Kata Kunci : IbPE, enceng gondok, UKM

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN TAHUNAN PROGRAM IPTEKS BAGI PRODUK EKSPOR

MAKALAH PROGRAM PPM. PENGAWETAN SERAT ECENG GONDOK DENGAN EKSTRAK DAUN NIMBA (Azadirachta indica A.Juss)

LAPORAN TAHUNAN PROGRAM IPTEKS BAGI PRODUK EKSPOR

LAPORAN KEMAJUAN JUDUL: I b PE KERAJINAN BERBAHAN SERAT, BAMBU, DAN KAYU DI SALAMREJO, SENTOLO, KULON PROGO, D.I. YOGYAKARTA

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN TEKNIK PEWARNAAN ALAMI PADA KERAJINAN SERAT ALAMI DI CV BHUMI CIPTA MANDIRI SENTOLO, KULON PROGO, YOGYAKARTA

SOLUSI PERMASALAHAN PENGRAJIN BERBAHAN BAKU SERAT, BAMBU, KAYU, DAN KAIN BATHIK DI SALAMREJO, SENTOLO, KULON PROGO MELALUI PROGRAM IbPE *)

PKM Perajin Tedung Desa Mengwi Di Kabupaten Badung, Bali

Sejarah Berdirinya Home Industry Aryani Art

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik

DAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii. DAFTAR ISI... iii

Bisnis Modal Kecil Kreasi Kain Perca

produk batik fractal

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Barat yang berbentuk selendang.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi

Buchari. et al. Peningkatan Mutu Produk Kelompok Usaha Pengrajin Eceng Gondok

KERAJINAN DARI BAHAN ALAM

I. PENDAHULUAN. mata pencaharian dari masyarakat. Menurut konsep dasar geografi yakni, konsep

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi produksi, dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengurangi pengganguran, memerangi kemiskinan dan. pemerataan pendapatan. Oleh karena itu tidak heran jika kebijakan

Bisnis Sampingan Pakaian Anak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dari penelitian yang telah

BATIK KULIT DAN PRODUK BARANG-BARANG BATIK KULIT SEBAGAI PRODUK BERCIRI INDONESIA

I b PE KERAJINAN BERBAHAN SERAT, BAMBU, DAN KAYU DI SALAMREJO, SENTOLO, KULON PROGO, D.I. YOGYAKARTA *)

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA STEM-BANANA (KERAJINAN HAND-MADE PELEPAH PISANG) PENGHASIL UANG. Bidang Kegiatan: PKM Kewirausahaan.

ARTIKEL PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELOMPOK PENGRAJIN BERBAHAN BAKU SERAT ALAMI DI SENTOLO KABUPATEN KULON PROGO

PENINGKATAN KAPABILITAS PERAJIN BLANGKON DI KAMPUNG POTROJAYAN KECAMATAN SERENGAN KOTA SOLO MELALUI KEGIATAN IPTEK BAGI MASYARAKAT (IbM)

IbM KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUB) SULAM PITA DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENYUSUNAN ANALISIS SITUASI DALAM USULAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT: IPTEKS BAGI PRODUK EKSPOR (IbPE)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam peningkatan perekonomian daerah, peningkatan pendapatan devisa nasional

BAB I PENDAHULUAN. Di daerah Sumatera Utara terdapat beberapa suku, salah satunya adalah suku Batak,

BAB I PENDAHULUAN. satu pilar kekuatan perekonomian suatu daerah. Hal ini disebabkan karena

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Dompet Handphone Murah Datangkan Untung Jutaan Rupiah

PELATIHAN PENINGKATAN PRODUK CINDERAMATA DARI BAHAN LIMBAH KAYU PADA UMKM DI DESA CINUNUK KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. sektor ekonomi lainnya yang berperan meningkatkan perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PKU Pendampingan Manajemen Usaha Industri Limbah Perca Batik UMKM Batik Kebonpolo

LAPORAN KEMAJUAN. I b PE KERAJINAN HANDICRAFT DAN TOYS DI KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN SLEMAN DAN KLATEN

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG

Peluang Usaha Perabot Rumah Tangga Batok Kelapa

Deskripsi METODE PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADAT BERBASIS ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional.

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELOMPOK PERAJIN SANGKAR BURUNG GRIYAKUKILA KADIPIRO MELALUI DIVERSIVIKASI PRODUK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pengembangan ekonomi daerah yang bertujuan. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pengembangan ekonomi lokal

BAB I PENDAHULUAN. Tasikmalaya merupakan kota yang terletak di selatan Jawa Barat. Sejarah

PENGUATAN UMKM MELALUI KEKAYAAN INTELEKTUAL DI ERA PERSAINGAN BEBAS

Peningkatan Produktivitas Usaha Kerajinan Keramik di Daerah Bantul Guna Mendukung Pengembangan Produk Ekspor Non Migas

Pembinaan Kelompok UPPKS Ibu Berkarya di Kabupaten Serdang Bedagai. Izwar lubis (Dosen Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Medan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang. berpengaruh dalam persaingan global. SDM yang berkualitas, memiliki

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI RAJUNGAN

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kusumaningrat (2009:4), bahwa pada awal tahun 2003 pemerintah

Studi Penggunaan Material Anyam Kulit Perkamen sebagai Material Substitusi dan Kombinasi pada Desain Furnitur Rotan

LAPORAN AKHIR PKM-K. Disusun oleh:

BAB IV ANALISIS DATA DAN PENELITIAN

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM. Pemanfaatan Bungkus Makanan Ringan sebagai Bahan Pembuatan Tas

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan industri tekstil di Indonesia terus menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran, penjualan, promosi, dan lain sebagainya. Lembaga Pengembangan Bisnis Yayasan Dharma Bhakti Astra (LPB-

BAB 1 PENDAHULUAN. temurun. Sedangkan industri kecil kerajinan barang-barang dari kulit seperti jaket,

Peluang Bisnis Sampingan Distro Online

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS KERAJINAN KAIN PERCA

IPTEK BAGI MASYARAKAT (IbM) PENGOLAHAN LIMBAH KAIN PERCA DI KELURAHAN TIPES KECAMATAN SERENGAN KOTA SOLO ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi UKM Kerajinan Bambu Desa Brajan Kecamatan Minggir

IbM PELATIHAN KETRAMPILAN MEMBUAT BATIK PROBOLINGGO DIHIASI PAYET DI JREBENG KULON

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING JUDUL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. keunggulan kompetitif dari perusahaan-perusahaan pesaing lainnya. Salah. produk tanpa menaikkan harganya.

PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA PENGRAJIN SULAM DI KEC. TANGGULANGIN KAB. SIDOARJO

Analisis Nilai Tambah Produk Anyaman Bambu Kelompok Usaha Kerajinan di Dusun Calok Kabupaten Jember

2.3. Perkembangan Usaha Kerajinan Tangan Eceng Gondok

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha di era globalisasi sekarang ini semakin

IbM USAHA RUMAH TANGGA OLAHAN BUAH SALAK DI KABUPATEN KARANGASEM BALI

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Peningkatan Produktivitas Usaha Briket dan Tungku di Daerah Sleman Guna Mendukung Penyediaan Bahan Bakar Alternatif yang Ramah Lingkungan

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGEMBANGAN UMKM UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Pengertian 8/22/2015. Oleh Maria Etik Sulistiyani. Kerajinan

PENINGKATAN KUANTITAS, KUALITAS DAN KONTINUITAS INDUSTRI KERTAS HANDMADE

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Maulana Achmadi, Lisna Pekerti, Rizky Musfiati, Siti Juwariyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

BAB 1V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Masing-masing perusahaan menampilkan performa dan keunggulan masingmasing.

BAB I PENDAHULUAN. barang dari kulit dan alas kaki (KBLI 15) yang naik sebesar 1,67 %. Selanjutnya,

INOVASI PRODUK USAHA OLAHAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA JUAL LELE

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM LAMPU TEGEL (LAMPU TERANG DALAM GELAP) BIDANG KEGIATAN: PKM-K. Diusulkan oleh: UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB I PENDAHULUAN. Industri didefinisikan sebagai sekumpulan orang, metode, mesin, material

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Dompet Handphone Murah Datangkan Untung Jutaan Rupiah

Transkripsi:

ABSTRAK MERANGKAI Enceng Gondok MERAIH DEVISA (I b PE Kelompok Usaha Kerajinan Enceng Gondok) Oleh : Puji Lestari, M. Hum, Terry Irenewaty, M. Hum, Nur Hidayah, M., M. Si, Kiromim Baroroh, M. Pd, Aan Ardian, S. Pd, Kun Sri Budiasih, M. Si Tujuan pengabdian ini adalah untuk meningkatkan kualitas UKM mitra, yaitu Pandansari Craft, Rifat Craft dan Gulma Mutiara Craft. Adapun permasalahan yang terdapat di masing-masing UKM terletak pada: 1) fasilitas yang terbatas terutama untuk peningkatan variasi produk antara lain: mesin jahit kolong, mesin jahit juki, mesin travo las, mesin diesel, alat pengolah limbah, dan kompresor; 2) ketidakmampuan dalam memanfaatkan peralatan produksi dan promosi. 3) belum ada standar penjaminan mutu. Pengabdian ini terdiri dari pelatihan dan pendampingan. Pelatihan digunakan untuk meningkatkan kemampuan mitra dalam mengoperasikan alat dan meningkatkan variasi produk dan meningkatkan penguasaan media promosi. Pendampingan digunakan untuk mendampingi mitra dalam penyusunan standar penjaminan mutu. Hasil pengabdian pada tahun ketiga yang telah dilaksanakan yaitu : 1) Tersedianya 2 mesin jahit kolong, 1 mesin jahit juki, 1 mesin travo las, 1 mesin diesel, 1 alat pengolah limbah, 1 kompresor; 2) Keterampilan dalam pengoperasian mesin jahit kolong, mesin jahit juki, mesin travo las, dan kompresor, 3) tersusunnya sistem penjaminan mutu Kata Kunci : IbPE, enceng gondok, UKM 1

A. Analisis Situasi Kerajinan enceng gondok merupakan salah satu hasil seni budaya Indonesia yang memiliki nilai jual yang tinggi. Kerajinan enceng gondok merupakan warisan dari nenek moyang dengan bahan baku dari daerah setempat. Pada mulanya kerajinan ini merupakan pekerjaan sampingan yang dikerjakan dikala waktu senggang sebagai pekerjaan sambilan ketika menunggu waktu panen. Barang kerajinan yang dibuat pada awalnya terbatas untuk keperluan pribadi dan tidak diperjualbelikan. Oleh sebab itu jumlahnya terbatas karena tidak ada upaya untuk melipatgandakan produksi. Baru beberapa saat kemudian ketika barang kerajinan mulai diperjual belikan dan semakin terasa fungsi ekonomisnya. Para petani tersebut tidak lagi membuat barang kerajinan sebagai pekerjaan sambilan, tetapi sudah menjadi mata pencaharian mereka. Bahkan sekarang sudah banyak masyarakat yang menggantungkan penghasilannya pada industri kerajinan ini. Produk kerajinan tersebut saat ini sudah mencapai perdagangan ekspor karena hampir 70% produk kerajinan ini untuk eksport, dimana para buyer dari luar negeri banyak yang melirik kerajinan ini. Kerajinan enceng gondok ini memiliki jangkauan berbagai negara antara lain : Amerika Serikat, Italia, Swiss, Paris, Eropa dan Jepang dan masih banyak lagi negara yang menjadi tujuan ekspor. Kerajinan enceng gondok ini juga memiliki daerah pemasaran di kota-kota besar di Indonesia, seperti : Bali, Jakarta, dan Bandung. Produk yang dihasilkan memang sangat unik dan menarik antara lain keperluan fashion accecoris yakni berbagai model tas, dompet, topi dan lain sebagainya. Selain itu juga diproduksi barang-barang untuk kebutuhan perlengkapan rumah tangga berupa sarung bantal. Boks-boks tempat pakaian kotor, taplak meja dan lain sebagainya. Hampir 80% barang kerajinan enceng gondok saat ini diproduksi sesuai dengan permintaan atau pesanan pasar sedangkan yang 20% adalah hasil kreativitas dari para pengrajin. Sentra industri kerajinan enceng gondok ini banyak tersebar di Kabupaten Kulon Progo, tepatnya di Desa Salamrejo Kecamatan Sentolo. Selain sebagai petani, sebagian besar mata pencaharian masyarakat desa Salamrejo adalah 2

