KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor. 333/ Kpts-II/1999 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN DAN PENGAMANAN BATAS HUTAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR. P.47/Menhut -II/2010 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN. NOMOR : 900/Kpts-II/1999 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR : 900/Kpts-II/1999 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.25/Menhut -II/2014 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 399/Kpts-II/1990 TENTANG PEDOMAN PENGUKUHAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor P.93/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN

Draft 0 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. /Menhut -II/2014 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor: P.50/Menhut-II/2011 P. /Menhut II/2011 TENTANG PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 317/KPTS-II/1999 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 44/Menhut-II/2012 TENTANG PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 19 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENATAAN BATAS KAWASAN HUTAN DI JAWA BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 50/Menhut-II/2009 TENTANG PENEGASAN STATUS DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.62/Menhut-II/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 865/KPTS-II/1999 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 613/Kpts-II/1997 TENTANG PEDOMAN PENGUKUHAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PERAIRAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BUPATI LAMPUNG BARAT

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 677/KPTS-II/1998 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN. Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 677/Kpts-II/1998 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 063/KPTS-II/2000 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM Nomor : P. 01/IV- SET/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 03 TAHUN 2005 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 100/Kpts-II/2003 TENTANG. PEDOMAN PEMANFAATAN SARANG BURUNG WALET (Collocalia spp) MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 44 TAHUN 2005 TENTANG

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 146 Tahun 1999 Tentang : Pedoman Reklamasi Bekas Tambang Dalam Kawasan Hutan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.29/Menhut-II/2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 578 /KPTS/013/2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.43/Menhut-II/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

NOMOR 18 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor: 70/Kpts-II/2001. Tentang PENETAPAN KAWASAN HUTAN, PERUBAHAN STATUS DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /296/ /2010

MENTERI KEHUTANAN, MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Tukar Menukar. Kawasan. Hutan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2002 TENTANG DANA REBOISASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.23/Menhut-II/2007 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi.

2014, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.64/Menhut-II/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.1/Menhut-II/2015 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 32/Kpts-II/2001. Tentang : Kriteria Dan Standar Pengukuhan Kawasan Hutan

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: /87/KEP/ /2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 335/KPTS-II/1997 TENTANG RENCANA KARYA PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI (RKPHTI) MENTERI KEHUTANAN,

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP)

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 47 TAHUN 2001

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2002 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 728/Kpts-II/1998

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 23/Menhut-II/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 19/Menhut-II/2011 TENTANG PENATAAN BATAS AREAL KERJA IZIN PEMANFAATAN HUTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 28/Menhut-II/2009 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.382/Menhut-II/2004 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU (IPK) MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 17/Menhut-II/2010 TENTANG PERMOHONAN, PEMBERIAN, DAN PENCABUTAN IZIN PENGUSAHAAN TAMAN BURU

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 70 tahun KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor: 70/Kpts-II/2001. Tentang

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

2011, No Mengingat Pengukuran dan Penataan Batas Areal Kerja Hak Pengusahaan di Bidang Kehutanan perlu disesuaikan dengan ketentuan perundang-un

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL INVENTARISASI DAN TATA GUNA HUTAN No. 12/Kpts/VII-1/1992. Tentang PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN REKONSTRUKSI BATAS HUTAN

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188 / 193 / KPTS / 013 / 2008 TENTANG

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 32/Kpts-II/2001 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 58/Menhut-II/2009. Tentang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

GUBERNUR JAWA TENGAH, PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DI WILAYAH PROVINSI JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PINJAM PAKAI BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor. 333/ Kpts-II/1999 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN DAN PENGAMANAN BATAS HUTAN Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1970 telah ditetapkan ketentuan-ketentuan mengenai perencanaan hutan dan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 telah ditetapkan ketentuan-ketentuan mengenai pertindungan hutan ; b. bahwa dalam rangka menjaga dan mempertahankan kepastian hukum atas kawasan hutan tersebut secara terus menerus perlu dipelihara dan diamankan; c. bahwa berhubung dengan itu dipandang perlu untuk menetapkan pedoman mengenai pemeliharaan dan pengamanan batas hutan dengan keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan. Mengingat : 1. Undang-undang No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria; 2. Undang-undang No 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan; 3. Undang-undang No 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintah di Daerah; 4. Undang-undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 5. Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 1970 tentang Perencanaan Hutan; 6. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1985 tentang perlindungan Hutan ; 7. Peraturan Pemerintah No 36. Tahun 1986 tentang Perusahaan Umum Kehutanan (Perum Perhutani); 8. Peraturan Pemerintah No 6 taun 1988 tentang Koordinasi Instansi Vertikal di Daerah; 9. Peraturan Pemerintah No 62 tahun 1988 tentang penyerahan sebahagian urusan pemerintah di bidang Kehutanan kepada daerah; 10. Peraturan Pemerintah No 68 tahun 1988 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam; 11. Peraturan Pemerintah No 6 tahun1999tentang Pengusahaan hutan dan Pemungutan Hasil Hutan pada Hutan Produksi; 12. Keputusan Presiden No 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN DAN PENGAMANAN BATAS HUTAN

Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Pemeliharaan tanda batas adalah kegiatan yang dilaksanakan sacara berkala dengan tujuan untuk menjaga agar keadaan batas sacara teknis tetap baik. 2. Pengamanan batas hutan adalah kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus untuk menjaga agar keadaan batas terpelihara dan terhindar dari kerusakan dan hilangnya tanda batas. 3. Berita Acara Pemeliharaan Tanda Batas adalah berita acara hasil pekerjaan yg disusun oleh Tim Pelaksana yg dilampiri peta hasil pemeriksaan batas/pemeliharaan batas. 4. Batas hutan adalah batas kawasan hutan maupun batas fungsi hutan dan batas areal suatu hak pengusahaan yang ditetapkan oleh Menteri. 5. Batas kawasan hutan adalah batas antara kawasan hutan dengan kawasan lain yang bukan kawasan hutan, termasuk batas enclave yang berada didalam kawasan hutan. 6. Batas fungsi hutan adalah batas yg memisahkan fungsi hutan dlm suatu kawasan hutan. 7. Batas areal pengusahaan hutan adalah batas areal kerja Hak Pengusahaan Hutan Alam dan Pengusahaan Hutan Tanaman, Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Pariwisata Alam, Hak Pengusahan Taman Buru dan Hak-hak pengusahaan lainnya yang ditetapkan oleh Menteri. 8. Batas Zonasi adalah batas peruntukan dalam Taman Nasional yang terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba dan zona lain yang ditetapkan Menteri. 9. Batas Blok Pengelolaan adalah batas blok peruntukan dalam Taman Wisata Alam dan Taman Hutan Raya dan Taman Buru yang terdiri dari Blok pemanfaatan dan blok perlindungan. 10. Hasil penataan batas adalah hasil pelaksanaan tata batas yang berujud rintis batas, pal batas, dan tanda batas lainnya yang dilengkapi dengan Berita Acara Tata Batas. 11. Rekonstruksi batas adalah pengukuran dan pemasangan batas serta pembuatan proyeksi batas ulang dengan maksud mengembalikan letak tanda batas dan garis batas sesuai dengan posisi pada peta tata batasnya. 12. Pal batas hutan adalah suatu tanda batas tetap dengan ukuran tertentu yang dibuat dari bahan beton bertulang atau kayu kelas I/II atau tanda batas lainnya sesuai ketentuan standar yang dipasang sepanjang batas hutan. 13. Pengelola kawasan hutan adalah instansi yang diberi wewenang untuk mengelola suatu kawasan hutan. 14. Batas Pinjam Pakai Kawasan adalah batas yang memisahkan antara kawasan hutan dengan areal hutan dengan yang dipinjampakaikan. 15. Yang dimaksud dengan Menteri dalam Keputusan ini adalah Menteri Kehutanan dan Perkebunan. BAB II DASAR DAN TUJUAN Pasal 2 Pemeliharaan dan pengamanan batas hutan didasarkan pada hasil penataan batas kawasan hutan, Hak Pengusahaan Hutan Alam dan Hak Pengusahaan Hutan Alam dan

