BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media dalam mewujudkan pikiran manusia ke alam nyata. Karenanya bahasa sangat bergantung kepada pikiran manusia. Sejalan dengan dinamisnya kehidupan manusia maka bahasa juga selalu berubah dan berkembang seiring dengan perubahan dan perkembangan pikiran manusia itu sendiri. Salah satu bentuk kepiawaian manusia dalam berbahasa adalah mampu untuk merubah satu kata menjadi beberapa kata serta merangkaikannya dengan kata-kata yang lain. Perubahan itu dibentuk secara sistematis dan mempunyai aturan-aturan tertentu yang dapat diuji kebenarannya. Kemampuan berbahasa merupakan karunia dari Allah Swt. Kita tidak dapat membayangkan bagaimana keadaan manusia bila tidak ada bahasa yang berperan sebagai alat komunikasi. Kebudayaan dan peradaban tentunya tidak akan dapat berkembang dengan baik bila tidak ada bahasa. Bahasa Arab merupakan salah satu dari sekian ribu bahasa yang ada di dunia ini. Bahasa Arab merupakan bahasa yang istimewa khususnya bagi umat Islam, karena sebagai bahasa Al-Quran yang mengandung pesan sebagai tuntunan kehidupan di dunia dan akhirat kepada manusia. Allah Swt. secara khusus meletakkan keutamaan bahasa Arab melalui firman-nya sebagai berikut:
إن ا أنزلنه قرءانا عربي ا لعل كم تعقلون /Innā anzalnāhu qur`ānan arabiyyan la allakum ta qilūna/ Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur`an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. (Qs. Yusuf/12: 2). Umat Islam sudah selayaknya menguasai bahasa Arab. Sebab tuntunan umat Islam yang paling utama yaitu Al-Qur`an dan Hadits menggunakan bahasa Arab. Seseorang tidak akan mampu memahami Islam dan ajarannya secara sempurna tanpa mengetahui dan mempelajari bahasa Arab. Di dalam dunia internasional, bahasa Arab juga mendapat tempat yang istimewa. Karena bahasa Arab merupakan salah satu dari enam bahasa yang secara resmi diakui dunia sebagai bahasa internasional (Inggris, Prancis, Cina, Arab, Spanyol dan Rusia). Peranan internasional itu telah diperoleh sejak tahun 1973, di mana ketika itu bahasa Arab diumumkan secara resmi sebagai salah satu bahasa organisasi dunia PBB dan bagian-bagiannya. Juga sebagai bahasa ketiga pada The Organization of African Unity dan bahasa pertama dalam Islamic World League. Seperti bahasa-bahasa lainnya di dunia, bahasa Arab berfungsi sebagai alat komunikasi dan juga berfungsi sebagai sarana untuk memperkenalkan kebudayaan dan peradaban. Dalam rumusan Politik Bahasa Nasional, bahasa-bahasa di Nusantara dibagi menjadi tiga kategori, yakni (1) Bahasa Nasional, ialah bahasa Indonesia yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, dalam UUD 1945 dinyatakan sebagai bahasa negara, (2) Bahasa Daerah, ialah bahasa yang di samping bahasa nasional dipakai sebagai bahasa penghubung antar daerah di wilayah Republik Indonesia, dan merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup, dan (3) bahasa Asing, ialah
semua bahasa yang berada di luar wawasan bahasa-bahasa Nusantara. Bahasa Arab dalam kacamata Politik Bahasa Nasional tersebut, masuk dalam kategori bahasa asing. Dengan demikian bahasa Arab sebagai bahasa asing mengemban fungsi sebagai; 1) alat penghubung antar bangsa, 2) alat pembantu pengemban bahasa Indonesia, 3) alat pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern untuk pembangunan nasional. (Halim, 1975: 24). Bahasa Arab sebagai salah satu bahasa komunikasi internasional tentunya memiliki kaidah-kaidah tata bahasa tersendiri. Kaidah yang tersebut tentunya memiliki persamaan dan perbedaan dengan bahasa lainnya. Linguistik sebagai ilmu dalam mengkaji bahasa tentunya dapat membantu untuk علم ( Fonologi dapat meneliti dan menganalisis bahasa-bahasa yang ada di dunia ini. aş-şarfi/), /`ilmu علم الصرف) /`ilmu wazāifi al-aşwāti/), Morfologi وظاي ف الا صوات Sintaksis ( علم النحو /`ilmu an-nahwi/), dan Semantik علم الدلالة) /`ilmu ad-dilālati/), merupakan bagian dari linguistik yang dipergunakan seorang peneliti dalam mengkaji suatu bahasa dari sisi yang diinginkannya. Salah satu dari empat tataran ilmu linguistik di atas yang dimaksud peneliti adalah morfologi. Adapun yang dimaksud dengan morfologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu Cabang linguistik tentang morfem dan kombinasi-kombinasinya atau bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata. (KBBI, 1988: 592).