sebagai pengrajin enceng gondok. Desa ini menjadi sentra kerajinan enceng gondok karena jumlah pengrajin dan bahan baku yang cukup banyak. Selain itu di desa ini dapat kita lihat banyak pengrajin enceng gondok yang sudah berkembang besar karena sudah mampu menjangkau pasar ekspor. Dengan menjadinya desa ini menjadi sentra industri kerajinan enceng gondok maka semua itu tidak terlepas dari unit-unit usaha yang ada. Jika hanya melihat sepintas saja hasil kerajinan enceng gondok ini tentu tidak bisa dibayangkan bahwa untuk menghasilkan barang-barang kerajinan tersebut tidaklah mudah. Untuk menghasilkan barang-barang tersebut harus melewati beberapa proses dan proses tersebut menyerap beberapa unit produksi. Unit-unit atau komponen-komponen tersebut kemudian membentuk suatu relasi produksi. Dimulai dari petani enceng gondok yang menghasilkan bahan dasar untuk kerajinan enceng gondok. Kemudian perajin tampar yang membuat tamparan enceng gondok dengan diplintir. Perajin upahan dan perajin unit mandiri yang membuat barang kerajinan tersebut. Juragan merupakan orang yang menampung barang-barang hasil kerajinan dan kemudian memasarkan atau yang menerima pesanan dari eksportir. Unit-unit atau komponen-komponen produksi tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, karena semua memiliki hubungan yang saling mendukung. Barang kerajinan enceng gondok ini memang harus melewati prosesproses dan hal tersebut dilakukan oleh unit-unit atau komponen-komponen produksi tadi. Jadi juragan tidak dapat berdiri sendiri dalam menghasilkan barang kerajinan enceng gondok tanpa ada bantuan dari unit-unit atau komponenkomponen produksi lainnya. Hanya saja akhir-akhir ini, kerajinan enceng gondok mulai meredup dalam pemasarannya. Hal ini tidak terlepas dari krisis global yang melanda dunia, termasuk beberapa di antaranya negara-negara pengimpor tas enceng gondok mulai berkurang jumlah pesanannya. Permasalahan lain adalah: bahan baku yang kurang atau terlambat, sehingga dapat mengganggu proses produksi. Mutu bahan baku juga sangat tergantung dari musim. Selain kelangkaan bahan baku ini 3

memicu kenaikan harga bahan baku, sehingga perlu variasi produk bahan berbaku lain sebagai bahan baku substitusi dan komplementer. Produk kerajinan Indonesia, termasuk kerajinan enceng gondok, sangat berpeluang untuk diekspor. Perlu diperhatikan bahwa produk-produk yang diekspor harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dari pemerintah dan perusahaan yang menjadi buyers. Salah satu syarat yang cukup ketat adalah penggunaan bahan-bahan (utama maupun pendukung) yang bersifat food grade. Syarat ini bahkan diberlakukan pada produk-produk non makanan. Masyarakat negara maju memang sangat sensitif terhadap produk industri dan sangat mengapresiasi produk hijau yang ramah lingkungan. Untuk memenuhi persyaratan ini, bahan pendukung pembuatan kerajinan enceng gondok juga harus dipenuhi dari bahan yang dianggap aman untuk bersinggungan dengan konsumen. Perajin juga harus melakukan pengeringan enceng gondok sebelum diolah menjadi bahan kerajinan. Saat ini proses pengeringan masih dilakukan secara tradisional, yaitu dengan penjemuran di bawah sinar matahari. Dengan cara tersebut maka memakan waktu yang cukup lama sehingga membutuhkan sentuhan alat teknologi tepat guna yang dapat meningkatkan produksi dengan proses yang efektif dan efisien. Dalam pemasaran selama ini masih sangat tergantung dari pesanan. Katalog sebagai sarana promosi juga perlu diimbangi dengan stok atau master mengenai produk yang ada dalam katalog. Sehingga pemesan datang dengan memilih produk dalam katalog, namun tidak tersedia sampel produknya. Selama ini ekspor ke luar negeri dijalankan melalui pengepul. Sehingga harga di tingkat konsumen menjadi lebih tinggi. Katalog yang ada juga masih sederhana, belum memuat berbagai produk yang pernah diproduksi, terutama produk yang masih baru. Oleh karena itu diperlukan strategi pemasaran yang efektif dan efisien. Menurut Indra Ismawan (2001), permasalahan yang terdapat dalam UMKM secara umum adalah pemasaran, manajemen keuangan dan permodalan. Permasalahan ini pula yang terdapat pada UKM Pandansari Craft dan Rifat Craft. Pembukuan dalam UKM inipun juga belum tertata, belum menggunakan kaidah akuntansi yang seharusnya, padahal akuntansi sangat penting sebagai proses 4

