PERILAKU DINAMIS PORTAL BAJA BIDANG BERTINGKAT DENGAN VARIASI BUKAAN TITIK PUNCAK PENGAKU DIAGONAL GANDA K JURNAL. Disusun Oleh:

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI KOMPARASI SIMPANGAN BANGUNAN BAJA BERTINGKAT BANYAK YANG MENGGUNAKAN BRACING-X DAN BRACING-K AKIBAT BEBAN GEMPA

VARIASI BENTUK PENGAKU DIAGONAL GANDA TIPE KNEE PADA PORTAL BAJA BIDANG BERTINGKAT

STUDI PENEMPATAN DINDING GESER TERHADAP WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL STRUKTUR GEDUNG

STUDI KOMPARASI PERENCANAAN GEDUNG TAHAN GEMPA DENGAN MENGGUNAKAN SNI DAN SNI

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sistem Rangka Bracing Tipe V Terbalik

ABSTRAK. Kata kata kunci : Gedung Dekanat Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, dinding geser, tahan gempa, SNI

BAB I PENDAHULUAN. adalah struktur portal beton bertulang dengan dinding bata. Pada umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

BAB I PENDAHULUAN. permukaaan bumi. Ketika pergeseran terjadi timbul getaran yang disebut

PERBANDINGAN ANALISIS RESPON STRUKTUR GEDUNG ANTARA PORTAL BETON BERTULANG, STRUKTUR BAJA DAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN BRESING TERHADAP BEBAN GEMPA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PENEMPATAN BRACING INVERTED V ABSTRAK

sendiri dan daya dukung beban yang dapat dipikulnya, yaitu cukup kecii jika langsing, sehingga menjadi kurang menguntungkan pada perilaku respon

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan struktur yang kuat, aman dan murah. Baja adalah salah satu

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM BANGKIRAI DENGAN PELAT BAJA

EVALUASI KINERJA PORTAL BAJA 3 DIMENSI DENGAN PENGAKU LATERAL AKIBAT GEMPA KUAT BERDASARKAN PERFORMANCE BASED DESIGN

BABI PENDAHULUAN. Perancangan bangunan sipil terutama gedung tingkat tinggi harus

BAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

BAB I PENDAHULUAN. bangunan memerlukan proses desain. Proses desain ini dapat dibedakan dalam

PENGARUH PENEMPATAN DAN POSISI DINDING GESER TERHADAP SIMPANGAN BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT BEBAN GEMPA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. struktur baja yang digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembangunan

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT

Gambar 2.1 Spektrum respons percepatan RSNI X untuk Kota Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik yang sering disebut juga Ring of Fire, karena sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kombinasi dari beton dan baja dimana baja tulangan memberikan kuat tarik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Peraturan Gempa Indonesia SNI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

ANALISIS PERKUATAN STRUKTUR KANTOR GUBERNUR SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN DINDING GESER DAN STEEL BRACING Nugrafindo Yanto, Rahmat Ramli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISA PENGARUH DINDING GESER PADA STRUKTUR BANGUNAN HOTEL BUMI MINANG AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MUHAMMAD SYAHID THONTHOWI NIM.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Iswandi Imran (2014) konsep dasar perencanaan struktur

PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG KANTOR KALIMANTAN SAWIT KUSUMA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGGUNAAN BRACED FRAMES ELEMENT SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA PORTAL BERTINGKAT BANYAK. Reky Stenly Windah ABSTRAK

TUGAS AKHIR ANALISA PENGGUNAAN SISTEM RANGKA BRACING TERHADAP PERPINDAHAN LATERAL PORTAL BAJA BERTINGKAT TINGGI

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( )

Skripsi BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut.

