2016 PENGARUH LATIHAN POWER LENGAN MENGGUNAKAN MODEL LATIHAN PULL OVERPASS DAN PULL OVER TERHADAP HASIL LEMPARAN PADA ATLET LEMPAR LEMBING JAWA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat cepat. Manusia dalam berolahraga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini terbukti dari pertandingan dan perlombaan yang telah di ikuti belum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Fahmi Hasan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

2015 PENGARUH LATIHAN BARBELL LUNGES D AN D UMBELL ONE-ARM SHOULD ERS PRESS TERHAD AP HASIL TOLAK PELURU

I. PENDAHULUAN. banyak orang yang menggemari olahraga ini baik anak-anak, remaja maupun

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai prestasi yang maksimal, banyak. Harsono (2000:4) mengemukakan bahwa: Apabila kondisi fisik atlet dalam

BAB I PENDAHULUAN. melakukan olahraga pada pagi maupun sore hari, serta banyaknya club

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2015 PERBANDINGAN LATIHAN KEKUATAN SISTEM SUPERSET DENGAN SISTEM SET TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI

BAB I PENDAHULUAN. manusia sejak zaman Yunani kuno sampai dewasa ini. Gerakan-gerakan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. olahraga tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan prestasi tertinggi hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjaga dan meningkatkan kesehatan.di samping itu, renang juga termasuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Arif Nur Setyawan A BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh Trihadi Karyono FIK UNY

BAB I PENDAHULUAN. yang terpendam tanpa dapat kita lihat dan rasakan hasilnya. Menindak lanjuti. mahluk yang butuh berinteraksi dengan lingkungannya.

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dede Syamsul Ma Arif, 2015

BAB I PENDAHULUAN. badan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Manusia sadar dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga yang masuk ke dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alfi Nuraeni, 2014 Uji Validitas Dan Reliabilitas Konstruksi Alat Ukur Power Endurance Lengan

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah

Journal of Sport Sciences and Fitness

A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. para atlet sepak bola yang berkualitas. Namun masih banyak yang harus dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. kerjasama yang baik untuk membentuk suatu tim. Kecerdasan dalam mangatur

Yan Indra Siregar. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lompat, lari, dan. lempar (Eddy Purnomo, 2007:1). Bila dilihat dari arti atau istilah

TESIS. Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd. Dr.Atrub, M.Pd.,MM. SYKLES WANTINA HAQQI NIM : UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

Sejarah Lempar Lembing

HUBUNGAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH (CADENCE) TERHADAP KECEPATAN SPRINT

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Irman Rediansyah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Atletik dalam perkembangan di zaman modern ini semakin dapat diterima

2016 HUBUNGAN KEKUATAN OTOT PERUT DAN POWER TUNGKAI TERHADAP WAKTU PEMBALIKAN RENANG GAYA BEBAS 100 METER

2015 PENGARUH BENTUK LATIHAN ENVELOPE RUN DAN LATIHAN BOOMERANG RUN DENGAN METODE LATIHAN REPETISI TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN PEMAIN SEPAK BOLA

BAB I PENDAHULUAN. atletik itu terkandung unsur-unsur gerak dasar yang dibutuhkan oleh semua cabang

BAB I PENDAHULUAN. potensi jasmani, rohani dan sosial (Toho dan Ali, 2007: 2). Dari pengertian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profil kondisi fisik adalah keadaan atau potensi dan gambaran dalam diri

2015 PENGARUH LATIHAN WEIGHT TRAINING TERHADAP DAYA TAHAN OTOT LENGAN DAN PRESTASI MEMANAH JARAK 30 METER PADA CABANG OLAHRAGA PANAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa. menimbulkan kelelahan yang berlebihan. ( Muhajir : 2004 )

PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP JAUH LOMPATAN PADA OLAHRAGA ATLETIK NOMOR LOMPAT JAUH SISWA KELAS X SMK PGRI WLINGI KAB.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dari kegiatan pendidikan. Manusia membutuhkan pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembinaan kondisi fisik merupakan syarat mutlak untuk mencapai prestasi

2014 METODE SET SYSTEM DAN METODE SUPER SET SYSTEM KAITANNYA DENGAN PENINGKATAN DAYA TAHAN OTOT:

2015 PENGARUH LATIHAN PLYOMETRICS DAN WEIGHT TRAINING DENGAN METODE PYRAMID SYSTEM TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI PEMAIN BASKET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang , 2014

BAB II KAJIAN TEORITIS. kemampuan melakukan aktifitas olahraga. Menurut Tangkudung yang dikutip

