Pondok Pesantren dalam Prespektif Kesehatan Oleh KH M Yusuf Chudlori

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

Oleh : Anggono Ariebowo, Bambang Suprijadi, Bambang Adji Murtomo

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

gatal-gatal (Yulianus, 2005). Walaupun tidak sampai membahayakan jiwa, penyakit skabies perlu mendapatkan perhatian karena tingkat penularannya yang

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

Meski siswa SMK pakainnya penuh oli lantaran bergelut dengan mesin otomotif, tetap tunaikan shalat tanpa alasan tanggung kotor.

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu untuk dapat bersaing di zaman yang semakin maju. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN. santri yang dengan awalan pe didepan dan akhiran an berarti tempat tinggal para

BAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masih terbatas pada tafsir Al-Qur'an disertai dengan Tanya jawab.

BAB IV PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PESANTREN

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beradaptasi dengan baik terhadap kegiatan-kegiatan dan peraturan yang berlaku di

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN. imunisasi, status gizi, dan penyakit infeksi pada anak. Faktor-faktor tersebut

[103] Ponpes Putri Al Hasan, Panti, Jember, Jawa Timur Pencetak Pemimpin Umat Thursday, 16 May :37

Model Pemberdayaan Santri Ponpes Al-Hidayah Batu Malang sebagai Kader Kesehatan Berbasis Terapi Herbal

BAB I PENDAHULUAN. Hijriyah atau pada abad ke tujuh Masehi. Ketika itu, berbagai agama dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penitipan orang tua ke panti jompo menjadi alternatif pilihan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan negara kepulauan terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Khulaimata Zalfa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Eksistensi pondok pesantren Mamba us Sholihin dalam memenuhi kebutuhan

3.1. Gambaran Umum Padepokan Anggur Ijo Ngaliyan Semarang. sebagai sarana untuk membantu individu yang bermasalah dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk dalam kategori

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat 2010 (Mubarak dan Chayatin, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan semakin jauhnya dari ajaran-ajaran suci agama.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN AKIBAT BENCANA DI KABUPATEN BLORA

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pondok Pesantren Yatim Putra 1. 1 Profil PAYM,2008

BAB I PENDAHULUAN. penghujan disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan ke manusia melalui vektor nyamuk

P R O F I L. Pondok Modern Darul Ihsan Laimu Seram Maluku Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. organisasi kesehatan sedunia World Health Oganization (WHO) tahun 1948 dan

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. gambaran pengalaman psikososial remaja yang tinggal di panti asuhan.

BAB I PENDAHULUAN. M. Federspiel, salah seorang pengkaji ke-islaman di Indonesia, menjelang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

JIKA TIDAK ADA DOKTER BAGI PEREMPUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas, dengan memperbaiki sumber daya manusia,

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. A. Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. karena menjadi penyebab kematian terbanyak dibanding dengan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. investasi sumber daya manusia, serta memiliki konstribusi yang besar untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat pada saat ini, telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menghiraukan penderitaan bangsa yang dijajah. Indonesia merupakan salah satu

BAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB?

BAB V PENUTUP. Sesuai dengan fokus masalah yang diajukan dan ditemukan penelitian. serta pembahasannya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. anak pun dijelaskan bahwa diantaranya yakni mendapatkan hak pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mandi, handuk, sisir haruslah dihindari (Depkes, 2002).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial

dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara kelompok-kelompok kerja yang berbeda-beda susunan

Yayasan Al Mubarok Al Fath, Tegal Sumedang, Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG

IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) PHBS KELOMPOK SANTRI POSKESTREN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. pesantren di Jawa Timur ada 3800-an. Jumlah ini. lembaga pembinaan moral, lembaga dakwah dan yang paling populer adalah institusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan sebagai upaya untuk membangun sumber daya manusia

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

Kepemimpinan Kyai..., Elly Nurmaningtyas Fajarwati, Program Pascasarjana UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. umur termasuk murid Sekolah Dasar (SD) (Kepmenkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB I PENDAHULUAN. hlm Tim Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pola Pembelajaran di Pesantren,

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK BINAAN DI LEMBAGA PERMASYARAKATAN KELOMPO

BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA PERINGATAN SEPEREMPAT ABAD PONDOK MODERN AL-JAUHAR DURI, 9 FEBRUARI2017

TUGAS PENGENALAN DAN PENGEMBANGAN MAHASISWA BARU (P2MABA) ESSAY KAMPUS PSIK, MOTIVASI MASUK PSIK DAN KEGIATAN SEHARI-HARI PSIK.

