KODEFIKASI RPI 11. Model Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Ekosistem

dokumen-dokumen yang mirip
RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DAN EKOSISTEM PANTAI

2. Dinamika ekosistem kawasan terus berubah (cenderung semakin terdegradasi),

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

WANDA KUSWANDA, S.HUT, MSC

BAB. I. PENDAHULUAN A.

PERMASALAHAN DAN PERTANYAAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

KODEFIKASI RPI 15. Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Air Pendukung Pengelolaan DAS

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro 2000).

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

M. BISMARK dan RENY SAWITRI

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN,


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RPI 1. KONSERVASI DAN REHABILITASI KAWASAN HUTAN DAN LAHAN

PERMASALAHAN DAN PERTANYAAN PENELITIAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN J A K A R T A

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA FINALISASI DAN REALISASI MASTERPLAN PUSAT KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI (PPKH) Pongkor, Selasa, 23 April 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

VISI, MISI & SASARAN STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. Hampir separuh wilayah daratnya berupa hutan. Untuk itu pemerintah

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Inventarisasi Hutan

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Taman Nasional

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

CAPAIAN OUTPUT DAN OUTCOME

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

RAPAT EVALUASI KEGIATAN BADAN LITBANG KEHUTANAN

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Inventarisasi Hutan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

AA. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN

PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH

Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan

disampaikan oleh: Direktur Perencanaan Kawasan Kehutanan Kementerian Kehutanan Jakarta, 29 Juli 2011

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

AA. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG. PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Inventarisasi Hutan SUB BIDANG

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Lampiran 1. Daftar taman nasional yang memiliki perencanaan zonasi

RENCANA STRATEGIS

I. PENDAHULUAN. dari penunjukan kawasan konservasi CA dan SM Pulau Bawean adalah untuk

Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

Kebijakan pengelolaan zona khusus Dapatkah meretas kebuntuan dalam menata ruang Taman Nasional di Indonesia?

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

KODEFIKASI RPI 11 Model Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Ekosistem

LEMBAR PENGESAHAN RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF (RPI) TAHUN 2010 2014 MODEL PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI BERBASIS EKOSISTEM Jakarta, Februari 2010 Kepala Pusat, Disetujui Oleh: Koordinator, Ir. Adi Susmianto, M.Sc. NIP. 19571221 198203 1 002 Mengesahkan : Kepala Badan, Prof. Ris. Dr. M. Bismark, MS. NIP. 19540721 198103 1 006 Dr.Ir.Tachrir Fathoni M.Sc NIP. 19560929 198202 1 001 Model Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Ekosistem 145

Daftar Isi Lembar Pengesahan...145 Daftar Isi...147 Daftar Gambar... 148 Daftar Tabel... 149 I. ABSTRAK... 151 II. LATAR BELAKANG... 151 III. RUMUSAN MASALAH...153 IV. TUJUAN DAN SASARAN...158 V. LUARAN...158 VI. RUANG LINGKUP...159 VII. KOMPONEN PENELITIAN...159 VIII. METODOLOGI... 160 IX. RENCANA TATA WAKTU...162 X. RENCANA LOKASI DAN UPT TERKAIT...162 XI. RENCANA BIAYA...163 XII. ORGANISASI... 164 XIII. DAFTAR PUSTAKA...165 XIV. KERANGKA KERJA LOGIS... 166 Model Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Ekosistem 147

Daftar Gambar Gambar 1. Model pengelolaan dan pemanfaatan taman nasional berbasis ekosistem...155 148 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

Daftar Tabel Table 1. Biofisik kawasan pelestarian alam (KPA)...157 Table 2. Lokasi penelitian di taman nasional sesuai dengan biogeografi... 161 Table 3. Rencana tata waktu dan BPK yang terlibat...162 Table 4. Lokasi penelitian menurut zona biogeografi dan institusi pelaksana kegiatan penelitian...163 Table 5. Rencana kebutuhan biaya penelitian setiap tahun antara tahun dinas 2010 hingga 2014... 164 Model Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Ekosistem 149

