LEMBARAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 14 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 12 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

LEMBARAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 13 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 11 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN ANGKUTAN UMUM DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN MEMBUKA DAN MEMANFAATKAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PERIJINAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UNTUK UMUM

LEMBARAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 10 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 08 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAN BERMOTOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA ANGKUTAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 15 TAHUN 2005 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN USAHA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 21 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK. Tahun. retribusi kewenangan. Daerah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

Peraturan...

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 09 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI ANGKUTAN KENDARAAN UMUM DI JALAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IJIN TRAYEK DAN PENGAWASAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKKAN PENGGUNAAN TANAH

PERATURAN PEMERINTAH KABUPATEN PASIR NOMOR : 11 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN ANGKUTAN UMUM DI JALAN DALAM DAERAH KABUPATEN PASIR

BUPATI GOWA RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 3 TAHUN

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 16 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN BIDANG INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

BUPATI GOWA RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA,

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 21 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 06 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 06 TAHUN 2003

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2011 NOMOR : 13 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

LEMBARAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 9 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG RETR1BUS1 PEM1NDAHAN KENDARAAN D1 JALAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 12 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR: 17 SERI C.17 TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

QANUN KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 9 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN WALIKOTA TARAKAN,

P E R A T U R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 23 TAHUN 2012

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA LHOKSEUMAWE

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DITEPI JALAN UMUM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 46 TAHUN 2000 (46/2000) TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

BUPATI GOWA RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

L E M B A R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH

DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 11 TAHUN 2006

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Kotamadya daerah Tingkat II Yogyakarta)

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 14 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA BENGKEL KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, Menimbang : a. bahwa bengkel merupakan usaha yang cukup strategis sebagai sarana untuk menunjang perkembangan kwantitas kendaraan bermotor; b. bahwa dalam upaya meningkatkan ketertiban, keamanan, kelestarian lingkungan hidup dan adanya jaminan pelayanan dan perlindungan kepada masyarakat pengguna jasa bengkel kendaraan bermotor 1

diperlukan pengaturan tentang Usaha Bengkel Kendaraan Bermotor; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Usaha Bengkel Kendaraan Bermotor. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 2. Undang Undang Nomor 1 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Denpasar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3465) ; 3. Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480); 2

4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara 3

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) Sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negrara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 9. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4441); 4

10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258 ); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3528) ; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KOTA DENPASAR dan WALIKOTA DENPASAR 5

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA BENGKEL KENDARAAN BERMOTOR. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Kota adalah Kota Denpasar. 2. Pemerintah Kota adalah Pemerintah Kota Denpasar. 3. Walikota adalah Walikota Denpasar. 4. Dinas Perhubungan adalah Dinas Perhubungan Kota Denpasar. 5. Bengkel Kendaraan Bermotor adalah Bengkel Kendaran yang berfungsi untuk membetulkan, memperbaiki, dan merawat Kendaraan Bermotor, agar tetap memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan dan dapat dipungut bayaran. 6. Kendaraan Bermotor adalah Kendaraan yang digerakan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu. 7. Fasilitas dan Peralatan adalah fasilitas dan peralatan atau perkakas yang dibutuhkan dalam proses perawatan dan perbaikan kendaraan bermotor. 8. Personil adalah orang yang terlibat dan bertanggung jawab terhadap keseluruhan operasional bengkel sehingga bengkel berjalan sebagaimana mestinya. 6

9. Persyaratan Teknis adalah persyaratan tentang susunan peralatan, perlengkapan, ukuran dan bentuk pembuatan karoseri, rancangan teknis kendaraan sesuai dengan peruntukannya, emisi gas buang, penggunaan, penggandengan dan penempelan kendaraan bermotor. 10. Retribusi Perijinan Tertentu adalah Retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. 11. Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan Perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu. 12. Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu tertentu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perijinan tertentu dari Pemerintah Kota. 13. Surat Setoran Retribusi daerah, yang dapat disingkat SSRD adalah surat yang oleh wajib retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi terhutang ke kas daerah atau tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Walikota. 14. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang dapat disingkat SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi. 7

15. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang dapat disingkat SKRDLB adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retibusi yang terhutang atau tidak seharusnya terhutang. 16. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda ; 17. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi Daerah berdasarkan peraturan perundang undangan retribusi Daerah. 18. Penyidikan tindak pidana dibidang retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya. BAB II PERIJINAN Pasal 2 (1) Setiap orang atau badan hukum yang mendirikan kegiatan usaha bengkel kendaraan bermotor wajib mendapat izin dari Walikota. 8

