KORELASI ANTARA KEDALAMAN SEDIMEN DI PELABUHAN BENOA DAN KONSENTRASI LOGAM BERAT Pb DAN Cu. I M. Siaka.

dokumen-dokumen yang mirip
DISTRIBUSI Pb DAN Cu PADA BERBAGAI UKURAN PARTIKEL SEDIMEN DI PELABUHAN BENOA. E. Sahara

ECOTROPHIC 4 (2) : ISSN: DISTRIBUSI CEMARAN LOGAM BERAT KROMIUM (Cr) DI SEKITAR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM DESA SUSUT, BANGLI

KANDUNGAN LOGAM Pb DAN Hg DALAM SEDIMEN DI MUARA SUNGAI MATIKABUPATEN BADUNG BALI

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM Pb DAN Cr PADA AIR DAN SEDIMEN DI SUNGAI AO DESA SAM SAM KABUPATEN TABANAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

TOTAL LOGAM Pb DAN Cr DALAM TANAH PERTANIAN DAN AIR DANAU BERATAN SERTA BIOAVAILABILITASNYA DALAM TANAH PERTANIAN DI DAERAH BEDUGU

ISSN Penetapan Kadar Pencemaran Logam Pb dan Cr Pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) di Muara Sungai Badung

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

KANDUNGAN LOGAM Cu DAN Zn DALAM TANAH DAN PUPUK SERTA BIOAVAILABILITASNYA DALAM TANAH PERTANIAN DI DAERAH BEDUGUL

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL

Lampiran 1. Pengukuran Konsentrasi Logam Sebenarnya

ANALISIS ION LOGAM Cu DAN Zn DALAM CONTOH SEDIMEN, AKAR, KULIT BATANG DAN DAUN TANAMAN MANGROVE Avicenia marina DENGAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

FRAKSINASI DAN BIOAVAILABILITAS LOGAM Pb DAN Cr DALAM SEDIMEN DI PELABUHAN BENOA. Ni Luh Eka Lusiana Dewi, Emmy Sahara, dan A. A. I. A. M.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

DISTRIBUSI KUANTITATIF LOGAM BERAT Cu DAN Zn DALAM AIR DAN SEDIMEN DI SEKITAR PERAIRAN PELABUHAN KAYU BANGKOA

ANALISIS KADAR LOGAM TEMBAGA(II) DI AIR LAUT KENJERAN

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

identifikasi masalah sampling ekstraksi AAS analisis data

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DAN MERKURI (Hg) PADA AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI BANYUASIN

ANALISIS TEMBAGA (Cu), BESI (Fe) DAN KARBON (C) PADA SEDIMEN KOLAM INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) TPA MUARA FAJAR PEKANBARU

BAB III METODE PENELITIAN

AKUMULASI LOGAM KROMIUM (Cr) DALAM SEDIMEN, AKAR DAN DAUN MANGROVE Avicennia marina DI MUARA SUNGAI BADUNG

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

ANALISIS SEDIMEN SEKITAR KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN DANAU MANINJAU TERHADAP KANDUNGAN LOGAM BERAT Fe, Cu, Pb dan Cd

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 1, Januari 2011, Halaman ISSN:

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

DISTRIBUSI LOGAM BERAT DALAM AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI CISADANE

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM Fe, Sn DAN Pb DALAM IKAN SARDEN KEMASAN KALENG T. Gunawan 1, S. Anita 2, Itnawita 2

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA IKAN LELE (Clarias sp.) YANG DIBUDIDAYAKAN DI KOTA PEKALONGAN

ANALISIS KADAR MERKURI (Hg) Gracilaria sp. DI TAMBAK DESA KUPANG SIDOARJO

DISTRIBUSI TIMBAL (Pb) DAN KADMIUM (Cd) PADA BUAH TANAMAN MANGROVE Rhizophora mucronata DI MUARA SUNGAI MATI KABUPATEN BADUNG

DISTRIBUSI LOGAM BERAT Pb DAN Cu PADA AIR LAUT, SEDIMEN, DAN RUMPUT LAUT DI PERAIRAN PANTAI PANDAWA

BIOAKUMULASI LOGAM BERAT DALAM MANGROVE Rhizophora mucronata dan Avicennia marina DI MUARA ANGKE JAKARTA

ANALISIS KONSENTRASI LOGAM KROM (Cr) DAN NIKEL (Ni) DI PERAIRAN PANTAI BARAT KABUPATEN KARIMUN PROVINSI KEPULAUAN RIAU. Oleh:

Analisis Logam Berat Timbal pada Sedimen Dasar Perairan Muara Sungai Sayung, Kabupaten Demak

Lampiran 2. Prosedur Analisis Logam Dalam Sedimen dengan metode USEPA 3050B (APHA, 1992)

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT Cd, Pb, DAN Mn PADA SEDIMEN KOLAM TPA MUARA FAJAR PEKANBARU H.Panjaitan 1, S.Bali 2, T.A.Hanifah 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons

PENENTUAN KONSENTRASI LOGAM BERAT Pb, Cu, Zn DAN KONDUKTIVITAS LISTRIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PABRIK KARET PEKANBARU

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Analisis Kualitas Perairan Muara Sungai Way Belau Bandar Lampung

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

KAJIAN KUALITAS AIR PERMUKAAN DI SEKITAR KAWASAN MUARO KOTA PADANG MENGGUNAKAN PARAMETER KONDUKTIVITAS DAN KANDUNGAN LOGAM BERAT

PENENTUAN KANDUNGAN TIMBAL, TEMBAGA DALAM AIR-SEDIMEN PADA SALAH SATU LUBANG TAMBANG INTAN DI KELURAHAN SUNGAI TIUNG KOTA BANJARBARU

KANDUNGAN LOGAM TOTAL Pb DAN Cu PADA SAYURAN DARI SENTRA HORTIKULTURA DAERAH BEDUGUL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

BAB III METODE PENELITIAN. kegiatan pengumpulan dan analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 12 Oktober 2013 di Laboraturium Unit Pelayanan Teknis (UPT)

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Efek Destruksi Terhadap Penentuan Kadar Cu(II) Dalam Air Sumur, Air Laut Dan Air Limbah Pelapisan Krom Menggunakan AAS

ABSTRAK ABSTRACT

ANALISIS CEMARAN LOGAM BERAT DALAM SEDIAAN OBAT HERBAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SITI RAHMAH PADANG SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 2 - Juli 2016

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dalam penelitian ini diambil di Instalasi PDAM dan di rumah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN MASSA DAN WAKTU KONTAK OPTIMUM ADSORPSI KARBON GRANULAR SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT Pb(II) DENGAN PESAING ION Na +

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut

BIOAVAILABILITAS DAN SPESIASI LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA TANAH PERTANIAN BASAH DAN KERING DI DAERAH DENPASAR SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

3. METODE PENELITIAN

STUDI DAN EVALUASI KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN KADNIUM (Cd) DI AIR DAN SEDIMEN PADA PERAIRAN SUNGAI KOTA TARAKAN

Tri Rahayu, I Made Siaka, dan Ida Ayu Gede Widihati. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali

ANALISIS LOGAM BERAT TIMBAL (II) KADMIUM (II) DAN KROMIUM (VI) PADA KERANG BULU (Anadara Antiquata sp) DI PERAIRAN DUMAI

Kentang (Solanum tuberosum L.)

Konsentrasi Logam Berat Kadmium (CD) Pada Sedimen Di Daerah Sekitar Perairan Pelabuhan Kapal Barang Talumolo Kota Gorontalo

ANALISIS KADAR LOGAM BERAT PADA SUNGAI DI JAWA TENGAH

Online Jurnal of Natural Science, Vol.3(3): ISSN: December 2014

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG BATU, JEPARA

KANDUNGAN LOGAM BERAT AIR LAUT, SEDIMEN DAN DAGING KERANG DARAH (Anadara granosa) DI PERAIRAN MENTOK DAN TANJUNG JABUNG TIMUR

I. PENDAHULUAN. berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan

DISTRIBUSI KADMIUM (Cd 2+ ) SECARA HORIZONTAL DI PERAIRAN WONOREJO, SURABAYA

Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada Udang Windu (Panaeus monodon) dan Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Kotabaru Kalimantan Selatan

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 4, Oktober 2014 ISSN

I. PENDAHULUAN. masalah yang sangat krusial bagi negara maju dan sedang berkembang. Terjadinya

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

EVALUASI KADAR CEMARAN

Mahasiswa Program Studi S1 Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

BAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

ESTIMASI KANDUNGAN KADMIUM DALAM PRODUK KOSMETIK U. Anggita 1, Itnawita 2, S. Anita 2

Analisis Penurunan Kadar Cr, Cd DAN Pb Limbah Laboratorium Dasar Ppsdm Migas Cepu Dengan Adsorpsi Serbuk Eceng Gondok (Eichornia crassipes)

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

Transkripsi:

ISSN 1907-9850 KORELASI ANTARA KEDALAMAN SEDIMEN DI PELABUHAN BENOA DAN KONSENTRASI LOGAM BERAT Pb DAN Cu I M. Siaka. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit jimbaran ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang korelasi antara kedalaman sedimen di Pelabuhan Benoa dan konsentrasi logam berat Pb dan Cu. Secara statistik, lokasi pengambilan sampel dan kedalaman sedimen berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan logam Pb dan Cu. Demikian juga dengan sumber keragaman interaksi antara lokasi pengambilan sampel dan kedalaman sedimen menunjukkan pengaruh sangat nyata. Secara umum semakin dalam sedimen semakin kecil kandungan Pb dan Cu-nya. Konsentrasi logam berat rata-rata pada kedalaman sedimen 0 cm (permukaan sedimen) adalah 15,52 mg/kg untuk Pb dan 35,85 mg/kg untuk Cu. Sedimen pada kedalaman 10 cm mengandung Pb sebesar 13,49 mg/kg dan Cu sebesar 33,69 mg/kg, sementara pada kedalaman 20 cm konsentrasi rata-rata Pb dan Cu masing-masing 11,51 mg/kg dan 32,22 mg/kg. Kata kunci : korelasi, kedalaman, sedimen, logam berat ABSTRACT An investigation on the correlation between the depth of sediment in Benoa estuary and the concentration of Pb and Cu. Statistically, the sample collecting location and the sediment depth influenced the concentration of lead (Pb) and copper (Cu) significantly. The variation resources of interaction between sample collecting location and the sediment depth also showed a great influence. In general, the deeper the sediments, the lower the concentration of Pb and Cu are. The average concentrations of heavy metals found in surface layer (0 cm) were 15.52 mg/kg of Pb and 35.85 mg/kg of Cu. Sediment in the depth of 10 cm contained 13.49 mg/kg of Pb and 33.69 mg/kg of Cu, while the sediment in the depth of 20 cm contained 11.51 mg/kg of Pb and 32.22 mg/kg of Cu. Keywords : correlation, sediment, depth, heavy metals PENDAHULUAN Sekitar 70% permukaan bumi diselimuti oleh air. Oleh karena itu, air dapat dikatakan sebagai bagian yang essensial dari sistem kehidupan. Hampir 97,2% dari air yang ada di bumi merupakan air laut (Manahan, 1994). Seperti air tawar, air laut juga mempunyai kemampuan yang besar untuk melarutkan bermacam-macam zat, baik yang berupa gas, cairan, maupun padatan. Laut merupakan tempat bermuaranya sungai-sungai yang mengangkut berbagai macam zat, dapat berupa zat hara yang bermanfaat bagi ikan dan organisme perairan, dapat pula berupa bahanbahan yang tidak bermanfaat, bahkan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan ikan dan organisme perairan atau dapat mengakibatkan penurunan kualitas air (Cahyadi, 2000). Penurunan kualitas air ini diakibatkan oleh adanya zat pencemar, baik berupa komponen-komponen organik maupun anorganik. Komponen-komponen anorganik, 61

JURNAL KIMIA 2 (2), JULI 2008 : 61-70 diantaranya adalah logam berat yang berbahaya. Beberapa logam berat tersebut banyak digunakan dalam berbagai keperluan sehari-hari, oleh karena itu diproduksi secara rutin dalam skala industri. Penggunaan logam-logam berat tersebut dalam berbagai keperluan sehari-hari, baik secara langsung maupun tidak langsung, atau sengaja maupun tidak sengaja, telah mencemari lingkungan. Beberapa logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan terutama adalah merkuri (Hg), timbal/timah hitam (Pb), arsenik (As), tembaga (Cu), kadmium (Cd), khromium (Cr), dan nikel (Ni) (Fardiaz, 1992). Logam-logam berat tersebut diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh organisme, dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun yang terakumulasi (Fardiaz, 1992; Palar, 1994). Selain dalam tubuh organisme, logam berat juga dapat terakumulasi dalam padatan yang ada dalam perairan seperti sedimen. Sedimen adalah lapisan bawah yang melapisi sungai, danau, reservoar, teluk, muara, dan lautan. Pada umumnya logam-logam berat yang terdekomposisi pada sedimen tidak terlalu berbahaya bagi makhluk hidup perairan, tetapi oleh adanya pengaruh kondisi akuatik yang bersifat dinamis seperti perubahan ph, akan menyebabkan logam-logam yang terendapkan dalam sedimen terionisasi ke perairan. Hal inilah yang merupakan bahan pencemar dan akan memberikan sifat toksik terhadap organisme hidup bila ada dalam jumlah yang berlebih (Connel and Miller, 1995; Siaka, 1998). Berkaitan dengan hal tersebut, maka banyak peneliti yang telah meneliti logam berat pada sedimen, baik yang berlokasi di sungai maupun di laut. Penelitian tentang logam berat pada sedimen di laut terutama dilakukan di sekitar daerah yang dicurigai sebagai tempat terakumulasinya logam berat (misalnya daerah di sekitar pelabuhan). Dilihat dari keberadaan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan internasional, maka setiap tahun aktivitasnya terus bertambah (dengan kunjungan kapal yang tertinggi dibandingkan dengan pelabuhan lainnya yang berada di Bali). Bahkan tahun ini Pelabuhan Benoa dengan luas 52 hektar telah dijadikan sebagai ajang kegiatan pelayaran, dimana Pelabuhan Benoa tidak hanya digunakan sebagai tempat berlabuhnya kapal dagang dan kapal penangkap ikan, tetapi juga digunakan sebagai tempat palaksanaan kegiatan marina. Hal ini mengindikasikan bahwa kemungkinan besar kandungan logam berat pada sedimen di Pelabuhan Benoa cukup tinggi (Indu, 2001). Data menunjukkan besarnya kandungan logam berat pada sedimen di Pelabuhan Benoa, diperkuat oleh hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh sejumlah peneliti. Yuli Santosa melaporkan bahwa konsentrasi logam Pb pada sedimen berkisar antara 12,496 21,804 ppm (Yuli Santosa, 2000). Selanjutnya Cahyadi menyatakan bahwa kandungan total logam Pb dalam sedimen sebesar 16,604 72,242 mg/kg dan untuk logam Cu 62,299 133,229 mg/kg (Cahyadi, 2000). Terakhir, Agustinawati melaporkan bahwa kandungan Pb dan Cu dalam ukuran sedimen yang berbeda-beda, berturutturut : untuk ukuran sedimen <63 µm konsentrasi Pb berkisar 21,364 53,012 mg/kg dan konsentrasi Cu berkisar 104,137-132,816 mg/kg, sedangkan untuk ukuran partikel sedimen 88-63 µm konsentrasi Pb dan Cu masingmasing berkisar 12,042-28,943 mg/kg dan 46,355 196,359 mg/kg, pada sedimen yang berukuran 100-88 µm konsentrasi Pb dan Cu masing-masing berkisar 2,231 8,692 mg/kg dan 33,635-50,470 mg/kg, untuk ukuran partikel sedimen 300-100 µm konsentrasi Pb berkisar 1,496 39,953 mg/kg dan konsentrasi Cu berkisar 0,474-26,039 mg/kg, sedangkan sedimen yang berukuran >300 µm memiliki konsentrasi Pb dan Cu masing-masing berkisar 0,760 mg/kg dan 0,153 9,242 mg/kg (Agustinawati, 2001). Kesemua laporan tentang kandungan logam Pb dan Cu di dalam sedimen pada Pelabuhan Benoa telah melebihi ambang batas (untuk Pb adalah 0,075 mg/l dan 0,06 mg/l untuk Cu) yang ditetapkan oleh Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Akan tetapi, dari hasil-hasil penelitian tersebut belum ada yang menjelaskan mengenai korelasi antara kedalaman sedimen di Pelabuhan Benoa dan tingkat pencemaran logam berat Pb dan Cu. Oleh karena itu maka diperlukan penelitian lebih lanjut tentang hal tersebut. 62