Pengusahaan Hutan Tanaman, Hak Pengusahaan Pariwisata Alam atau Hak Pengusahaan Hutan Taman Buru dan hak pengusahaan lainnya yang ditetapkan oleh Menteri. Pasal 3 Pemeliharaan dan pengamanan batas hutan bertujuan untuk menjaga agar letak, posisi dan kondisi batas hutan tetap dalam keadaan baik, sehingga kepastian hukum kawasan hutan tetap terjamin. BAB III KEGIATAN PEMELIHARAAN DAN PENGAMANAN BATAS HUTAN Pasal 4 (1) Pemeliharaan dan pengamanan batas dilakukan terhadap batas-batas hutan. (2) Pemeliharaan dan pengamanan batas hutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) antara lain dilakukan terhadap batas hutan, batas zonasi Taman Nasional batas blok Taman Wisata Alam, batas zonasi. (3) Taman Nasional batas blok Taman Wisata Alam, batas blok Taman Buru, batas Taman Hutan Raya batas kawasan hutan yang dipinjam pakaikan, batas areal kerja Hak Pengusahaan Hutan, Hak Pengusahaan Pariwisata Alam, Hak Pengusahaan Taman Buru dan hak pengusahaan lainnya yang ditetapkan oleh Menteri. Pasal 5 (1) Pemeliharaan dan pengamanan batas hutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 meliputi: a. pemeliharaan dan pengamanan rintis batas; b. pemeliharaan dan pengamanan pal batas; c. pemelihaaraan dan pengamanan tanda batas lainnya. (2) Pemeliharaan dan pengamanan rintis batas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, dimaksud kan agar pal batas dapat berfungsi sebagai jalan inspeksi atau penghubung antara pal batas satu dengan yang lainnya. (3) Pemeliharaan dan pengamanan pal batas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, dimaksudkan agar pal batas dapat berfungsi sebagai acuan posisi terhadap adanya gangguan pada kawasan hutan. Pasal 6 Tanggung jawab pemeliharaan dan pengamanan batas hutan berada pada :

a. Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Dati I untuk batas hutan lindung, hutan produksi yang tidak dibebani hak pengusahaan, dan Taman Hutan Lindung, hutan produksi yang tidak dibebani hak pengusahaan, dan Taman Hutan Raya termasuk batas bloknya yang tidak dibebani hak pengusahaan.. b. Direksi Perum Perhutani untuk batas hutan lindung, hutan produksi yang berada diwilayah kerjanya. c. Kepala Balai Konservasi Sumber daya Alam/Kepala Unit Balai K~HServasi Sumber Daya Alam untuk batas-batas hutan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam (kecuali Taman Nasional), Taman Buru, batas blok pemanfaatan dan blok perlindungan pada Taman Wisata Alam dan Taman Buru yang dibebani hak pengusahaan. d. Kepala Taman Nasianal untuk batas Taman Nasional dan batas Zonasi yang tidak dibebani hak pengusahaan. e. Pengelola kawasan hutan dengan fungsi khusus misalnya Pusat Latihan Gajah, Penelitian dan lain-lain untuk batas pengelolaannya. f. Pemegang Hak Pengusahaan Hutan Alam dan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman, Hak Pengusahaan Pariwisata Alam, Hak Taman Buru dan Hak pengusahaan lainnya untuk batas areal kerjanya serta Pemegang Hak Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk areal hutan yang dipinjampakaikan. BAB IV PROSEDUR DAN TATA KERJA PEMELIHARAAN DAN PENGAMANAN BATAS HUTAN Pasal 7 (1) Pemeliharaan dan pengamanan batas hutan dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut: a. Persiapan yang dimulai dari penyusunan rencana kerja, penyiapan peta dan intruksi kerja; b. Pelaksanaan kegiatan di lapangan; c. Pembuatan dan penandatangana Berita Acara Pemeliharaan dan Pengamanan Batas Hutan. (2) Berita Acara Pemeliharaan dan Pengamanan Batas Hutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c, dibuat dan ditandatangani oleh penanggung jawab sebagaiman~ dimaksud dalam Pasal 6 dan diketahui oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan dan Perkebunan.

