Manusia merupakan individu yang tidak dapat hidup sendiri. Ia memerlukan. berbagai macam kebutuhan untuk kelangsungan hidupnya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, agar memperoleh prestasi harus dilakukan

1. PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 mencantumkan bahwa siswa

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia. Melalui pendidikan, peserta didik dibina untuk. perubahan jaman, bahkan mampu mengendalikannya.

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan

I. PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam perkembangan selama ini SMP Negeri 1 Way Bungur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Sekolah merupakan wadah bagi peserta didik dalam menempuh

I. PENDAHULUAN. menjadi kegiatan pokok bagi setiap manusia beradap. Berhasil atau tidaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah elemen penting dalam menciptakan manusia-manusia yang

1. PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

I. PENDAHULUAN. secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap manusia. Tanpa adanya pendidikan, manusia tidak akan maju dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumberdaya

I. PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga,

I. PENDAHULUAN. dan berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas zaman. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas

I. PENDAHULUAN. pembelajaran di SMP Negeri 3 Jati Agung tahun ajaran untuk siswa

I. PENDAHULUAN. tujuan tertentu yang hendak dicapai. Proses itu merupakan tindakan konkrit

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan karena banyaknya siswa yang kurang disiplin di sekolah. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pendidikan sangat erat hubungannya dengan perkembangan suatu

ISTIQOMAH NIM:

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena

I. PENDAHULUAN. dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, sering

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Abdul Aziz SMP Negeri 2 Kota Tegal, Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik seorang siswa harus memiliki kemampuan Self management yang

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkunga.

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan pada bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

I. PENDAHULUAN. masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran dan latihan

BAB I PENDAHULUAN. seyogyanya dilakukan oleh setiap tenaga pendidikan yang bertugas di

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan profesionalisasi dan sistem menajemen tenaga kependidikan serta

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan banyak kegiatan yang sebenarnya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran IPS adalah membina anak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang harus dilewati bagi setiap orang di Indonesia untuk dapat

BAB I HAKEKAT BIMBINGAN DI SD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi masa depannya. Sasaran pendidikan yaitu memajukan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi-potensinya agar mencapai pribadi yang bermutu. Sekolah

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu negara sangatlah ditentukan oleh kualitas

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak dalam periode tertentu. Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

USAHA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA MELALUI SISTEM TUTORIAL DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. mendapat tempat terdepan dan terutama. Pendidikan merupakan faktor yang sangat esensial

BAB I PENDAHULUAN. sekolah adalah hasil belajar matematika. Pada umumnya, hasil belajar matematika

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pertama ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Motivasi erat kaitannya dengan hasil belajar yang dicapai siswa, semakin

anak didik selalu menjadi persoalan dalam proses pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, masing- masing dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7),

BAB I PENDAHULUAN. perubahan demi mencapai suatu keberhasilan. usaha, kemauan dan tekat yang sungguh-sungguh.

arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE QUANTUM LEARNING PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN

BAB I PENDAHULUAN. 2005: 11). Unsur-unsur dalam dakwah adalah subjek (da i), objek (mad u), materi,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia biasanya dilaksanakan di tingkat SMP dan SMA. Bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Kustanti Prasetyaningtyas SMP Negeri 1 Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik yang mempunyai latar belakang yang berbeda.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Adanya

PENINGKATAN KEDISIPLINAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEKNIK PERJANJIAN DAN PENGUATAN DIRI SISWA KELAS V SDN 1 TAWANG HARJO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Suasana belajar yang terkondisikan dengan baik antarsiswa akan menjadi

SUKMA WIDIASTO A SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. depan, seperti pendidikan formal di universitas mahasiswa diharapkan aktif, kunci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

I. PENDAHULUAN. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan tujuan, isi, dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN. gagasan dalam bentuk tulisan. Sejalan dengan pendapat Parera menulis

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. terhadap laju pendidikan di sekolah-sekolah, terutama di tingkat SMP dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Untuk menciptakan manusia yang berkualitas tentunya tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. menuntun pikiran dan perilaku seseorang. Dengan demikian, maka kecerdasan

Transkripsi:

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Manusia merupakan individu yang tidak dapat hidup sendiri. Ia memerlukan berbagai macam kebutuhan untuk kelangsungan hidupnya. Ngalim (2000:32) menyatakan bahwa manusia sebagai individu, hidup dalam suatu dunia yang bukan dirinya sendiri, tetapi yang mutlak diperlukan untuk hidupnya, untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, melangsungkan dan mengembangkannya, manusia membutuhkan makanan, udara, juga memerlukan persahabatan, ilmu pengetahuan, persekutuan dan kesusilaan. Berdasarkan keterangan di atas, kita dapat mengetahui bahwa manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan diantaranya adalah kebutuhan memperoleh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang belum diketahui manusia kemudian dengan usaha, dapat diketahui oleh manusia. Untuk memperoleh ilmu pengetahuan, manusia perlu belajar, contoh, mustahil manusia baru lahir kemudian bisa makan atau bisa memakai baju sendiri, semuanya itu perlu belajar. Jadi kehidupan manusia erat kaitannya dengan belajar, tanpa belajar maka binasalah ia.

