PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tinggi, dan lebih dari 60% dari jumlah ini merupakan tumbuhan tropika.

BAB I PENDAHULUAN spesies tumbuhan, 940 spesies diantaranya merupakan tumbuhan obat dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam hayati Indonesia memiliki keanekaragaman yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. hayati sebagai sumber bahan pangan dan obat-obatan (Kinho et al., 2011, h. 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan memeliharanya. Salah satu cara untuk menjaga amanat dan anugrah yang Maha Kuasa yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati telah disebutkan dalam kitab suci AlQur an sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan tradisional yang berbeda-beda. Di Indonesia masih banyak jenis

julukan live laboratory. Sekitar jenis tanaman obat dimiliki Indonesia. Dengan kekayaan flora tersebut, tentu Indonesia memiliki potensi untuk

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat. Baru sekitar 1200 species tumbuhan obat yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada

BAB I PENDAHULUAN. dalam menciptakan kondisi lingkungan yang sehat. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Hutan adalah suatu asosiasi kehidupan, baik tumbuh-tumbuhan (flora)

I. PENDAHULUAN. Taman Hutan Raya (Tahura) Tongkoh terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. kaum tua, dan lambat laun mulai ditinggalkan karena berbagai faktor penyebab.

BAB I PENDAHULUAN. dan dua pertiga merupakan luas lautan. Sedangakan diantara negara-negara di

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia salah satunya berfungsi dalam menyembuhkan. berbagai penyakit yang dikenal sebagai tumbuhan obat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki luas hutan terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati yang terdapat di bumi ini pada dasarnya

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Soal Kearifan Budaya Lokal

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki etnis sangat beragam, yaitu terdiri atas 300 kelompok etnis. Setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai makluk hidup mulai dari bakteri, cendawan, lumut dan berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan mampu menghidupkan manusia dari generasi ke generasi. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pandangan al-qur an, mempelajari dan mengamati fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Hidayat (2006) dalam

Biodiversitas adalah berbagai variasi yang ada di antara makhluk hidup dan lingkungannya Sekitar 59% daratan Indonesia merupakan hutan hujan tropis

BAB I PENDAHULUAN. ruang aktivitas manusia dan budayanya tidak bisa lepas dari atmosfir, biosfir,

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai tanaman industri,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara

REVIEW: KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI MELALUI TANAMAN OBAT DALAM HUTAN DI INDONESIA DENGAN TEKNOLOGI FARMASI: POTENSI DAN TANTANGAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tanaman obat di dunia, ± dari 3000 sampai 4000 jenis tumbuhan obat yang

Obat tradisional 11/1/2011

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

BAB I PENDAHULUAN. hayati. Sumber hayati merupakan sumberdaya yang dibutuhkan untuk kehidupan

Tinjauan Pustaka. A. Pengertian Tumbuhan Obat

BAB I PENDAHULUAN. alam yang sangat melimpah, meliputi flora dan fauna beserta sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada garis 6 LU 11 LS dan 95 BT 141 BT.

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dihuni oleh kurang lebih suku tumbuhan yang meliputi 25-30

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. secara lestari sumber daya alam hayati dari ekosistemnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terbesar di dunia yang

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan paling tinggi di dunia. Keanekaragaman tumbuhan merupakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moch Ali M., 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian atau galenik, atau

mendorong menemukan pasar untuk produk yang sudah ada dan mendukung spesies-spesies lokal yang menyimpan potensi ekonomi (Arifin et al. 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Lokasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kajian etnobotani di Indonesia sangat penting karena di satu pihak masih

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari. Studi etnobotani tidak hanya pada

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Keberadaan hutan di Indonesia mempunyai banyak fungsi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Etnobotani merupakan ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. alam yang sangat melimpah. Diperkirakan terdapat jenis tumbuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang : Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa

BAB I PENDAHULUAN. ini menyebabkan perbedaan dalam pemanfaatan tumbuhan baik dalam bidang

