BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan kesenian berkembang dengan variasi dan kemasan menarik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada perkembangan musik di Indonesia. Angklung adalah alat musik

BAB I PENDAHULUAN. Tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dinyatakan dengan

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ada sejak lama, yaitu sekira abad ke-16. Awalnya Tanjidor tumbuh dan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PROSES PELATIHAN ANGKLUNG PADA KEGIATAN EKTRAKULIKULER DI SMPN 3 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Arifa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Angklung adalah salah satu alat musik yang tumbuh dan berkembang di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemasan Sisingaan Pada Grup Setia Wargi Muda Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

2015 PENGARUH LATIHAN ANGKLUNG TERHADAP PENGETAHUAN TANGGA NADA DIATONIS ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI KOTA BANDUNG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Gembyung merupakan salah satu kesenian yang bernuansa

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah gambaran kehidupan manusia yang dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fanny Ayu Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nurul Kristiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

2015 TARI MAKALANGAN DI SANGGAR SAKATA ANTAPANI BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diana Susi, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang

BAB II TINJAUAN TEORETIS TENTANG KESENIAN HADRO. Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang terbentuk dari

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widdy Kusdinasary, 2013

BAB II KAJIAN GERAK DALAM PERTUNJUKAN ANGKLUNG BUNCIS DI ARJASARI BANDUNG. Ciri dari adanya kehidupan mahluk hidup adalah gerak, dari manusia,

2016 PROSES PEMBELAJARAN RAMPAK KENDANG DI SANGGAR SENI KUTALARAS CIRANJANG-CIANJUR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. Pupuh Balakbak Raehan merupakan salah satu pupuh yang terdapat dalam

2015 KESENIAN SASAPIAN PADA ACARA SALAMETAN IRUNG-IRUNG DI CIHIDEUNG PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hal ini sudah mulai terlihat dari alunan musikalnya yang unik, dengan

2015 KREASI TARI RONGGENG LENCO DI DESA CURUG RENDENG KECAMATAN JALAN CAGAK KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT

Pertemuan PENGERTIAN, TUJUAN, PENDIDIKAN SENI TARI. 1. Pengertian Seni Tari. 2. Konsep Pendidikan Seni Tari

BAB I PENDAHULUAN. Rudat adalah salah satu kesenian tradisional yang berkembang di Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Garut merupakan sebuah kabupaten yang berada di Jawa Barat. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Destri Srimulyan, 2013

2016 TARI JAIPONG ACAPPELLA KARYA GOND O D I KLINIK JAIPONG GOND O ART PROD UCTION

2015 GARAPAN PENYAJIAN UPACARA SIRAMAN CALON PENGANTIN ADAT SUNDA GRUP SWARI LAKSMI KABUPATEN BANDUNG

2014 TARI WAYANG HIHID DI SANGGAR ETNIKA DAYA SORA KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Jaya, 2014 Kesenian Janeng Pada Acara Khitanan Di Wonoharjo Kabupaten Pangandaran

BAB I PENDAHULUAN. serta menjadi milik masyarakat itu sendiri yang dikenal dan dikagumi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Soepandi Mengatakan bahwa: Alat musik tiup yang ada di Jawa Barat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Utami Lasmawati, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hasil penelitian mengenai perubahan fungsi seni beluk pada masyarakat

Kata Kunci : Udjo Ngalagena, model pembelajaran, Angklung Sunda Kreasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilestarikan agar tidak hilang. Dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan tercermin

BAB I PENDAHULUAN. Sumedang merupakan kota yang kaya akan kebudayaan, khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014

BAB V KESIMPULAN. batatamba. instrumen yang masih sederhana terdiri dari tiga jenis instrumen

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2015 PELATIHAN ANGKLUNG SUNDA DI SANGGAR BAMBU WULUNG DI KECAMATAN SITURAJA KABUPATEN SUMEDANG

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian kata-kata untuk mempertegas ritual yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 MUSIK IRINGAN TARI TEPULOUT DISANGGAR SENI KITE SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER 2

