industri batu bata di Kecamatan Piyungan.

VIII. Daftar pustaka BUKU Abrar Saleng, Hukum Pertambangan, UII Press, Yogyakarta, 2004 Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1999 Salim HS, Hukum Pertambangan di Indonesia,Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2005 PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian