Candra Kusuma Wardana* ), Anna Satyana Karyawati dan Syukur Makmur Sitompul

dokumen-dokumen yang mirip
Riama Dewi Sartika Sihotang*) Moch. Nawawi dan Syukur Makmur Sitompul

STUDI DAYA HASIL GALUR F4 KEDELAI (Glycine max L.) HASIL PERSILANGAN VARIETAS GROBOGAN DENGAN ANJAMORO, UB, AP DAN ARGOPURO

DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2

STUDI OF YIELD CAPABILITY ON SOYBEAN (GLYCINE MAX L.) HYBRID CULTIVAR (GENERATION F4) BETWEEN AP WITH ARGOPURO, UB AND TANGGAMUS VARIETY

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat

Kemajuan Genetik Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 2 Persilangan Wilis Dan Mlg 2521

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

KERAGAAN FENOTIPE BERDASARKAN KARAKTER AGRONOMI PADA GENERASI F 2 BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril.) S K R I P S I OLEH :

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (606) :

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas penting dalam

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

POLA PEWARISAN SIFAT-SIFAT AGRONOMIS DAN MUTU BIJI PADA POPULASI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merril)

Variabilitas Genetik dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 5 Hasil Persilangan WILIS X B 3570

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

SELEKSI NOMOR- NOMOR HARAPAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merril) GENERASI F 5. HASIL PERSILANGAN WILIS x MLG 2521

Lindiana 1*), Nyimas Sa diyah 1, Maimun Barmawi 1 ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. Indonesia tinggi, akan tetapi produksinya sangat rendah (Badan Pusat Statistik,

Hajroon Jameela *), Arifin Noor Sugiharto dan Andy Soegianto

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.3. No.2, Oktober 2004 : ( ) 115

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

I. PENDAHULUAN. protein yang mencapai 35-38% (hampir setara protein susu sapi). Selain

SKRIPSI OLEH : MUTIA RAHMAH AET-PEMULIAAN TANAMAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing NIP NIP Mengetahui : Ketua Program Studi Agroekoteknologi

HERITABILITAS DAN KEMAJUAN GENETIK HARAPAN POPULASI F2 PADA TANAMAN CABAI BESAR (Capsicum annuum L.)

KERAGAMAN GENETIK, HERITABILITAS, DAN RESPON SELEKSI SEPULUH GENOTIPE KEDELAI DI KABUPATEN TULUNGAGUNG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. fenotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang luas hampir pada

PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi

POLA SEGREGASI KARAKTER AGRONOMI TANAMAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill) GENERASI F 2 HASIL PERSILANGAN WILIS X MALANG 2521

KAJIAN GENETIK DAN SELEKSI GENOTIPE S5 KACANG HIJAU (Vigna radiata) MENUJU KULTIVAR BERDAYA HASIL TINGGI DAN SEREMPAK PANEN

PEWARISAN SIFAT PANJANG POLONG PADA PERSILANGAN BUNCIS TEGAK (Phaseolus vulgaris L.) KULTIVAR FLO DAN KULTIVAR RICH GREEN

EVALUASI KERAGAMAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) MUTAN ARGOMULYO PADA GENERASI M 4 MELALUI SELEKSI CEKAMAN KEMASAMAN SKRIPSI OLEH :

Teknik pemuliaan kedelai pada umumnya

KARAKTER MORFOLOGIS, PRODUKSI, DAN KANDUNGAN LEMAK KEDELAI (Glycine Max L.Merrill) HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M6 SKRIPSI OLEH :

KERAGAMAN MORFOLOGI DAN GENOTIF TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) HASIL IRADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M2 SKRIPSI OLEH :

Keragaman Fenotipe dan Heritabilitas Kedelai (Glycine Merril) Generasi F 6 Hasil Persilangan Wilis X Mlg 2521

Agrivet (2015) 19: 30-35

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai merupakan komoditas tanaman menjadi sumber protein nabati dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

HAKIM: HERIBILITAS DAN HARAPAN KEMAJUAN GENETIK KACANG HIJAU

EVALUASI KARAKTER BERBAGAI VARIETAS KEDELAI BIJI HITAM (Glycine max (L.) Merr.) AZRISYAH FUTRA

PENGARUH DOSIS DAN LAMA PEMBENAMAN PUPUK HIJAU OROK-OROK (Crotalaria juncea L.) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK TANAMAN KEDELAI PADA SISTEM PERTANAMAN TUMPANGSARI TEBU-KEDELAI (BULAI)

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

I. PENDAHULUAN. Kedelai termasuk salah satu komoditas yang dibutuhkan, karena protein yang

RESPON SELEKSI PADA 12 GENOTIPE KEDELAI MELALUI SELEKSI LANGSUNG DAN SIMULTAN SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman.