ISSN 1907-9850 MATERI DAN METODE Bahan Bahan yang digunakan adalah sampel sedimen yang diambil secara acak di Pelabuhan Benoa. Disamping itu juga digunakan bahanbahan kimia lainnya seperti : HNO 3, Pb(NO 3 ) 2, CuSO 4.5H 2 O, H 2 O 2 yang semuanya pro-analisis dan akuades. Peralatan Peralatan yang digunakan untuk analis adalah : Spektrofotometer Serapan Atom Varian model Spectra A-30. Cara Kerja Pengambilan Sampel Sedimen Pengambilan sampel dilakukan pada 5 lokasi secara acak di sekitar Pelabuhan Benoa, dengan pengambilan sedimen pada tiga kedalaman yaitu 0, 10, dan 20 cm (dari permukaan sedimen) (Siaka, 1998). Pengambilan sampel ini dilakukan dengan menggunakan pipa polietilen. Sebelum digunakan, pipa dan botol polietilen direndam dalam HNO 3 10 % selama tidak kurang dari 24 jam, kemudian dibilas beberapa kali dengan air suling (Agustinawati, 2001; Cahyadi, 2000 Yuli Santosa, 2000; Siaka, 1998). Setelah pengambilan selesai sampel yang diperoleh dimasukkan ke dalam botol polietilen, didinginkan dengan es dan segera dibawa ke laboratorium (Agustinawati, 2001; Cahyadi, 2000; Siaka, 1998). Sampel disimpan dalam lemari es (4 o C) sebelum diayak. Air laut juga diambil ditempat pengambilan sampel sedimen untuk membantu dalam proses pengayakan. Hal ini dilakukan untuk membuat kondisi sama seperti di tempat pengambilan sampel. Perlakuan Sampel Pengayakan sampel sedimen Sedimen basah diayak dengan ayakan 63 µm dengan bantuan air yang diambil dari tempat pengambilan sampel. Ayakan dilakukan terhadap sedimen basah dengan tujuan agar semua butiran sedimen yang lolos dari ayakan mencerminkan ukuran yang sebenarnya di alam. Ukuran 63 µm dipilih karena pada ukuran tersebut lebih banyak mengikat senyawasenyawa logam (Agustinawati, 2001; Birch and Irvine, 1998; Siaka, 1998). Butiran sedimen yang bercampur dengan air laut (ukuran 63 µm) diendapkan selama paling sedikit 24 jam. Selanjutnya, cairan yang jernih didekantasi dan endapannya dikeringkan dalam oven pada suhu tidak lebih dari 60 o C hingga diperoleh berat konstan (Agustinawati, 2001; Cahyadi, 2000; Yuli Santosa, 2000; Siaka, 1998). Sedimen kering yang diperoleh digerus kemudian disimpan dalam botol kering sebelum dianalisis lebih lanjut (Agustinawati, 2001; Cahyadi, 2000; Yuli Santosa, 2000). Penyiapan sampel Ditimbang dengan teliti 2 gram sedimen kering dan dimasukkan ke dalam gelas piala, kemudian ditambahkan 20 ml campuran HNO 3 dan H 2 O 2 (1:1) dan didestruksi selama 3 jam pada suhu 120 o C. Hasil destruksi ini disaring dan filtratnya ditampung dalam labu ukur 50 ml dan diencerkan dengan aquades sampai tanda batas. Filtrat ini kemudian diukur dengan AAS (Agustinawati, 2001; Cahyadi, 2000; Siaka, 1998). Penentuan Kandungan Logam Pb dan Cu Pembuatan kurva kalibrasi Kurva kalibrasi dibuat dengan cara mengukur absorbans dari sederetan konsentrasi larutan standar yang telah dibuat, kemudian dibuat grafik yang menunjukkan hubungan antara absorbans dengan konsentrasi larutan standar. Masing-masing larutan diukur absorbansnya pada λ = 217,0 nm untuk Pb dan λ = 324,7 nm untuk Cu (Agustinawati, 2001; Cahyadi, 2000; Yuli Santosa, 2000; Siaka, 1998). Penentuan konsentrasi logam Pb dan Cu Filtrat hasil destruksi diukur dengan AAS menggunakan lebar celah 1 nm untuk Pb dan 0,5 nm untuk Cu. Penentuan konsentrasi logam Pb dan Cu pada sampel dilakukan dengan teknik kurva kalibrasi yang berupa garis linier, sehingga dapat ditentukan konsentrasi sampel dari absorbansi yang terukur. Setelah konsentrasi pengukuran diketahui, maka konsentrasi sebenarnya dari Pb dan Cu dalam sampel kering dapat ditentukan dengan perhitungan : 63