I. ABSTRAK Kekayaan biodiversitas yang dikelola dalam sistem kawasan konservasi belum sepenuhnya dapat memberikan nilai ekonomi dan perlindungan secara optimal. Menyadari perkembangan ekonomi global di bidang pemanfaatan biodiversitas serta harapan menjadikannya modal andalan di masa mendatang, upaya pengelolaan dan penetapan kawasan konservasi yang baru telah menambah luasan areal pelestarian biodiversitas. Sementara itu kawasan konservasi yang ada pun mengalami degradasi habitat. Degradasi kawasan ini akan memerlukan biaya besar untuk pengamanan dan restorasinya. Guna mengatasi hal ini pengembangan daerah penyangga semakin terlihat pentingnya. Untuk pemanfaatan yang terencana dalam jangka panjang memerlukan pengembangan ekonomi sumberdaya alam, keterlibatan aktif masyarakat sekitar kawasan dan ditopang sistem lingkungan yang kondusif. Semua ini memerlukan adanya kajian dan penelitian untuk mendukung keterlaksanaan upaya tersebut. Rencana Penelitian Integratif (RPI) Model Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Ekosistem ini adalah bagian dari Program Biodiversitas dengan tujuan menyediakan informasi dan teknologi untuk mendukung pengelolaan dan pemanfaatan kawasan konservasi secara lestari. Dalam tahun dinas 2010 2014 lokasi penelitian diprioritaskan di kawasan taman nasional yang dikelompokkan atas dasar zona biogeografi. Prioritas ini didasarkan pada arah pembangunan konservasi yang lebih intensif pada pembentukan dan pengelolaan taman nasional. Penelitian direncanakan di 13 taman nasional dengan tiga luaran (Proposal Penelitian Tim Peneliti atau PPTP) yaitu: (a) Kriteria dan indikator pengelolaan kawasan konservasi tiap tipologi ekosistem, (b) Model pengelolaan kawasan konservasi tiap ekosistem, dan (c) Strategi manajemen kawasan konservasi; dengan kegiatan (Rencana Penelitian Tim Peneliti atau RPTP) sejumlah sembilan judul. Pelaksana kegiatan adalah Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam (P3HKA) dan Balai Penelitian Kehutanan yang berada di zona biogeografi lokasi kegiatan. Adapun lokasi kegiatan mewakili ekosistem pegunungan, rawa air tawar, hutan dataran rendah, ekosistem laut dan kepulauan serta ekosistem pulau. Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan arahan model pengelolaan dan pemanfaatan kawasan konservasi dan daerah penyangga yang sesuai dengan tipe ekosistem dan permasalahannya. Kata kunci : ekosistem, biodiversitas, pengelolaan, pemanfaatan, lestari. II. LATAR BELAKANG Perlindungan biodiversitas secara utuh dalam habitat asli merupakan cara paling efektif untuk pelestariannya. Pelestarian habitat dalam kawasan yang luas dengan berbagai tipe ekosistem didalamnya adalah menjadi dasar Model Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Ekosistem 151

penetapan kawasan konservasi, termasuk pelestarian budaya setempat. Perlindungan biodiversitas, selain dengan menetapkan kawasan konservasi yang dikelola secara efektif, dapat pula dengan memperbaiki habitat melalui restorasi ekosistem. Perlindungan biodiversitas flora, fauna dan mikroorganisme menjadi perhatian dunia untuk tujuan berbagai hal terutama pemanfaatan jasa lingkungan yang terkait dengan pemanasan global, obyek dan sumber ekonomi yang memerlukan tingkat pengelolaan dan efisiensi pemanfaatan yang cermat. Biodiversitas di Indonesia sebagai negara mega biodiversiti secara ekonomi menjadikan keunggulan Indonesia di lingkup Asia Tenggara. Jasa lingkungan yang terbentuk dalam komunitas biodiversitas yang dikelola dalam sistem kawasan konservasi yang ada belum sepenuhnya dapat memberikan nilai ekonomi dan perlindungan secara optimal. Untuk pemanfaatan yang terencana dalam jangka panjang memerlukan dukungan pengembangan ekonomi sumberdaya alam, keterlibatan aktif masyarakat sekitar kawasan dan sistem lingkungan yang mendukung. Ketiga faktor ini saling terkait sebagai bagian dari parameter pengelolaan dan pemanfaatan. Menyadari perkembangan ekonomi global di bidang pemanfaatan biodiversitas serta harapan menjadikan andalan sumberdaya hutan Indonesia di masa mendatang, upaya pengelolaan dan penetapan kawasan konservasi yang baru telah menambah luasan areal pelestarian biodiversitas. Dalam lima tahun terakhir terjadi penambahan taman nasional yang ditetapkan. Sementara itu kawasan konservasi yang ada pun mengalami degradasi habitat. Hal ini akan berdampak pada tiga masalah di atas. Adanya degradasi kawasan ini akan memerlukan biaya besar untuk pengamanan dan restorasinya. Guna mengatasi hal ini pengembangan daerah penyangga (buffer zone) semakin terlihat pentingnya, termasuk keterlibatan dan partisipasi masyarakat dan para pemangku kepentingan (stakeholders). Kebutuhan penelitian yang dapat mendukung penyelesaian masalah pengelolaan kawasan konservasi telah teridentifikasi, yang lingkupnya berkaitan dengan aspek berikut : (a) kriteria dan indikator pengelolaan dan pemanfaatan, (b) model pengelolaan sesuai ekosistem, dan (c) strategi pengelolaannya. Penentuan lingkup penelitian untuk penyusunan RPI Model Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Ekosistem ini diharapkan akan menjadi dasar pengelolaan kawasan konservasi seperti pengelolaan taman nasional berdasarkan Permenhut P.03/Menhut-II/2007 tentang Organisasi dan 152 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

Tatakerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional. Pelaksana teknis taman nasional yang dimaksud meliputi : (a) penataan zonasi, perencanaan, pemantauan dan evaluasi kawasan taman nasional, (b) pengelolaan kawasan, (c) perlindungan dan pengamanan taman nasional, (d) pengendalian kebakaran hutan, (e) promosi informasi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem, (f) penyuluhan, (g) pengembangan kerjasama dan kemitraan, (h) pemberdayaan masyarakat lokal, serta (i) pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan dan pelayanan kepada masyarakat. Dalam kenyataannya belum sepenuhnya fungsi yang dijalankan taman nasional dapat memberikan kontribusi nilai manfaat ekonomi maupun lingkungan, sehingga maksud dan tujuan pembentukan taman nasional kurang dapat dipahami oleh masyarakat atau pemerintah daerah. Otoritas pengelolaan taman nasional berada di Pusat, namun pemerintah pusat belum sepenuhnya berhasil membentuk mekanisme pengelolaan taman nasional yang efektif. Sementara itu pemerintah daerah mengharapkan dapat mengelola taman nasional bersama-sama sebagaimana pasal 4 Permenhut P.19/Menhut-II/2004. Pengelolaan taman nasional dapat ditentukan dari kondisi awal kawasan, kondisi masyarakat maupun kondisi tataguna hutan atau lahan sekitar kawasan, seperti adanya taman nasional yang sebagian berasal dari bekas hutan produksi yang mempunyai nilai konservasi tinggi. Walaupun sudah ada penetapan taman nasional model, namun kekhasan model tersebut belum diperlihatkan melalui hasil penelitian dengan lima cakupan penelitian di atas. III. RUMUSAN MASALAH Kawasan konservasi di Indonesia dikelompokkan menjadi Kawasan Suaka Alam berupa Cagar Alam dan Suaka Margasatwa serta Kawasan Pelestarian Alam meliputi Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Tawan Wisata Alam dan Taman Buru. Berdasarkan lingkup penelitian yang disepakati untuk RPI tahun dinas 2010 2014, penelitian lebih diarahkan pada kawasan pelestarian alam dengan fungsi taman nasional. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang memiliki ciriciri khas dan berfungsi sebagai pelindung ekosistem yang menyangga sistem kehidupan dan taman nasional dikelola menurut sistem zonasi. Kawasan taman nasional luas relatif tidak terganggu, mempunyai nilai alam khas, kepentingan pelestarian tinggi, berpotensi untuk ekowisata serta memberikan manfaat yang besar bagi wilayah sekitarnya. Dalam Model Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Ekosistem 153

hal pemanfaatan, sebagian kawasan taman nasional dapat dibuat zona pemanfaatan, pemanfaatan jasa lingkungan wisata, air dan karbon. Prioritas penelitian pada kawasan taman nasional ini selain taman nasional mempunyai manfaat yang lebih luas dalam pengelolaannya yang dapat menunjang pendapatan daerah, juga dalam beberapa tahun terakhir perkembangan penetapan taman nasional relatif cepat. Untuk itu perlu mendapat dukungan penelitian dalam pengelolaannya, terutama pengelolaan habitat, biodiversitas dan kolaborasi untuk mencapai tingkat pemanfaatan yang optimal. Permasalahan kawasan konservasi saat ini yang berkaitan dengan permasalahan konservasi berbasis ekosistem meliputi : A. Zonasi Taman Nasional Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi untuk optimalisasi pengelolaan dan pemanfaatan. Taman nasional yang sudah dikelola dengan baik telah tertata dalam sistem zonasi yang secara umum terdiri dari zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan dan zona lain yang sesuai dengan tingkat kepentingannya. Penetapan zonasi ini ditentukan oleh potensi biofisik, sarana prasarana tersedia dan tata ruang dan fungsi lahan daerah penyangga, serta aspek pengamanan. Untuk melihat seberapa jauh efektifitas pengelolaan dan manfaat zonasi bagi kepentingan pelestarian dan manfaat ekonomi maka perlu evaluasi nilai dan manfaat melalui indikator yang telah disepakati. Beberapa kawasan taman nasional telah dievaluasi tata ruang zonasinya dan dilakukan perubahan dengan kriteria indikator daerah aliran sungai (DAS). Evaluasi kriteria indikator dan valuasi potensi serta manfaat setiap zonasi taman nasional sesuai dengan model, pengelolaan, luas, biofisik dan daerah penyangga merupakan hal yang perlu didukung dengan hasil penelitian guna peningkatan dan efektifitas pengelolaan taman nasional. Secara umum hubungan cakupan kegiatan dalam pengelolaan kawasan konservasi sebagaimana ditunjukkan pada Gambar-1. 154 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