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. olahraga atletik maka atletik terbagi dalam 4 nomor pokok, yaitu: nomor lari,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dan olahraga, mulai dari pemilihan calon atlet sampai pada metode latihan

BAB I PENDAHULUAN. Dayung merupakan salah satu jenis cabang olahraga aerobic. Air sebagai

BAB I PENDAHULUAN. secara menyeluruh, karena antara faktor yang satu dengan faktor yang lainnya

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan adalah melalui pendekatan ilmiah. Menurut Cholik

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik jasmani maupun rohani dan merupakan dasar pembentukan

2016 PROFIL KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK, KEKUATAN MAKSIMAL, POWER,

1. PENDAHULUAN. Kemampuan ini saling melengkapi satu sama lainnya karena setiap bola yang. dioper harus diterima dan dikontrol oleh rekan seregu.

2015 DAMPAK PENERAPAN POLA LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KONDISI FISIK PEMAIN SEPAKBOLA

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : MINARDI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

2016 HUBUNGAN QUICKNESS, POWER TUNGKAI DAN FLEKSIBILITAS PANGGUL DENGAN HASIL START (GRAB START) RENANG PADA SISWA CLUB RENANG CIKALAPA SWIMMING POOL

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk melakukan aktifitas fisik, mengembangkan fungsional,

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. Melalui olahraga akan dapat ditingkatkan kekuatan keterampilan kerja, kesegaran jasmani

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gizi atau makanan diperlukan manusia untuk pemeliharaan tubuh

permainan ini tidak sulit untuk dikembangkan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agung Dwi Juniarsyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Atletik juga

BAB I PENDAHULUAN. cabang olahraga (Juliantine et al., 2005). Menurut Witarsa (2002) Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang cukup besar dalam membina

BAB 1 PENDAHULUAN. Latihan kondisi fisik yang tepat memegang peranan penting dalam sukseskan

2015 UJI VALID ITAS D AN RELIABILITAS KONSTRUKSI ALAT UKUR POWER END URANCE TUNGKAI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Atletik merupakan kegiatan jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan yang dinamis dan

BAB I PENDAHULUAN. fisik melalui mata pelajaran pendidikan jasmani. Hal tersebut bisa dipahami karena mengarahkan

2015 PENGARUH LATIHAN PLYOMETRICS TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI DAN HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK

BAB I PENDAHULUAN. lari terdiri dari enam macam yang salah satunya adalah Lari cepat (Sprint) yang

I. PENDAHULUAN. proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan kemajuan ilmu

KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN, POWER OTOT TUNGKAI DAN PANJANG LENTANG LENGAN TERHADAP HASIL LEMPAR LEMBING

SEMINAR NASIONAL PENINGKATAN KUALITAS PENULISAN KARYA ILMIAH STOK BINA GUNA, SABTU 16 SEPTEMBER 2017 PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SIDE SHUFFLE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia olahraga khususnya pada olahraga prestasi saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun tingkat internasional (yang diselenggarakan oleh IAAF). Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lempar lembing merupakan salah satu nomor lempar dan nomor yang diperlombakan dalam cabang atletik. Peraturan-peraturan umum perlombaan lempar lembing 1) lembing harus dipegang pada tempat pegangan, 2) lemparan sah bila mata lembing menacap atau menggores tanah disektor lemparan, 3) lemparan tidak sah bila sewaktu melempar, atau garus 1,5m menyentuh tanah didepan lengkung lemparan, 4) sekali mulai melempar, tidak boleh memutar badan sepenuhnya, sehingga punggung menghadap kearah lengkung lemparan, 5) lemparan harus dibuat diatas bahu, 6) jumlah lemparan yang diperoleh adalah sama seperti pada tolak peluru dan lempar cakram, 7) peserta boleh melakukan lemparan 6 kali, penilaian diambil yang terjauh. Larangan yang tidak boleh dilakukan oleh atlet lempar lembing (Diskualifikasi) 1) lembing tidak dipegang pada pembalutnya 2) dipanggil dua minit belum melempar 3) menyentuh batas lemaparan 4) setelah melempar keluar lewat garis sektor lempar 5) lembing jatuh diluar garis sektor lemparan 6) ujung lembing tidak membekas pada tanah. pjokpenjaskes.blogspot.co.id. Selain dituntut untuk menegtahui peraturan-peraturan umum dari lempar lembing pelatih juga harus mempelajari ilmu lainnya yang berkaitan dengan peningkatan prestasi. Ditinjau dari segi sumber daya manusia, perkembangan dan kemajuan zaman menuntut tenaga pendidik dan pelatih memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik. Hal ini perlu disadari oleh pelaku olahraga bahwa dalam upaya mengatasi permasalahan yang muncul dan keragaman jenis kebutuhan serta peningkatan aspirasi masyarakat khususnya berkaitan dengan prestasi olahraga, maka seorang pelaku olahraga berkewajiban pula untuk mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya guna menghadapi tantangan yang semakin berat. Kondisi fisik merupakan syarat mutlak yang diperlukan dalam pencapaian prestasi olahraga, karena setiap atlet harus memiliki fisik yang prima untuk dapat berprestasi. Unsur kondisi fisik yang diperlukan dalam setiap cabang olahraga berbeda-beda. Oleh karena itu kondisi fisik seorang atlet perlu ditingkatkan 1