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 32 TAHUN 2012 BERITA DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2012 NOMOR 32 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan

Transkripsi:

Pondok Pesantren dalam Prespektif Kesehatan Oleh KH M Yusuf Chudlori - Wakil Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). - Pengasuh Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo Magelang Sejarah Pesantren Pesantren, pondok pesantren, atau sering disingkat pondok atau ponpes, adalah sebuah asrama pendidikan tradisional, di mana para siswanya semua tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan Kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Santri tersebut berada dalam kompleks yang juga ada fasilitas mushala untuk beribadah, ruang untuk belajar. Umumnya, pondok pesantren berawal dari adanya seorang kyai di suatu tempat, kemudian datang santri yang ingin belajar agama kepadanya. Diawali dari beberapa santri datang ke kyai untuk belajar agama. Mereka menempati rumah kyainya, diberi satu dua kamar untuk tidur, kemudian ruang belajar mengajarnya di ruang tamu, Dibangunnya pondok pesantren bukan seperti sekolah formal yang dibangun gedungnya dulu kemudian ditempati. Ketika santri semakin banyak barulah timbul inisiatif untuk mendirikan asrama di lingkungan rumah kyai. Seorang kyia tidaklah berfikir bagaimana membangun fasilitas yang memadai untuk para santrinya, tapi lebih mengajarkan tentang kesederhanaan dalam menuntut ilmu. Tidur beralaskan tikar, dengan fasilitas MCK yang minim, makan ala kadarnya. Ketika zaman Walisongo begitulah yang terjadi, rumah kyai dikelilingi gubug-gubug dan kamar-kamar atau rumah sederhana untuk tinggal para santri. Seiring dengan perkembangan zaman pondok pesantren ini menjadi satu-satunya pendidikan saat itu dan mulai berkembang pesat sejak 1596. Pondok pesantren dianggap menjadi pendidikan asli Nusantara yang keberadaanya sudah ada sebelum munculnya sekolah formal yang didirikan oleh penjajah. Hingga kini keradaan pondok pesantren tetap diperhatahankan, dengan segala tradisi dan kultur yang melekat seperti zaman dahulu meski sekarang zaman berubah modern. Pesantren yang mempertahankan tradisi dan kultur ini kemudian populer dengan sebutan Pondok Pesantren Salaf. Dengan seiring kebutuhan masyarakat sekarang ini juga banyak tumbuh pesantren modern, yang menempati gedung bagus dan sanitasi yang layak. Kesehatan di Pesantren Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang ada di Indonesia yang mempunyai kultur, metode dan jaringan yang unik. Pesantren sebagai tempat pendidikan agama memiliki basis sosial yang jelas karena keberadaannya menyatu dengan masyarakat. Sebagai 1

lembaga nirlaba, pada umumnya pesantren hidup dari oleh dan untuk masyarakat. Visi ini menuntut adanya peran fungsi pondok pesantren yang sejalan dengan situasi dan kondisi masyarakat, bangsa negara yang terus berkembang. Sementara sebagai komunitas pesantren dapat berperan menjadi penggerak bagi upaya kesejahteraan masyarakat mengingat pesantren merupakan kekuatan sosial yang jumlahnya cukup besar. Dilihat dari sisi kesehatan, kami membagi menjadi dua, yaitu kesehatan fisik dan kesehatan jiwa. Dalam persoalan kesehatan fisik, pesantren masih memiliki banyak kelamahan mulai dari aspek askses pelayanan kesehatan, perilaku hidup sehat maupun kesehatan lingkungannya. Namun dari sisi aspek kesehatan jiwa, para santri memiliki kesadaran yang tinggi dalam peningkatan kesehatan jiwa, melalui kegiatan rutin spiritual mujahadah dan shalat malam juga berbagai kegiatan penggemblengan kejiwaan lainnya. Santri umumnya adalah anak-anak dan remaja yang masuk kategori usia produktif, rentang usia 13 hingga 25 tahun. Kondisi sekarang ini remaja rentan sekali dengan rusaknya mental spiritual mereka sehingga mengarah pada kenakalan remaja, mulai dari penggunaan narkoba hingga free sex dan penularan HIV AIDS. Melalui pembinaan kesehatan mental kejiwaan sejak dini, para santri terbentengi untuk kasus kenakalan remaja, narkoba dan penularan HIV AIDS. Karena begitu ketatnya aturan yang diberlakukan di pesantren, misalnya, jangankan pacaran untuk kirim surat kepada lawan jenis saja akan menerima sanksi yang berat hingga dikeluarkan dari pesantren. Kesadaran menitipkan anaknya menuntut ilmu di Pondok Pesantren sekarang ini tergolong cukup tinggi. Bahkan ada kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun, baik itu di Pesantren Salaf atau Modern. Ternyata masyarakat sekarang banyak yang percaya kepada pesantren untuk mendidik mental kejiwaan anak-anak mereka, dari pada sekolah formal. Untuk memahami sebuah studi kasus Kesehatan dalam Prespektif Pondok Pesantren mengambil contoh di Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo Magelang. API Tegalrejo Magelang ada dua Pondok Pesantren, yaitu Pondok Salaf yang masih menjaga tradisi dan kultur dan Pondok Modern. Kedua-duanya berada di Kawasan Tegalrejo dengan tempat dan sistem yang berbeda. Profil Pondok Pesantren API Tegalrejo Pondok API Tegalrejo didirikan pada tanggal 15 September 1944 oleh KH. Chudlori, seorang ulama yang juga berasal dari desa Tegalrejo. Beliau adalah menantu dari Mbah Dalhar (KH. Nahrowi) pengasuh Pondok Pesantren Darus Salam Watucongol Muntilan Magelang. Simbah Chudlori mendirikan Pondok Pesantren di Tegalrejo pada awalnya tanpa memberikan nama sebagaimana layaknya Pondok Pesantren yang lain. 2