PERHITUNGAN SIMPANGAN STRUKTUR BANGUNAN BERTINGKAT (STUDI KOMPARASI MODEL PEMBALOKAN ARAH RADIAL DAN GRID)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pertemuan (function hall / banquet hall). Ruang pertemuan yang luas dan tidak

PERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI

PERILAKU DAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN DINDING PENGISI DAN TANPA DINDING PENGISI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah daerah rawan gempa, untuk mengurangi resiko korban

BAB I PENDAHULUAN. Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai negara kepulauan yang terletak pada daerah pertemuan 4 (empat)

BAB I PENDAHULUAN. syarat bangunan nyaman, maka deformasi bangunan tidak boleh besar. Untuk. memperoleh deformasi yang kecil, gedung harus kaku.

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kebutuhan tempat usaha atau perkantoran di wilayah

PERBANDINGAN ANALISIS STATIK DAN ANALISIS DINAMIK PADA PORTAL BERTINGKAT BANYAK SESUAI SNI

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

ANALISIS DINAMIK RAGAM SPEKTRUM RESPONS GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN MENGGUNAKAN SNI DAN ASCE 7-05

Naskah Seminar Tugas Akhir Program Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

PENGARUH DINDING GESER TERHADAP PERENCANAAN KOLOM DAN BALOK BANGUNAN GEDUNG BETON BERTULANG

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

ANALISA SIMPANGAN PADA STRUKTUR GEDUNG 10 LANTAI MENGGUNAKAN SNI DAN RSNI X

ANALISIS STRUKTUR BETON BERTULANG KOLOM PIPIH PADA GEDUNG BERTINGKAT

KINERJA PORTAL BAJA DENGAN SISTEM BRACING EKSENTRIS AKIBAT BEBAN LATERAL GEMPA TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DESAIN TAHAN GEMPA BETON BERTULANG PENAHAN MOMEN MENENGAH BERDASARKAN SNI BETON DAN SNI GEMPA

BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

Perbandingan perencanaan struktur berdasarkan SNI dan SNI 1726:2012 (Studi Kasus : Apartemen Malioboro City Yogyakarta) 1

KOMPARASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT BEDASARKAN SNI 1726:2002 DENGAN SNI

PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

PENGARUH PENEMPATAN CORE WALL DENGAN EKSENTRISITAS TERTENTU TERHADAP TITIK BERAT BANGUNAN PADA BANGUNAN TINGGI DI BAWAH PENGARUH BEBAN GEMPA

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS KINERJA BANGUNAN BETON BERTULANG DENGAN LAYOUT BERBENTUK YANG MENGALAMI BEBAN GEMPA TERHADAP EFEK SOFT-STOREY SKRIPSI

Studi Perbandingan Dinding Geser dan Bracing Tunggal Konsentris sebagai Pengaku pada Gedung Bertingkat Tinggi

PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR

STUDI DESAIN STRUKTUR BETON BERTULANG TAHAN GEMPA UNTUK BENTANG PANJANG DENGAN PROGRAM KOMPUTER

Transkripsi:

PERILAKU DINAMIS PORTAL BAJA BIDANG BERTINGKAT DENGAN VARIASI BUKAAN TITIK PUNCAK PENGAKU DIAGONAL GANDA K JURNAL Disusun Oleh: HAFIZH FADLA NIM. 105060107111002-61 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL MALANG 2014