2 melalui latihan yang dilakukan secara sistematis, ajeg dan kontinyu. Melalui latihan fisik, kesegaran jasmani atlet akan meningkat sehingga dapat menunjang tercapainya prestasi yang optimal. Sarana prasarana juga memiliki peranan penting untuk menunjang tercapainya prestasi yang maksimal. Keberadaan sarana prasarana lempar lembing di Jawa Barat sudah sangat memadai, dapat dilihat dari lengkapnya peralatan dan modifikasi alat bantu sebagai penunjang latihan. Selain peralatan, faktor lapangan yang disediakan oleh Pengda PASI Jawa Barat sudah sangat memadai sebagai penunjang prestasi. Keberadaan lapangan yang aksesnya mudah dicapai, juga kondisi yang sangat baik. Selain faktor sarana dan prasana yang memadai, faktor kondisi fisik atlet pun tak kalah penting untuk tercapainya prestasi yang maksimal. Kondisi fisik adalah salah satu prasyarat yang sangat diperlukan dalam setiap usaha peningkatan prestasi seseorang atlet, bahkan dapat dikatakan dasar landasan titik tolak suatu awalan olahraga prestasi. Komponen-komponen kondisi fisik menurut Sajoto (1988, hlm. 9) antara lain : 1) kekuatan, 2) daya tahan 3) power, 4) kecepatan, 5) kelentukan, 6) keseimbangan, 7) koordinasi, 8) kelincahan, 9) ketepatan, 10) reaksi. Dalam beberapa komponen fisik yang menjadi variabel penelitian ini adalah antara keterpaduan kekuatan dan kecepatan atau disebut power. Pada cabang lempar lembing menurut Harsono (1988, hlm. 153) mengemukakan bahwa kalau kondisi baik maka : 1. Akan ada peningkatan dalam kemampuan system sirkulasi dan kerja jantung. 2. Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan, dan lain-lain komponen kondisi fisik. 3. Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan. 4. Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan. 5. Akan ada respons yang cepat dari organism tubuh kita apabila sewaktuwaktu respons demikian diperlukan. Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, meskipun pengembangannya dilakukan dengan skala prioritas sesuai dengan kebutuhan. Harsono (1988, hlm. 177)

3 menyatakan bahwa Kekuatan otot adalah komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Untuk meningkatkan dan mengembangkan kondisi fisik seorang atlet, dapat dilakukan dengan menerapkan beberapa metode latihan yang berbeda, sebagai upaya untuk memberikan berbagai variasi latihan dan untuk menghindari kejenuhan atlet. Faktor utama dalam latihan untuk meningkatkan daya ledak (explosive power) adalah mula-mula memusatkan pada pembentukan kekuatan kemudian beralih pada beban lebih ringan dan gerakan lebih cepat. Jenis latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan power lengan diantaranya adalah latihan berbeban (Wilmore & Costile, 1988, hlm. 135). Berkaitan dengan latihan berbeban Hadisasmita & Syarifuddin (1996, hlm. 109) mengemukakan bahwa Latihan beban kalau dilaksanakan dengan benar, kecuali dapat mempertinggi kesehatan fisik secara keseluruhan, akan dapat mengembangkan kecepatan, daya ledak otot, kekuatan dan keuletan, yang merupakan faktor-faktor penting bagi setiap atlet, sedangkan Harsono (1988, hlm. 37) menyatakan bahwa Latihan berbeban adalah latihan yang sistematis dimana beban hanya dipakai sebagai alat untuk menambah kekuatan otot guna mencapai tujuan tertentu, serta latihan melompat-lompat atau latihan plyometric. (Radcliffe & Farentinos, 1985, hlm. 5; Chu, 1992, hlm.1; Bompa, 1993). Ketika melihat kemampuan atlet lempar lembing jawa barat yang mempunyai bakat dan modal untuk berprestasi lebih tinggi lagi akan tetapi kelebihan yang ada belum dijadikan modakl untuk memaksimalkan hasil yang dicapai, maka itu semua menjadikan alasan diadakannya penelitian ini. Selain kelebihan yang ada pada diri atlet peneliti juga melihat kekurangannya dan semua hampir sama tidak memiliki power lengan yang maksimal. Sebagian atlet lempar lembing jawa barat banyak yang mengandalkan hanya kecepatan awalan saja, sebagiannya lagi hanya mengandalkan kekuatan dari tangan saja. Sedangkan yang diperlukan didalam cabor lempar lembing adalah kekuatan dan kecepatan (power). Power lengan adalah kunci pokok dimana seorang pelempar lembing bisa melempar dengan sejauh mungkin. Apabila seorang pelempar lembing belum memiliki power lengan yang bagus sampai kapan pun dia tidak akan bisa melempar dengan jauh. Ini sangat mempengaruhu prestasi atlet lempar lembing.