PENDAHULUAN Latar Belakang

KERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL TESIS

SKRIPSI. KOMPONEN HASIL DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) Merrill) DENGAN PEMBERIAN NAUNGAN DI LAHAN GAMBUT

EVALUASI KARAKTER TANAMAN KEDELAI HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M 2

Pendugaan Parameter Genetik dan Hubungan Antarkomponen Hasil Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

PENGARUH JARAK TANAM DAN DEFOLIASI DAUN PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.)

NARWIYAN AET PEMULIAAN TANAMAN

SELEKSI MASSA KEDELAI (Glycine max L. Merrill) HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M 4

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

KAJIAN KETERKAITAN ANTAR SIFAT KUANTITATIF KETURUNAN HASIL PERSILANGAN ANTARA SPESIES KACANG TUNGGAK DENGAN KACANG PANJANG

KERAGAMAN KARAKTER TANAMAN

Hubungan Hasil dan Komponen Hasil Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) Populasi F5

Korelasi Dan Analisis Lintas Komponen Komponen Hasil Kedelai Famili F 6 Hasil Persilangan Wilis X B3570

KARAKTER AGRONOMIS GALUR-GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN TANGGAMUS, BURANGRANG, DAN ANJASMORO

INTERAKSI GENOTIPE X LINGKUNGAN GALUR-GALUR HARAPAN KEDELAI (Glycine max (L)) GENOTYPE X ENVIRONMENT INTERACTION OF EXPECTED LINES SOYBEAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Variabiltas Genetik, Fenotipik dan Heritabilitas Galur Elite Kedelai pada Cekaman Genangan

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan

PENGUJIAN GALUR-GALUR HARAPAN KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS MALABAR DAN KIPAS PUTIH PADA DOSIS PUPUK FOSFOR (P) RENDAH

Daya Hasil, Heritabilitas, Variabilitas Galur M6 Kedelai di Dataran Rendah dan Sedang

Keywords : Quality seed, method application, component variability, heritability, and correlation

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. berasal dari kacang tanah menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan.

PENGARUH KEMATANGAN BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L).Merrill)

I. PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar

INTRODUKSI KEDELAI VARIETAS GEMA DI DESA BUMI SETIA KECAMATAN SEPUTIH MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

AGROVIGOR VOLUME 2 NO. 1 MARET 2009 ISSN

Seleksi Individu Berdasarkan Karakter Umur Genjah dan Produksi Tinggi Persilangan Kedelai (Glycine Max L. Merr.) pada Generasi F 3

HUBUNGAN ANTARA KOMPONEN HASIL DAN HASIL WIJEN CORRELATION BETWEEN YIELD AND YIELD COMPONENTS IN SESAME. (Sesamum Indicum L.)

IDENTIFIKASI PLASMA NUTFAH KEDELAI BERUMUR GENJAH DAN BERBIJI SEDANG

SELEKSI GALUR KEDELAI (Glycine max(l.) Merill ) GENERASI F3 PADA TANAH SALIN DENGAN METODE PEDIGREE SKRIPSI. Oleh: BILLY CHRISTIAN /

EVALUASI KARAKTER PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN GENERATIF TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merril) MUTAN ARGOMULYO PADA GENERASI M 3

AKSI GEN DAN HERITABILITAS KANDUNGAN ANTOSIANIN BERAS MERAH PADA HASIL PERSILANGAN GALUR HARAPAN PADI BERAS MERAH TOLERAN KEKERINGAN X KALA ISI TOLO

VARIASI GENETIK, HERITABILITAS, DAN KORELASI GENOTIPIK SIFAT-SIFAT PENTING TANAMAN WIJEN (Sesamum indicum L.)