Dampak Kegiatan Manusia terhadap Keanekaragaman Hayati

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

1. Pengantar A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Perlukah Dibentuk Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Sumber Daya Genetik? oleh: Meirina Fajarwati *

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara mega-biodiversity dengan tingkat

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam yang tinggi. Kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia diperkirakan

TINJAUAN PUSTAKA. obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumberdaya flora. Para ahli

BIODIVERSITAS 3/31/2014. Keanekaragaman Hayati (Biodiversity) "Ragam spesies yang berbeda (species diversity),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia terletak di daerah katulistiwa yang mempunyai tipe hutan hujan tropika yang dikenal cukup unik dan merupakan salah satu komunitas yang kaya akan keanekaragaman jenis tumbuhan di dunia. Indonesia memiliki ± 30.000 jenis tumbuhan dan ± 7000 jenis berkhasiat obat ( 90 % jenis tumbuhan obat di kawasan Asia)( Rosoedarso et al,1990). Selain itu, Indonesia juga diakui sebagai salah satu bagian dunia yang masih menyisakan kehidupan liar sebagai gudang keanekaragaman plasma nutfah untuk memenuhi kebutuhan manusia masa kini maupun masa yang akan datang (Zuhud,1994). Kekayaan keanekaragaman jenis tumbuhan yang dimiliki Indonesia merupakan potensi kandungan bahan-bahan kimia dan sumberdaya genetika. Potensi ini merupakan keunggulan komparatif, karena pada saat ini terjadi peningkatan industri terhadap sumber-sumber bahan kimia untuk memproduksi obat-obatan, agrokimia, kosmetika, zat pewarna, bahan pengawet, dan lain-lain (Sumardja 1998). Potensi tersebut didukung oleh pengetahuan tradisional masyarakat tentang khasiatnya, menyebabkan Indonesia sebagai salah satu negara tujuan bagi pelaku bioprospeksi. Perlombaan pencarian obat baru seiring dengan munculnya penyakitpenyakit baru semakin menarik untuk dikaji. Semakin tingginya perubahan pola hidup manusia telah menyebabkan berkembangnya penyakit-penyakit baru seperti stress, stroke, darah tinggi, HIV, flu burung dan penyakit lain yang jarang dialami oleh orang-orang pada masa terdahulu. Sekarang ini dunia industri farmasi berlomba-lomba menemukan obat alternatif untuk memenuhi kebutuhan manusia akan obat-obatan untuk menyembuhkan penyakit baru tersebut di atas. Berbagai hasil kajian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat di daerah tropis khususnya Indonesia menjadi incaran. Kegiatan bioprospeksi terhadap tumbuhan asli Indonesia semakin meningkat dan bahkan menjadi bidang bisnis yang diprediksi akan meledak karena bioteknologi mempengaruhinya. Pengetahuan ini telah menghasilkan berbagai metoda penapisan akan sumberdaya alam hayati terhadap kemungkinannya ditemukan obat baru. Bioprospeksi pada prinsipnya adalah upaya pencarian, penelitian, pengumpulan, ekstraksi, dan pemilihan sumberdaya hayati dan pengetahuan