PERILAKU DINAMIS PORTAL BAJA BIDANG BERTINGKAT DENGAN VARIASI BUKAAN TITIK PUNCAK PENGAKU DIAGONAL GANDA K Hafizh Fadla, Hendro Suseno dan Ari Wibowo Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang Jl. MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia E-mail : hafizhfadla@gmail.com ABSTRAK Gedung tinggi merupakan bangunan modern yang dipakai untuk menampung dan mendukung aktivitas manusia didalamnya. Secara umum pembangunan gedung harus memberi kenyamanan dan keamanan bagi penghuninya selama umur pakainya. Salah satu bentuk struktur utama adalah rangka kaku atau portal dari bahan profil baja dengan elemen balok dan kolom, baja sendiri memiliki keunggulan dalam hal rasio antara berat sendiri dengan daya dukung beban yang dapat dipikulnya. Penggunaan portal terbuka pada struktur utama gedung dirasa belum efektif karena kurang stabil dalam menahan beban horizontal. Oleh karena itu dalam penelitian kali ini kami menambahkan pengaku (bracing) jenis K ditambahkan dengan variasi bukaan titik simpul puncak pengaku yang mempunyai beberapa manfaat diantaranya memberikan perpindahan dinamis (simpangan antar lantai maksimum dan frekuensi natural) yang kecil dan dari segi arsitektural memberikan ruang untuk bangunan non struktural. Dalam proses analisisnya menggunakan Metode Elemen Hingga berdasarkan metode kekakuan langsung yang dimudahkan untuk mendapatkan hasil yang lebih sederhana. Untuk proses perhitungannya menggunakan Software STAAD Pro dengan memvariasikan 3 model gedung (15, 21, dan 27 lantai) dan setiap gedung terdiri dari 4 macam tipe portal (tipe terbuka, tipe 0, tipe A, tipe B, dan tipe C). Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada portal beberapa tipe bukaan pengaku (A, B, dan C) terhadap jumlah lantai (15, 21, dan 27 lantai), diperoleh keluaran berupa nilai simpangan antar lantai maksimum dan frekuensi natural yang dibandingkan dengan rasio tinggi portal terhadap lebar portal dan rasio panjang bukaan pengaku terhadap bentang portal. Adanya bukaan pengaku memberikan perlakuan setiap portal berbeda walaupun diberi pembebanan yang sama. Kesimpulan yang didapatkan dari hasil analisis adalah semakin lebar bukaan pengaku maka kekakuan akan semakin kecil sehingga simpangan antar lantai maksimum akan semakin besar dan frekuensi natural akan semakin kecil. Apabila ditinjau dari setiap jenis tingkat, perubahan simpangan antar lantai maksimum semakin meningkat dan frekuensi naturalnya semakin menurun secara linier. Kata kunci : bracing, portal baja, simpangan antar lantai maksimum, frekuensi natural. 1. PENDAHULUAN Beberapa dekade belakangan ini, Indonesia dikejutkan dengan berbagai macam bencana alam, terutama yang sering terjadi adalah gempa bumi. Hal ini terjadi karena Indonesia termasuk kedalam lempeng utama dunia yang terus bergerak dan mempunyai banyak gunung berapi yang masih aktif baik di daratan maupun di lautan. Seiring dengan keadaan diatas diperlukan solusi dan inovasi tentang bangunan modern yang dapat menampung dan mendukung kegiatan-kegiatan manusia yang berada didalamnya. Banyak rumah dan gedung hancur akibat gempa di Indonesia akibat tidak memenuhi standar seperti pada SNI 03-1726-2012 tentang Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung serta pelaksanaan di lapangan yang jauh berbeda dengan yang direncanakan oleh perencana/konsultan. Jadi secara umum

