BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa. menjalani proses terjadi pertumbuhan dan perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari. bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN LEUKOREA PADA REMAJA PUTRI

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pertama (1 kegagalan dalam kehamilan). Meskipun alat kontrasepsi

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang ditandai

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II Tinjauan Pustaka

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

Risna Triyani dan Ardiani S. Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. berupa lendir jernih, tidak berwarna dan tidak berbau busuk (Putu, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (leukorhea, white discharge atau flouralbus) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

No. Responden: B. Data Khusus Responden

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan

Kanker Leher Rahim (serviks)

BAB I PENDAHULUAN BAB II ISI

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF IUD PADA NY R P2002 DENGAN EROSI PORTIO DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Ida Susila* Eka Junia Imawan**

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya

BAB V PEMBAHASAN. uji statistik hubungan antara pengetahuan tentang hygiene organ reproduksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan :

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. - Keluar nanah dari lubang kencing, dubur dan vagina,

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

BAB I PENDAHULUAN. periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Dalam masa remaja ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. semasa hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri,

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS

HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

PERILAKU SANTRI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN

Bab IV Memahami Tubuh Kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

Kanker Servix. Tentu anda sudah tak asing lagi dengan istilah kanker servik (Cervical Cancer), atau kanker pada leher rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Kanker Leher Rahim

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN DENGAN PELAKSANAAN DETEKSI DINI KANKER SERVIK MELALUI IVA. Mimatun Nasihah* Sifia Lorna B** ABSTRAK

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB XXIV. Kanker dan Tumor. Kanker. Masalah pada leher rahim. Masalah pada rahim. Masalah pada payudara. Masalah pada indung telur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Universitas Sumatera Utara

Menggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang

Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Infeksi Lainnya pada Alat Kelamin. Mengapa IMS menjadi masalah penting pada seorang perempuan?

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU GENITAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Bagi seorang wanita menjaga kebersihan dan keindahan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. uteri. Hal ini masih merupakan masalah yang cukup besar dikalangan masyarakat Di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Perilaku Vulva Hygiene Berhubungan dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas XII SMA GAMA 3 Maret Yogyakarta

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keputihan 1. Pengertian Keputihan adalah suatu keluhan berupa pengeluaran cairan dari saluran kelamin wanita yang berlangsung lama, berulang, bernanah, berdarah sewaktu, berbau dan dirasakan nyeri serta gatal. Pengeluaran cairan ini sebagai keadaan faali dari saluran kelamin wanita. Seluruh permukaan saluran kelamin wanita mempunyai kemampuan untuk mengeluarkan cairan berupa lendir jernih, tidak berwarna dan tidak berbau busuk 5. Cairan ini mempunyai banyak kegunaan, diantaranya yang penting adalah mempertahankan rongga saluran kelamin wanita dengan mencegah pelekatan, mencegah infeksi dengan berbagai cara seperti, kekentalan, keasaman, aliran, kekebalan, mendukung peristiwa pembuahan dan nidasi pada proses reproduksi manusia, mencegah perlukaan dan rasa nyeri pada senggama 5. Kehangatan dan kelembaban vagina merupakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan jamur. Akan tetapi infeksi candida mungkin juga timbul pada mulut, usus halus atau usus besar. Ternyata infeksi candida timbul ditempat-tempat yang lembab dan basah. Jamur membelah dengan cepat, tetapi seperti semua ragi, ia memerlukan untuk pertumbuhannya, itulah sebabnya mengapa diet (pengaturan makanan) memegang peranan penting pada pengobatan keputihan. Keputihan tidak selalu menimbulkan pergetahan tetapi biasanya sangat gatal dan membuat seluruh daerah genetalia meradang dan luka. Kebanyakan kasus keputihan timbul spontan, ini berarti bahwa keputihan timbul karena perubahan-perubahan tertentu yang terjadi dalam tubuh 3.