tradisional untuk mendapatkan materi genetik dan sumber biokimia yang bernilai ekonomi tinggi (Reid et al.1993; Posey 1997). Kegiatan ini penting untuk mendokumentasi sumberdaya genetik keanekaragaman hayati sebelum ada pihak lain yang tidak bertanggung jawab mengeksploitasi habis kekayaan tersebut, sekaligus mencari sumber bagi keuntungan ekonomi di masa depan Kegiatan bioprospeksi telah dilakukan oleh negara jauh sebelum Indonesia sebagai pemilik keanekaragaman hayati menyadari betapa berharganya kekayaan hayati yang ada di wilayahnya. Indonesia menyimpan tidak kurang dari 17 % dari total jenis dunia. Sebagaian besar masyarakatnya terdiri atas komunitas-komunitas adat yang menyimpan rahasia ilmu-ilmu warisan leluhur untuk menyembuhkan penyakit dan memelihara kesehatan (Kehati 2001) Masyarakat adat yang banyak menyimpan pengetahuan tradisional akan manfaat berbagai jenis tumbuhan namun umumnya tidak berorientasi pada pemenuhan materi, tidak menyadari betapa mahal dan bernilai ekonomi tinggi pengetahuan-pengetahuan tradisional yang mereka kuasai tersebut dan merupakan modal di masa depan. Sampurno (2003), mengemukakan bahwa di negara barat, dari 300 jenis obat-obatan yang dibuat, 40 jenis bahannya berasal dari tumbuhan. Sedangkan 45 macam obat penting di Amerika Serikat berasal dari tumbuhan tropika, 14 jenis di antaranya berasal dari Indonesia. Dalam hal ini perlu dicatat beberapa temuan senyawa bioaktif dari tanaman antara lain Catharanthus roseus G.Don (Apocynaceae), yang kemudian dikembangkan menjadi komersil untuk mengobati penyakit kanker. Selanjutnya, penemuan tumbuhan Taxus brevifolia Nutt.(Taxaceae) yang diperdagangkan sebagai obat kanker payudara dan kanker kandungan (Endang,2002). Seiring dengan berkembangnya trend kembali ke alam atau back to nature penggunaan obat tradisional terutama yang berasal dari tumbuhtumbuhan juga terus meningkat. Pada dasarnya pemanfaatan obat tradisional mempunyai tujuan untuk menjaga kondisi tubuh (promotif), mencegah penyakit (preventif), maupun untuk menyembuhkan suatu penyakit (usaha kuratif) dan untuk memulihkan kondisi tubuh (usaha rehabilitasi) (Depkes, 2000). Obat tradisional menurut Menteri Kesehatan RI N.179/MenKes/Per/VII/76 adalah obat jadi atau obat berbungkus yang berasal dari bahan tumbuhtumbuhan, hewan, mineral dan atau sediaan galeniknya atau campuran bahanbahan yang belum mempunyai data klinis dan dipergunakan dalam usaha 2

pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional sejak lama telah dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya, namun sebagaian besar pemanfaatan tersebut hanya bersifat empiris berdasarkan tradisi dan kepercayaan. Kearifan tradisional masyarakat adat menyimpan kekuatan upaya konservasi sumberdaya hayati. Salah satu faktor penghambat usaha perlindungan keanekaragaman hayati adalah miskinnya data tentang sumberdaya hayati Indonesia. Bagi Indonesia, sumberdaya dan keanekaragaman hayati sangat penting dan strategis artinya bagi keberlangsungan hidupnya sebagai bangsa. Bukan hanya karena posisinya sebagai negara pemilik keanekaragaman hayati terbesar di dunia (mega biodiversity) tetapi juga karena keterkaitannya yang erat dengan keanekaragaman budaya lokal yang telah lama berkembang di negeri ini. Masyarakat perlu dibuka wawasannya tentang bioprospeksi, kewaspadaan terhadap kemungkinan perambahan hayati (biopirasi), juga dimotivasi untuk melakukan upaya-upaya pelestarian kenekaragaman hayati Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akhirakhir ini generasi muda sekarang mulai meninggalkan seni dan pengetahuan penggunaan pengobatan tradisional ini karena mereka menganggap itu sudah kuno. Akibatnya sulit mendapatkan pewaris pengobat tradisional yang professional. Hal ini akan sangat memprihatinkan sebab kalau tidak segera dicatat dan didokumentasikan, seni dan pengetahuan pemanfaatan tumbuhan hutan untuk memelihara kesehatan akan lenyap. Sementara itu keberadaan dan penyusutan keanekaragaman genetik, terutama jenis liar belum sempat terdata, padahal sumberdaya genetik, terutama jenis liar yang ada di TNBNW tersebut belum dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat. Adanya kepercayaan masyarakat bahwa obat tradisional yang dibuat dari tumbuhan relatif aman, walaupun data-data ilmiah belum lengkap, hal ini karena khasiat yang diberikan oleh obat tradisional merupakan resultant dari berbagai campuran kompleks zat kimia alami didalamnya, bahan aktif yang satu dapat bekerja sinergis dengan yang lain, namun ada pula yang bersifat antagonis yang menyeimbangkannya, sehingga relatif tidak akan menimbulkan efek samping yang besar dibandingkan obat-obat modern. Pemakaian obat tradisional mempunyai banyak keuntungannya antara lain (1) Efek samping tanaman obat tidak ada jika penggunaanya sesuai dosis 3