faktor keamanan dan kenyamanan menjadi prioritas utama bagi penghuni yang menempati gedung/rumah tersebut. Dalam merencanakan sebuah gedung tinggi diperlukan sebuah desain atau rancangan yang tepat karena dengan semakin tinggi gedung yang direncanakan maka simpangan maksimum antar lantai arah horizontal dan pengaruh dari gaya dinamis seperti angin, gempa, dan faktorfaktor yang lain semakin besar. Salah satu cara untuk mengurangi simpangan maksimum antar lantai yang disebabkan oleh gaya lateral adalah dengan cara menambahkan elemen pengaku (bracing) tunggal yang biasanya berbentuk X, K, Z dan Knee. Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa portal bidang bertingkat dengan pengaku diagonal tunggal jenis K memberikan perpindahan yang paling kecil jika dibandingkan dengan pengaku tunggal jenis X, Z, maupun Knee. Jadi dapat disimpulkan penggunaan jenis K bisa digunakan karena lebih ekonomis dan menguntungkan dibandingkan penggunaan pengaku jenis Z dan X yang kurang praktis penggunaannya. Penggunaan diagonal ganda K ini dapat efektif jika digunakan pada gedung bertingkat dua puluh keatas untuk perpindahan lateral namun tidak menutup kemungkinan perpindahan dinamisnya juga akan berdampak pada gedung itu sendiri. Oleh karena itu hal yang dapat dilakukan adalah dengan menambahkan varisasivariasi bentuk pengaku diagonal ganda dengan cara variasi bukaan titik puncak diagonal ganda K yang pada penelitian sebelumnya memberikan hasil yang efektif terhadap perpindahan lateralnya, sedangkan penelitian saat ini lebih difokuskan pada perilaku dinamis bangunan gedung tersebut yang tidak menutup kemungkinan dapat berdampak pada gedung itu sendiri. 2. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Untuk mengetahui perilaku struktur portal baja bidang bertingkat dengan pengaku diagonal ganda jenis K terhadap beban horizontal dengan variasi lebar bukaan titik simpul puncak dan penerapan variasi tinggi portal. b) Mengetahui variasi lebar bukaan pada titik simpul puncak pengaku diagonal ganda K dan perilaku dinamisnya dalam menahan beban horizontal yang bekerja. 3. METODE ANALISIS Bangunan dikatakan tinggi jika pada analisis struktur dan desainnya dipengaruhi oleh beban lateral yang akan menyebabkan goyangan pada bangunan. Goyangan pada bangunan ini diartikan sebagai besarnya perpindahan lateral pada bagian atas bangunan terhadap dasarnya. Pada desain bangunan tinggi, sistem struktural harus mempertimbangkan persyaratan kekuatan, kekakuan, dan stabilitas. Persyaratan kekuatan adalah faktor dominan dalam desain struktur bangunan rendah. Sedangkan untuk bangunan tinggi, persyaratan kekakuan dan stabilitas menjadi lebih penting dan lebih dominan dalam desain. (Taranath, 1998) Semakin tinggi bangunan maka kekakuan dari bangunan itu sendiri juga berubah. Hal ini dapat diketahui dari berubahnya nilai simpangan antar lantai maksimum dan frekuensi natural yang ditimbulkan. Pengaruh penambahan bracing/pengaku pada gedung juga mempengaruhi kekakuan dari gedung tersebut. Untuk menganalisis sebuah gedung hal pertama yang perlu direncanakan adalah menentukan model gedung dan tipe pengaku yang digunakan. Model gedung yang digunakan adalah gedung 15, 21, dan 27 lantai untuk analisis gempa dinamis linier dengan metode ragam spektrum respons. Dari ketiga model lantai tersebut akan divariasikan tiga titik simpul terbuka dengan Tipe A sejauh 1 meter, Tipe B sejauh 2 meter, dan Tipe C sejauh 3 meter seperti gambar 3.1 di bawah ini. 2.0000 1.0000 2.0000 2.0000 1.0000 2.0000 TIPE A