Keputihan dapat dibedakan dalam beberapa jenis diantaranya: a) Keputihan Normal (fisiologis) 2 Yang dapat terjadi pada masa sebelum dan sesudah haid, hal ini juga terjadi pada rangsangan Sexual. Umumnya sedikit, warnanya jernih atau krem encer tidak berbau dan tanpa keluhan. b) Keputihan Abnormal (patologis) 2 Biasanya terjadi akibat infeksi, kanker pada alat kelamin, benda asing dalam vagina warnanya kuning, berbau, kental dan biasanya ada keluhan. 2. Gejala 2 Gejala yang timbul pada keputihan bisa bermacam-macam tergantung penyebabnya. Cairan yang keluar bisa sedikit atau sedemikian banyaknya sehingga memerlukan ganti celana dalam berulang kali atau bahkan memerlukan pembalut. Warna cairan bisa kehijauan, kekuningan, keabu-abuan atau jernih tanpa warna. Kekentalannya pun bervariasi, bisa encer, kental, berbuih atau bergumpal kecil menyerupai kepala susu. Keputihan juga bisa tanpa bau namun bisa berbau busuk atau anyir yang menyebabkan penderitanya menjadi stress dan rendah diri. Keputihan juga bisa disertai dengan keluhan gatal di kemaluan dan dilipat paha, rasa panas di bibir kemaluan, rasa pedih sewaktu kencing atau rasa sakit saat senggama. Gatal bisa terasa kadang-kadang atau malam hari saja, namun bisa terasa terus menerus, bila cairan yang keluar cukup banyak, maka keadaan basah disekitar lipat paha akan menimbulkan kelembaban yang tinggi sehingga kulit lecet (ekskorasi). Akibat rasa gatal maka garukan dialat kelamin dan sekitarnya akan menambah peradangan dan lecet-lecet yang menimbulkan rasa pedih bila kencing dan tersiram air. Keputihan yang berlangsung lama dan tak kunjung sembuh dapat menyebabkan rasa malu, sedih dan akhirnya menimbulkan rasa rendah diri disertai kecemasan karena takut terkena penyakit kanker. 2

3. Penyebab 2 Penyebab keputihan sangat bervariasi mulai dari keluarnya cairan yang berlebihan (hiper sekresi), infeksi sampai penyakit kanker. Berikut ada beberapa penyebab yang bisa menimbulkan gejala keputihan diantaranya sebagai berikut : a. Bakteri (kuman) Gonococcus, Chlamydia trichomotis, Gandnella vaginalis. b. Jamur Candida c. Parasit, yaitu : tri chomonas vaginalis d. Virus, yaitu : VHS (Virus Herpes Simplex tipe 2- dan HPV (Human Papilloma Virus). e. Benda Asing dalam vagina akan merangsang produksi cairan yang berlebihan. Pada anak-anak, benda asing dalam vagina bisa berupa biji-bijian atau kotoran yang berasal dari tanah. Pada perempuan dewasa benda asing bisa berupa tampon, kondom yang tertinggal di dalam akibat lepas saat melakukan hubungan, cincin pesarium yang dipasang pada penderita hernia organ kandungan (prolaps uteri) atau adanya IUD pada perempuan yang ber-kb (Keluarga Berencana). f. Penyakit organ kandungan, penyakit di organ kandungan misalnya peradangan, tumor, ataupun kanker. g. Penyakit menahun atau kelelahan kronis, Kelelahan, kurang darah (anemia), sakit yang telah berlangsung lama, perasaan lemas, kurang gizi, usia lanjut, peranakan turun (prolaps uteri) dan dorongan seks yang tidak terpuaskan dapat juga menimbulkan keputihan. h. Gangguan keseimbangan hormon, dipengaruhi oleh stimulasi estrogen. Hormon estrogen diperlukan untuk menjaga keasaman vagina, kehidupan Coctobacilli doderlein dan ketebalan (proliferasi) sel epitel ekuamosa vagina sehingga membran mukosa vagina membentuk barier terhadap invasi bakteri. Dengan demikian tidak mudah terkena infeksi. i. Fistel di vagina