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berliyana Agustine, 2014 Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. depan yang lebih baik untuk memperbaiki budaya saat ini. Seperti yang dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

BAB I PENDAHULUAN. pendukung berupa gagasan, sifat dan warna bunyi. Kendati demikian, dalam

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertunjukan kesenian berkembang dengan variasi dan kemasan menarik yang mengkolaborasikan warna-warna seni lain sesuai dengan keinginan para penikmat, salah satunya pameran seni rupa yang diisi pergelaran musik dan tari. Pergelaran musik yang saat ini berkembang, dan didukung unsur seni yang lain, seperti rupa melalui rias dan busana yang ditampilkan dengan menarik, dan unsur gerak atau tari sebagai pendukung agar suasana musik lebih muncul, seperti ilustrasi dan penari latar. Pergelaran taripun demikian, akan lebih aktraktif dengan musik yang pas dan dinamis juga kostum yang menarik. Perkembangan pertunjukan seni di Indonesia seiring dengan waktu mengalami perkembangan dan lebih variatif, hal ini tidak lepas dari kreatifitas para seniman dengan ide-idenya, dan adanya pengaruh budaya daerah lain dan budaya barat, juga didukung dengan kemajuan teknologi, sehingga sarana apresiasi mereka bertambah dan menjadi inspirasi para seniman untuk membuat karya yang inoivatif. Seniman mulai menggarap kesenian asli masyarakat yang kaya akan nilai tradisi dan ciri khas, juga di kemas dengan menarik dan menjadi konsumsi publik. Upaya para seniman yang dilakukan tidak lain agar kesenian yang ada bisa diterima dan dinikmati oleh masyarakat. Seperti yang dikatakan salah satu seniman angklung buncis, Bapak Emen (wawancara, 6 Juni 2009).angklung buncis sekarang banyak menggunakan alat musik tambahan 1

2 seperti kendang, goong, kecrek dan tarompet biar bisa memainkan lagu-lagu yang sedang disenangi penonton. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya untuk merevitalisasi kekayaan budaya yang kita miliki, terutama setelah terjadi pengakuan beberapa kesenian yang kita miliki oleh Negara-negara lain. Salah satunya pertunjukan musik angklung yang belum lama ini mendapat pengakuan dari negara tetangga, oleh sebab itu kesenian angklung terus diperjuangkan oleh negara kita karena kesenian ini asli dari masyarakat Indonesia. Beberapa upaya yang dilakukan yakni disosialisasikan melalui berbagai jalur salah satunya pendidikan baik formal maupun informal, mulai dari anak TK hingga ibu-ibu PKK ikut bersama-sama belajar memainkan angklung. Seiring dengan perkembangan zaman, kecintaan masyarakat terhadap Angklung Tradisi terus memudar. Pengaruh budaya dari luar dan teknologi masuk begitu cepat menyatu dengan kehidupan masyarakat. Hal ini secara tidak sadar telah menggeser pola hidup masyarakat kita, dari masyarakat produktif menjadi masyarakat konsumtif. Masyarakat tidak perlu lagi bersusah payah berjalan kaki menonton pertunjukan kesenian ke kampung ini atau ke kampung itu, tinggal duduk santai di atas kursi, tinggal memilih jenis hiburan yang disukai dan banyak ragamnya di televisi. Penetrasi kebudayaan asing pada generasi muda mengalihkan kecintaannya terhadap seni lokal seperti terhadap Angklung Tradisi, seperti Angklung Buncis kepada kesenian lain yang dianggap sejiwa dengan diri dan jamannya. Tentu saja kesenian lokal tersebut semakin terpinggirkan, bahkan tidak tersentuh sama sekali. Barangkali dalam beberapa dasa warsa Angklung Buncis