KEMAJUAN SELEKSI DAN PENAMPILAN GALUR GENERASI F2 F4 PADA PERAKITAN KEDELAI BERUMUR GENJAH DAN UKURAN BIJI BESAR

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

TANGGAP BEBERAPA VARIETAS KEDELAI TERHADAP PEMUPUKAN DI LAHAN KERING [THE RESPONSES OF SEVERAL SOYBEAN VARIETIES ON FERTILIZATION ON DRYLAND]

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

KERAGAMAN GENETIK POPULASI BULK F2, F3 DAN F4 KACANG PANJANG (Vigna sesquipedalis (L) Fruwirth) HASIL PERSILANGAN PS x MLG 15151

Transkripsi:

KERAGAMAN HASIL, HERITABILITAS DAN KORELASI F3 HASIL PERSILANGAN KEDELAI (Glycine max L. Merril) VARIETAS ANJASMORO DENGAN VARIETAS TANGGAMUS, GROBOGAN, GALUR AP DAN UB YIELD DIVERSITY, HERITABILITY AND CORRELATIONS F3 GENERATION CROSSING RESULT OF SOYBEAN (Glicyne max. L.Merril) ANJASMORO VARIETIES WITH TANGGAMUS VARIETY, GROBOGAN, AP STRAIN AND UB STRAIN Candra Kusuma Wardana* ), Anna Satyana Karyawati dan Syukur Makmur Sitompul Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145 JawaTimur, Indonesia * ) Email : Ardanizme@gmail.com ABSTRAK Kedelai (Glycine max L. Merril) merupakan tanaman pangan penting di Indonesi. Usaha untuk memperoleh varietas unggul kedelai ialah dengan melakukan kegiatan pemuliaan tanaman yang dilanjutkan dengan seleksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari keragaman hasil, pewarisan sifat dan korelasi antara hasil dan komponen hasil tanaman kedelai generasi F3 tanaman kedelai. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juli 2013, di kebun percobaan Fakultas Pertanian, Kabupaten Malang. Rancangan percobaan yang digunakan adalah single plant. Data yang diperoleh dilakukan pengujian menggunakan analisis sidik ragam (uji F) dengan taraf nyata 5%, dilanjutkan dengan uji BNT 5% bila ada pengaruh nyata, uji Chi-Square, Heritabilitas arti luas dan koefisien korelasi untuk setiap variabel pengamatan. Hasil pengamatan menunjukkan berat kering biji dan bobot 100 biji per tanaman pada F3 persilangan Anjasmoro x Grobogan lebih tinggi secara nyata dibandingkan dengan ketiga persilangan lainnya. Semua variabel pada seluruh persilangan F3 tidak berdistribusi normal, kecuali pada variabel jumlah polong persilangan Anjasmoro x AP. Nilai heritabilitas seluruh variabel pengamatan pada semua persilangan memiliki kriteria tinggi, kecuali pada variabel jumlah buku subur per tanaman persilangan Anjasmoro x AP. Hubungan antar sifat antara jumlah buku subur, jumlah polong isi dan berat kering per tanaman pada semua persilangan tergolong kuat, kecuali pada persilangan Anjasmoro x Grobogan. Kata kunci : Kedelai, Generasi F3, Keragaman, Heritabilitas, Koefisien Korelasi. ABSTRACT Soybean (Glysine max L. Merrill) is a one of most important plant in Indonesia. One effort to increase soybean production is created superior varieties with plant selection aplication. The objectives of this research is studying yield diversity, character inheritance, and main character that improve seed weight of F3 generation crosses result of soy bean. The research was conducted at experimental field, Malang district. It was held from March July 2013. Data results analyzed with ANOVA (F test) with 5% probability and continued with LSD test of 5%, Chi-Square test, broad sense heritability, and correlation analysis for each character observation. Results show that value of seed weight and 100 seed weight per plant of F3 Generation crossing of Anjasmoro x Grobogan are higher than other crosses. All of character observation in F3 generation is not normally distribution, except crossing of Anjasmoro x AP. The heritability value of all character observation of F3 generation is on high level, except character of Anjasmoro x AP. Correlation of each character including number of filled pod, number of productive