Fistel (saluran patologis) yang menghubungkan vagina dengan kandung kencing atau usus, bisa terjadi akibat cacat bawaan, cedera, persalinan, kanker atau akibat penyinaran kanker serviks. Kelainan ini akan menimbulkan timbulnya cairan di vagina yang bercampur feces atau air kencing, biasanya mudah dikenali karena bau dan warna 2. 4. Diagnosis 5 Penyebab keputihan dapat didiagnosis dengan memperhatikan umur, keluhan yang timbul, sifat-sifat oleh tubuh vagina, hubungan dengan menstruasi, evolusi, kehamilan, kelainan stempat, dan ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium sederhana seperti sediaan basah, sediaan hapus dari cairan vagina dan leher rahim (servix). Pemeriksaan pada wanita dengan keluhan keputihan tertuju pada 3 penetapan yaitu: Menentukan jenis penyakit sebagai penyebab. Lokalisasi saluran kelamin yang terkena penyakit disertai beratnya kerusakan jaringan terkena. Pengaruh penyakit pada jaringan sekitarnya keadaan umum, dan perincian keluhan subyektif wanita tersebut. 5. Pencegahan 2 Pencegahan keputihan tergantung penyebabnya, di bawah ini beberapa hal yang perlu diperhatikan supaya terhindar dari keputihan. a. Jaga kebersihan pribadi seperti kukur dan sekitar kelamin, cuci alat kelamin setiap hari sewaktu mandi dan sebelum melakukan hubungan seksual, bila menggunakan cairan anti septik terlalu sering dapat menyebabkan iritasi dan justru lebih merangsang pengeluaran lendir servix, ganti pakaian dalam 2 x sehari. b. Cara membilas harus dilakukan dengan benar yaitu setelah buang air besar dimulai dari kelamin kearah dubur (bila terbalik) kemungkinan masuknya bakteri, telur cacing kremi, jamur dan jasad renik lainnya dari dubur ke alat kelamin dan saluran kemih.

c. Kurangi makanan dan minuman yang manis-manis, makanan / minuman yang manis dapat menyebabkan tingginya kadar gula di dalam air kencing, keadaan ini akan menyuburkan bakteri. d. Kurangi penggunaan celana dalam yang ketat atau dari bahan yang tidak menyerap keringat seperti nilon, ataupun pemakian jeans karena akan menyebabkan kondisi lembab diseputar kelamin karena keadaan lembab akan menyuburkan pertumbuhan jamur. Pakailah celana dalam dari katun. e. Jangan menggunakan celana dalam orang lain karena kemungkinan tertular infeksi jamur candida, tricomonas cukup besar. f. Gunakan anti septik cair seperti betadine vaginal kit dan dettol untuk membersihkan alat kelamin setelah berenang. g. Jangan membilas di toilet umum karena kemungkinan airnya sudah tercemar oleh jamur candida, bakteri, dan jasad renik lainnya. h. Pengobatan suami juga diperlukan, bila infeksi sebagai penyebab keputihan. i. Bila mencurigai kemungkinan tertular penyakit kelamin pada hubungan sex bebas pakailah alat pelindung (kondom). Kondom cukup efektif untuk pencegahan terhadap kemungkinan tertularnya penyakit kelamin termasuk AIDS. j. Bila mungkin sedang keputihan diperlukan kondom sewaktu melakukan hubungan sexual dengan suami. Hal ini perlu untuk mencegah terjadinya tular-menular antara suami dan istri. k. Gunakan obat yang mengandung turunan esterogen (estriol) berupa krim atau obat minum bila telah menopause dengan gejala menopause yang berat dengan disertai rasa gatal di alat genital. l. Setelah menopause bila perlu memakai lubrikan yang larut dalam air dan steril sewaktu berhubungan sexual. m. Untuk pemeriksaan penyaring dan pelacak adanya perubahan kearah kanker leher rahim secara dini perlu dilakukan pemeriksaan PAP smear. Tes ini dilakukan pada perempuan berumur 25 tahun yang telah menikah atau sudah melakukan hubungan sexual. Tes ini dianjurkan setahun sekali secara teratur