sistematis untuk mengolah transaksi menjadi informasi keuangan yang bermanfaat bagi para penggunanya (Soni Warsono dkk, 2010). Pengrajin hanya mencatatkan biaya yang dikeluarkan untuk biaya produksi pada lembaran kertas yang ditempel ditembok. Jadi ketika ditanya berapa biaya yang dibutuhkan untuk proses produksi hanya dikira-kira saja. Rifat Craft selama ini membuat desain sendiri, namun apabila desain tersebut ternyata disukai pasar. Pengrajin dari luar pun akan membuat produk sejenis dengan harga yang lebih murah. Sehingga sang pembuat desain tidak dapat memiliki keuntungan lebih. Dengan demikian inovasi dari para pengrajin sangat diperlukan. Di samping itu inovasi dari kerajinan tas enceng gondok ini dirasa perlu dilakukan karena untuk meningkatkan ketertarikan negara-negara pengimpor. Sehingga meminimalisir kejenuhan akan model, bentuk dan asesorisnya. Sehingga dalam masa-masa yang akan datang bisa menjangkau pasar ekspor yang lebih luas. Pada perjalanan kegiatan tahun II, Gulma Mutiara Craft mulai bergabung menjadi mitra kegiatan tim pengabdi, dengan bidang usaha dan permasalahan yang hampir sama dengan Pandansari Craft dan Rifat Craft. Pada UKM Gulma Mutiara Craft, permasalahan terletak pada penjahitan tas dengan model melingkar yang membutuhkan alat tersendiri yaitu mesin jahit kolong/mesin bumbung, mesin jahit juki untuk menjahit material/bahan yang tebal serta genset yang sangat diperlukan ketika sering terjadi pemadaman listrik. Adapun di Pandan Sari Craft memerlukan mesin las (travo las) untuk mengelas mal, dan mesin jahit kolong/mesin bumbung untuk menjahit tas dengan model melingkar. Sedangkan Rifat Craft membutuhkan kompresor untuk mengecat produk tas yang sudah jadi (proses finishing). Untuk sumber daya manusia pada ketiga UKM tersebut hampir setara, dimana tenaga pokok di Pandan Sari Craft 10 orang, Rifat Craft 7 orang, dan Gulma Mutiara Craft 7 orang. Adapun pengadaan fasilitas yang diselenggarakan selama program IbPE di masing-masing UKM yaitu mesin bubut di Rifat Craft pada tahun I, mesin genset di Pandan Sari Craft pada tahun I, mesin oven (pengering) di Pandan Sari Craft pada tahun II, seperangkat laptop beserta modem 5

dan meja kerja di Rifat Craft pada tahun II, dan Gulma Mutiara Craft yang baru bergabung pada tahun II difasilitasi mesin las untuk mencetak mal dan seperangkat laptop beserta modem berikut meja kerjanya. Pada tahun ke III fasilitas yang diperoleh oleh masing-masing UKM yaitu: Rifat Craft sebuah kompresor, Pandansari Craft sebuah mesin jahit kolong, sebuah mesin travo las, alat pengolah limbah sederhana. Pada Gulma Mutiara Craft memperoleh satu mesin jahit kolong, satu mesin jahit Juki, dan satu mesin diesel. Kondisi manajemen dan organisasi kerajinan tas enceng gondok ini dapat dilihat adanya struktur yang terbentuk berbeda-beda. Mungkin masih ada yang sama, yakni struktur yang terbentuk adalah satu garis lurus, karena dari semua juragan (pemilik UKM) pastilah memiliki jaringan, dimana ada seseorang yang memiliki satu kekuatan yang lebih kuat yakni posisi juragan yang menjadi sentral relasi yang terbentuk. Sesuai hasil penelitian Aprilia, seorang mahasiswa pendidikan Sosiologi UNY pada tahun 2008 mengenai jaringan sosial kerajinan agel didalamnya juga termuat jaringan yang sama untuk kerajinan enceng gondok. Ternyata menemukan 3 bentuk pola juragan yang berbeda-beda. Sehingga dapat dikategorikan menjadi juragan besar, juragan menengah dan juragan kecil. Jika melihat juragan yang kecil. Hubungan yang terbentuk hanya simetris saja dan hanya sedikit jalinan yang dimilikinya. Berbeda dengan juragan yang besar, juragan besar lebih banyak memiliki ties-ties yang membuat jaringannya kuat. UKM Pandan Sari Craft, Rifat Craft dan Gulma Mutiara Craft layak untuk menjadi sasaran dari kegiatan pelatihan ini karena ketiga UKM tersebut sampai saat ini masih terus memproduksi kerajinan tas enceng gondok. Pengalaman usaha masing-masing UKM yang sudah berjalan 16 tahun, 12 tahun dan 17 tahun menunjukkan bahwa mereka bisa tetap bertahan di tengah krisis global yang melanda dunia akhir-akhir ini. 2. Permasalahan UKM Permasalahan dalam UKM adalah: a. Bahan baku : enceng gondok yang menjadi bahan baku dari kerajinan sangat berpotensi terkena jamur dan sulit untuk mendapatkan warna yang 6