183 Wardana, dkk, Keragaman, Hasil Korelasi... branch, total seed weight, and total 100 seed weight per plant of all crosses have strong relation, except crossing of Anjasmoro x Grobogan. Keywords : Soybean, F3 Generation, Diversity, Heritability, Coeficient Correlation PENDAHULUAN Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia, kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi yang baik semakin meningkat baik kecukupan protein hewani maupun protein nabati. Berdasarkan data BPS tahun 2011, produksi kedelai nasional hanya sebesar 851.286 ton atau 29% dari total ketersediaan kedelai pada tahun tersebut. Sementara itu, impor kedelai tahun 2011 sebanyak 2.088.615 ton atau 71% dari total ketersediaan. Pada tahun 2012, total kebutuhan kedelai nasional diperkirakan mencapai 2,2 juta ton. Salah satu usaha untuk mencukupi kebutuhan kedelai dalam negeri adalah dengan menggunakan varietas unggul kedelai. Perakitan varietas unggul dapat melalui program pemuliaan tanaman. Salah satu langkah dalam proses perakitan varietas unggul adalah persilangan dan dilanjutkan dengan seleksi tanaman. Seleksi tanaman adalah kegiatan untuk meningkatkan frekuensi gen bagi sifat yang menjadi tujuan perbaikan dalam proram pemuliaan tanaman. Sebelum menetapkan metode seleksi yang akan digunakan dan kapan seleksi akan dimulai perlu diketahui keragaman hasil, heritabilitas dan hubungan antar sifat pada tanaman kedelai agar proses seleksi dapat berjalan efektif dan lebih akurat. Keragaman hasil menunjukkan variasi fenotip pada hasil persilangan dari suatu tanaman. Apabila variasi pada hasil persilangan tinggi, maka persilangan tersebut berpotensi untuk dilakukan seleksi pada generasi selanjutnya. Heritabilitas merupakan gambaran apakah suatu karakter tanaman lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau faktor genetik. Dudley dan Moll (1969) membedakan adanya heritabilitas dalam arti luas dan sempit. Dalam arti luas yang digunakan adalah total varian genetik, sedang yang dalam arti sempit yang digunakan hanya varian aditifnya saja. Kegiatan pemuliaan tanaman untuk perbaikan karakter dapat dilakukan dengan melakukan seleksi pada karakter karakter yang mempunyai nilai heritabilitas tinggi dan juga keragaman genetik yang tinggi (Vidya et al., 2002). Fehr (1987), menyatakan bahwa karakter yang memiliki nilai heritabilitas yang tinggi mudah diwariskan pada generasi berikutnya karena karakter tersebut dipengaruhi oleh faktor genotipe. Hubungan antar suatu sifat dengan sifat lainnya pada tanaman mempunyai arti penting dalam program pemuliaan tanaman. Informasi korelasi antar variabel hasil dengan hasil biji penting dalam penentuan seleksi. Apabila nilai koefisien korelasi tinggi, maka seleksi akan lebih efektif karena sifat satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi (Jambornias, 2007). Suatu pengetahuan tentang besar dan tanda dari koefesien korelasi genetik diantara sifat-sifat dapat digunakan sebagai kriteria seleksi. Perkiraan ini berguna dalam menduga apakah seleksi untuk sifat tertentu akan memberi pengaruh menguntungkan atau tidak pada sifat yang lain (Miftahorrachman et al, 2000). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keragaman hasil, pewarisan sifat dan sifat utama yang mendukung berat biji pada tanaman kedelai generasi F3 hasil Anjasmoro x Grobogan, Anjasmoro x AP dan Anjasmoro x UB. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2013, di kebun percobaan Fakultas Pertanian di Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian 303 meter di atas permukaan laut dengan jenis tanah Alfisol. Alat yang digunakan pada penelitian ialah penggaris, sprayer, rol meter, kamera dan timbangan analitik. Bahan yang digunakan ialah benih kedelai varietas Anjasmoro, Grobogan, galur AP dan galur UB sebagai tetua, benih generasi F2 hasil