Pengelolaan Kolaboratif Model dan Pengelolaan Daerah Penyangga Model Taman Nasional Zonasi Taman Nasional Dinamika Ekosistem Nilai Jasa Lingkungan, Sosial Ekonomi, Pelestarian Biodiversitas dan Perbaikan Lingkungan Gambar 1. Model pengelolaan dan pemanfaatan taman nasional berbasis ekosistem. B. Pengelolaan Adaptif Pengelolaan adaptif adalah proses penyesuaian terus menerus antar badan pengelola yang tergabung dalam pengelolaan kolaboratif pada taman nasional. Model pengelolaan kolaboratif dan penyesuaian antar para pemangku kepentingan dalam proses pencapaian tujuan pengelolaan akan dipengaruhi oleh sosial masyarakat dan tipe pengelolaan lahan dan pemanfaatan hasil hutan di sekitar atau di dalam kawasan serta proses adaptif para pemangku kepentingan dalam sistem pengelolaan kolaboratif dan kelembagaan yang mendukung. Pada taman nasional yang sebelum penetapannya sudah ada keterlibatan masyarakat seperti dalam sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), peningkatan kelembagaan pengelolaan kolaboratif dan proses adaptif ini sangat diperlukan untuk merubah pola pemanfaatan lahan hutan yang berorientasi ekonomi lebih besar ke arah pemanfaatan yang berbasis ekosistem. Dalam model pengelolaan kolaboratif, jenis kegiatan yang dikolaborasikan dipengaruhi pula oleh tataguna lahan sekitar kawasan yang Model Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Ekosistem 155

menjadi daerah penyangga seperti taman nasional yang berada di sekitar areal pertambangan atau di sekitar areal Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK). Hal ini terkait dengan populasi penduduk, sosial ekonomi dan budaya terutama masyarakat pendatang yang berpotensi melakukan intervensi ke dalam kawasan. C. Jasa Lingkungan Jasa lingkungan adalah potensi sumberdaya kawasan yang dapat dimanfaatkan di taman nasional. Jasa lingkungan yang umum diperbincangkan adalah nilai ekonomi dan ekologi dari fungsi taman nasional sebagai areal ekowisata, sumber air bersih, penyimpan karbon dan sumberdaya genetik fauna dan flora yang mendukung program budidaya untuk peningkatan produksi pangan. Permasalahan saat ini adalah umumnya belum diketahui potensi biofisik, keunikan dan kelimpahannya sebagai penghasil jasa lingkungan serta nilai ekonomi dari hasil pengelolaan kawasan dan jasa lingkungannya, sehingga diperlukan standar pengelolaan dan parameter nilai biofisik dan ekonomi untuk pemanfaatan optimal terutama pada taman nasional yang baru ditetapkan. Selain nilai ekonomi, jasa lingkungan kawasan taman nasional dapat memberikan nilai ekologis bagi kawasan sekitarnya sehingga berfungsi sebagai penyangga kehidupan, seperti potensi satwaliar sebagai penyerbuk, sebagai penyebar biji, penyebar mineral esensial, sebagai predator hama, mempertahankan tingkat kesuburan lahan dan sumber air bagi kegiatan budidaya di daerah penyangga. Dengan diketahui potensi biofisik kawasan akan dapat dinilai jasa lingkungan kawasan terhadap aspek sosial dan ekonomi masyarakat dan pendapatan daerah, seperti di TN Gunung Gede Pangrango menghasilkan air 110 juta m3 per tahun dengan kebutuhan masyarakat 80,3 juta m3 per tahun. D. Dinamika Ekosistem Kawasan Berdasarkan statistik, di dalam kawasan konservasi juga terdapat lahan kritis akibat dinamika ekosistem dengan gangguan berat, fragmentasi hutan, terbentuknya hutan sekunder dan perubahan dari hutan sekunder ke lahan kritis. Kondisi ini dapat mengurangi luas kawasan yang efektif sebagai habitat, penurunan populasi satwaliar serta mudahnya intervensi kawasan dan peningkatan perburuan liar. Kondisi ini mudah terlihat pada taman nasional baru yang ditetapkan berdasarkan alih fungsi hutan produksi bernilai konservasi tinggi menjadi 156 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