Verhaar (1983: 52) dalam bukunya Pengantar Linguistik menyebutkan bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal. Di dalam ilmu bahasa Arab, kajian tentang morfologi dapat disejajarkan dengan /`ilmu aş-şarfi/ atau ilmu Shorof. Sebagaimana Dahdah (1992: 2) dalam علم الصرف Nasution (2006: 98), mendefenisikan ilmu Shorof sebagai berikut: الصرف: علم يبحث في صيغ الكلمة و تحويلها إلى صور مختلفة بحسب المعنى المقصود. /aş-şarfu: `ilmun yubhasu fī şiyagi al-kalimati wa tahwīlihā ilā şuwarin mukhtalifatin bihasbi al-ma`nā al-maqşūdi/ "Shorof adalah ilmu yang membahas tentang proses pembentukan kata dan perubahannya ke dalam berbagai bentuk sesuai dengan makna yang diinginkan". Ahnan (1999: 7) memberikan defenisi dari ilmu Shorof menurut arti dan istilah sebagai berikut: Menurut arti bahasa (lughat), yaitu berubah atau mengubah dari bentuk aslinya kepada bentuk lain. Menurut istilah, yaitu perubahan bentuk asal pertama فعل الماضي /fi`lu al-mādī/ menjadi فعل المضارع /fi`lu al-mudāri`/, dari فعل المضارع /fi`lu al-mudāri`/ menjadi فعل al-maf`ūl/, /ismu اسم المفعول al-fā`il/, /ismu اسم الفاعل /maşdar/, menjadi مصدر اسم az-zamān/, /ismu إسم الزمان an-nahīy/, /fi`lu فعل النهي al-'amar/, /fi`lu الا مر al-ālat/. /ismu اسم الا لة /ismu al-makān/, dan terakhir menjadi المكان
Perubahan gramatikal yang terjadi dalam bahasa Arab mulai dari bentuk asal pertamanya yaitu فعل الماضي /fi`lu al-mādī/ sampai kepada bentuk yang terakhir yaitu berbeda. /ismu al-ālat/ semuanya itu menghasilkan makna/arti yang اسم الا لة Sebagaimana pendapat Ahnan, bahwa kajian ilmu Shorof membahas mengenai perubahan kata dari bentuk aslinya menjadi bentuk yang lain. Di dalam kajian morfologi dibahas juga mengenai proses morfemis, yaitu perubahan kata dari bentuk aslinya menjadi bentuk yang lain. Sebelum menjelaskan apa itu proses morfemis diutarakan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan morfem. Adapun yang dimaksud dengan morfem itu sendiri adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif stabil dan yang tidak dapat dibagi atas bagian-bagian bermakna yang lebih kecil. (Kridalaksana, 2001: 141). Dari sebuah morfem maka dapat dibentuk beberapa kata yang baru. Pembentukan kata-kata yang baru ini tentunya berdiri melalui berbagai proses, yaitu: afiksasi, reduplikasi, komposisi, konversi, modifikasi internal, suplesi, dan pemendekan. Kesemua proses pembentukan kata di atas disebut dengan proses morfemis atau dikenal juga dengan proses morfologis, yang dalam bahasa Arab disebut dengan 104). (Nasution, 2006: /al-`amaliyyatu al-mūrfūlūjiyyah/. العملي ة المورفولوجية Samsuri (1980: 190) menyatakan bahwa proses morfologis adalah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain. Dalam bahasa Indonesia kata tulis misalnya, bisa dirubah menjadi menulis, tertulis, tulisan, tulisan-tulisan, dll. Dalam bahasa Arab juga proses yang serupa, seperti