JURNAL KIMIA 2 (2), JULI 2008 : 61-70 M = C.V.F B dimana : M : Konsentrasi logam (Pb atau Cu) dalam sampel (mg/kg), C : Konsentrasi yang diperoleh dari kurva kalibrasi (mg/l), V : Volume larutan sampel (ml), F : Faktor pengenceran, dan B : Bobot sampel (gram). HASIL DAN PEMBAHASAN Logam Berat Pb (timbal/timah hitam) Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa sumber keragaman lokasi pengambilan sampel dan kedalaman sedimen berpengaruh sangat nyata (P > 0,01) terhadap kandungan logam Pb (Tabel 1). Demikian juga sumber keragaman interaksi antara lokasi pengambilan sampel dan kedalaman sedimen mempunyai pengaruh yang sangat nyata (P > 0,01). Gambar 1. Peta Pelabuhan Benoa Sedangkan sumber keragaman (kesalahan) ulangan berpengaruh tidak nyata, hal ini menandakan bahwa penelitian ini menghasilkan data dengan jarak ketelitian yang bagus. Konsentrasi logam Pb pada lokasi A (sekitar 200 m sebelah utara dari zona pelabuhan 64 marina) menurun perlahan-lahan dengan semakin tebalnya lapisan sedimen (Gambar 2). Pada lokasi B (± 100 m sebelah utara dari zona pelabuhan marina) konsentrasi logam Pb antara permukaan (kedalaman 0 cm) dengan kedalaman 10 cm menunjukkan penurunan yang perlahan-lahan, tetapi antara kedalaman 10 cm sampai kedalaman 20 cm menunjukkan