184 Jurnal Produksi Tanaman, Volume 3, Nomor 3, April 2015, hlm. 182-188 persilangan tetua, furadan, serta sarana produksi berupa pupuk Urea 50 kg ha-1, SP-36 100 kg ha-1, KCl 50 kg ha-1 dan Deltamethrin 25 g/l. Rancangan percobaan yang digunakan adalah sigle plant, yaitu menanam dan mengamati setiap individu tanaman generasi F3. Variabel pengamatan meliputi variabel hasil, yaitu jumlah polong isi, jumlah buku subur, berat kering biji dan bobot 100 biji per tanaman. Data yang diperoleh dilakukan pengujian menggunakan analisis sidik ragam (uji F) dengan taraf nyata 5%, dilanjutkan dengan uji BNT 5% bila ada pengaruh nyata, dilanjutkan dengan analisis Chi-Square dengan rumus sebagai berikut : x 2 = p i=l f i F i 2 keterangan : x 2 = Chi-Square, fi = frekuensi pengamatan, Fi = frekuensi harapan kelas ke i. Nilai hitung x2 dibandingkan dengan nilai tabel x2 dengan derajat kebebasan (p-3), bila X2 hitung< X2 tabel maka karakter yang dianalisis berdistribusi normal, sebaliknya X2 hitung > X2 tabel maka karakter yang dianalisis tidak berdistribusi normal. Analisis dilanjutkan dengan penghitungan heritabilitas arti luas dengan rumus sebagai berikut : F i h 2 = σ2 g σ 2 p keterangan : h 2 = heritabilitas arti luas, σ 2 g = ragam genetik, σ 2 p = ragam fenotip Analisis dilanjutkan dengan penghitungan nilai koefisien korelasi dengan rumus sebagai berikut : r = xy-( x)( y) (n x 2 -( x) 2 (n y 2 -( y) 2 ) keterangan : r = koefisien korelasi, x dan y = variabel yang akan diukur keeratannya. HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Variabel pengamatan Pengamatan Hasil analisis ragam polong isi per tanaman kedelai generasi F3 hasil kombinasi empat persilangan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada ke empat persilangan generasi F3 dengan tetua Anjasmoro. Jumlah polong isi per tanaman pada semua perlakuan berkisar antara 47-49 polong per tanaman (Tabel 1). Hasil tersebut menandakan bahwa produksi jumlah polong isi pada generasi F3 hampir sama dengan produksi jumlah polong isi yang dihasilkan oleh tetua betina sehingga perakitan galur harapan dengan karakter jumlah polong isi per tanaman yang tinggi sudah hampir tercapai. Varietas Anjasmoro merupakan salah satu varietas dengan daya hasil tinggi, terutama dalam produksi jumlah polong isi per tanaman (Suhartina, 2005). Tabel 1 Rerata Jumlah Polong Isi, Berat Kering Biji (g) dan Bobot 100 Biji (g) per Tanaman Populasi F3 Jumlah polong BK Bobot 100 isi Biji/tan biji/tan Anjasmoro x Tanggamus 49 12.24 a 12.676 a Anjasmoro x Grobogan 48 13.45 b 14.098 c Anjsmoro x AP 47 12.17 a 13.185 b Anjasmoro x UB 47 12.20 a 12.679 a Anjasmoro 47 14.96 c 16.803 d Analisis Ragam tn ** ** Keterangan : Angka yang didampingi huruf dan terletak pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT pada taraf 5%; ** = sangat nyata, BK = Berat Kering = tetua betina, tn = tidak nyata.