3 Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa, kata belajar merupakan kata yang tidak asing bahkan sudah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal yaitu sekolah, namun banyak diantara kita yang belum memahami apa itu belajar. Wittaker dalam Djamarah (2008:12) menyatakan belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui pengalaman atau latihan. Jadi belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku pada diri kita, tentunya tingkah laku yang buruk menjadi baik. Kegiatan belajar dalam lingkup yang lebih sempit dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan akademik. Di sekolah, disamping banyaknya siswa yang berhasil secara gemilang dalam belajar, sering pula dijumpai adanya siswa yang gagal, seperti angka-angka rapor rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir dan sebagainya. Secara umum siswa-siswa yang seperti itu dipandang sebagai siswa yang mengalami masalah belajar. Secara lebih luas, masalah belajar memilki bentuk yang banyak ragamnya seperti: Keterlambatan akademik, ketercepatan dalam belajar, sangat lambat dalam belajar, kurang motivasi dalam belajar serta sikap dan kebiasaan belajar yang buruk dalam belajar yang ditujukkan dengan sikap suka menunda-nunda pekerjaan, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk halhal yang tidak diketahuinya, dan sebagainya. Sikap dan kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor yang penting dalam belajar. Sebagian dari hasil belajar ditentukan oleh sikap dan kebiasaan belajar

4 yang dilakukan oleh siswa dalam belajar. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan terdapat hubungan yang berarti antara sikap dan kebiasaan belajar dengan hasil belajar. Untuk mengungkap sikap dan kebiasaan yang lebih luas telah dikembangkan beberapa alat yang berupa Skala Sikap dan Kebiasaan Belajar. Salah satunya adalah yang paling populer ialah Survey of Study Habits and Atitudes (SSHA). Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan guru pembimbing, penulis mendapatkan data yang berkaitan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang kurang baik pada siswa kelas VIII, diantaranya seperti siswa kurang disiplin belajar, siswa sering menunda-nunda pekerjaan, siswa tidak mengerjakan tugas, siswa kesulitan dalam mengatur waktu belajar, siswa tidak memperhatikan guru saat belajar di kelas, siswa suka menyalin pekerjaan teman. Berdasarkan masalah-masalah yang dialami siswa kelas VIII, maka penulis perlu memberikan suatu layanan yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah sikap dan kebiasaan belajar siswa yang kurang baik menjadi sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Layanan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah layanan konseling kelompok. Layanan Konseling Kelompok merupakan layanan konseling perorangan yang dilaksanakan didalam suasana kelompok. Di sana ada konselor (yang jumlahnya mungkin lebih dari seorang) dan ada klien, yaitu para anggota kelompok (yang jumlahnya paling kurang dua orang). Di sana terjadi hubungan konseling dalam suasana yang diusahakan sama seperti dalam konseling perororangan, yaitu hangat, terbuka, permisif, dan penuh keakraban. Di mana ada juga pengungkapan masalah klien, penelusuran sebab-sebab timbulnya

5 masalah, upaya pemecahan masalah (jika p erlu dengan menerapkan metodemetode khusus) kegiatan evaluasi, dan tindak lanjut. Penggunaan layanan konseling kelompok dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu masalah siswa yang memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang kurang baik. Selain itu juga konseling kelompok dapat membantu para anggota kelompok belajar berkomunikasi dengan anggota-anggota yang lain secara terbuka, dengan saling menghargai dan menaruh perhatian. Pengalaman bahwa komunikasi demikian dimungkinkan, akan membawa dampak positif dalam kehidupan dengan orang-orang yang dekat di kemudian hari. 2. Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Ada siswa yang tidak mengumpulkan tugas tepat pada waktunya atau menunda-nunda pekerjaan, 2. Ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru saat belajar di dalam kelas, seperti mengobrol dengan teman sebangkunya, 3. Ada siswa yang tidak memilki minat belajar seperti suka bermain dari pada belajar dan tidak memilki jadwal belajar, 4. Ada siswa yang kurang berani mengemukakan pendapatnya di kelas, 5. Ada siswa yang suka melamun dan kurang berhati-hati mengerjakan tugas.

6 3. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, maka pembatasan masalah penelitian ini adalah penggunaan layanan konseling kelompok dalam membentuk sikap dan kebiasaan belajar yang baik pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2010/2011. 4. Perumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini adalah sikap dan kebiasaan belajar yang tidak baik maka permasalahannya adalah apakah sikap dan kebiasaan belajar yang baik dapat dibentuk menggunakan konseling kelompok pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2010/2011?. B. Tujuan, Manfaat dan Ruang lingkup Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pembentukan sikap dan kebiasaan belajar yang baik menggunakan konseling kelompok pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Gadingrejo tahun pelajaran 2010/2011.