bersih dan menarik. Belum ada variasi produk dengan bahan baku yang lain. b. Manajemen : pembukuan keuangan belum tersusun sesuai dengan kaidah keuangan yang berlaku.. c. Pemasaran : masih tergantung dari pesanan pengepul, pengrajin biasa menyebutnya PT. d. Fasilitas : Peralatan pun terbatas pada peralatan sederhana jarum, hakpen, dan alat jungkit sederhana untuk memasang pegangan tas. Belum tersedia mesin jahit juki untuk menjahit material/bahan yang tebal dan mesin jahit kolong/mesin bumbung untuk menjahit tas dengan model melingkar. Untuk pengeringan juga masih ada kendala, belum tersedia mesin oven sebagai pengering. Belum tersedia mesin las untuk membuat mal. Fasilitas promosi juga masih terbatas, belum memanfaatkan internet secara optimal. e. Finansial: UKM tidak berani memproduksi kalau tidak ada pesanan. Sehingga mereka hanya memproduksi ketika ada pesanan karena sudah ada kepastian pembeli. Mereka juga tidak mempunyai master/stok barang sehingga para pembeli harus memesan. f. Sistem Jaminan Mutu Berangkat dari kondisi di masing-masing UKM yang belum memiliki sistem penjamina mutu mengenai bahan baku, ukuran produk kerajinan, proses pengerjaan sampai tahap finishing. B. Hasil Kegiatan Berangkat dari permasalahan yang ada maka pengabdi melakukan kegiatan sebagai berikut: 1 Bahan baku : Pada program tahun I sudah diselenggarakan pelatihan pengawetan enceng gondok dengan menggunakan pengawet alami terbuat dari ekstrak daun nimba. Menerapkan formula pengawet dari bahan alami untuk bahan pengawet enceng gondok. Pengawet alami yang diterapkan adalah ekstrak daun nimba (Azadirachta indica A.Juss). Senyawasenyawa yang terdapat dalam tanaman nimba tersebut diketahui bersifat 7

spermisida, antiviral, antibakterial, antiprotozoa, insektisidal, repelen serangga, antijamur, dan antinematoda. (Septiyani, 2007). Pada program tahun II telah diselenggarakan pelatihan proses pemutihan serat enceng gondok. Pada pelatihan tahun III bahan baku tidak hanya berasal dari enceng gondok saja, namun juga ada inovasi bahan baku dengan adanya penambahan mesin kolong maka diperoleh variasi produk dengan bahan lidi dan pelepah pisang. 2 Manajemen : Pada tahun I, diselenggarakan pelatihan pembukuan sederhana yang telah menghasilkan output berupa buku keuangan sederhana di masing-masing UKM. Pada tahun II juga telah diselenggarakan pelatihan pembukuan lanjutan dengan mengenalkan pembukuan lewat program exel. Pada tahun III diadakan pendampingan pembukuan sebagai tindak lanjut pelatihan pembukuan tahun II dan III. 3 Pemasaran : Pada tahun I telah diadakan pelatihan strategi menembus pasar termasuk inovasi produk yang bisa menembus pasar Eropa. Pada tahun II diselenggarakan pelatihan internet untuk membuat jejaring sosial guna menunjang kegiatan pemasaran. Pada tahun III diadakan pendampingan pemasaran secara on line dan perbaikan katalog produk. 4 Fasilitas : Pada tahun I telah diselenggarakan pengadaan mesin bubut, pada tahun II diselenggarakan pengadaan mesin las, mesin oven (pengering) dan laptop. Pada tahun III, fasilitas peralatan yang dibantu oleh tim pengabdi adalah: mesin jahit kolong, mesin jahit juki, mesin travo las, kompresor, dan alat pengolah limbah sederhana. 5 Finansial: Pada tahun II pengabdi juga telah memfasilitasi untuk mendapatkan kredit melalui perbankan, namun pengrajin masih terkendala dengan adanya hutang yang belum lunas. Pada tahun III diberikan pendampingan mengenai cara mengakses kredit dari perbankan. Pengabdi juga mendampingi mitra dalam kedisplinan pembayaran angsuran modal. 6 Sistem Jaminan Mutu. Pada tahun II Pelatihan dan pendampingan mengenai pembuatan sistem jaminan mutu terutama dengan pemutihan serat dan pengeringan bahan menggunakan mesin oven. Pada tahun III 8