taman nasional atau kawasan yang dikelilingi oleh kawasan dengan fungsi selain konservasi. Untuk mengatasi penurunan kualitas habitat akibat perubahan ekosistem diperlukan kegiatan kajian evaluasi fungsi pada zona-zona taman nasional serta memerlukan perbaikan berupa restorasi. Restorasi pun memerlukan strategi silvikultur yang tepat dengan jenis lokal dan berfungsi sebagai perbaikan habitat satwaliar. Restorasi ini penting bagi kawasan konservasi yang terdegradasi dan habitat satwaliar terancam punah. E. Pengelolaan Daerah Penyangga Kalau dilihat dari potensi biofisik kawasan taman nasional (Tabel-1) maka penataan ruang daerah penyangga, pengelolaan dan kolaborasi antar para pemangku kepentingan program pembangunan di daerah penyangga akan lebih penting. Hal ini terkait dengan pengamanan kawasan taman nasional, gangguan satwaliar maupun pelestarian taman nasional dari jenisjenis invasif. Untuk tujuan ini penelitian menunjukkan bahwa perlu ada jalur hijau di luar batas taman nasional berupa kawasan hutan atau areal berhutan selebar antara 500-1.000 meter tergantung dari fungsi lahan di luar batas taman nasional. Table 1. Biofisik kawasan pelestarian alam (KPA) Tipe ekosistem dominan Daerah sekitar KPA (Daerah Penyangga) IUPHHK- HA IUPHHK- HT Perkebunan Pegunungan - - Dataran rendah Rawa air tawar Rawa gambut Hutan dataran rendah Laut dan kepulauan Biogeografi Periode penetapan Tambang A B C D Lama Baru - - - - - - - - - - - - Pulau - - - - - - Keterangan: A = Sumatera, Jawa, Bali; B = Kalimantan; C = Sulawesi, Nusa Tenggara; D = Maluku dan Papua. Model Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Ekosistem 157

Pada dasarnya pengelolaan daerah penyangga adalah untuk penataan pemanfaatan lahan dan fungsinya di sekitar taman nasional guna peningkatan ekonomi masyarakat sekitar yang sesuai dengan tipe ekosistem taman nasional. Peningkatan sosial ekonomi dan budaya masyarakat sekitar taman nasional akan memberikan dampak positif terhadap lingkungan dari segi pengaturan manfaat dan tataguna lahan yang mendukung yang mendukung pelestarian eksistem taman nasional. Penetapan dan pengelolaan daerah penyangga cenderung berupa lanskap pertanian dan akibat perubahan lahan sekitar kawasan sebelum penetapan menjadi taman nasional sudah terbentuk fragmentasi kawasan hutan. Selain itu akibat pembukaan lahan hutan dan berkembangnya desa hutan serta kawasan budidaya menyebabkan terjadinya konflik masyarakat dengan pengelola kawasan. Sementara itu persepsi mengenai daerah penyangga dan mekanisme pengelolaannya belum mengarah pada upaya perlindungan kawasan. IV. TUJUAN DAN SASARAN Tujuan penelitian adalah menyediakan informasi dan teknologi untuk mendukung pengelolaan dan pemanfaatan kawasan konservasi secara lestari. Adapun sasarannya adalah tersedianya : (a) Paket informasi karakteristik tipologi atribut biofisik dan sosial ekonomi budaya masyarakat, serta (b) Paket teknologi konservasi kawasan dan daerah penyangga. V. LUARAN Luaran RPI sesuai sasaran masing-masing yaitu : 1. Sasaran Pertama (Paket informasi karakteristik tipologi atribut biofisik dan sosial ekonomi budaya masyarakat), dengan luaran : a. Kriteria dan indikator pengelolaan kawasan konservasi tiap tipologi ekosistem. 2. Sasaran Kedua (Paket teknologi konservasi kawasan dan daerah penyangga), dengan luaran : a. Model pengelolaan kawasan konservasi tiap ekosistem. b. Strategi manajemen kawasan konservasi. Ketiga luaran diatas masing-masing akan ditindaklanjuti sebagai Proposal Penelitian Tim Peneliti (PPTP). 158 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