(3) Berita Acara Pemeliharaan dan Pengamanan Batas Hutan yang telah ditandatanganl oleh penanggung jawab dan diketahui oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan dan Perkebunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) menjadi dasar pemeliharaan dan batas hutan selanjutnya. Pasal 8 (1) Pemeliharaan dan pengamanan batas hutan dilaksanakan : a. Sekurang-kurangnya sekali dalam 3 (tiga) tahun. b. Untuk areal hak pengusahaan dapat dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali datam 1 (satu) tahun, c. Secara terus menerus pada wilayah-wilayah tertentu yang dianggap rawan perambahan kawasan hutan. (2) Batas hutan yang tidak dapat berfungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal3 diusulkan untuk direkonstruksi batas. (3) Petunjuk teknis pemeliharaan dan pengamanan batas hutan serta rekonstruksi batas diatur lebih lanjut oleh Kepala Badan Planologi Kehutanan dan Perkebunan. BAB V PELAPORAN Pasal 9 (1) Dari hash pelaksanaan pemeliharaan dan pengamanan batas hutan sebaaaimana yang dimaksud dalam pasal4 dan pasal 5, Kepala Instansi pengelola, Pimpinan Perusahaan pemegang Hak Pengusahaan dan Peminjam pakai kawasan hutan wajib membuat laporan. (2) Laporan yang dimaksud dalam ayat (1) sesuai dengan substantif penanggung jawab finansialnya disampaikan kepada : a. Kepala Badan Planologi Kehutanan dan Perkebunan; b. Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan dan Perkebunan yang bersangkutan beserta Unit Pelaksana Teknisnya yang terkait; c. Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Daerah Tingkat I yang bersangkutan. BAB VI PEMBIAYAAN Pasal10 Biaya yang diperlukan untuk kegiatan pemeliharaan dan pengamanan batas hutan dibebankan kepada :

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tingkat I/Tingkat II dan sumber dana pemerintah lainnya untuk batas hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 butir a. b. Anggaran Perum Perhutani untuk batas hutan sebagairnana dimaksud dalam Pasal 6 butir b. c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan atau sumber dana pemerintah lainnya untuk batas hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal6 butir c,d,e. d. Sumber dana pemegang hak dan atau peminjam pakai kawasan hutan tersebut untuk batas hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 butir 1. BAB VII Pasal 11 1. Pemegang hak sebagaimana dimaksud pada pasal 4 yang tidak melaksanakan pemeliharaan dan pengamanan batas areal hak pengusahaannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1) butir b dikenakan sanksi berupa teguran tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan selang waktu 15 (lima belas) hari 2. Apabila setelah diberikan peringatan 3 (tiga) kali sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), perusahaan tidak melaksanakan pemeliharaan dan pengamanan batas, maka Kepala Badan Planologi Kehutanan dan Perkebunan atau Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan dan Perkebunan mengusulkan kepada Menteri Kehtanan dan Perkebunan untuk dikenakan sanksi penghentian pelayanan administrasi yang dfmfnta oleh pemegang hak. BAB VIII KETENTUAN LAIN Pasal 12 Seluruh dokumen yang berkaitan dengan pemeriksaan dan pengamanan batas-batas hutan disimpan oleh Badan Planologi Kehutanan dan Perkebunan, Kantor Wilayah Departemen Kehutanan dan Perkebunan dan pengelola kawasan hutan. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 13 Pemeliharaan dan penaaman batas hutan yenl telah dilaksanakan sebelum dtterbitkannya keputusan ini dianggap sah dan selanjutnya berpedoman pada keputusan ini.

BAB X PENUTUP Pasal 14 Pelaksanaan lebih lanjut Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan ini diatur oleh Badan Planologi Kehutanan dan Perkebunan. Pasal 15 Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : J A K ART A Pada tanggal : 24 Mei 1999 MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN, ttd. Dr.lr. MUSLIMIN NASUTION Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth. : 1. Sdr. Para Menteri Kabinet Persatuan Nasional; 2. Sdr. Pejabat Eselon Lingkup Departemen Kehutanan dan Perkebunan; 3. Sdr. Gubemur Kepala Daerah TK.I seluruh Indonesia; 4. Sdr. Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan dan Perkebunan, seluruh Indonesia; 5. Sdr. Kepala Balai KSDA/Taman Nasional, seluruh Indonesia; 6. Sdr. Kepala unit KSDA/Taman Nasional, seluruh Indonesia.