anjuran (2) Efektif untuk penyembuhan penyakit tertentu yang sulit disembuhkan dengan obat-obat kimia seperti kanker, tumor, darah tinggi, diabetes, dan lainlain (3) Murah, karena umumnya dapat diperoleh di pekarangan atau tumbuh liar di kebun di sekitar kita (4) Pengobatan umumnya dapat dilakukan oleh anggota keluarga. Obat tradisional yang merupakan warisan budaya telah menjadi bagian integral dari kehidupan bangsa Indonesia, sehingga diharapkan untuk dipakai dalam sistem pelayanan kesehatan. Untuk itu harus sesuai dengan kaidah pelayanan kesehatan yaitu secara medis dapat dipertanggung jawabkan. Guna mencapai hal itu perlu dilakukan pengujian ilmiah tentang khasiat dan keamanannya (Depkes, 2000). Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) merupakan salah satu kawasan konservasi di Sulawesi yang memiliki kekayaan keragaman hayati fauna dan floranya yang unik sebagai ciri khas daerah garis Wallacea yang tidak ditemukan di tempat lainnya di dunia ( Whitten et al.1987). Penelitian di kawasan ini telah banyak dilakukan namun lebih banyak terfokus pada fauna dibanding floranya, sehingga data mengenai floranya masih terbatas. Padahal menurut Whitmore (1990) di kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone terdapat sekitar 27 suku, 40 marga dan 76 jenis pohon endemik. Sedangkan dalam Kinnaird (1997) dikatakan bahwa di kawasan ini juga terdapat 5000 jenis tumbuhan yang belum diketahui secara pasti penyebaran dan kelimpahannya. Penelitian tumbuhan obat di TNBNW masih sangat terbatas. Hasil inventarisasi Pangemanan(1992), tercatat 169 jenis tumbuhan obat, 20 % di antaranya berasal dari kawasan TNBNW. Selanjutnya Zuhud (1994) mencatat terdapat 99 jenis tumbuhan obat yang dimafaatkan sebagai obat, 11 jenis berasal dari hutan TNBNW. Setahun kemudian Nasution (1995) menginventarisasi 51 jenis tumbuhan obat di Kotamobagu yang terletak di sebelah Timur kawasan TNBNW. Dari hasil penelitian terdahulu, terlihat bahwa kajian aspek ekologi maupun etnobotani di kawasan TNBNW masih sangat terbatas bahkan belum ada yang mengungkapkan kajian dari dua sudut pandang secara bersamaan. Sebagian besar peneliti dalam melakukan pengumpulan data pemanfaatan tumbuhan, umumnya hanya menginventarisasi jenis-jenis tumbuhan yang bermanfaat dan jarang sekali melakukan pengamatan berbagai aspek yang ada kaitannya dengan aspek sosial budaya, ekologi,etnobotani, dan 4