3 mati suri, dan fenomena seperti itu dialami pula oleh seni-seni lokal kita lainnya. Kesadaran mulai tergugah kembali setelah kesenian yang dimiliki diakui milik bangsa lain. Namun demikian kiranya kita harus berlapang dada, karena kita seakan tidak membutuhkannya lagi. Lantas, jika ingin kesenian itu kembali lagi menjadi bagian dari kehidupan masyarakat kita, tentunya upaya pelestarian dan pengembangan seni Angklung Buncis harus ditingkatkan kembali dalam kemasan kekinian tanpa harus menghilangkan keasliannya. Pengembangan seni dalam upaya pelestarian budaya sangat baik dan diperlukan tapi tidak berarti kita merubah esensi dan mengurangi nilai yang terkandung dalam kesenian itu atau menghapus nilai tradisi yang dimiliki kesenian ini, karena akan memudarkan ciri khas yang dimiliki oleh kesenian tersebut. Masalah ini perlu ditinjau agar pewarisan budaya yang kita miliki berjalan dengan baik dan semestinya tidak kehilangan nilai-nilai tradisi yang menjadi ciri khas kesenian itu. Seperti angklung tradisi yang aspek geraknya lebih menonjol dari pada angklung modern dan ini juga yang menjadi ciri khas perlu dilihat kembali karena eksistensinya mulai menurun dan tergeser oleh angklung modern. Bunyi angklung dari zaman ke zaman telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Pada angklung buhun, menurut sejumlah pakar musik pakar musik hanya terdapat tiga nada yang disebut tritonik yaitu la = 5, da = 1, dan mi = 3. Selanjutnya para seniman pada zamannya mengembangkan tangga nada tersebut jadi lima nada yang disebut pentatonis yaitu, da = 1, mi = 2, na = 3, ti = 4, la = 5. lain halnya Daeng Soetigna, nada-nada pentatonis tersebut dipadukan

4 dengan tangga nada diatosnis yang berasal dari barat. Sejak adanya perpaduan antara dua tangga nada tersebut pentatonis dan diatonis munculah pertunjukan angklung modern. Perkembangan pertunjukan angklung tersebut tidak lain merupakan alkulturasi dari dua kebudayaann yaitu budaya Timur dan Barat. Pengaruh-pengaruh dua kebudayaan itu juga mempengaruhi proses pendidikan seni dan pendidikan lain baik formal maupun informal dalam kehidupan masyarakat. Hasil dari alkulturasi dalam musik angklung adalah dalam bentuk angklung orchestra. Dalam pertunjukan angklung oerchestra alat musik angklung ini bisa memainkan berbagai macam lagu tanpa batas, dan dimainkan secara berkelompok atau bersama-sama. Memainkan angklung orchestra bersama-sama diperlukan konsentrasi dan kekompakan. Pertunjukan angklung orchestra lebih menekankan pada musikalitas saja tanpa mempertunjukan gerak-gerak yang berkaitan dengan suatu tarian. Lain halnya dengan pertunjukan angklung tradisi yang penuh dengan gerak dan tari. Seperti kutipan di bawah ini: Angklung tradisi disertai pula dengan unsur gerak dan ibing (tari) yang ritmis (ber-wirahma) dengan pola dan aturan-aturan tertentu sesuai dengan kebutuhan upacara penghormatan padi pada waktu mengarak padi ke lumbung (ngampih pare, nginebkeun), juga pada saat-saat mitembeyan, mengawali menanam padi yang di sebagian tempat di Jawa Barat disebut ngaseuk. (Wikepedia Indonesia). Dalam pertunjukan angklung modern ada beberapa unsur yang hilang dari pertunjukan angklung tradisi yaitu pertunjukan yang penuh atraksi seperti pencak silat, gerak-gerak yang membentuk tari-tarian, dan yang lebih penting lagi adalah nilai tardisi dan makna yang terkandung dalam kesenian ini mulai memudar