Baru setelah berkali-kali beliau mendapatkan saran dan usulan dari rekan seperjuangannya pada tahun 1947 di tetapkanlah nama Asrama Perguruan Islam (API). Nama ini ditentukannya sendiri yang tentunya merupakan hasil dari shalat Istikharoh. Dengan lahirnya nama Asrama Perguruan Islam, beliau berharap agar para santrinya kelak di masyarakat mampu dan mau menjadi guru yang mengajarkan dan mengembangkan syariat-syariat Islam. Adapun yang melatar belakangi berdirinya Asrama Perguruan Islam adalah adanya semangat jihad menegakkan agama Allah yang mengkristal dalam jiwa sang pendiri itu sendiri. Di mana kondisi masyarakat Tegalrejo pada waktu itu masih banyak yang bergelumuran dengan perbuatan-perbuatan syirik dan anti pati engan tata nilai sosial yang Islami. Respon masyarakat Tegalrejo atas didirikannya Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam Tegalrejo pada waktu itu sangat memprihatinkan. Karena pada saat itu masyarakat masih kental dengan aliran kejawen. Tidak jarang mereka melakukan hal-hal yang negatif yang mengakibatkan berhentinya kegiatan belajar-mengajar. Sebagai seorang ulama yang telah digembleng jiwanya bertahun-tahun di berbagai pesantren, Simbah Chudlori tetap tegar dalam menghadapi dan menangani segala hambatan dan tantangan yang datang. Berkat ketegaran dan keuletan Simbah Chudlori dalam upayanya mewujudkan Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam baik secara dhohir maupun batin, santri yang pada awal berdirinya hanya berjumlah delapan orang, tiga tahun kemudian sudah mencapai sekitar 100-an. Prestasi ini jika diidentikan dengan prestasi para pendiri pondok pesantren dalam era kemajuan ini, barang kali biasa-biasa saja. Akan tetapi kalau melihat situasi serta kondisi serta sistem sosial yang berlaku pada saat itu sungguh prestasi Simbah Chudlori merupakan prestasi yang lebih. Aksi negatif masyarakat setelah tiga tahun berdirinya pesantren API semakin mereda, bahkan diantara mereka yang semula anti pati ada yang berbalik total menjadi simpati dan ikhlas menjadi pendukung setia dengan mengorbankan segala dana dan daya yang ada demi suksesnya perjuangan Simbah Chudhori. Akan tetapi di luar dugaan dan perhitungan pada awal tahun 1948 secara mendadak API diserbu Belanda. Gedung atau fisik API yang sudah ada pada waktu itu diporak porandakan. Sejumlah 36 kitab termasuk Kitab milik Simbah Chudhori dibakar hangus, sementara santri-santri termasuk Simbah Chudhori mengungsi kesuatu desa yang bernama Tejo kecamatan Candimulyo. Kegiatan ta fim wa-taalum nyaris terhenti. 3