ISSN 1907-9850 penurunan konsentrasi yang cukup drastis. Sedangkan rata-rata kandungan logamnya mempunyai nilai yang lebih tinggi dibanding dengan lokasi A. Hal ini dikarenakan bahwa lokasi B lebih dekat dengan zona kegiatan marina dibandingkan dengan lokasi A. Konsentrasi logam Pb pada lokasi C (± 10 m sebelah utara dari zona pelabuhan marina) antara permukaan (kedalaman 0 cm) dengan kedalaman 10 cm menunjukkan penurunan yang relatif drastis, sedangkan antara kedalaman 10 dan 20 cm menunjukkan penurunan yang perlahan-lahan (Gambar 2). Lokasi ini mempunyai nilai rata-rata kandungan logam Pb terbesar di antara empat lokasi lainnya yaitu 16,66 mg/kg. Hal ini disebabkan karena, selain lokasi ini merupakan lokasi terdekat dengan kegiatan marina yang mana kapal induk selayaknya kapal lainnya juga menggunakan cat anti korosi yang pada umumnya mengandung Pb (Austin, 1984) dan dalam menjalankan aktivitasnya kegiatan marina ini menghabiskan bahan bakar solar ± 5.000 L/hari (dalam menjalankan kapalnya) serta sebelum berangkat kapal tersebut harus dihidupkan di pelabuhan ± 2 jam. Selain hal tersebut, knalpot (pembuangan sisa gas hasil proses pembakaran bahan bakar) terletak di bawah kapal (di bawah permukaan air laut), sehingga gas buangannya langsung berinteraksi dengan air laut. Tingginya kandungan Pb pada lokasi ini juga disebabkan oleh adanya kegiatan selain kegiatan marina tersebut yaitu kegiatan transportasi dalam rangka pengangkutan pasir oleh truk-truk. Lokasi C mempunyai kandungan logam Pb lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi A dan B (Tabel 1), karena lokasi C memang mempunyai jarak yang lebih dekat dengan zone marina dibandingkan dengan lokasi A dan B. Pada lokasi D (± 10 m sebelah utara dari docking kapal ikan) konsentrasi logam Pb mengalami penurunan perlahan-lahan yang relatif konstan dengan semakin tebalnya lapisan sedimen (Gambar 2). Tabel 1. Nilai Rata-rata Kandungan Logam Pb (mg/kg) pada Berbagai Kedalaman Sedimen dari Masingmasing Lokasi Keterangan : Kedalaman Lokasi A B C D E Rata-rata 0 cm 13,68 17,07 19,97 14,65 12,23 15,52 a 10 cm 11,99 15,37 15,62 13,44 11,02 13,49 b 20 cm 10,54 11,75 14,41 11,75 9,09 11,51 c Rata-rata 12,07 14,73 16,66 13,28 10,78 a b c d e Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P>0,01), berturut-turut lokasi a : ± 200 m, lokasi b : ± 100 m, dan lokasi c: ± 10 m sebelah utara dari zone pelabuhan marina ; sedangkan lokasi d dan e berturut-turut ± 10 m dan 200 m sebelah utara docking kapal ikan (Lihat Gambar 1) 65

JURNAL KIMIA 2 (2), JULI 2008 : 61-70 2 5 2 0 L o k a s i A L o k a s i B L o k a s i C L o k a s i D L o k a s i E kadar (mg/kg) 1 5 1 0 5 0 5 1 0 1 5 2 0 K e te b a la n (c m ) Gambar 2. Logam Pb pada berbagai kedalaman sedimen dari masing-masing lokasi Pola penyebaran konsentrasi logam Pb pada lokasi E (± 200 m sebelah utara dari docking kapal ikan) menunjukkan pola yang sama dengan empat lokasi lainnya, yaitu mengalami penurunan konsentrasi logam dengan semakin tebalnya lapisan sedimen dari permukaan. Pada lokasi ini mempunyai nilai rata-rata kandungan logam Pb terkecil yaitu 10,78 mg/kg (Tabel 1). Hal ini disebabkan selain letak lokasi E yang lebih jauh dibandingkan dengan lokasi D, lokasi E juga mempunyai sumber pencemar Pb (docking kapal ikan) yang lebih kecil dibandingkan dengan pelabuhan marina (lokasi A, B, dan C) (disajikan pada Gambar 1). Logam Berat Cu (tembaga) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa sumber keragaman lokasi pengambilan sampel dan kedalaman sedimen berpengaruh sangat nyata (P > 0,01) terhadap kandungan logam Cu (Tabel 2). Demikian juga sumber keragaman interaksi antara lokasi pengambilan sampel dan kedalaman sedimen mempunyai pengaruh yang sangat nyata (P > 0,01). Sedangkan sumber keragaman (kesalahan) ulangan berpengaruh tidak nyata, hal ini menandakan bahwa penelitian ini menghasilkan data dengan jarak ketelitian yang cukup bagus. Konsentrasi logam Cu pada lokasi A (± 200 m sebelah utara dari zone pelabuhan marina) menurun perlahan-lahan dengan semakin tebalnya lapisan sedimen (Gambar 3). Sedangkan kandungan logam Cu pada lokasi ini menunjukkan nilai terendah rata-rata 28,32 mg/kg (Tabel 2). Hal ini dikarenakan selain lokasi A mempunyai letak yang lebih jauh dibandingkan dengan lokasi B dan C, lokasi A juga mempunyai sumber pencemar Cu (pelabuhan marina) yang menghasilkan cemaran logam Cu lebih kecil dibandingkan dengan sumber pencemar docking kapal ikan (lokasi D dan E). Pada lokasi B (± 100 m sebelah utara dari zone pelabuhan marina) konsentrasi logam Cu mengalami penurunan perlahan-lahan. Sedangkan rata-rata kandungan logamnya mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi A, hal ini dikarenakan lokasi B lebih dekat dengan zone kegiatan marina dibandingkan dengan lokasi A. Konsentrasi logam Cu pada lokasi C (± 10 m sebelah utara dari zone pelabuhan marina) menujukkan pola yang relatif sama 66