VI. RUANG LINGKUP RPI ini ruang lingkupnya sebagai berikut : 1. Obyek kawasan konservasi termasuk cagar biosfer; daerah penyangga kawasan konservasi; dan kawasan hutan di luar kawasan konservasi yang potensial sebagai habitat satwaliar yang berstatus langka/ terancam punah/dilindung. 2. Lokasi Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, NTT, NTB dan Papua. Kegiatan dilakukan oleh Peneliti di lingkup Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam (P3HKA) dalam sistem koordinasi dengan Peneliti di Balai Penelitian Kehutanan (BPK) yang terkait (BPK Aeknauli, Solo, Kupang, Samboja, Manado, Makassar, dan BPK Manokwari). VII. KOMPONEN PENELITIAN RPI Model Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Ekosistem merupakan salah satu RPI di Badan Litbang Kehutanan, maka perlu diberi kodefikasi sesuai dengan nomor urutnya yaitu dengan membubuhkan angka 11. Dengan demikian komponen-komponen penelitian yang diperlukan untuk menghasilkan luaran pada RPI ini dikodefikasi sebagai berikut : 11.1. Kriteria dan indikator pengelolaan kawasan konservasi tiap tipologi ekosistem: 11.1.1. Ujicoba valuasi potensi dan manfaat taman nasional. 11.1.2. Evaluasi zonasi taman nasional. 11.1.3. Penyusunan kriteria dan indikator pengelolaan lestari kawasan konservasi. 11.1.4. Kajian implementasi dan evaluasi kriteria dan indikator optimal kawasan konservasi. 11.1.5. Evaluasi pemanfaatan, penggunaan dan fungsi kawasan konservasi. 11.2. Model pengelolaan kawasan konservasi tiap ekosistem : 11.2.1. Kajian model pengelolaan kawasan konservasi berdasarkan tipologi taman nasional. 11.3. Strategi manajemen kawasan konservasi : 11.3.1. Restorasi ekosistem kawasan konservasi. 11.3.2. Evaluasi pengelolaan kawasan konservasi secara kolaboratif. 11.3.3. Ujicoba model pengelolaan daerah penyangga. Model Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Ekosistem 159

VIII. METODOLOGI Untuk menghasilkan tiga luaran di atas akan dilakukan beberapa kegiatan sesuai dengan setiap luaran yang telah diidentifikasi : A. Luaran-1 : Kriteria dan indikator pengelolaan kawasan konservasi tiap tipologi ekosistem. Akan diperoleh melalui kegiatan berikut : 11.1.1. Ujicoba valuasi potensi dan manfaat taman nasional. 11.1.2. Evaluasi zonasi taman nasional. 11.1.3. Penyusunan kriteria dan indikator pengelolaan lestari kawasan konservasi. 11.1.4. Kajian implementasi dan evaluasi kriteria dan indikator optimal kawasan konservasi. 11.1.5. Evaluasi pemanfaatan, penggunaan dan fungsi kawasan konservasi. B. Luaran-2 : Model pengelolaan kawasan konservasi tiap ekosistem. Akan diperoleh melalui kegiatan berikut : 11.2.1. Kajian model pengelolaan kawasan konservasi berdasarkan tipologi taman nasional. C. Luaran-3 : Strategi manajemen kawasan konservasi. Akan diperoleh melalui kegiatan berikut : 11.3.1. Restorasi ekosistem kawasan konservasi. 11.3.2. Evaluasi pengelolaan kawasan konservasi secara kolaboratif. 11.3.3. Ujicoba model pengelolaan daerah penyangga. Sebanyak sembilan kegiatan diatas, selanjutnya akan dijabarkan secara rinci masing-masing dalam Rencana Penelitian Tim Peneliti (RPTP). Penelitian akan dilakukan dengan beberapa metode yang secara garis besar sebagai berikut : 1. Penelitian potensi kawasan meliputi penelitian zonasi taman nasional, restorasi ekosistem, dinamika populasi satwaliar dan valuasi potensi dilakukan dalam unit contoh dalam bentuk petak penelitian yang berada dalam jalur yang ditetapkan, demikian pula dengan potensi satwaliar. Sedangkan analisisnya menggunakan rumus analisis vegetasi, keanekaragaman jenis dengan indeks Shannon-Wiener, potensi karbon dan potensi air. 160 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