4 Latihan pull overpass memang sudah dikenal dan sering digunakan secara luas untuk meningkatkan daya ledak. Dalam memberikan program latihan hendaknya latihan yang dilakukan bersifat khusus, sesuai dengan sasaran yang akan dicapai. Latihan yang dilakukan untuk meningkatkan power lengan harus melibatkan otot-otot yang akan dikembangkan yaitu otot lengan serta sesuai dengan sistem energi yang digunakan dalam aktivitas tersebut. Tuntutan terhadap model latihan yang efektif dan efisien didorong oleh kenyataan atau gejala-gejala yang timbul dalam pelatihan. Beberapa alasan tentang pentingnya kebutuhan model latihan yang efisien menurut Lutan. (2007, hlm. 26) adalah 1) Efisiensi akan menghemat waktu, energi atau biaya, 2) Model efisien akan memungkinkan para siswa atau atlet untuk menguasai tingkat keterampilan yang lebih tinggi. Latihan pull overpass merupakan suatu model latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesegaran biomotorik atlet, termasuk kekuatan dan kecepatan yang memiliki aplikasi yang sangat luas dalam kegiatan olahraga, dan secara khusus latihan ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan power. Pada prinsipnya latihan pull overpass didasarkan pada prinsip pra peregangan otot yang terlibat pada saat tahap penyelesaian atas respon atau penyerapan kejutan dari ketegangan yang dilakukan otot sewaktu bekerja. Pada program latihan pull overpass ini dalam pelaksanaanya menggunakan alat-alat berupa bola medicine. Bentuk gerakan latihan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pull overpass. Bentuk latihan tersebut dipilih karena latihan tersebut melibatkan otot-otot yang terlibat dalam power lengan dan gerakannya hampir menyerupai melempar lembing. Kelebihan menggunakan model latihan pull overpass dengan bola medicine adalah gerak otot lengan yang luas dan fleksibilitas otot terbentuk, kekurangannya adalah atlet tidak bisa melakukan penambahan beban secara maksimal. Latihan pull over adalah suatu latihan yang menggunakan beban, baik latihan secara isometrik, secara isotonik maupun secara isokinetik. Latihan ini dilakukan dengan menggunakan beban berupa alat maupun berat badan atlet. Latihan pull over adalah suatu cara menerapkan prosedur tertentu secara sistematis pada berbagai otot tubuh. Pada program latihan pull over ini dalam pelaksanaannya menggunakan alat-alat berupa barbell atau beban yang telah