fitokimia. Kombinasi data ekologi, dan etnobotani jenis tumbuhan yang digunakan dalam pengobatan tradisional merupakan petunjuk bagi penemuan senyawa aktif farmakologis. Pengumpulan data aspek ekologi jenis tumbuhan obat merupakan data pendukung yang mampu mengungkapkan keberadaan dari jenis-jenis tumbuhan obat yang diamati di habitatnya. Pengetahuan ini sangat penting untuk kepentingan ekonomi dan konservasi. Tersedianya data ekologi (populasi, tempat tumbuh, aspek biologi, dan lain-lain) dapat membantu pengembangan selanjutnya apabila jenis tumbuhan tersebut terbukti mempunyai potensi dan terbukti berkhasiat sebagai bahan ramuan obat dan terbukti mengandung senyawa aktif bahan pembuat obat modern. Sedangkan kaitannya dengan aspek konservasi dapat diketahui tingkah laku hidup dan status jenisjenis tumbuhan obat tersebut, sehingga memudahkan upaya pengelolaannya. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penulis mencoba melakukan pengkajian terhadap berbagai aspek sekaligus yaitu aspek ekologi, etnobotani, dan bioprospeksi terhadap tumbuhan hutan di kawasan TNBNW agar diketahui potensi kekayaan kenekaragaman hayatinya. Hal tersebut sangat penting sebagai upaya Indonesia untuk memanfaatkan sumber daya alam sendiri sekaligus untuk kepentingan ekonomi. Pengkajian terhadap keanekaragaman floristik dalam hubungannya dengan pemafaatan oleh masyarakat di TNBNW dilakukan dengan metode penelitian pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penggabungan kedua metode ini diharapkan akan lebih menjawab permasalahan yang dihadapi yaitu hubungan masyarakat dengan keanekaragaman jenis tumbuhan dan lingkungannya. Selain itu penggunaan kedua metode pendekatan ini, dapat mengembangkan hipotesa yang lebih tajam untuk menjawab persoalan yang dihadapi dengan analisis yang lebih dapat dipertanggung jawabkan sesuai kerangka ilmiah. Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan yaitu (1) penelitian ini mengkaji sekaligus berbagai aspek tumbuhan obat yaitu ekologi, etnobotani dan fitokimia (sedangkan penelitian terdahulu umumnya hanya mengkaji salah satu aspek yaitu, ekologi, etnobotani, atau fitokimia saja; (2) dalam menentukan tumbuhan obat yang paling berpotensi, penelitian ini menggunakan metode baru yaitu metode perbandingan eksponensial (MPE) yang didasarkan pada penggabungan metode analisis vegetasi dan metode pemanfaatan tumbuhan (ICS) atau ethno direct sampling; (3) penelitian tentang Pinang yaki (Areca vestiaria) yang belum diteliti sebelumnya. 5

TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan utama mendapatkan informasi tentang pemanfaatan tumbuhan untuk penyembuhan penyakit oleh masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Tujuan lain yang ingin dicapai adalah : 1. Menginventarisasi keanekaragaman flora di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone 2. Mempelajari pengetahuan tradisional masyarakat dalam pemanfaatan dan pelestarian tumbuhan obat 3. Mempelajari etnobotani tumbuhan obat yang paling berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut. MANFAAT PENELITIAN Informasi penelitian ini merupakan masukan kepada Pemerintah Daerah (PEMDA) setempat dalam penyusunan program pengelolaan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Melalui studi ini diharapkan dapat diketahui jumlah, jenis, dan kegunaan tumbuhan obat di sekitar Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Berdasarkan hasil studi ini diharapkan akan diperoleh informasi tentang potensi jenis tumbuhan obat yang ada untuk dikembangkan lebih lanjut. Demikian pula kearifan lokal masyarakat dalam berperan melestarikan jenis tumbuhan obat yang ada di sekitar kawasan TNBNW, juga sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan dalam kegiatan konservasi, perlindungan, dan pemanfaatan tumbuhan obat oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Kerangka penelitian keanekaragaman floristik dalam hubungannya dengan pemanfaatan sebagai tumbuhan obat oleh masyarakat di sekitar Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dapat dilihat pada Gambar 1. 6

Keanekaragaman Flora Data Tumbuhan (Metode Analisis vegetasi) Pengetahuan Masyarakat (Metode Survey dan ICS) Biodiversitas Tumbuhan Jenis Tumbuhan Obat Pemanfaatan Tumbuhan Obat Metode Perbandingan Eksponensial Tumbuhan Obat (MPE) Uji Fitokimia Uji Toksisitas Uji Preklinik Tumbuhan Obat paling berpotensi Ekologi Etnobotani Gambar 1. Kerangka Studi Keanekaragaman Floristik dan Pemanfaatannya Sebagai Tumbuhan Obat di Kawasan Konservasi II Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. 7