185 Wardana, dkk, Keragaman, Hasil Korelasi... Keempat persilangan generasi F3 mempunyai rata-rata berat kering dan bobot 100 biji per tanaman yang lebih rendah daripada tetua Anjasmoro (Tabel 1). Dari keempat hasil persilangan tersebut, persilangan Anjasmoro x Grobogan memiliki BK biji dan bobot 100 biji per tanaman yang lebih tinggi secara nyata dibandingkan ketiga persilangan yang lain. Meskipun demikian, nilai maksimum pada generasi F3 lebih tinggi daripada tetua Anjasmoro, terutama pada persilangan Anjasmoro x Grobogan, sehingga seleksi pada generasi F3 masih diperlukan untuk dilanjutkan pada generasi berikutnya. Hasil ini menunjukkan bahwa keberhasilan seleksi untuk meningkatkan produksi dapat dilakukan dengan cara meningkatkan ukuran biji dan jumlah polong (Jusuf et al., 1994). Hal ini sejalan dengan pernyataan Pandey & Torrie (1973) yang menyatakan bahwa salah satu variabel yang mempengaruhi produksi biji adalah berat 100 biji. Distribusi Frekuensi Empat Kombinasi Persilangan Tanaman Kedelai Generasi F3 Distribusi frekuensi variabel pengamatan jumlah polong isi, berat kering biji, jumlah buku subur dan bobot 100 biji per tanaman pada keempat kombinasi persilangan kedelai generasi F3 tidak berbeda normal, kecuali pada variabel jumlah polong isi per tanaman persilangan Anjasmoro x AP (Tabel 2). Hal ini mengindikasikan bahwa masih terdapat keragaman yang tinggi pada variabel pengamatan dalam masing-masing persilangan. Populasi dengan keragaman yang tinggi akan memberikan respons yang baik terhadap seleksi dan memberikan peluang besar untuk mendapatkan kombinasi yang tepat dengan sifat baik (Suprapto dan Narinah, 2007). Sebaran frekuensi pada variabel pengamatan generasi F3 bersifat diskontinyu atau tidak menyebar normal sehingga memungkinan karakter tersebut merupakan karakter kualitatif. Karakter kualitatif merupakan karakter yang tidak atau sedikit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan dikendalikan oleh gen sederhana yang lebih mudah diwariskan (Millah et.al., 2000). Heritabilitas Arti Luas Nilai Heritabilitas dalam arti luas dari semua variabel pengamatan tanaman kedelai generasi F3 hasil empat kombinasi persilangan berkisar antara 0,38 0,96 (Tabel 3). Berdasarkan hasil tersebut, nilai heritabilitas arti luas dari keempat kombinasi persilangan F3 tanaman kedelai termasuk dalam kriteria heritabilitas tinggi, kecuali pada persilangan Anjasmoro x AP pada variabel pengamatan jumlah buku subur per tanaman yang mempunyai kriteria heritabilitas sedang. Hal tersebut berarti bahwa faktor genetik lebih berperan daripada faktor lingkungan terhadap penampilan karakter pada seluruh variabel pengamatan. Tabel 2 Hasil uji Chi-Square pada Empat Kombinasi Persilangan Tanaman Kedelai Generasi F3 χ 2 hitung Variabel Anjasmoro Anjasmoro Anjasmoro Anjasmoro X 2 0,05 x Grobogan x Tanggamus x AP x UB polong/tan 51,85* 88.81* 12.87 tn 14.84* BK biji/tan 36,33* 58.08* 51.33* 18.01* 14,07 Bobot 100 biji/tan 131.86* 76.16* 152.80* 17.84* buku subur/tan 207.14* 275.32* 17.84* 26.30* Keterangan : Angka yang didampingi tanda bintang tidak berdistribusi normal pada Uji Chi-Square pada taraf 5%; * = nyata, tn = tidak nyata, BK = Bobot kering.