5 dikombinasikan menjadi alat khusus untuk latihan berbeban (weight training). Latihan dilakukan untuk meningkatkan power lengan harus pula ditujukan pada otot-otot secara khusus. Bentuk gerakan latihan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pull over. Bentuk latihan tersebut dipilih karena latihan tersebut melibatkan otot-otot yang terlibat dalam power otot lengan dan gerakannya hampir menyerupai gerakan melempar lembing adapun kelebihan menggunakan model latihan pull over menggunakan barbell adalah beban lebih bisa maksimal dibandingkan dengan menggunakan bola medicine. Kelemahannya adalah tidak luasnya gerak otot lengan dan fleksibilitas otot tidak terbentuk. Selama ini untuk meningkatkan power lengan seorang pelatih sering menggunakan model latihan pull overpass dan pull over akan tetapi dalam proses pelaksanaan dilapangan belum sepenuhnya menggambarkan latihan untuk meningkatkan power,. Banyak pelatih yang memberikan latihan pull over pass menggunakan bola medicine tidak disesuaikan atau dihitung terlebih dahulu berapa kekuatan atlet maksimal tetapi hanya melakukan lemparan dengan bola medicine seadanya dan banyak dilakukan dengan menggunakan 10 repetisi. Padahal yang sebenarnya adalah atlet meningkatkan power lengan menggunakan bola medicine, sebelumnya diukur terlebih dahulu seberapa kekuatan maksimalnya. Setelah dihitung kekuatan maksimalnya baru dihitung lagi berapa persen yang akan digunakan atlet tersebut. Alasannya adalah setiap atlet memiliki kekuatan yang berbeda beda tidak bisa disamakan antara atlet yang satu dengan yang lainnya. Sesuai dengan pendapat Harsono (2004. Hlm. 112) prinsip individualisasi yang artinya program atau pembebanan disesuaikan terhadap masing-masing atlet. Tidak jauh berbeda dengan meningkatkan power lengan menggunakan pull over. Atlet melakukan pengangkatan tanpa dihitung terlebih dahulu berapa kekuatan maksimalnya, hanya melakukan pengangkatan sebanyak 10 repetisi. Berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan. Yaitu atlet terlebih dahulu dites berapa kekuatan maksimalnya dan dihitung berapa persen yang akan digunakan. Dalam penyusunan program latihan, baik latihan pull overpass maupun latihan pull over perlu adanya pengkajian tentang kontraksi otot, dosis latihan yang meliputi beban latihan, jumlah set, irama, repetisi dan recovery. Karena unsur-

6 unsur tersebut sangat berpengaruh dan menentukan tercapainya suatu tujuan latihan. Sebagai contoh untuk meningkatkan kekuatan otot, maka memerlukan beban yang berat dengan repetisi yang sedikit, sebaliknya untuk daya tahan maka memerlukan beban yang ringan dengan repetisi yang banyak. Kedua model tersebut di atas, diperkirakan memiliki pengaruh terhadap power otot lengan. Namun untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dan membuktikan model mana yang lebih baik antara model latihan pull overpass dan pull over. Maka perlu diadakan penelitian mengenai pengaruh model latihan pull overpass dan pull over terhadap prestasi lempar lembing atlet Jawa Barat. Oleh karena itu perlu adanya penelitian dengan menggunakan model latihan pull overpass dan pull over serta pengaruhnya terhadap terhadap power lengan, yang selanjutnya akan dikembangkan dengan judul pengaruh latihan power lengan menggunakan model latihan pull overpass dan pull over terhadap prestasi lempar lembing atlet Jawa Barat B. Identifikasi Masalah Latihan pull overpass dan pull over memang sering digunakan secara luas untuk meningkatkan power. Dalam memberikan program latihan hendaknya latihan yang dilakukan bersifat khusus, sesuai dengan sasaran yang akan dicapai. Latihan yang dilakukan untuk meningkatkan power otot lengan harus melibatkan otot-otot yang akan dikembangkan yaitu otot lengan serta sesuai dengan sistem energi yang digunakan dalam aktivitas tersebut. Tuntutan terhadap model latihan yang efektif dan efisien didorong oleh kenyataan atau gejala-gejala yang timbul dalam pelatihan. Latihan pull overpass merupakan suatu model latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesegaran biomotorik atlet, termasuk kekuatan dan kecepatan yang memiliki aplikasi yang sangat luas dalam kegiatan olahraga, dan secara khusus latihan ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan power. Pada prinsipnya latihan pull overpass didasarkan pada prinsip pra peregangan otot yang terlibat pada saat tahap penyelesaian atas respon atau penyerapan kejutan dari ketegangan yang dilakukan otot sewaktu bekerja Harsono (2004. Hlm. 204). Sebagai model latihan fisik, latihan plyometric (pull overpass) dapat dibedakan menjadi tiga

