PERENCANAAN BISNIS JAMUR

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

JAMUR KAYU SUMBER PANGAN SEHAT DARI HUTAN. Sihati Suprapti dan Djarwanto

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

I. PENDAHULUAN. menempati posisi penting dalam memberikan kontribusi bagi perekonomian

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PELUANG BISNIS JAMUR

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dengan kekuasaan dan kehendak-nya telah menumbuhkan. berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini yang di dalamnya

I. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

I. PENDAHULUAN. perekonomian yang seimbang, yang memiliki sektor industri yang kuat

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. fotosintesis. Oleh karena itu, didalam pertumbuhannya jamur memerlukan zat-zat

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sisa produksi dari pabrik maupun rumah tangga yang sudah tidak dimanfaatkan.

BUDIDAYA JAMUR KAYU JENIS JAMUR YANG ADA DI PASARAN 13/12/2013 PENDAHULUAN

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar.

BAB 2 PRODUK 2.1 Spesifikasi Produk Tabel 2.1 Kandungan Gizi JamurTiram No Komposisi Dalam %

BAB I PENDAHULUAN. bagi pertumbuhan ekonomi negara, baik negara berkembang maupun negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. dikonsumsi. Jenis jamur tiram yang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

PEMANFAATAN AIR KELAPA SEBAGAI MEDIA TANAM BIAKAN MURNI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dalam mendukung perekonomian, sehingga bidang pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, mengingat. pentingnya kebutuhan pangan untuk mencapai angka kecukupan gizi.

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasi dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA JAMUR TIRAM PUTIH

BAB I PENDAHULUAN. lemak. Selain itu jamur juga banyak membutuhkan peluang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari melalui hortikultura. Hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. semua lapisan masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk yang menguntungkan kan adalah jamur konsumsi. konsumsi atau sering dikenal dengan istilah mushroom merupakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. mengkomsumsi jamur (sebagai bahan pangan maupun bahan baku obat-obatan).

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit, cacat janin, kematian, bahkan. pemutusan mata rantai kehidupan suatu organisme. Limbah merupakan dapat

Pengembangan Media Dasar Jerami untuk Pertumbuhan dan. Produktifitas Jamur Merang (Volvariella Volvaceae) dengan

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

merang terutama selulosa (Subaryanto, 2011). Bersumber dari pernyataan tersebut, sangat mungkin sekali mengganti media tumbuh jamur merang yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya pada bidang usaha. Indonesia sedang melakukan terobosan baru

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN MANAJEMEN RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH USAHA MILIK BAPAK SUKAMTO DI DESA CIPAYUNG, KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. khasiat obat ini antara lain jamur tiram (Pleurotus sp.), jamur kuping (Auricularia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

I. PENDAHULUAN. merupakan sumber protein dan mineral yang baik, dengan kandungan kalium,

VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama yang bersifat rohmatan lil alamin, memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

Pelatihan Pengolahan Aneka Masakan dari Bahan Jamur Tiram Segar

PENDAHULUAN. USAHAI b IKK JAMUR TIRAM

Tahun Bawang

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

ANALISIS SISTEM TATANIAGA JAMUR TIRAM PUTIH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK BUDIDAYA JAMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

Transkripsi:

KARYA ILMIAH DISUSUN OLEH: Nama : Relly Puspita NIM : 10.11.4587 Kelas : S1 TI 2N STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011