7 2. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dapat dillihat dari segi teoritis dan praktis, yaitu sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan penulis dalam bidang penelitian. b. Mengembangkan konsep ilmu pada jurusan bimbingan konseling khususnya dalam pemberian layanan melalui layanan konseling kelompok. 2. Manfaat Praktis a. Bahan informasi tentang sikap dan kebiasaan belajar yang baik. b. Bahan Informasi bagi guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok. 3. Ruang Lingkup Penelitian Peneliti membatasi ruang lingkup penelitian ini agar penelitian ini lebih jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan, diantaranya adalah: 1. Ruang lingkup ilmu Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu bimbingan dan konseling. 2. Ruang lingkup objek Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah mengenai sejauh mana sikap dan kebiasaan belajar yang baik dapat dibentuk menggunakan konseling kelompok.

8 3. Ruang lingkup subjek Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Gadingrejo. 4. Ruang lingkup wilayah Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 2 Gadingrejo. 5. Ruang lingkup waktu Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun 2010/2011 C. Kerangka Pikir Berdasarkan pada latar belakang masalah, peneliti menemukan masalah belajar yang dialami oleh para siswa di SMP Negeri 2 Gadingrejo. Masalah belajar yang dialami siswa berkaitan dengan belum terbentuknya sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Prayitno (1994:286-287) Siswa yang memilki masalah sikap dan kebiasaan belajar yang kurang baik memerlukan bantuan untuk mampu melihat secara kritis sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan belajar yang mereka miliki. Melalui bantuan itu mereka diharapkan dapat menemukan kelemahan-kelemahan mereka dalam belajar, dan selanjutnya berusaha mengubah atau memperbaiki kelemahan-kelemahannya itu. Prayitno (1999:280) menyatakan bahwa siswa yang memilki sikap dan kebiasaan yang tidak baik merupakan masalah belajar bagi siswa, karena akan mempengaruhi hasil belajarnya. Berkaitan dengan ini, perlu adanya usaha layanan yang diberikan untuk siswa baik dari keluarga, guru dan konselor. Guru dan konselor dapat memberikan rancangan layanan bimbingan belajar bagi siswa yang memerlukannya, baik layanan individual maupun kelompok, baik dalam bentuk penyajian klasikal, kegiatan kelompok belajar,

9 bimbingan/konseling kelompok atau individual atau kegiatan lainnya. Layanan yang materinya lebih banyak menyangkut penguasaan bahan pelajaran menuntut peran guru lebih besar, sedangkan pelayanan yang menuntut pengembangan motivasi, minat, sikap dan kebiasaan belajar menuntut lebih banyak konselor. Berdasarkan penjelasan teori di atas, maka dapat diketahui bahwa layanan konseling kelompok dapat digunakan untuk mengubah sikap dan kebiasaan belajar yang tidak baik menjadi baik. Layanan konseling kelompok merupakan layanan konseling individual yang dilakukan dalam suasana kelompok. Pelaksanaan layanan konseling kelompok dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mencari sebab sebab timbulnya sikap dan kebiasaan belajar yang tidak baik serta membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Teori yang dapat digunakan untuk memeperkuat teori di atas adalah teori tentang pembentukan dan perubahan sikap. Teori yang dikembangkan oleh Gerungan (2000:155-156) ini menyatakan bahwa pembentukan dan perubahan sikap dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern, yaitu: Faktor intern erat hubungannya dengan motif-motif dan sikap yang bekerja didalam diri kita pada waktu itu, dan yang mengarahkan minat perhatian kita terhadap obyek-obyek tertentu. Dalam faktor ekstern sikap dapat dibentuk dan dapat diubah dalam interaksi kelompok, dimana terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia karena komunikasi, dimana terdapat pengaruh (hubungan) langsung dari satu pihak saja. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa pembentukan sikap dipengaruhi oleh faktor intern yaitu berkaitan dengan minat seseorang terhadap objek yang diamatinya dan dipengaruhi oleh faktor ekstern yaitu melalui interaksi kelompok. Dalam konseling kelompok terdapat interaksi kelompok antar peserta konseling.

10 Sikap dan Kebiasaan Belajar yang tidak baik Konseling Kelompok. Sikap dan Kebiasaan Belajar yang baik Gambar 1.1. Kerangka Pikir Penelitia D. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya. Dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan penulis adalah: 1. Ha : Sikap dan kebiasaaan belajar yang baik dapat dibentuk dengan menggunakan konseling kelompok. 2. Ho : Sikap dan kebiasaan belajar yang baik tidak dapat dibentuk dengan menggunakan konseling kelompok.