seumur hidup. Bila pemeriksaan tahunan 3 kali berturut turut hasilnya normal, pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun. 6. Pengobatan 2 Pengobatan keputihan tergantung penyebabnya. Bila keputihan timbul pada waktu sebelum haid saat ovulasi, sewaktu hamil atau ketika sedang minum pil KB. Pengobatan cukup dengan memberi penerangan dan sugesti, namun bila penyebabkan infeksi tentukan apakah akibat bakteri, jamur, parasit, atau virus dan pengobatan yang dilaksanakan antara lain sebagai berikut : Larutan anti septik, digunakan hanya untuk membilas cairan keputihan dan hanya untuk membersihkan bukan membunuh kuman atau menyembuhkan penyakit. Obat-obatan, asiklovir bila penyebabnya: virus herpes Metronidazole bila penyebabnya tricomonas vagina, gardnerella. Hormon estrogen, diberikan pada wanita ynag sudah manopouse yang mempunyai banyak keluhan. Operasi kecil, bila penyebabnya tumor jinak. Pembedahan penyinaran, bila penyebabnya Ca.cervix atau kanker kandungan lainnya tergantung stadiumnya. B. Hygiene Bau busuk dan pergetahan vagina kadang- kadang disebabkan oleh keringat, tampon yang tertinggal, darah lama, infeksi, infeksi lipatan kulit, semen dan smegma lama dan gangguan lain yang sejenis. Karena keinginan besar (normal) untuk menghindari timbulnya bau busuk dan pergetahan, banyak wanita mempergunakan bedak khusus, deodorant, obat pembersih, dan produk lain yang diperdagangkan. Produk- produk ini tidak hanya menyebabkan anda membuang uang percuma tapi juga membahayakan. Anti septik dan deodoran yang digunakan disekitar vulva menyebabkan luka- luka dan iritasi, alergi dan ruam. Ironisnya anti septik dan deodoran tersebut malahan dapat menimbulkan infeksi. Jauh lebih bijaksana memmpertahankan daerah vulva tetap bersih secara sederhana dengan mengikuti kebiasaan higine pribadi. Daerah tersebut sebaiknya dicuci setiap mandi dengan sabun biasa dan air hangat. Sabun berparfum sebaiknya

dihindari karena dapat menyebabkan gangguan juga. Stocking, celana dalam dari katun yang longgar atau celana dalam dari katun lebih baik dari pada celana dalam dari nilon yang ketat atau alat- alat pengepas yang ketat, dan celana bikini yang ketat. Apabila gangguan tetap berjangkit, sebaiknya celana dalam tersebut jangan dipakai sama sekali. Mencukur sebagian rambut pubis akan membantu mempermudah daerah genetalia tetap bersih dan segar. 14 Beberapa faktor yang mempengaruhi praktek personal hygiene menurut L. Green bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 11 : 1. Predisposing (faktor pendahulu) Yang terwujud dalam : pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya dari seseorang. 2. Enabling Factor (faktor pemungkin) a. Tingkat pendapatan b. Ketersediaan sarana kebersihan 3. Reinforcing Factor (faktor penguat) a. Pengaruh teman sebaya b. Pengaruh media massa c. Pembinaan nakes Dari analisa green bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor predisposisi (pendahulu) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, dan praktik, maka dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Pengetahuan Pengetahuan seseorang tentang keputihan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengeinderaan terhadap personal hygiene dengan kejadian keputihan, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengar, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. 11 b. Sikap Sikap terhadap keputihan merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap materi tentang keputihan. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesucian reaksi terhadap stimulus tertentu, yang dalam

kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus social. Sikap terhadap personal hygiene dengan kejadian keputihan merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap pengetahuan tentang personal hygiene dengan kejadian keputihan sebagai suatu penghayatan terhadap pengetahuan tersebut. c. Praktik atau Tindakan (Practice) 11 Suatu sikap yang baik terhadap kejadian keputihan belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Tingkat-tingkat praktik : 1) Persepsi (Perseption) Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. 2) Responns Terpimpin (Guided Respons) Dapat melakukan praktik hygiene perseorangan untuk mencegah keputihan sesuai dengan urutan yang benar dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua. 3) Mekanisme (Mecanism) Apabila seseorang telah melakukan praktik personal hygiene untuk mencegah keputihan dengan benar otomatis, maka sudah mencapai praktik tingkat tiga.

Adaptasi (Adaptation) C. Kerangka Teori Faktor Pendahulu : Pengetahuan Sikap Keyakinan / Kepercayaan Adalah suatu praktik yang sudah berkembang dengan baik, artinya sesuatu itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Faktor Pendukung : Ketersediaan sarana kebersihan Faktor Penguat : Pengaruh teman Pengaruh Media Massa Pembinaan Nakes Modifikasi green;1980 11 Praktik personal hygiene yang buruk Kejadian Keputihan D. Kerangka Konsep Variabel bebas pengetahuan Variabel terikat sikap praktik Kejadian Keputihan

E. Hipotesa Ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian keputihan pada remaja putri di Desa Winong Kecamatan Penawangan, Kabupaten Grobogan Ada hubungan antara sikap dengan kejadian keputihan pada remaja putri di Desa Winong Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan Ada hubungan antara praktik dengan kejadian keputihan pada remaja putri di Desa Winong Kabupaten Grobogan.