ABSTRAK Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian mata pencaharian penduduknya adalah petani. Sektor pertanian juga merupakan salah satu sektor penting yang mendukung perekonomian Indonesia. Dalam membangun perusahaan yang baik, Perencanaan bisnis yang jelas dan realitas diperlukan agar wirausahawan dapat secara konsisten menjalankan dan mengembangkan bisnis. Untuk menunjang perencanaan agar sesuai dengan yang diharapkan, dengan menganalisa kuantitatif yang akan membahas pengukuran kinerja perusahaan secara nominal melalui keuangan. Dalam perencanaan pemasaran, perusahaan menguji kelayakan investasi usaha dengan mengukur potensi pasar jamur di berbagai wilayah. Banyak jenis jamur yang diminati konsumen yaitu jamur merang (Volvariella volvaceae), jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), jamur kuping (Auricularia polytricha), champignon (Agaricus bisporus), dan shiitake (Lentinus edodes). Dari kelima jenis jamur tersebut, jamur mernglah yang banyak di usahakan petani karena lebih mudah di budidayakan dan siklus hidupnya pendek. Misal di wilayah Jawa Barat permintaan jamur merang sebesar 20.212.750 kg/tahun dan pasokan jamur merang untuk wilayah jawa barat sebesar 15.337.250 kg/tahun, menunjukkan bahwa usaha budidaya jamur merang layak untuk dikembangkan ditinjau dari aspek pemasaran. Dalam perencanaan keuangan, perusahaan menguji kelayakan investasi usaha dengan menggunakan metode capital budgeting yang terdiri atas payback period, net present value NPV), dan internal rate of return (IRR). Dengan kebutuhan modal awal sebesar Rp43.920.000,- akan mencapai Payback Period setelah 2,45 tahun, dengan NPV bernilai Rp46.277.259,- dan IRR sebesar 48% maka usaha budidaya jamur merang layak untuk dikembangkan ditinjau dari aspek keuangan.

ISI KARYA ILMIAH Menurut H.M Kudrat Slamet, Ketua Umum Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia (MAJI), jenis jamur yang diminati konsumen yaitu jamur merang (Volvariella volvaceae), jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), jamur kuping (Auricularia polytricha), champignon (Agaricus bisporus), dan shiitake (Lentinus edodes). Dari kelima jenis jamur tersebut, jamur meranglah yang banyak diusahakan petani. Sebab, dibanding jenis jamur lainnya, jamur merang lebih mudah dibudidayakan, dan siklus hidupnya pendek hanya satu bulan. Berikutnya adalah jamur tiram putih. Produksi jamur yang pengembangannya mulai dirintis sejak 1997-an itu, sekitar 30% dari total produksi jamur Indonesia. Jamur kayu yang banyak dibudidayakan di daerah berketinggian 800 1.300 m di atas permukaan laut ini mempunyai siklus hidup 5 bulan, dengan masa panen 4 bulan. Tinggal Pilih Petani jamur merang banyak dijumpai di dearah dataran rendah, seperti di Pantura (Pantai Utara Jawa). Khususnya di Jabar, sentra produksi jamur merang dapat ditemui di Bekasi, Karawang, Subang, dan Cirebon. Sementara sentra jamur tiram putih berada di Kabupaten Bandung (Cisarua, Lembang, Ciwidey, Pangalengan), Bogor, Sukabumi, Garut, dan Tasikmalaya. Di luar Jabar terdapat di Sleman, Yogyakarta, dan Solo. Untuk jamur kuping, bisa dijumpai di Jateng (Ambarawa dan Yogyakarta), serta di Ciwidey. Walupun belum banyak, pelaku usaha jamur champignon, alias jamur kancing, dapat dijumpai di Bumiayu (Jateng) dan Randutatah, Malang (Jatim). Untuk jamur shiitake, contoh pelaku usahanya berada di Cibodas Lembang dan Malang. Champignon dan shiitake lebih banyak dihasilkan oleh perusahaan besar, lantaran diproduksi untuk olahan (kalengan). Sementara jamur merang, jamur tiram putih, dan jamur kuping, lebih merakyat, sehingga banyak dipilih untuk diusahakan. Bernilai Plus Keinginan masyarakat untuk mengonsumsi jamur terus meningkat. Salah satunya dapat dilihat dari kreatifitas para pedagang, yang sebelumnya hanya menjajakan jamur segar, sekarang sudah merambah ke olahan, seperti memproduksi keripik jamur. Kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi jamur berpengaruh positif terhadap permintaan pasokan. Permintaan jamur terus meningkat, berapapun yang diproduksi oleh petani habis terserap. Konsumen menyadari bahwa jamur bukan sekadar makanan, tapi juga mengandung khasiat obat. Jamur mudah dicerna dan dilaporkan berguna bagi para penderita penyakit tertentu. Jamur merang misalnya, berguna bagi penderita diabetes dan penyakit kekurangan darah. Memang, setiap jenis jamur mengandung khasiat obat tertentu. Jamur mempunyai nilai gizi tinggi, terutama kandungan proteinnya sekitar 15% 20% (bobot kering),daya cernanya pun tinggi, 34% 89%. Kelengkapan asam amino yang dimiliki jamur lebih menentukan mutu gizinya. Kandungan lemak cukup rendah, antara 1,1% 9,4% (bobot kering), berupa asam lemak bebas mono ditriglieserida, sterol, dan fosfolipida.