sistem penjamin mutu juga dilakukan pada proses produksi yang lain terkait dengan pengolahan limbah. Pelatihan pengolahan limbah dimaksudkan agar UKM mengetahui limbah yang bebas dari bahan kimia. Pengabdi juga melakukan pendampingan sistem penjaminan mutu yang bisa dijadikan standar kualitas oleh pengrajin.. Adapun pelaksanaan pengabdian tahun III adalah sebagai berikut: Tabel Pelaksanaan Pengabdian No Kegiatan Tanggal dan tempat Pelaksanaan Pembicara Jumlah barang/peserta 30 Juli 2012 Tim PPM 2 mesin Pengadaan mesin di Pandan Sari Craft, dan 1 jahit kolong Gulma Mutiara Craft 2 Pengadaan mesin jahit juki 30 Juli 2012, di Gulma Mutiara Craft Tim PPM 1 mesin Pengadaan 30 Juli 2012, Tim PPM 1 mesin 3 kompresor di Rifat Craft 4 Pengadaan mesin diesel 8,5 PK 2 Agustus 2012 di Gulma Mutiara CrafT Tim PPM 1 mesin 5 Pengadaan mesin travo las Pengadaan alat 30 Juli 2012 di Pandan Sari Craft 8 September 2012 di Pandan Tim PPM Tim PPM 1 mesin 1 alat pengolah limbah l Sari Craft 6 sederhana Pelatihan 8 September 2012 di Pandan Kun Sri 6 orang pengoperasian alat Sari Craft Budiasih 7 pengolah limbah 8 Pelatihan 16 September 2012 di Gulma Deny 6 orang pengoperasian Mutiara Craft Praktisi/peng 9

mesin jahit kolong usaha dan mesin jahit juki 9 Pelatihan 23 September 2012 di Pandan Aan Ardian 6 orang pengoperasian Sari Craft mesin travo las dan kompresor Dengan demikian hasil pengabdian pada tahun III adalah sebagai berikut : a. Tersedianya 2 mesin jahit kolong, b. Tersedianya 1 mesin jahit juki c. Tersedianya 1 mesin travo las d. Tersedianya 1 mesin diesel e. Tersedianya 1 alat pengolah limbah f. Tersedianya 1 kompresor g. Keterampilan dalam pengoperasian mesin jahit kolong h. Keterampilan dalam pengoperasian mesin jahit juki i. Keterampilan dalam pengoperasian mesin travo las j. Keterampilan mengolah limbah industri sehingga mereduksi pencemaran k. Keterampilan dalam pengoperasian kompresor l. Tersusunnya sistem penjaminan mutu m. Sikap positif dan motivasi yang tinggi dari para peserta selama mengikuti kegiatan. Ini ditunjukkan peserta yang hadir mencapai 100% dalam setiap pelatih 10