2. Penelitian potensi ekonomi kawasan dilakukan secara langsung atau melalui kuesioner dengan jumlah dan contoh responden yang tepat, sedangkan analisisnya menggunakan metode Break Event Point (BEP), Netto Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR). 3. Kajian sosial ekonomi juga menggunakan kuesioner dengan analisis sebagaimana metode NPV dan IRR. Bersamaan dengan kajian sosial ekonomi dilakukan pula analisis kelembagaan dan analisis konflik. 4. Kajian model daerah penyangga, pengelolaan kawasan konservasi, evaluasi kawasan dan evaluasi kriteria indikator menggunakan metode penelitian potensi ekonomi kawasan dan kajian sosial ekonomi, karena dalam penetapan model daerah penyangga tidak terlepas dari analisis fisik kawasan, vegetasi, nilai ekonomi dan kelembagaan pengelolaan. Penelitian akan dilakukan di lokasi yang dipilih dengan mempertimbangkan keterwakilan tipe ekosistem dan biogeografi kawasan (Tabel-2), sedangkan penelitian pengelolaan daerah penyangga mewakili tipe penggunaan dan fungsi lahan (lihat Tabel-1 diatas). Table 2. Lokasi penelitian di taman nasional sesuai dengan biogeografi Zona Biogeografi A B C D 1. TN. Batang Gadis (Sumut) 2. TN. Siberut (Sumbar) 3. TN. Kep. Seribu (Jabar) 4. TN. Gunung Ciremai (Jabar) 5. TN. Merbabu (Jateng) 6. TN. Meru Betiri (Jawa Timur) 7. TN. Kutai (Kaltim) 8. TN. Sebangau (Kalteng) 9. TN. Bantimurung Bulu Sarawung (Sulsel) 10. TN. Kep. Togean (Sulteng) 11. TN. Komodo (NTT) 12. TN. Manusela (Maluku) 13. TN. Wasur (Papua) Keterangan: A = Sumatera, Jawa, Bali; B = Kalimantan; C = Sulawesi, Nusa Tenggara; D = Maluku dan Papua. Model Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Ekosistem 161

IX. RENCANA TATA WAKTU Pelaksanaan penelitian sangat ditentukan oleh kondisi anggaran dan ketersediaan sumberdaya peneliti. Penelitian yang terdiri dari sembilan RPTP ini dapat berjalan simultan. Walau demikian prioritas pelaksanaannya dapat disusun sebagaimana ditunjukkan pada Tabel-3. X. RENCANA LOKASI DAN UPT TERKAIT Setiap kegiatan penelitian akan dilaksanakan di 13 taman nasional dalam zona biogeografi A, B, C dan D. Lokasi penelitian dan pelaksananya sebagaimana ditunjukkan pada Tabel-4. Table 3. Rencana tata waktu dan BPK yang terlibat. Kode Kegiatan Kegiatan Tahun Usulan 2010 2011 2012 2013 2014 11.1.1.01 Ujicoba valuasi potensi dan manfaat x x x x x 11.1.1.07 taman nasional 11.1.2.01 Evaluasi zonasi taman nasional 11.1.2.07 11.1.2.12 11.1.3.01 Penyusunan kriteria dan indikator pengelolaan lestari kawasan konservasi 11.1.4.01 Kajian implementasi dan evaluasi kriteria dan indikator optimal kawasan konservasi x x x x x 11.1.5.01 Evaluasi pemanfaatan, penggunaan 11.1.5.19 dan fungsi kawasan konservasi 11.2.1.01 Kajian model pengelolaan kawasan x x x x x 11.2.1.14 konservasi berdasarkan tipologi taman nasional 11.2.1.17 11.2.1.18 11.3.1.01 Restorasi ekosistem kawasan x x x x x 11.3.1.16 konservasi 11.3.2.01 Evaluasi pengelolaan kawasan konservasi secara kolaboratif 162 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

Kode Kegiatan Kegiatan 11.3.3.01 Ujicoba model pengelolaan daerah penyangga Tahun Usulan 2010 2011 2012 2013 2014 Keterangan: Digit terakhir 01 : Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam; 07 : BPK Aek Nauli; 12 : BPK Solo; 14 : BPK Kupang; 16 : BPK Samboja; 17 : BPK Manado; 18 : BPK Makassar; dan 19 : BPK Manokwari. Table 4. Lokasi penelitian menurut zona biogeografi dan institusi pelaksana kegiatan penelitian. Zona Lokasi Penelitian Taman Nasional A 1. Batang Gadis BPK Aek Nauli 2. Siberut P3HKA 3. Kep. Seribu P3HKA 4. Gunung Ciremai P3HKA 5. Merbabu BPK Solo 6. Meru Betiri P3HKA Institusi Pelaksana (Puslitbang dan UPT) B 7. Kutai P3HKA dan BPK Samboja 8. Sebangau P3HKA C 9. Bantimurung Bulu Sarawung BPK Makassar 10. Togean P3HKA dan BPK Manado 11. Komodo BPK Kupang D 12. Manusela P3HKA dan BPK Manado 13. Wasur P3HKA dan BPK Manokwari Keterangan: A = Sumatera, Jawa, Bali; B = Kalimantan; C = Sulawesi, Nusa Tenggara; D = Maluku dan Papua. XI. RENCANA BIAYA Biaya penelitian untuk setiap kegiatan selama lima tahun direncanakan rata-rata Rp. 100 juta per tahun. Kebutuhan biaya penelitian untuk setiap tahun dinas ditunjukkan pada Tabel-5. Model Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Ekosistem 163