PRODUKSI Sampai saat ini jamur lebih banyak diproduksi di Jawa. Berdasar data MAJI, setiap hari Jabar memproduksi 15 20 ton jamur merang dan 10 ton jamur tiram. Sementara jamur kuping, dengan sentra utama Jateng, setiap hari memproduksi 1 ton. Disusul jamur shiitake dengan produksi 500 kg/hari.sebagian besar produksi jamur dipasarkan dalam bentuk segar. Kota-kota besar menjadi tujuan pasar utama jamur selama ini. Pasar Jakarta misalnya, dipasok dari Karawang, Bandung, Bogor, dan Sukabumi. Dari Cisarua Bandung saja, setiap hari, tidak kurang dari 3 ton jamur tiram masuk Jakarta. Misa memprediksi, kebutuhan pasar Jakarta terhadap jamur merang sekitar 15 ton/hari. Sementara Karawang baru mampu memasok 3 ton. Untuk jamur kuping terutama diserap pasar Jateng, lantaran banyak dibutuhkan industri jamu. Walau demikian, jamur kuping dari Jateng pun masuk Bandung, sehari tidak kurang dari 200 kg. Selain dijual segar, sebagian pelaku usaha melakukan diversifikasi produk dengan memproduksi keripik dan tepung. Harga Stabil Dibanding komoditas lain, harga jamur terbilang stabil. Mungkin lantaran jamur bukan komoditas pokok seperti beras, cabai, maupun bawang merah. Dalam dua minggu pertama September, harga jamur merang di tingkat petani Rp9.000 Rp10.000/kg (BEP Rp6.000/kg). Selisih harga di tingkat pengumpul lebih tinggi Rp3.000 Rp4.000/kg. Di pasar, harganya menjadi Rp15.000 Rp20.000/kg. Karena rantai tataniaganya cukup panjang, selama ini keuntungan dari bisnis jamur merang lebih banyak dinikmati para pengumpul. Kalau jamur tiram, keuntungannya lebih banyak dinikmati oleh petani. Pengumpul paling memperoleh keuntungan Rp1.000 Rp2.000/kg. Harga jamur tiram di tingkat petani pada kurun waktu yang sama rata-rata Rp5.300/kg (BEP Rp4.000/kg). Di pasar induk Rp6.000/kg (subuh) dan di pasar kecil Rp10.000/kg. Harga jamur kuping basah di tingkat petani rata-rata Rp6.000/kg. Di pasar Rp8.000/kg. Sedangkan jamur kuping kering berkisar Rp35.000 Rp50.000/kg. Menurut Adi, untuk menghasilkan sekilo jamur kuping kering diperlukan 6 kg yang basah. Kendati harganya cukup menggiurkan, ada saat dimana jamur segar kurang laku, yaitu 1 2 minggu setelah Lebaran. Usaha Sarana Selain mengandalkan penjualan jamur segar, beberapa petani jamur memilih menjual bibit botolan dan baglog. Kudrat, yang juga pemilik perusahaan jamur CV. Citi Mandiri di Ciasura Bandung, selain memproduksi jamur tiram, juga menjual bibit dan baglog. Dari 15 kumbung yang diusahakan, setiap hari ia memproduksi 10.000 baglog dan bibit botolan. Demikian pula Adiyuwono yang mulai merintis usaha sejak 2003. Setiap bulan ia memproduksi 100 ribu baglog, 10 40% diantaranya untuk jamur kuping. Sementara produksi bibitnya sebanyak 30.000 botol/bulan. Bibit ia jual Rp4.000 Rp5.000/botol. Sedangkan baglog jamur tiram dijual Rp1.600 dan Rp1.400 untuk baglog jamur kuping. Selain diserap petani di Jawa, bibit itu dilempar sampai ke Sumatera dan Kalimanatan. Hal serupa dilakukan juga Jemy Susanto, pemilik perusahaan Jamur Agro Lestari di Solo. Setiap bulan ia memproduksi bibit F2 1.000 botol dan 20.000 baglog. Bibit dan baglog ini ia pasarkan hingga ke luar Jawa. Jemy mematok harga bibit Rp59.000 untuk Jawa dan Rp69.000 luar Jawa. Berdasar data MAJI, omzet