ISSN 1907-9850 dengan pola pada lokasi B, tetapi kandungan logam Cu-nya lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi A dan B (karena letaknya lebih dekat dengan sumber pencemar). Tabel 2 Nilai Rata-rata Kandungan Logam Cu (mg/kg) pada Berbagai Kedalaman Sedimen dari Masingmasing Lokasi Logam Pb (mg/kg) pada Berbagai Kedalaman Sedimen dari Masing-masing Lokasi Kedalaman Lokasi A B C D E Rata-rata 0 cm 29,69 32,57 37,83 41,12 38,08 35,85 a 10 cm 28,13 30,43 36,10 36,92 36,84 33,69 b 20 cm 27,15 27,56 33,64 36,68 36,10 32,22 c Rata-rata 28,32 a 30,19 b 35,86 c 38,24 d 37,01 e Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P>0,01), berturut-turut lokasi a : ± 200 m, lokasi b : ± 100 m, dan lokasi c: ± 10 m sebelah utara dari zone pelabuhan marina ; sedangkan lokasi d dan e berturut-turut ± 10 m dan 200 m sebelah utara docking kapal ikan (Lihat Gambar 1) Rata-rata kandungan logam Cu terbesar terdapat di Lokasi D (± 10 m sebelah utara dari docking kapal ikan) yaitu 38,24 mg/kg (Tabel 2), karena lokasi ini mempunyai letak terdekat dengan docking kapal para nelayan yang mana banyak terbuat dari kayu (Cu banyak dipakai sebagai pengawet kayu (Palar, 1994 dan Connel, and Miller, 1995) dan cat antifouling (Austin, 1984). Terlihat dalam Gambar 3 bahwa penurunan konsentrasi logam Cu drastis antara kedalaman 0 cm ke 10 cm dan kemudian penurunan yang perlahan-lahan antara kedalaman 10 cm ke 20 cm. Pola konsentrasi Cu pada lokasi E (± 200 m sebelah utara dari docking kapal ikan) menunjukkan pola yang sama dengan keempat lokasi lainnya, yaitu mengalami penurunan konsentrasi logam Cu dengan semakin tebalnya lapisan sedimen dari permukaan. Pada lokasi E ini mempunyai kandungan logam Cu yang lebih kecil dibandingkan dengan lokasi D, karena lokasi E mempunyai letak yang lebih jauh dari sumber pencemarnya. Perbedaan konsentrasi dari logam Pb dan Cu ini dipengaruhi oleh perbedaan aktivitas manusia dan proses alam seperti banjir, kekeringan dan temperatur (Namminga and Wilhm, 1977). Bahkan Namminga dan Wilhm menemukan bahwa konsentrasi logam berat dalam sedimen pada umumnya lebih besar di musim panas daripada musim dingin. Temperatur yang tinggi pada musim panas mungkin menghasilkan peningkatan pada aktivitas mikrobial dalam sedimen yang nantinya akan menghasilkan peningkatan akumulasi logam (Namminga and Wilhm, 1977). 67

JURNAL KIMIA 2 (2), JULI 2008 : 61-70 Kadar (mg/kg) 45 40 35 30 Lokasi A Lokasi B Lokasi C Lokasi D Lokasi E 25 0 5 10 15 20 Ketebalan (cm ) Gambar 3 Logam cu pada berbagai kedalaman sedimen dari masing-masing lokasi Pola penyebaran logam Pb dan Cu pada berbagai kedalaman sedimen di beberapa lokasi di Pelabuhan Benoa (lokasi A, B, C, D, dan E) menujukkan persamaan. Hal ini terlihat dalam Tabel 1 dan 2, baik kandungan logam Pb maupun Cu mengalami penurunan sebanding dengan kenaikan kedalaman sedimen di masing-masing lokasi (perbedaannya sangat nyata). Konsentrasi paling besar ditemukan pada permukaan sedimen (Kedalaman 0 cm). Hal ini mungkin disebabkan karena logam yang ada pada permukaan sedimen merupakan logam yang terakumulasi relatif baru sebelum pengambilan sampel dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa pada sedimen semakin ke bawah dari permukaannya mempunyai kandungan logam berat yang semakin kecil (Batley, 1987; Siaka, 1998). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Adapun simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ada korelasi yang positif antara konsentrasi logam berat Pb dan Cu dengan kedalaman sedimen, dimana pada umumnya kandungan logam Pb dan Cu berkurang dengan semakin tebalnya lapisan sedimen. 2. Untuk kedalaman sedimen 0 cm (permukaan), konsentrasi Pb rata-rata 15,52 mg/kg dan konsentrasi Cu rata-rata 35,85 mg/kg, sedangkan untuk kedalaman sedimen 10 cm konsentrasi rata-rata Pb dan Cu masing-masing 13,49 mg/kg dan 33,69 mg/kg. Pada sedimen dengan kedalaman 20 68