C. Faktor pendukung dan faktor penghambat 1. Faktor Pendukung Kegiatan pelatihan ini terlaksana dengan baik karena didukung oleh beberapa faktor, antara lain: a. Semangat dan motivasi para peserta untuk maju dan terus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan. b. Dukungan (support) pengrajin Pandansari Craft, Rifat Craft dan Gulma Mutiara Craft untuk kelancaran kegiatan-kegiatan dalam bentuk pemberian dukungan fasilitas tempat dan kegiatan. c. Tersedianya bahan baku untuk pelatihan terkait dengan kerajinan enceng gondok d. Kebersamaan tim pengabdi. e. Keterbukaan UMKM untuk menerima hal-hal baru, baik pemanfaatan alat maupun produksi baru f. Tersedianya pelatih langsung dari UMKM yang sejenis yang bersedia berbagi ilmu dengan UMKM dampingan g. Adanya mahasiswa Praktek Kerja Lapangan di Pandansari Craft yang membantu membuatkan katalog produk terbaru h. Pada Gulma Mutiara Craft setelah pelatihan penggunaan mesin jahit kolong, mereka langsung memproduksi tas seperti yang diajarkan, dan menjualnya di Pasar Bringharjo. Mereka sudah mampu memproduksi sendiri dan memasarkannya di kios pasar Bringharjo. 2. Faktor penghambat Faktor penghambat atau kendala yang dihadapi, yaitu: a. Keterbatasan personil pengabdian b. Keterbatasan sarana dan prasarana monitoring implementasi model c. Waktu yang relatif panjang untuk mempersiapkan kegiatan. d. Ada beberapa pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan jawal yang direncanakan karena bersamaan dengan libur puasa dan lebaran 11

D. Kesimpulan 1. Hasil pengabdian Pengabdian di UKM Pandansari Craft, Rifat Craft, dan Gulma Mutiara Craft telah terlaksana selama tahun ke III dengan rincian kegiatan sebagai berikut : a. Tersedianya 2 mesin jahit kolong, b. Tersedianya 1 mesin jahit juki c. Tersedianya 1 mesin travo las d. Tersedianya 1 mesin diesel e. Tersedianya 1 alat pengolah limbah f. Tersedianya 1 kompresor g. Kemampuan mengoperasikan internet, pembuatan jejaring sosial untuk menunjang pemasaran h. Keterampilan dalam pengoperasian mesin jahit kolong i. Keterampilan dalam pengoperasian mesin jahit juki j. Keterampilan dalam pengoperasian mesin travo las k. Keterampilan dalam pengoperasian kompresor l. Tersusunnya sistem penjaminan mutu m. Sikap positif dan motivasi yang tinggi dari para peserta selama mengikuti kegiatan. Ini ditunjukkan peserta yang hadir mencapai 100% dalam setiap pelatihan. 2. Faktor pendukung dan penghambat Dalam penyelenggaraan kegiatan tidak terlepas dari faktor pendukung maupun faktor penghambat. Faktor pendukung kegiatan antara lain : Semangat dan motivasi para peserta untuk maju dan terus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, Dukungan (support) pengrajin Pandansari Craft, Rifat Craft dan Gulma Mutiara Craft untuk kelancaran kegiatan-kegiatan dalam bentuk pemberian dukungan fasilitas tempat dan kegiatan, Tersedianya bahan baku untuk pelatihan terkait dengan kerajinan enceng gondok, kebersamaan tim pengabdi, keterbukaan UMKM untuk menerima hal-hal baru, baik pemanfaatan alat maupun produksi baru, Tersedianya pelatih langsung dari UMKM yang sejenis yang bersedia 12

berbagi ilmu dengan UMKM dampingan, Adanya mahasiswa Praktek Kerja Lapangan di Pandansari Craft yang membantu membuatkan katalog produk terbaru Adapun faktor penghambat kegiatan adalah : Keterbatasan personil pengabdian, keterbatasan sarana dan prasarana monitoring implementasi model, waktu yang relatif panjang untuk mempersiapkan kegiatan, ada beberapa pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan jawal yang direncanakan karena bersamaan dengan libur puasa dan lebaran 13

DAFTAR PUSTAKA Aprilia. (2008). Jaringan Sosial Kerajinan Serat Agel di Salamrejo. Pendidikan Sosiologi UNY. Skripsi. Indra Ismawan. (2001). Sukses di Era Ekonomi Liberal. Bagi Koperasi dan Perusahaan Kecil Menengah. Jakarta: Grasindo Soni Warsono, dkk. (2010). Akuntansi UMKM ternyata mudah dipahami dan dipraktikkan. Yogyakarta: Asgard Chapter. 14