Bab V Standar Ransum

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR: 242/Kpts/OT.210/4/2003 TENTANG PENDAFTARAN DAN LABELISASI PAKAN MENTERI PERTANIAN,

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 242/Kpts/OT.210/4/2003 TENTANG PENDAFTARAN DAN LABELISASI PAKAN

tentang Prinsip-prinsip Pembuatan Kandang dan Kegiatan Belajar 2 membahas tentang Macam-macam Kandang. Modul empat, membahas materi Sanitasi dan

MATERI DAN METODE. Materi

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 19/Permentan/OT.140/4/2009 TENTANG SYARAT DAN TATACARA PENDAFTARAN PAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/PERMENTAN/PK.110/6/2017 TENTANG PENDAFTARAN DAN PEREDARAN PAKAN

PENJABARAN KKNI JENJANG KUALIFIKASI V KE DALAM LEARNING OUTCOMES DAN KURIKULUM PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN TERNAK

I. PENDAHULUAN. Biro Pusat Statistik (1997) dan Biro Analisis dan Pengembangan. Statistik (1999) menunjukkan bahwa Standar Nasional kebutuhan protein

III. JENIS TERNAK/UNGGAS YANG DIUSAHAKAN SERTA HASILNYA SELAMA SETAHUN YANG LALU

PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

STANDARDISASI (STD) Oleh: Gunadi, M.Pd NIP (No HP ) data\:standardisasi_gun 1

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (PERDA DIY) NOMOR : 15 TAHUN 1987 (15/1987) TENTANG USAHA PETERNAKAN

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

TERNAK PERAH SEBAGAI PRODUSEN SUSU

VI. TEKNIK FORMULASI RANSUM

Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK. SURVEI PENYEMPURNAAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 2012 Subsektor Peternakan PERHATIAN

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS"

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

SITUASI CEMARAN MIKOTOKSIN PADA PAKAN DI INDONESIA DAN PERUNDANG UNDANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah sapi perah FH pada periode

Statistik (1999) menunjukkan bahwa Standar Nasional kebutuhan protein. hewani belum terpenuhi, dan status gizi masyarakat yang masih

PENGARUH MANIPULASI RANSUM FINISHER TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PAKAN DALAM PRODUKSI BROILER

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK

j ajo66.wordpress.com 1

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pemenuhan nilai gizi

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

BAB I PENDAHULUAN. Kuda memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia sehari-hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MATA KULIAH

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PETERNAKAN DAN PENDAFTARAN PETERNAKAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang


LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 3 TAHUN 1994 SERI D NO. 1

PENGARUH BINDER MOLASES DALAM COMPLETE CALF STARTER BENTUK PELLET TERHADAP KONSENTRASI VOLATILE FATTY ACID DARAH DAN GLUKOSA DARAH PEDET PRASAPIH

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 053 TAHUN 2006 TENTANG WAJIB DAFTAR PELUMAS YANG DIPASARKAN DI DALAM NEGERI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1977 TENTANG USAHA PETERNAKAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RINGKASAN PENDAHULUAN

SILABUS MATA KULIAH MAYOR TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penulis menganggap julukan sebagai Negara agraris untuk negeri

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

I PENDAHULUAN. selesai, seekor induk sapi perah harus diafkir, dan diganti dengan induk baru yang

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA KACA LEMBARAN SECARA WAJIB

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 65/Permentan/OT.140/9/2007 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN MUTU PAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan selama 2 bulan dari tanggal 5 Agustus

NILAI GIZI ECENG GONDOK DAN PEMANFAATAN SEBAGAI PAKAN ternak NON RUMINANSIA NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Program Studi Keahlian Agribisnis Produksi Ternak

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1977 TENTANG USAHA PETERNAKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS BIBIT TERNAK BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS BIBIT TERNAK

Evaluasi Kualitas Pakan Komplit dan Konsentrat Unggas yang Diperdagangkan di Kota Mataram

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Statistik peternakan pada tahun 2013, menunjukkan bahwa populasi

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 241/Kpts/OT.210/4/2003 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN MUTU PAKAN MENTERI PERTANIAN,

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian kombinasi tepung keong mas (Pomacea

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Permentan/OT.140/8/ TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN

PRODUKSI DAN. Suryahadi dan Despal. Departemen Ilmu Nutrisi &Teknologi Pakan, IPB

BAB III METODE PENELITIAN. konversi pakan ayam arab (Gallus turcicus) ini bersifat eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 14/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN DAN PENGUJIAN KEAMANAN DAN MUTU PRODUK HEWAN