186 Jurnal Produksi Tanaman, Volume 3, Nomor 3, April 2015, hlm. 182-188 Tabel 3 Nilai Heritabilitas dalam Arti Luas F3 hasil Empat Kombinasi Persilangan Heritabilitas dalam arti luas (h 2 ) Populasi F3 Bobot kering biji/tan (g) Jumlah polong isi/tan Jumlah buku subur/tan Anjasmoro x Tanggamus 0,96 t 0,89 t 0,89 t Anjasmoro x Grobogan 0,82 t 0,78 t 0,79 t Anjasmoro x AP 0,89 t 0,58 t 0,38 s Anjasmoro x UB 0,78 t 0,73 t 0,70 t Keterangan : t = heritabilitas kriteria tinggi, s = heritabilitas kriteria sedang. Tabel 4 Koefisien Korelasi Tanaman Kedelai Generasi F3 hasil Empat Kombinasi Persilangan Populasi F3 Jlh buku subur/tan dengan jlh polong/tan Jlh buku subur/tan dengan BK biji/tan Jlh polong isi dengan BK biji/tan Anjasmoro x Tanggamus 0,877 0,793 0,859 Anjasmoro x Grobogan 0,868 0,412 0,519 Anjasmoro x AP 0,842 0,745 0,758 Anjasmoro x UB 0,798 0,775 0,770 Keterangan : 0 = tidak ada korelasi; >0-0,25 = korelasi sangat lemah; >0,25-0,5 = korelasi cukup; >0,5-0,75 = korelasi kuat; 0,75-0,99 =korelasi sangat kuat, 1 =korelasi sempurna. Nilai heritabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik lebih berperan terhadap penampilan suatu karakter, tetapi jika nilai hetitabilitas rendah, maka faktor lingkungan lebih berpengaruh terhadap penampilan suatu karakter. Variabel dengan nilai heritabilitas tinggi mencerminkan keterlibatan faktor genetik yang lebih besar dibandingkan faktor lingkungan dalam ekspresi fenotipenya Menurut Moedjiono et al (1994), bila suatu sifat yang diuji memiliki nilai heritabilitas serta koefisien genetik yang cukup tinggi akan memberikan peluang terhadap perbaikan genetik melalui seleksi. Korelasi Antar Sifat Hasil analisis koefisien korelasi jumlah buku subur per tanaman terhadap jumlah polong isi per tanaman pada empat kombinasi persilangan generasi F3 membentuk hubungan korelasi positif yang kuat (Tabel 4). Hal ini ditandai oleh nilai koefisien korelasi pada keempat persilangan >0,5. Terdapat hubungan korelasi positif yang sangat kuat pada analisis koefisien korelasi jumlah buku subur per tanaman dengan berat kering biji per tanaman terdapat pada persilangan Anjasmoro x Tanggamus, Anjasmoro x AP dan Anjasmoro x UB. Sedangkan pada persilangan Anjasmoro x Grobogan mempunyai hubungan korelasi cukup, karena nilai koefisien korelasi pada persilangan ini berada diantara 0,25-0,5. Secara umum, setiap peningkatan jumlah buku subur pada keempat persilangan generasi F3 selalu diikuti oleh peningkatan jumlah polong isi dan berat kering biji per tanaman. Buku subur merupakan salah satu variabel yang memegang peranan penting dalam hasil produksi tanaman kedelai. Ariyo (1995) menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara karakter jumlah polong per tanaman dengan jumlah cabang produktif per tanaman terhadap hasil biji Translokasi asimilat pada bagian vegetatif saat periode pengisian biji, meningkatkan jumlah polong terutama pada bagian buku subur dan juga meningkatkan pembentukan polong serta biji (Kakiuchi dan Kobata, 2004).. Hasil analisis koefisien korelasi antara jumlah polong isi dan berat kering biji per tanaman menunjukkan korelasi positif yang kuat pada persilangan Anjasmoro x Tanggamus, Anjasmoro x AP dan Anjasmoro x UB. Hal ini ditandai oleh nilai koefisien korelasi pada ketiga persilangan tersebut >0,5. Sedangkan pada persilangan Anjasmoro x Grobogan, terdapat korelasi positif yang sangat lemah antara jumlah polong isi dan berat biji per tanaman yang ditandai oleh nilai koefisien korelasi >0-0,25.