1.5000 2.0000 1.5000 1.5000 2.0000 1.5000 TIPE B 1.0000 3.0000 1.0000 1.0000 3.0000 1.0000 TIPE C Gambar 3.1 Jenis Bukaan Titik Simpul Puncak pengaku diagonal jenis K Tinggi gedung yang digunakan dalam analisis yaitu 60 meter, 84 meter, dan 108 meter dengan tumpuan jepit. secara skematik bentuk geometri struktur portal bidang dapat dilihat pada gambar 3.2, 3.3, dan 3.4 dibawah ini. Gambar 3.4 Struktur Portal Bidang Tipe C 15, 21, dan 27 lantai. Untuk perencanaan faktor utama gedung, faktor reduksi gempa, jenis tanah, waktu getar alami fundamental, geser dasar seismik, distribusi vertikal dan horizontal gaya gempa mengacu pada aturan SNI 03-1726-2012. Untuk penentuan respon spektra direncanakan sendiri berdasarkan daerah gempa yang terletak pada posisi bangunan tersebut. Untuk penyajian hasil dari analisis diatas dalam bentuk grafik yang dinyatakan dengan perilaku dinamis berupa frekuensi natural dan simpangan antar lantai maksimum yang dibandingkan dengan rasio tinggi portal terhadap lebar portal dan rasio panjang bukaan pengaku terhadap balok. Gambar 3.2 Struktur Portal Bidang Tipe Terbuka dan Tipe 0 15, 21, dan 27 lantai. Gambar 3.3 Struktur Portal Bidang Tipe A dan Tipe B 15, 21, dan 27 lantai. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis menunjukkan bahwa penambahan bracing/pengaku pada gedung memberikan dampak pada gedung itu sendiri baik dalam sisi kekakuan, simpangan antar lantai maksimum, maupun frekuensi natural. Variasi tinggi gedung juga berdampak pada kekakuan dan frekuensi natural pada gedung itu sendiri. Terlihat pada grafik simpangan antar lantai maksimum portal 15, 21, dan 27 lantai yang semakin bertambah secara linier dengan semakin dibukanya pengaku pada gedung dengan pembebanan yang sama yang dibandingkan dengan rasio panjang bukaan pengaku terhadap bentang balok pada gambar 3.5. Untuk frekuensi natural dengan semakin dibukanya pengaku maka kekakuan akan semakin kecil sehingga nilai frekuensi natural ikut menurun dengan pembebanan yang sama pada gambar 3.6 3.7 dan 3.8.

Untuk rasio tinggi gedung terhadap lebar gedung dapat dilihat pada grafik bahwa semakin tinggi gedung maka kekakuan akan semakin kecil. Hal ini menyebabkan simpangan antar lantai maksimum akan semakin besar. Hasil penyajian grafik dapat dilihat pada gambar 3.9 dibawah ini. Gambar 3.5 Grafik Simpangan Antar Lantai Maksimum Aktual Portal 15, 21, dan 27 Lantai. Gambar 3.9 Grafik Simpangan Antar Lantai Maksimum pada tiap-tiap pengaku terhadap jumlah lantai. Gambar 3.6 Grafik Frekuensi Natural Portal 15 Lantai. Gambar 3.7 Grafik Frekuensi Natural Portal 21 Lantai. Gambar 3.8 Grafik Frekuensi Natural Portal 27 Lantai. Untuk tiap tipe portal pada setiap lantai akan dianalisis kenaikan/penambahan nilai simpangan antar lantai maksimum aktual maupun penurunan frekuensi natural yang dibandingkan dengan rasio panjang bukaan pengaku terhadap bentang balok. Kenaikan/ penambahan simpangan antar lantai maksimum aktual pada portal 15 lantai adalah sebagai berikut : Tipe A terhadap tipe 0 sebesar 13%. Tipe B terhadap tipe 0 sebesar 37%. Tipe C terhadap tipe 0 sebesar 79%. Tipe B terhadap tipe A sebesar 21%. Tipe C terhadap tipe A sebesar 58%. Tipe C terhadap B sebesar 30%. Untuk tiap tipe portal pada setiap lantai akan dianalisis kenaikan/penambahan nilai simpangan antar lantai maksimum aktual maupun penurunan frekuensi natural yang dibandingkan dengan rasio tinggi gedung terhadap lebar gedung. Kenaikan/ penambahan simpangan antar lantai maksimum aktual tipe 0 yang dibandingkan antar portal tiap lantai adalah sebagai berikut : Portal 21 lantai terhadap portal 15 lantai sebesar 132.82%. Portal 27 lantai terhadap portal 15 lantai sebesar 309.36%. Portal 27 lantai terhadap portal 21 lantai sebesar 75.82%.