contoh: kata آتب /kataba/ menulis berubah menjadi يكتب /yaktubu/ dia (lk) menulis, آاتب /kātibun/ penulis, مكتوب /maktūbun/ tertulis, مكتبة /maktabah/ perpustakaan, مكتب /maktab/ meja, آتاب /kitābun/ buku, dan آتابة /kitābah/ tulisan. Untuk membuktikan proses morfemis ini, peneliti mencoba mengambil salah satu contoh pembentukan kata melalui proses afiksasi: Asal Kata Sufiks (Akhiran) Menjadi Makan + -an Makanan Kata makan setelah mendapat proses afiksasi, dalam hal ini mendapat sufiks (Akhiran) an, menjadi kata baru yaitu makanan. Ternyata peneliti juga menemukan proses afiksasi ini di dalam bahasa Arab, seperti dua buah contoh berikut ini: Arti Menjadi Sufiks Arti Asal Kata Dua buah pena قلمان /qalamāni/ Pena ان قلم /qalamun/ Kata قلم /qalamun/ yang berarti pena, setelah mendapat proses afiksasi, dalam hal ini mendapatkan sufiks (Akhiran) ان /alīf dan nūn/, menjadi kata baru yaitu pena. /qalamāni/ yang berarti dua buah قلمان Arti Menjadi Infiks Arti Asal Kata ناصر Penolong /nāşirun/ Menolong ا نصر /naşara/
Kata نصر /naşara/ yang berarti menolong, setelah mendapat proses afiksasi, ناصر yaitu /alīf/, menjadi kata baru ا (Sisipan) dalam hal ini mendapatkan infiks /nāşirun/ yang berarti penolong. Tentunya masih ada lagi beberapa bagian dari proses afiksasi yang menarik peneliti untuk mendalami lebih jauh dengan kaitannya di dalam bahasa Arab. Selain proses afiksasi, peneliti juga menemukan salah satu dari proses morfemis, yaitu proses pemendekan, yang mana di dalam bahasa Arab disebut dengan istilah al-kitābiyyu/. /al-ikhtişāru الا ختصار الكت اب ي Berikut contoh akronim yang merupakan salah satu bagian dari proses pemendekan di dalam bahasa Indonesia: Hankam (Pertahanan dan Keamanan). Proses akronim di sini berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang sesuai dengan kaidah fonetik bahasa yang bersangkutan. Dalam bahasa Arab juga terdapat proses akronim yang bercirikan gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata sebagaimana contoh berikut: Gerakan ح /harakah/ حرآة Perlawanan Islam /al-muqāwamah/ المقاومة /al-islāmiyyah/ م اس الا سلامية حماس /hamās/ Kata حماس /hamās/ merupakan bentuk akronim yang bercirikan gabungan huruf حماس atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata. Kata /hamās/ terdiri dari huruf ح /ha/ untuk حرآة /harakah/ yang berarti Gerakan,
sedangkan huruf م /mīm/ untuk المقاومة /al-muqāwamah/ yang berarti Perlawanan, dan huruf اس /alīf/ dan /sīn/ untuk الا سلامية /al-islāmiyyah/ yang berarti Islam. Tentunya masih ada lagi beberapa bagian dari proses pemendekan yang menarik peneliti untuk mendalami lebih jauh dengan kaitannya di dalam bahasa Arab. Setelah memberikan dua contoh dari proses morfemis yaitu contoh melalui proses afiksasi dan pemendekan di dalam kaitannya dalam bahasa Arab, tentunya menambah keingintahuan peneliti akan proses morfemis lainnya seperti proses reduplikasi, komposisi, konversi, modifikasi internal, dan suplesi. Peneliti juga ingin meneliti bagaimana produktivitas proses morfemis dalam bahasa Arab. Adapun yang dimaksud