STANDAR PELAYANAN PUBLIK (SPP) BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN CINAGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1977 TENTANG USAHA PETERNAKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

Transkripsi:

Bab V Standar Ransum 1. Pendahuluan Standar mutu bahan makanan u mutu nya dilakukan tahap demi tahap disesuaikan dengan perkembangan teknologi, industri dan perdagangan. Di beberapa negara seperti Amerika dan Kanada standar mutu makanan ternak dimulai dengan tujuan untuk mencegah adanya pemalsuan bahan makanan temak. Departemen Pertanian, eq. Direktorat Jenderal Petemakan membuat standar ransum dalam rangka menjaga agar produksi ternak dapat stabil dan menjaga keselamatan u mutu. Di samping standar mutu ransum yang dikeluarkan Departemen Pertanian, Departemen Perindustrian dan Departemen Perdagangan juga telah mengeluarkan standar mutu ransum dengan tujuan untuk pengembangan industri dan kelancaran perdagangan. Dengan adanya standar mutu merupakan kesempatan bagi produsen untuk memperoleh harga yang sesuai dengan kualitas produk yang dihasilkan akan semakin besar, sedangkan bagi konsumen akan semakin besar pula kesempatan untuk memperoleh harga yang wajar. Perbaikan mutu akan meningkatkan kepuasan langganan, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan pasar. Hal ini dapat memudahkan pemasaran. Untuk meningkatkan kerjasama, patisipasi dan koordinasi antar instansi teknis terpadu dalam menunjang pembangunan nasional, pemenntah telah membentuk Dewan Standardisasi Nasional (DSN) berdasarkan Keputusan Presiden no. 20 tahun 1984. Dalam era globalisasi sekarang agar produk dapat diterima secara intemasional, maka standar mutu harus disesuaikan dengan ISO-9000 (International Organization for Standardization). WO-9000 ini tidak lebih hanya sebagai patokan dalam menentukan sejauh apa perusahaan menerapkan standar standar yang berlaku dalam proses produksi. Standar Internasional disajikan dalam seri: 1. ISO-9000 standar manajemen mutu dan jaminan mutu, pedoman untuk pemilihan dan penggunaan. 2. ISO-9001 sistem mutu-model jaminan dalam desain! pengembangan, produksi, pemasangan, dan pelayanan. 3. ISO-9002 sistem mutu-model jaminan mutu dalam produksi dan pemasangan. Universitas Gadjah Mada

Standar ini digunakan apabila keserasian terbadap persyaratan yang ditetapkan suplier hanya pada produksi dan pemasangan. 4. ISO-9003 sistem mutu-model jaminan mutu dalam inspeksi dan tes akhir. Standar ini digunakan apabila keserasian terhadap persyaratan ditetapkan dijamin oleh suplier hanya pada inspeksi akhir dan pengujian. 5. ISO-9004 Unsur-unsurr manajemen mutu dan sistem mutu ISO-9004 Memberikan pedoman kepada semua organisasi untuk tujuan manajemen mutu 2. Standar Ransum Ternak Standar ransum ternak yang telah dikeluarkan Departemen Pertanian terdiri dan standar ransum ayam petelur untuk starter, grower, layer dengan persyaratan mutu masing-masing terdapat dalam Tabel 5. Di samping standar ransum untuk unggas juga telah dikeluarkan standar ransum untuk babi yaitu untuk anak babi masa menyusui (prestater), anak babi sapihan (stater), babi pembesaran (grower), penggemukan (finisher), induk babi (sow ration) dengan persyaratan mutu terdapat dalam Tabel 6, dan standar ransum sapi perah, yang terdiri dari standar konsentrat pengganti susu (milk replacer), konsentrat untuk pedet, dara laktasi, dengan persyaratan mutu thpat dilihat pada Tabel 7. Standar ransum dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian (SIT 0072-0075) adalah standar ransum ternak ayam dan ternak sapi perah dengan persyaratan mutu pada Tabel 8 dan Tabel 9. Table. Persyaratan Mutu Ramsum Unggas

Keterangan: (1) Umur 1 hari s/d 6 minggu (2) Umur 7 minggu s/d 21 minggu (3) Umur 21 minggu s/d diafkir (4) Umur 1 hari s/d 4 minggu (5) Umur 4 minggu s/d dipotong (6) Umur seharii s/d 2 minggu (7) Umur 15 hari s/d 8 minggu (8) Umur 8 minggu s/d 24 minggu (9) Umur di atas 24 minggu (10) Umur 1 hari (11) Umur 22 hari s/d 42 hari (12) Umur lebih dari 42 hari Tabel 6. Persyaratan Mutu Ransum Babi Keterangan: (1) Ransum tambahan anak babi masa menyusui umur 4 minggu s/d 6 minggu (2) Umur 6 minggu s/d 17 minggu (3) Umur 17 minggu s/d 22 minggu (4) Umur 22 minggu s/d dipotong (5) Umur 32 minggu s/d dipotong (6) Umur 8 bulan s/d 3 tahun