perdagangan media tanam mencapai Rp 4,4 miliar/tahun. Sedangkan omzet perdagangan bibit mencapai Rp 750 juta setahun. Adapun omzet perdagangan jamur segar mencapai Rp 17,3 miliar/tahun. KHASIAT JAMUR 1. Jamur Merang Mengandung antibiotik yang berguna untuk pencegahan penyakit anemia, menurunkan darah tinggi, dan pencegahan penyakit kanker. Eritadenin dalam jamur merang dikenal sebagai penawar racun. 2. Jamur Tiram Sumber protein nabati yang tidak mengandung kolesterol dan mencegah timbulnya penyakit darah tinggi dan jantung, mengurangi berat badan, dan diabetes. Kandungan Vit. B-komplek tinggi, dapat menyembuhkan anemia, anti tumor, dan mencegah kekurangan zat besi. 3. Jamur Kuping Lendirnya berkhasiat menetralkan racun yang terdapat dalam bahan makanan, sirkulasi darah lebih bebas bergerak dalam pembuluh jantung. 4. Jamur Champignon Sumber protein nabati, mengurangi risiko penyumbatan pembuluh darah koroner pada penderita penyakit hipertensi dan jantung akibat kolesterol. Dimanfaatkan sebagai bahan baku kosmetik dan formula obat penghalus kulit. 5. Jamur Shiitake Meredakan efek serangan influenza, menghambat pertumbuhan sel kanker, leukemia, dan rheumatik. Enzim-enzim yang terkandung di dalam shiitake dapat memproduksi asam amino tertentu yang mampu mengurangi kadar kolesterol dan menurunkan tekanan darah. Jamur ini pun dipercaya sebagai aprodisiak. RAHASIA BUKA USAHA Jangan hanya menghitung keuntungan, tapi Anda mesti memahami segala risiko usaha. Bila ada pesaing atau kegagalan di atas standar, dengan efisiensi, asset bisa diamanan. Agar untungnya tinggi, upayakan agar kontaminasi tidak lebih dari 10%. Hati-hati menggunakan bahan untuk media tumbuh karena bisa mengundang hama penyakit. Hindari penggunaan pestisida. Untuk pengadaan bahan cari 3 M: murah, mudah, dan hasilnya maksimal. Manfaatkan sumber bahan yang ada di wilayah masing-masing (jerami, tongkol jagung, limbah sawit, eceng gondok, serbuk gergaji, polard). Tiap daerah potensial mengembangkan cara-cara budidaya yang kondisional. Sebab dengan cara yang khas akan memperoleh biaya produksi lebih murah. Bisnis jamur mempunyai tahapan budidaya: membuat serbuk, mengukus, memasukan bibit (inokulasi), inkubasi, penumbuhan, panen, pasca panen. Kelalaian di setiap tahapan mesti segera diperbaiki. Untuk mempercepat putaran uang, di luar budidaya, lakukan juga bisnis bibit. DAFTAR PUSTAKA : http://agribisnis-indonesia.blogspot.com/2007/11/bisnis-jamur-bikin-tergiur.html http://manajemen.fe.unpad.ac.id/upload/file/defana-rezky_12031006002_kewirausahaan.pdf