(2) Izin bengkel kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari : a. izin prinsip; b. izin usaha. (3) Izin bengkel kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masing-masing ditetapkan berlaku untuk jangka waktu sebagai berikut : a. izin prinsip berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) tahun; b. izin usaha berlaku selama kegiatannya masih berjalan. (4) Izin prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dapat diperpanjang untuk paling lama 1 (satu) tahun. (5) Izin Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b wajib daftar perusahaan setiap 5 (lima) tahun dalam rangka pengawasan dan pengendalian. Pasal 3 Tata cara dan Penyelenggaraan bengkel kendaraan bermotor ditetapkan dengan Peraturan Walikota. BAB III KLASIFIKASI BENGKEL KENDARAAN BERMOTOR Pasal 4 (1) Bengkel kendaraan bermotor diklasifikasi menjadi : a. bengkel Kendaraan Bermotor Klas I Type A, B, dan C ; 9

b. bengkel Kendaraan Bermotor Klas II Type A, B, dan C; c. bengkel Kendaraan bermotor Klas III Type A, B, dan C. (2) Klasifikasi bengkel Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan kepada stal atau pit, peralatan /perlengkapan jenis pelayanan dan lokasi. (3) Atas klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan Tanda Sertifikasi yang bentuk atau formatnya ditetapkan dengan Peraturan Walikota. BAB IV TATA CARA DAN PERSYARATAN Pasal 5 (1) Setiap orang atau badan hukum yang mendirikan Usaha Bengkel Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 harus mengajukan permohonan izin secara tertulis kepada Walikota melalui Dinas Perhubungan. (2) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melampirkan persyaratan sebagai berikut : a. Ijin prinsip sebagai berikut : 1. identitas pemohon; 2. denah lokasi kegiatan usaha; 3. status tanah dan atau bangunan; 4. luas lahan;dan 5. UKL dan UPL atau Amdal lalu lintas. 10

b. Izin Usaha sebagai berikut : 1. izin prinsip yang masih berlaku; 2. IMB; 3. izin Tempat Usaha dan atau Izin Gangguan; 4. daftar peralatan / kelengkapan yang dimiliki; 5. persyaratan jenis pekerjaan. c. Wajib daftar perusahaan sebagai berikut : 1. izin Usaha yang dimiliki ; dan 2. bukti lunas Pajak atau Retribusi terkait. BAB V NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 6 Dengan nama Retribusi Izin Usaha Bengkel Kendaraan Bermotor dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemberian Izin Usaha Bengkel Kendaraan Bermotor. Pasal 7 Obyek Retribusi adalah pemberian Izin Usaha Bengkel Kendaraan Bermotor. Pasal 8 Subjek Retribusi adalah orang atau badan hukum yang mendapat Izin Usaha Bengkel Kendaraan Bermotor. 11

BAB VI GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 9 Retribusi Izin Usaha Bengkel Kendaraan Bermotor digolongkan sebagai Retribusi Perizinan tertentu. BAB VII DASAR PENGENAAN TARIF RETRIBUSI Pasal 10 Dasar pengenaan tarif retribusi adalah setiap pemberian Izin Usaha Bengkel Kendaraan Bermotor. BAB VIII PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN TARIF Pasal 11 (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau sama dengan biaya penyelenggaraan pemberian Izin Usaha Bengkel Kendaraan Bermotor. (2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi komponen biaya survei lapangan dan biaya transportasi dalam rangka pengendalian dan pengawasan. 12

BAB IX STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 12 (1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan kelas dan tipe bengkel kendaraan bermotor. (2) Struktur dan besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut : a. izin Prinsip : sebesar Rp. 500.000,- b. izin Usaha : 1. Bengkel Kelas I a. type A sebesar Rp. 2.500.000,- b. type B sebesar Rp. 2.250.000,- c. type C sebesar Rp. 2.000.000,- 2. Bengkel Kelas II a. type A sebesar Rp. 1.500.000,- b. type B sebesar Rp. 1. 250.000,- c. type C sebesar Rp. 1. 000.000,- 3. Bengkel Kelas III a. type A sebesar Rp. 1.000.000,- b. type B sebesar Rp. 750.000,- c. type C sebesar Rp. 500.000,- 13

BAB X WILAYAH DAN TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 13 Retribusi yang terutang dipungut di Kota Denpasar tempat pelayanan Izin Usaha Bengkel Kendaraan Bermotor diberikan. Pasal 14 (1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. BAB XI SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 15 Saat retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. BAB XII TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENAGIHAN RETRIBUSI Pasal 16 (1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus. (2) Retribusi yang terutang dilunasi paling singkat 15 (lima belas) hari kerja sejak diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. 14

(3) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dengan Peraturan Walikota. Pasal 17 (1) Surat Teguran / peringatan / surat lain yang sejenis sebagi awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari kerja sejak jatuh tempo pembayaran. (2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal surat teguran / peringatan / surat lain yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusinya yang terutang. (3) Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal surat teguran atau surat pemungut atau surat lain yang sejenis disampaikan wajib retribusi belum membayar retribusi terutang maka izin tidak dapat diberikan. (4) Surat Teguran / pernyataan / surat lain yang sejenisnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Walikota atau Pejabat yang ditunjuk. BAB XIII PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN RETRIBUSI Pasal 18 (1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Walikota. (2) Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan. 15

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Walikota tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan. (4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut. (5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB. (6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Walikota memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi. Pasal 19 (1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Walikota dengan sekurang-kurangnya menyebutkan: a. nama dan alamat wajib retribusi ; b. masa retribusi ; c. besarnya kelebihan pembayaran; dan d. alasan yang singkat dan jelas. (2) Permohonan pengembalian pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat. 16