187 Wardana, dkk, Keragaman, Hasil Korelasi... Setiap peningkatan pada variabel jumlah polong isi per tanaman pada Anjasmoro x AP dan Anjasmoro x UB selalu diikuti oleh peningkatan berat kering biji per tanaman. Hal ini menandakan bahwa Anjasmoro x AP dan Anjasmoro x UB lebih berpotensi untuk dilakukan seleksi daripada persilangan Anjasmoro x Grobogan jika dilihat dari hubungan antara sifat jumlah polong isi dan berat kering biji per tanaman. Produksi biji ditentukan oleh beberapa variabel hasil salah satunya yaitu jumlah polong isi per tanaman dan berat/indeks biji. Hubungan antara produksi dan jumlah polong isi membentuk sebuah korelasi positif (Pandey & torrie, 1973). Wirnas et al, (2006) menyatakan bahwa karakter jumlah cabang, jumlah buku subur, jumlah polong total, polong isi dan persen polong isi dapat digunakan untuk membentuk karakter seleksi dalam rangka pengembangan kedelai berdaya hasil tinggi. Pengetahuan adanya korelasi antara sifat merupakan hal yang sangat penting dalam program pemuliaan tanaman, karena untuk memilih suatu bahan tanaman unggul diperlukan seleksi dua atau tiga sifat secara bersamasama. KESIMPULAN Hasil uji lanjut BNT 5% menunjukkan bahwa persilangan Anjasmoro x Grobogan mempunyai berat kering biji dan bobot 100 biji per tanaman yang lebih tinggi daripada Anjasmoro x AP dan Anjasmoro UB. Distribusi Frekuensi pada semua variabel pada keempat persilangan generasi F3 tidak berdistribusi normal, kecuali pada variabel jumlah polong isi per tanaman persilangan Anjasmoro x AP. Nilai heritabilitas dalam arti luas seluruh variabel pengamatan pada keempat kombinasi persilangan F3 termasuk dalam kriteria tinggi, kecuali pada variabel jumlah buku subur per tanaman persilangan Anjasmoro x AP yang termasuk dalam kriteria sedang. Variabel pengamatan jumlah buku subur dan jumlah polong isi per tanaman pada seluruh kombinasi persilangan F3 membentuk korelasi positif yang kuat dengan variabel berat kering biji per tanaman, kecuali pada persilangan Anjasmoro x Grobogan. DAFTAR PUSTAKA Ariyo, O. J. 1995. Correlations and pathcoefficient analysis of component of seed yield in soybeans. Afrocan crop. Sci. J., I(3):29-33. BPS. 2011. Data Strategis BPS. CV. Nasional Indah. Jakarta. Dudley, J.W., and R.H Moll. 1969. Interpretation and Use of Estimates of Heritability and Genetic Variances in Plant Breeding. Crop Sci J. 9 : 257-261. Fehr, W.R., 1987. Principles of Cultivar Development Theory and Technique. Mc.Millan Publishing Co. New York. Pp. 536. Jambormias, E., S.H. Sutjahjo, M. Jusuf, Suharsono. 2007. Keragaan, Keragaman Genetik dan Heritabilitas Sebelas Sifat Kuantitatif Kedelai (Glycine max L. Merrill) pada Generasi Seleksi F5. Jurnal Pertanian Kepulauan. 3 (2):115-124. Jusuf, M., E.D.J. Supena, U. Widyastuti, A. Setiawan. 1994. Produktivitas galur-galur kedelai baru generasi F7 dan F8. J.B. Pert. Indon. Vol. 4 (1): 1-5. Kakiuchi, J., T, Kobata. 2004. Shading and thining effect on seed and shoot dry matter increase in determinate soybean during the seed selfing period. Agron J., 96:398-405. Miftahorrachman, Mangindan, H.F dan H Novarianto. 2000. Analisis lintas karakter vegetatif dan generatif kelapa. Zuriat, 2(1): 11-17. Millah, Z., R. Setiamihardja, A. Baihaki dan Y.S. Darsa. 2004. Pewarisan karakter jumlah biji per polong dan warna biji tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea). Zuriat. 15 (1) : 53-58 Moedjiono dan Mejaya. 1994. Variabilitas Genetik Beberapa Karakter Plasma Nutfah Jagung Koleksi Balittan Malang. Zuriat 5 (2) : 27-32.

188 Jurnal Produksi Tanaman, Volume 3, Nomor 3, April 2015, hlm. 182-188 Pandey, J.P. and J.H. Torrie. 1973. Path coefficient analysis of seed yield components in soybean. Crop Science 13: 505-507. Suhartina. 2005. Deskripsi varietas Unggul Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Malang.P 48-52 Suprapto dan N. Md. Kairuddin, Narinah. 2007. Variasi Genetik, Heritabilitas, Tindak Gen dan Kemajuan Genetik Kedelai (Glycine max Merrill) Pada Tanah Ult isol. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 9 No. 2, P. 183-190. Wirnas, D. I. Widodo., Sobir., Trikosoemoeningtyas, dan D. Soepandie.2006. Pemilihan karakter agronomi untuk menyusun indeks seleksi pada 11 populasi kedelai generasi f6. Bul. Agron J. (34)(1): 19-24. Vidya,C, Oommen, SK & Kumar, V.2002. Genetic Variability and Heritability of Yield and Relater Characters in Yardlong bean. J. Tropical Agriculture vol. 40, P. 3-11.