ISSN 1907-9850 cm konsentrasi rata-rata Pb dan Cu masingmasing 11,51 mg/kg dan 32,22mg/kg (Tabel 1 dan 2). 3. Lokasi A, B, dan C dengan sumber pencemar pelabuhan marina mempunyai kandungan logam Pb yang lebih besar dibandingkan dengan lokasi D dan E dengan sumber pencemar docking ikan, sedangkan pada logam Cu lokasi dengan sumber pencemar pelabuhan marina mempunyai kandungan yang lebih rendah dibandingkan dengan lokasi dengan sumber pencemar docking ikan. 4. Dari penelitian ini juga dapat diketahui bahwa semakin jauh dari sumber pencemar, maka kandungan logam Pb dan Cu semakin mengecil. Saran Ada dua hal yang dapat disarankan dari penelitian ini : 1. Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai korelasi logam-logam berat lainnya (misalnya : Hg, As, Cd, dan sebagainya) dengan kedalaman sedimen. 2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai laju sedimentasi di Pelabuhan Benoa, agar nantinya dapat memprediksi sejak kapan terjadinya proses pengakumulasian logam berat tersebut. UCAPAN TERIMA KASIH Melalui kesempatan ini penulis menyampaikan banyak-banyak terimakasih kepada : Irdhawati, S.Si., M.Si. dan Khairul Anwar yang telah membantu dalam penelitian ini, serta Pihak Pelabuhan Benoa yang telah mengijinkan dalam pengambilan sampel sedimen. DAFTAR PUSTAKA Agustinawati, N. L. P., 2001, Distribusi Logam Pb dan Cu Pada Berbagai Ukuran Partikel Sedimen di Pelabuhan Benoa, Skripsi, Jurusan Kimia FMIPA, UNUD, Denpasar Austin, G. T., 1984, Shreve s Chemical Process Industries, Fifth Edition, Mc Graw-Hill Book Company, New York Batley, G. E., 1987, Aust. J. Mar. Freshw. Res., 591 605 Birch. G. F. and Irvine, 1998, Distribution of heavy Metal in Surficial Sediments of Port Jacktion, Sidney, New South Wales, Australia Cahyadi, A. G., 2000, Bioavailability dan Spesiasi Logam Pb dan Cu pada Sedimen di Pelabuhan Benoa, Skripsi, Jurusan Kimia FMIPA UNUD, Denpasar Connel, W. D. and G. J. Miller, 1995, Chemistry and Ecology of Pollution, a.b. Y. Koestoer, Penerbit UI Press, Jakarta Fardiaz, S., 1992, Polusi Air dan Udara, Penerbit Kanisius, Yogyakarta Graha, D. S.,1987, Batuan dan Mineral, Penerbit Nova, Bandung Haryono, S., T. Subowo, dan A. Sunjaya, 1989, Laporan Penelitian Monitoring Logam Berat di Perairan Pantai Semarang 1988-1989, LIPI Semarang Hutagalung, H. P., 1980, Mengenal AAS, Perwarta Oseana, Th. UI, No.3, Lembaga Oseanologi Indonesia LIPI, Jakarta Indu, 2001, Benoa Potensial Jadi Pelabuhan Bisnis, Bali Post 29 Mei 2001, Denpasar Manahan, S. E., 1994, Environmental Chemistry, Sixth Edition, Lewis Publishers, United State of America Namminga, H. and J. Wilhm, Juli 1977, Journal WPCF, 1725 1730 Nur, M. A. dan H. Adijuwana, 1989, Teknik Spektroskopi dalam Analisis Biologis, IPB, Bogor Palar, H., 1994, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta Pun., 2000, Keracunan Timbal Bisa Melumpuhkan Kompas, 18 November 2000, Jakarta 69

JURNAL KIMIA 2 (2), JULI 2008 : 61-70 Sadiq, M., 1992, Toxic Metal Chemistry in Marine Environments, Marcel Dekker Inc, New York Yuli Santosa, K., 2000, Kandungan Logam Timbal (Pb) dalam Air Laut, Sedimen, dan Ikan Lemuru (sardinella Longiceps) di Pelabuhan Benoa, Skripsi, Jurusan Kimia FMIPA, UNUD, Denpasar Siaka, M. I, 1998, The Application of Atomic Absorption Spectroscopy to the Determination of Selected Trace Element in Sedimen of the Coxs River Catchment, Thesis, Departement of Chemistry, Faculty of Science and Technology, University of Western Sydney Nepean Sugandi, E. dan Sugiarto, 1993, Rancangan Percobaan, Penerbit Andi Offset Yogyakarta, Yogyakarta. Wein, H. E. M., 1991, Metal and Their Compuonds in Environment, Cambridge Zainudin, M., Aminudin, P., dan Soegianto, 1986, Atomic Absorption Spektrofotometer, Paket A AAS, Analisa Kimia Instrumen, Fak. Farmasi, UNAIR, Surabaya 70