Dari uraian diatas simpangan antar lantai maksimum maupun frekuensi natural selalu disajikan dalam hasil prosentase, hal ini dibuat untuk mengetahui perlakuan struktur yang ditimbulkan akibat ditambahkannya pengaku jenis K dengan 3 macam bukaan pengaku atau tanpa bukaan. Perhitungan prosentase diatas tentu tidak lepas dari acuan teori yang dibuat yaitu semakin kaku sebuah struktur maka simpangan antar lantai maksimum akan semakin kecil dan frekuensi natural akan semakin besar. Semakin dibukanya pengaku jenis K dengan variasi bukaan tertentu maka akan mengakibatkan simpangan antar lantai maksimum yang semakin besar dan frekuensi natural yang semakin kecil karena kekakuan dari struktur tersebut akan semakin berkurang dan mendekati struktur yang tanpa berpengaku. Dari prosentase diatas dapat terlihat perubahan nilai simpangan antar lantai maksimum yang semakin bertambah secara linier pada setiap tipe pengaku, hal ini mungkin disebabkan karena stabilnya jarak bukaan yang telah direncanakan yaitu sejarak 1 m, 2 m, dan 3 m. Sedangkan untuk frekuensi natural semakin menurun seiring dengan dibukanya pengaku. Pola linier pada grafik membuktikan bahwa stabilnya jarak bukaan pengaku yang direncanakan yaitu 1m, 2m, dan 3m, jadi semua jenis bukaan pengaku dapat digunakan dengan melihat hasil penambahan simpangan antar lantai maksimum aktual maupun penurunan frekuensi natural yang masih stabil. Untuk prosentase tipe portal pada setiap lantai dapat dilihat bahwa semakin banyak jumlah lantai/semakin tinggi bangunan maka prosentasenya akan semakin besar dan simpangan antar lantai DAFTAR PUSTAKA Badan Standarisasi Nasional. 2012. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, SNI 03-1726-2012. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum. Taranath, B. S. 1998. Steel, Concrete, and Composite Design of Tall Building. USA : McGraw-Hill. maksimum juga semakin besar, hal ini mungkin disebabkan karena semakin tinggi sebuah bangunan kekakuan yang ditimbulkan semakin kecil. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis yang dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Dengan membuka pengaku (bracing) ganda K dari tipe 0, A, B, C, dan Terbuka pada portal bidang baja bertingkat, maka kekakuan di portal akan semakin kecil. Hal ini menyebabkan simpangan maksimum antar lantai akan semakin besar dan frekuensi natural akan semakin kecil. 2. Dengan memvariasikan jumlah lantai pada setiap tipe bukaan puncak pengaku portal dari tipe 0, A, B, C, dan Terbuka akan menunjukkan bahwa semakin meningkat jumlah lantai, maka simpangan maksimum antar lantai aktual akan semakin besar. 5.2 Saran Melihat banyaknya faktor yang mempengaruhi penelitian ini, berikut ini saran yang dapat diberikan oleh peneliti: 1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan menggunakan analisis tiga dimensi agar hasil yang dikeluarkan dapat dipakai dalam dunia nyata/lapangan. 2. Dari analisis yang dilakukan sudah cukup efektif dengan membatasi penggunaan jumlah lantai yaitu lima belas, dua puluh satu, dan dua puluh tujuh lantai dengan memakai berbagai tipe pengaku. Hendro Suseno.et.al.2007. Portal baja Bidang Bertingkat dengan Macam-Macam Tipe dan Tata Letak Pengaku Diagonal Ganda. Malang:Laporan Penelitian. Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Widyani Tika Nur. 2009. Pengaruh Variasi Bukaan Titik Puncak Pengaku Diagonal K

Terhadap Perpindahan Lateral Pada Portal Baja Bidang Bertingkat. Malang : Universitas Brawijaya Malang.