(3) Bukti Penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Walikota. Pasal 20 (1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi. (2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4),pembayaran dilakukan dengan cara pemindah bukuan dan bukti pemindahan bukuan sebagai bukti pembayaran. BAB XIV PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 21 (1) Walikota dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi. (2) Pemberian pengurangan atau keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi, antara lain, untuk mengangsur. (3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan Peraturan Walikota. 17

BAB XV KADALUWARSA PENAGIHAN Pasal 22 (1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi kedaluwarsa setelah melampui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi. (2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila : a. diterbitkan Surat Teguran ; atau b. ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung. BAB XVI SANKSI ADMINISTRASI Pasal 23 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan Peraturan Daerah ini dapat dikenakan sanksi administratif oleh Walikota mulai dari teguran sampai dengan penghentian kegiatan dan / atau pencabutan ijin; (2) Teguran tertulis sebagaimana yang dimaksud ayat (1) diberikan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali dengan selang waktu masing-masing maksimal 1 (satu) bulan; (3) Apabila sampai dengan teguran tertulis terakhir yang bersangkutan tetap tidak memenuhi ketentuan peraturan yang berlaku, dicabut dan atau dinyatakan tidak berlaku. 18

Pasal 24 Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi admnistrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD. BAB XVII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 25 (1).Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Kota diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2).Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas ; b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan Daerah dan Retribusi; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi ; 19

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Perpajakan dan Retribusi ; e. melakukan penggeledahan untuk mendapat bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumendokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang Perpajakan Daerah dan Retribusi; g. menyuruh berhenti dan / atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan pemeriksaan identitas orang dan / atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Perpajakan Daerah dan Retribusi ; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan ; dan k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang Perpajakan Daerah dan Retribusi menurut hukum yang bertanggungjawab. 20

BAB XVIII KETENTUAN PIDANA Pasal 26 (1) Setiap orang atau badan hukum yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 12 diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XIX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 27 (1) Bengkel kendaraan bermotor yang telah memiliki izin berdasarkan peraturan perundang undangan yang telah ada sebelumnya dinyatakan tetap berlaku dan wajib melaksanakan wajib daftar perusahaan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak berlakukannya Peraturan Daerah ini. (2) Bengkel kendaraan bermotor yang belum memiliki izin berdasarkan Peraturan Daerah ini paling lama 6 (enam) bulan sejak berlakunya Peraturan Daerah ini wajib memiliki izin berdasarkan Peraturan Daerah ini. 21

BAB XX KETENTUAN PENUTUP Pasal 28 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Denpasar. Ditetapkan di Denpasar pada tanggal 22 September 2005 WALIKOTA DENPASAR, PUSPAYOGA Diundangkan di Denpasar pada tanggal 27 Juni 2006 SEKRETARIS DAERAH KOTA DENPASAR, MADE WESTRA LEMBARAN DAERAH KOTA DENPASAR TAHUN 2006 NOMOR 14 22

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA BENGKEL KENDARAAN BERMOTOR I. UMUM Industri merupakan bagian dari peroses produksi merupakan, perwujudan nyata dari Ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus lahir, tumbuh dan berkembang yang sangat dipengaruhi oleh struktur sosial, mobilitas sosial, sistim politik, sistem pendidikan, pendanaan dan lain lain. Salah satu Industri yang terus mengalami perkembangan jumlah kendaraan bermotor akan diikuti oleh perkembangan jumlah Usaha Bengkel Umum Kendaraan Bermotor. Bengkel Kendaraan Bermotor yang ada pada saat ini beragam tingkatnnya, baik ditinjau dari sarana dan prasarana maupun sumber daya manusia. Bengkel Kendaraan Bermotor sebagai Industri perlu dibina dan dikembangkan dalam memelihara kualitas perawatan dan perbaikan. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 23

Pasal 2 Ayat (1) Badan Hukum yang dimaksud adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau Koperasi atau Badan Hukum Lainnya Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Pasal 3. Pasal 4 Ayat (1) a. Bengkel Kelas I Type A,B,C, dimaksud adalah Bengkel yang mencapai nilai stall Atau pit lebih dari 80 didasarkan pada kelengkapan kelompok stall serta kelengkapan kelompok peralatan untuk masing masing jenis pekerjaan. b. Bengkel kelas II Type A,B,C, dimaksud adalah bengkel yang mencapai nilai stall atau pit 60 s/d 80 didasarkan pada kelengkapan kelompok stall serta kelengkapan 24

kelompok peralatan untuk masing masing jenis pekerjaan. c. Bengkel kelas III Type A,B,C, dimaksud adalah Bengkel yang mencapai nilai stall atau pit 60 didasarkan pada kelengkapan kelompok stall serta kelengkapan kelompok peralatan masing masing jenis pekerjaan. Ayat (2) Ayat (3) Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 25

Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Cukup Jelas. Pasal 18 Cukup Jelas Pasal 19 Cukup Jelas Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Cukup jelas Pasal 23 Pasal 24 26

Pasal 25 Cukup Jelas. Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 27