Pada penghujung tahun 1949 dimana situasi nampak aman Simbah Chudhori kembali mengadakan kegiatan taflim wa-taalum kepada masyarakat sekitar dan santripun mulai berdatangan terutama yang telah mendengar informasi bahwa situasi di Tegalrejo sudah normal kembali, sehingga Simbah Chudhori mulai mendirikan kembali pesantren di tempat semula. Semenjak itulah API berkembang pesat seakan bebas dari hambatan, sehingga mulai tahun 1977 jumlah santri sudah mencapai sekitar 1500-an. Inilah puncak prestasi Simbah Chudhori di dalam membawa API ke permukaan umat. Hingga 2015 Pesantren Salaf API Tegalrejo jumlah santrinya, 4,487 orang santri putra, 2.500 santri putri. Sedangkan di Pondok Pesantren Modern yang sambil sekolah di SMP,SMA,SMK berjumlah 1.300 orang santri putra-putri. Kasus TB di Pesantren Secara umum gambaran Ponpes Salaf putra yang menampung 4.487 orang santri, menempati sekitar lima gedung dan masing-masing bertingkat tiga. Satu kamar ukuran kurang lebih 9 meter persegi dihuni 25 hingga 30 orang santri. Memiliki satu mushala, dan satu gedung bertingkat tiga untuk pembelajaran. Jumlah WC 125, toilet untuk kencing 32 unit, sedangkan tempat mandi adalah dua kolam besar seukuran kolam renang. Dari keseluruhan jumlah santri yang ada, setiap bulannya yang menderita sakit sekitar 519 orang, dengan prosentase, penyakit kulit 12,18 %, penyakit paru-paru 6,12 %, sakit perut 9,21 %, THT 4,24 %, Demam 51,04 %, lain-lain 17,11 %. Angka dan prosentase tersebut juga hampir sama untuk periode satu tahun akademik. Dalam pemantauan kesehatan pesantren, Ponpes API sudah memiliki gedung Poskestren sendiri. Ada 6 petugas dari santri sedangkan tenaga mediknya dari dokter Puskesmas Tegalrejo. Untuk praktek dokter hanya Senin dan Jumat, pernah dicoba praktik dokter tiap hari,tapi tiap harinya tak selalu ada santri yang berobat ke Poskestren sehingga efektif untuk praktek dokter di Poskestren hanya sepekan dua kali. Poskestren juga memiliki mobil ambulan, jika memang ada santri yang mengalami sakit dan masuk kategori darurat langsung dilarikan ke Rumah Sakit Umum Tidar Kota Magelang yang jarak tempuhnya hanya sekitar 8 Km. Setiap bulannya petugas Poskestren melaporkan perkembangan kesehatan santri kepada pengasuh dan juga tenaga medik di kawasan setempat. Poskestren juga memiliki 21 tempat tidur untuk perawatan, digunakan para santri yang sakit untuk istirahat dan mendapatkan pemantauan medik. Untuk memantau kesehatan para santri, kepala kamar memiliki tanggungjawab untuk mengawasi teman-temannya dan melaporkan mereka yang sakit ke petugas kesehatan. 4

Seringkali para santri yang sakit ini tak merasa sakit, sehingga terkadang kepala kamar atau petugas Poskestren turun langsung untuk merayu bahkan memaksa santri untuk berobat. Kesadaran untuk memeriksakan kesehatan para santri ini masih minim, ini juga menjadi perhatian pengasuh agar nantinya mereka yang sakit bisa langsung ditangani sesuai dengan diagnosanya. Untuk kasus TB yang mudah menular ini, pihak Pemerintah dan Pesantren sudah melakukan sosialisasi tentang bahanya penyakit ini. Tingkat hunian yang padat dan pola tidur yang hanya beralaskan tikar dan karpet sederhana, selama ini dianggap menjadi salah satu pemicu banyaknya TB dan ISPA. Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Wilayah Magelang juga berperan aktif dalam mengantisipasi penularan TB dan membantu untuk para penderita TB mendapatkan pengobatan yang layak. Meski pengobatannya gratis, tapi kesadaran para santri yang positif TB masih rendah sehingga butuh sinergi untuk melakukan penyadaran secara komunal. Pada umumnya para pengasuh pondook pesantren mungkin mengakui jika memang pola hidup bersih dan sehat (PHBS) itu belum maksimal. Pada dasarnya para santri itu lebih mengutamakan suci, padahal suci itu adalah bersih tapi jika bersih saja itu belum tentu suci. Sehingga dasar ini nantinya bisa dijadikan praktik dalam PHBS. Dalam sepekan sekali, pada hari Jumat, selalu dilakukan kerja bhakti dalam tradisi Pesantren biasa disebut Ro an. Siapapun entah itu pengurus atau santri tanpa kecuali gugur gunung membersihkan lingkungan Pondok. Namun sayangnya setelah di bersihkan itu tak diimbangi dengan kesadaran dalam membuang sampah pada tempatnya dan selalu menjaga kebersihan harian. Apa yang dijelaskan di atas merupakan gambaran tentang Pondok Pesantren Salaf dalam prespektif kesehatan. API Tegalrejo merupakah salah satu dari Pesantren Salaf yang tersebar di Jateng, kurang lebih 3.719. Mempertahankan tradisi dan kultur sudah berjalan abad 15 hingga abad 21 ke klasikan dan keunikan pesantren tetap lestari. Tentu kondisi sekarang jauh lebih mapan dan layak jika dibanding empat abad lalu, Sekarang ini Pesantren sebagian sudah memiliki Poskestren dan mendapatkan kemudahan mengakses layanan kesehatan di daerah masing-masing. 5