peneliti dengan produktivitas dalam proses morfemis ini adalah dapat tidaknya proses pembentukan kata itu, terutama afiksasi, reduplikasi, dan komposisi, digunakan berulang-ulang yang secara relatif tidak tak terbatas; artinya ada kemungkinan menambah bentuk baru dengan proses tersebut. (Chaer: 2003: 193). Dari pengertian di atas dapat ditarik pengertian bahwa yang dimaksud dengan produktivitas proses morfemis adalah adanya pembentukan sesuatu yang baru dari suatu bentuk yang sudah ada sehingga dapat memperkaya perbendaharaan kosa kata. Penelitian terdahulu yang ada hubungannya dengan pembahasan ini ada ditemukan, yaitu tesis yang berjudul Afiks Derivatif Dalam Bahasa Arab oleh Mahmud Khudri (2004). Peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini mengingat masih minimnya kajian bahasa Arab yang ditinjau dari sudut ilmu linguistik. Diharapkan nantinya dapat menambah literatur dalam rangka pengembangan ilmu bahasa Arab.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti dan menganalisis secara lebih mendalam kajian ini dengan judul Proses Morfemis Dalam Bahasa Arab. 1.2. Batasan Masalah Secara umum kajian mengenai proses morfemis tentunya sangat luas dan tidak bisa terlepas dari kajian tentang morfem serta kaitannya dengan masalah infleksi dan derivasi. Tetapi peneliti di dalam penelitian ini ingin lebih memfokuskan pada proses morfemisnya, mengingat dalam proses morfemis ini saja sudah terdiri dari 7 (tujuh) bagian, yaitu proses: 1. Afiksasi, 2. Reduplikasi, 3. Komposisi, 4. Konversi, 5. Modifikasi Internal, 6. Suplesi, dan 7. Pemendekan (Chaer, 2003: x). Dari ketujuh proses di atas, peneliti ingin mengkaji dan mendeskripsikan apakah ketujuh proses tersebut terdapat di dalam bahasa Arab, serta ingin menjelaskan bentuk proses morfemis yang berbeda sesuai dengan kaidah tata bahasa Arab. 1.3. Rumusan Masalah Agar penyajian suatu karya tulis tidak menyimpang dari pokok pembahasan yang dikehendaki, maka perlu adanya rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana proses morfemis dalam bahasa Arab? 2. Bagaimana produktivitas proses morfemis dalam bahasa Arab? 1.4. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan proses morfemis dalam bahasa Arab. 2. Untuk mengetahui produktivitas proses morfemis dalam bahasa Arab. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Menambah referensi, khususnya ilmu bahasa Arab ditinjau dari sudut ilmu linguistik. 2. Menambah wawasan dan pemahaman peneliti secara khusus dan pembaca secara umum dalam memahami bahasa Arab. 3. Sebagai bahan rujukan dan perbandingan ilmu linguistik dalam kajian morfologi dan kaitannya dengan bahasa Arab. 4. Untuk memberi masukan kepada para pembaca pada umumnya tentang Proses Morfemis dalam Bahasa Arab dan khususnya bagi mahasiswa Pascasarjana Program Studi Linguistik serta bagi mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra USU. 5. Sebagai motivasi bagi para peneliti untuk lebih mengembangkan kajian bahasa Arab.