Tabel 7. Konsentrat Sapi Perah Keterangan: (1) Umur kurang dan 3 bulan (2) Umur sampai dengan setahun (3) Umur 1 tahun sld laktasi (4) Yang sedang laktasi Tabel 8. Syarat Mutu Ransum Temak Ayam SII

Tabel 9. Syarat Mutu Ransum Sapi Perah SII Dalam standar ransum SIl tersebut tidak ditentukan apakah ransum ayam petelur atau ayam potong, karena dalam deskripsinya atau dengan istilah SIT adalah definisi, dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan ransum temak ayam adalah : Hasil pencampuran dan beberapa bahan makanan yang dicampur sedemikian rupa sehingga bernilai gizi tinggi, sedangkan definisi ransum sapi perah SIl adalah: Suatu bentuk campuran dan beberapa jenis bahan pakan yang diberikan kepada seekor sapi di samping untuk memnuhi zat-zat gizi yang dibutuhkannya. Standar ransum ayam broiler dan petelur telah dibahas untuk menjadi Standar Nasional Indonesia dengan mengadakan perubahanperubahan. Rancangan Standar Ransum Ayam Broiler dan Petelur SM mempunyai persyaratan mutu seperti pada Tabel 10. Selain perubahan dan syarat mutu, juga dilakukan perubahan deskripsi dan cara pengambilan contoh dan standar ransum Departemen Pertaniann (SPI-Nak) tersebut. Deskripsi ransum ayam petelur starter tidak diubah akan tetapi yang berbeda adalah pada ransum ayam, petelur grower (dara), pada SPI- umur 7 Nak ransum daraa ayam petelur (grower) adalah: ransum untuk minggu sampai 21 minggu diubah pada rancangan SNI menjadi 6 minggu sampai 20 minggu, juga standar ransum ayam petelur (layer) yang pada SPI-Nak adalah ransum makanan ayam petelur berumur 21 minggu sampai afkir diubah menjadi makanan ayam petelur berumur 20 minggu sampai afkir.

Tabel 10. Rancangan Standar Nasional Indonesia untuk Ransum Ayam Petelur dan Pedaging 3. Batas toleransi Dalam evaluasi pelaksanaan standar mutu Departemen Pertanian cq. Dirjen Peternakan telah dilaporkan adanya beberapa masalah diantaranya penyimpangan-penyimpangan kandungan komposisi ransum terutama protein kasar, serat kasar, dan mineral (Ca dan P) dan masih ditemukannya pakan yang diperjualbelikan tanpa sertifikat mutu atau sertifikat mutunya sudah kadaluwarsa dan banyak ransum yang diperjualbelikan tanpa label. Hal ini kemungkinan masih terjadi oleh karena masih lemahnya ketentuan ketentuan yang ada dengan sanksi yang belum didukung oleh peraturan pemerintah dan fasilitas yang mendukung pengawasan mutu pakan.

Adanya perbedaan hasil laboratorium untuk komposisi protein kasar, serat kasar dan mineral dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Kesalahan yang disebabkan perbedaan kimia atau analisisnya adalah relatif kecil, sehingga dapat dikatakan tidak ada, kesalahan utama adalah kesalahan sampling (pengambilan contoh). Kadang-kadangg juga pencampuran bahan waktu diproses menjadi ransum tidak homogen. Dalam standar ransum SPI-Nak cara pengambilan contoh dinyatakan, contoh diambil secara acak dan harus merupakan campuran yang merata dan persediaan ransum makanan ternak yang akan diperiksa, jadi belum diperinci apa yang dimaksud pengambilan secara acak, bagaimana apabila jumlah bahannya banyak. Dalam rancangan SM telah diubah cara pengambilan contoh, yaitu: (1) Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dan jumlah kanmg dengan maksi mutu 30 karung yang akan diperiksa (2) Contoh diambil di tiap karung dan bagian atas, tengah dan bawah, kemudian diaduk, dibagi empat bagian dan diambil secara diagonal sebanyak 500 gram dan dibungkus serta disegel dengan sebuah dupli Departemen Perdagangan jumlah sampel yang diambil sama dengan rancangan SM. Di Inggris contoh yang diambil tergantung dari jumlah bahan berdasarkan Cockcerell et. al. (1975)