7 kelompok latihan, yaitu : 1) Latihan untuk anggota gerak bawah, 2) Latihan untuk batang tubuh, dan 3) Latihan untuk anggota gerak atas. Latihan pull over adalah suatu latihan yang menggunakan beban. Latihan ini dilakukan dengan menggunakan beban berupa alat maupun berat badan atlet. Latihan berbeban adalah suatu cara menerapkan prosedur tertentu secara sistematis pada berbagai otot tubuh. Pada program latihan berbeban ini dalam pelaksanaannya menggunakan alat-alat berupa barbell atau beban yang telah dikombinasikan menjadi alat khusus untuk latihan berbeban (weight training). Latihan dilakukan untuk meningkatkan power lengan harus pula ditujukan pada otot-otot secara khusus. Bentuk gerakan latihan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pull over. Bentuk latihan tersebut dipilih karena latihan tersebut melibatkan otot-otot yang terlibat dalam power otot lengan dan gerakannya hampir sama dengan gerakan melempar lembing. Oleh karena itu power lengan yang dilatih menggunakan latihan pull overpass dan pull over diharapkan mampu untuk meningkatkan prestasi atlet lempar lembing. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah latihan power lengan menggunakan model latihan pull overpass memberi pengaruh yang signifikan terhadap prestasi lempar lembing atlet Jawa Barat? 2. Apakah latihan power lengan menggunakan model latihan pull over memberi pengaruh yang signifikan terhadap prestasi lempar lembing atlet Jawa Barat? 3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara latihan power lengan menggunakan model latihan pull overpass dan model latihan pull over terhadap prestasi lempar lembing atlet Jawa Barat? D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ingin mengetahui pengaruh model latihan pull overpass terhadap prestasi lempar lembing atlet Jawa Barat

8 2. Ingin mengetahui pengaruh model latihan pull over terhadap prestasi lempar lembing atlet Jawa Barat 3. Ingin mengetahui perbedaan pengaruh antara model latihan pull overpass dan model latihan pull over terhadap prestasi lempar lembing atlet Jawa Barat E. Manfaat Penelitian Penulis berpendapat bahwa penelitian ini sangat penting untuk dilakukan karena akan sangat memberikan manfaat yang besar bagi perkembangan keilmuan dalam rangka untuk meningkatkan prestasi olahraga. 1. Manfaat Secara Teoretis a) penelitian ini akan sangat membantu untuk perkembangan ilmu pengetahuan bagi pelatih, guru, atau para praktisi olahraga. b) Meningkatkan prestasi cabang olahraga atletik pada nomor lempar lembing. 2. Manfaat praktis a) Penelitian ini dapat menjadi alternatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi pelatih atau para praktisi olahraga. b) Pentingnya melakukan pembinaan dan pelatihan yang efektif dan efisien. F. Struktur Organisasi Tesis Bab I Pendahuluan. Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang masalah dan perumusan masalah, berupa isu dan fenomena yang terjadi dalam atletik nomor lempar lembing. Minimnya pemahaman pelatih, guru dan praktisi olahraga mengenai pentingnya pembinaan yang berkelanjutan. Dalam Bab ini pula dipaparkan mengenai tujuan dan manfaat dari dilakukannya penelitian ini, serta dampak jika hal ini terus dibiarkan. Bab II Landasan Teoretis, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis. Pada bab ini memuat tentang pembahasan secara teoritik mengenai variabel dan hal-hal yang berkaitan dan sangat menunjang pelaksanaan penelitian ini. Seperti kajian teori tentang: pentingnya pelatihan untuk meningkatkan power otot lengan

9 menggunakan model latihan plyometric dan weight training. Selain itu pada bab ini pun dicantumkan mengenai penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan apa yang akan diteliti. Kemudian kerangka pemikiran yang menyebabkan penelitian ini harus dilakukan berdasarkan latar belakang masalah dan kajian teoretis. Sedangkan hipotesis adalah jawaban sementara yang akan dicari kebenarannya melalui penelitian ini. Bab III Metode Penelitian. Pada bab ini berisi tentang metodologi penelitian yang mencakup: metode dan desain penelitian yang sesuai dengan karakteristik penelitian ini, partisipan yang terlibat dalam penelitian ini, populasi yang akan dijadikan sampel beserta teknik penyamplingan, instrumen yang dipergunakan dalam penelitian, prosedur pelaksanaan penelitian, serta bagaimana teknik pengolahan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Bab IV merupakan bagian pengolahan dan analisis data hasil penelitian yang terdiri dari, a) deskriptif data, b) hasil pengolahan analisis data terdiri dari; uji normalitas untuk mengetahui normal atau tidaknya data yang diambil, uji homogenitas untuk mengetahui homogen atau tidaknya data yang akan dianalisis, hasil pengujian hipotesis, apakah hasilnya sesuai dengan hipotesis atau tidak. Bab V merupakan bab terakhir dalam penelitian, yang menjelaskan tentang, a) simpulan, dan b) rekomendasi.