5 bahkan hampir tidak ada. Salah satu angklung tradisi di Jawa Barat adalah Angklung Buncis yang terdapat di Arjasari Bandung. Pertunjukan Angklung Buncis Arjasari dewasa ini tidak lagi dikaitkan dengan konteks pertanian atau upacara padi, melainkan fungsinya hanya sebagai hiburan. Dalam konteks hiburan Angklung Buncis biasa ditampilkan dalam dua bentuk, yakni dalam bentuk healaran (prosesi) mengiringi anak yang dikhitan, dan dalam bentuk pementasan di atas panggung dengan menampilkan serangkaian lagu-lagu dan aktrasi gerak. Angklung Buncis desa Baros Arjasari-Bandung sampai tahun 1980-an mencapai puncak keemasannya dan sekitar tahun 1960-1970-an. Namun seiring perubahan kesenian ini makin memudar dan meninggalkan masa keemasan, angklung tradisi yang kaya akan unsur seni mulai menghilang. Grup Angklung Buncis Arjasari ada dua yaitu Rukun Seni Buncis Daya Sunda dan Rukun Seni Sunda Medal. Keunikan dari penyajian angklung tradisi salah satunya adalah gerak, maka peneliti tertarik akan gerak-gerak yang terdapat dalam pertunjukan angklung tradisi sesuai disiplin ilmu yang peneliti pelajari yaitu tari. Peneliti mengambil Angklung Buncis Arjasari dari Rukun Seni Buncis Daya Sunda pimpinan Bapak Emen, bertempat di Kampung Cipurut Desa Baros. Peneliti menitikberatkan pada aspek-aspek gerak dalam Angklung Buncis supaya bisa diangkat dan dimunculkan kembali dalam pertunjukan angklung yang saat ini berkembang, khususnya bila angklung tersebut dapat diangkat menjadi bahan ajar dalam pendidikan, seperti bagian yang terdapat dalam kurikulum. Atas dasar uraian di atas maka maka peneliti mengambil judul Kajian Gerak dalam Pertunjukan Angklung Buncis di Arjasari Bandung. Kajian yang peneliti

6 ambil lebih pada penyajian Angklung Buncis untuk dalam bentuk pementasan di atas panggung. Peneliti akan melakukan observasi langsung Angklung Buncis ke Rukun Seni Buncis Daya Sunda Pimpinan Bapak Emen di Desa Baros Arjasari Kabupaten Bandung. B. Rumusan Masalah Setelah dikemukakan di atas, terdapat satu hal yang menarik bagi penulis untuk diteliti, maka penelitian tentang kajian seni gerak dalam pertunjukan angklung tradisi Jawa Barat, bertujuan untuk mencari jawaban atas permasalahan di bawah ini, yaitu: 1. Bagaimana unsur seni gerak pada pertunjukan angklung tradisi? 2. Bagaimana unsur gerak dan keterkaitan gerak dengan musik dalam kemasan penyajian Angklung Buncis Arjasari? 3. Bagaimana peranan gerak pada pertunjukan Angklung Buncis? 4. Bagaimana proses inovasi yang terjadi pada Angklung Buncis? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan : 1. Mendeskripsikan unsur gerak pada pertunjukan angklung buncis, mendeskripsikan keterkaitan gerak dengan musik dan mendeskripsikan kemasan penyajian Angklung Buncis Arjasari. 2. Mendeskripsikan peranan gerak pada pertunjukan Angklung Buncis. 3. Mendeskripsikan proses inovasi yang terjadi pada Angklung Buncis.

7 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini hasil akhirnya diharapkan dapat membantu semua pihak diantaranya : 1. Penulis Menambah pengetahuan, khususnya tentang kesenian angklung tradisi terutama Angklung Buncis dan juga memperluas wawasan sesuai dengan disiplin ilmu yang tengah ditekuni. 2. Pemerintah Dengan penelitian ini penulis ikut berpartisipasi dalam memelihara dan memupuk kebudayaan daerah sebagai unsur penting dan memperkaya serta memberi corak kebudayaan Nasional. 3. Masyarkat Meningkatkan rasa cinta dan bangga terhadap kesenian Jawa Barat khususnya kesenian angklung tradisi. Agar masyarakat peduli dan ikut berpartisipasi dalam pelestarian kesenian angklung tradisi yang menjadi kekayaan budaya bangsa. 4. Pendidikan Seni Menambah khazanah pengetahuan tentang kesenian bermain angklung tradisi yang dilengkapi dengan gerak-gerak tari. Penelitian ini juga sebagai upaya dalam pewarisan kesenian yang menjadi budaya asli Indonesia.

8 E. Batasan Masalah Gerak adalah penegalaman fisik yang paling elementer dari kehidupan manusia. Gerak tidak hanya terdapat pada denyutan-denyutan di seluruh tubuh manusia untuk tetap dapat memungkinkan manusia hidup, tetapi gerak juga terdapat pada ekspresi dari segala pengalaman emosional manusia. John Martin, The Modern Dance.( New york: dance Horzon, Inc, 1965, p.8) Gerak merupakan gejala paling primer dan tua dari manusia dan merupakan bentuk reflek spontan dari gerak batin manusia. Soedarsono, Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari. (Yogyakarta: ASTI, 1978, p.1) Pendekatan etnokoreologi adalah pendekatan multidisiplin untuk mengkaji atau menganalisis tarian, penelitian kombinasi antara penelitian kontekstual dan tekstual yang sampai lengkap dengan analisis geraknya yang menggunkan labanotation, serta penelitian kontekstual yang menekankan pada aspek kesejarahan, ritual, psikologi, phisiognomi, filologi, dan linguistik bahkan juga perbandingan. (Soedarsono 1999, Narawati et.al., 2003) Angklung adalah alat musik tradisional Indonesia yang berasal dari Tanah Sunda, terbuat dari bambu, yang dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Laras (nada) alat musik angklung sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan adalah salendro dan pelog. (Wikipedia Indonesia).

9 F. Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan ialah metode deskritip analitis dengan pendekatan kualitatif. Data atau informasi yang didapat di lapangan disusun, dijelaskan kemudian dianalisis. Teknik penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini yakni teknik observasi, wawancara, studi dokumenter dan studi pustaka. Adapun yang akan diobservasi oleh peneliti adalah Rukun Seni Buncis Daya Sunda yang bertempat di Desa Baros, Arjasari Bandung. Teknik wawancara adalah sebuah teknik untuk mendapatkan informasi atau data mengenai kesenian Angklung Buncis Arjasari dengan cara bertanya langsung pada tokoh-tokoh atau nara sumber yang dianggap berkompeten dalam memberi informasi mengenai kesenian Angklung Buncis, seperti pemerintah setempat, tokoh masyarakat, pimpinan grup kesenian, para sesepuh grup kesenian, para pelaku seni dan penikmat keseniannya, sedangkan teknik studi dokumentar dan studi pustaka ini dilakukan peneliti untuk mendapatkan lebih lanjut tentang data-data atau dokumentasi baik itu yang berhubungan langsung maupun tidak langsung mengenai kesenian Angklung Buncis dari buku-buku sumber dan rekamanrekaman pertunjukan yang terdahulu. G. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dari penelitian ini adalah Angklung Buncis Arjasri, di Arjasari terdapat dua grup kesenian Angklung Buncis yaitu, Angklung Buncis di Jawa Barat.

10 2. Sampel Penelitian Sampel penelitian ini adalah Angklung Buncis Arjasari dari Rukun Seni Buncis Daya, dengan menggunakan jenis sampel Purposesive Sampling yaitu sampel bertujuan. Alasan pemilihan sampel tersebut karena Rukun Seni Buncis Daya Sunda ini dahulu sangat terkenal sering mengisi acara festival seni seperti di RRI dan acara-acara perayaan kota Bandung, bahkan pernah ke mancanegara yaitu Florida Amerika, namun sekarang keberadaannya mulai menurun, apalagi para pelakunya yang sudah berumur, walau demikian semangat para seniman angklung tidak pernah pudar mereka terus mempertahankan kesenian ini dengan mewariskannya, sehingga peneliti tertarik untuk mempelajari keunikan pertunjukan Angklung Buncis ini terutama pada gerak-gerak yang terdapat dalam pertunjukan kesenian ini, hal ini juga salah satu upaya peneliti untuk ikut serta melestarikan kesenian angklung tradisi terutama Angklung Buncis di Arjasari Bandung.