Table 5. Rencana kebutuhan biaya penelitian setiap tahun antara tahun dinas 2010 hingga 2014. Kode Kegiatan Kegiatan Tahun Usulan (juta rupiah) 2010 2011 2012 2013 2014 11.1.1.1 Ujicoba valuasi potensi dan x x x x x 11.1.1.7 manfaat taman nasional 11.1.2.1 Evaluasi zonasi taman nasional 11.1.2.7 11.1.2.12 11.1.3.1 Penyusunan kriteria dan indikator pengelolaan lestari kawasan konservasi 11.1.4.1 Kajian implementasi dan evaluasi kriteria dan indikator optimal kawasan konservasi x x x x x 11.1.5.1 Evaluasi pemanfaatan, 11.1.5.19 penggunaan dan fungsi kawasan konservasi 11.2.1.1 Kajian model pengelolaan x x x x x 11.2.1.14 kawasan konservasi berdasarkan tipologi taman nasional 11.2.1.17 11.2.1.18 11.3.1.1 Restorasi ekosistem kawasan x x x x x 11.3.1.16 konservasi 11.3.2.1 Evaluasi pengelolaan kawasan konservasi secara kolaboratif 11.3.3.1 Ujicoba model pengelolaan daerah penyangga Jumlah 400 1.700 1.700 1.700 1.700 Keterangan: Digit terakhir 1 : Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam; 7 : BPK Aek Nauli; 12 : BPK Solo; 14 : BPK Kupang; 16 : BPK Samboja; 17 : BPK Manado; 18 : BPK Makassar; dan 19 : BPK Manokwari. XII. ORGANISASI Pelaksanaan kegiatan berada dalam sistem koordinasi antara Peneliti di P3HKA dengan Peneliti di Balai Penelitian Kehutanan. 164 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

Uraian tugas koordinator ditetapkan oleh Keputusan Kepala Badan Litbang Kehutanan, sedangkan uraian tugas Penanggungjawab dan Anggota Tim ditetapkan oleh Kepala Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam (Tingkat Pusat) dan Kepala Balai Penelitian Kehutanan (Tingkat Daerah). XIII. DAFTAR PUSTAKA Anshari, G. Z. 2006. Dapatkah pengelolaan kolaboratif menyelamatkan Taman Nasional Sentarum? Unpublish. Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. 2008. Rencana strategi bisnis TN. G. Gede Pangrango sebagai Badan Layanan Umum. Bismark, M., Reny Sawitri dan Eman. 2007. Pengelolaan dan zonasi daerah penyangga TN Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. IV (5) 467-483. Bismark, M. 2002. Integrasi kepentingan konservasi dan kebutuhan sumber penghasilan masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi. Prosiding hasil-hasil penelitian rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan. Bogor. Desember 2002. DFID. 2006. Pemanfaatan jasa lingkungan air di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak untuk usaha PDAM dan PAMDK. Prosiding Workshop Pemanfataan Jasa Lingkungan Air. Sukabumi. Endang Sukara. 2008. Jasa lingkungan hidup (http:\www.lipi.go.id). Hanada, K., A. Muzakhir, M. Rahayu dan Widada. 2001. Traditional people and biodiversity conservation in Gunung Halimun National Park. Research and Conservation Biodiversity in Indonesia. Vol VII. JICA. Bogor. Indrawan, M., R. B. Prinack dan J. upriatna. 2007. Biologi konservasi. Yayasan Obor. Jakarta. Kayat. 2006. Dampak ekowisata terhadap kondisi biofisik kawasan dan sosial ekonomi budaya masyarakat sekitar TN Komodo. Prosiding Gelar Teknologi dan Diskusi Hasil Penelitian Kehutanan. Ende. November 2005. Kuswanda, W. dan B. S. Antiko. 2008. Keanekaragaman jenis tumbuhan pada beberapa tipe hutan untuk mendukung pengelolaan zona rimba TN Batang Gadis. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. V (4) 337-354. Model Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Ekosistem 165

Mindawati, N., A. Widiarti dan B. Rustaman. 2006. Review hasil penelitian hutan rakyat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Bogor. Sugiana, A. N., M. Takandjandji dan Kayat. 2006. Kajian potensi dan biofisik TN Kelimutu di Flores. Prosiding Gelar Teknologi dan Diskusi Hasil Penelitian Kehutanan. Ende. November 2005. XIV. KERANGKA KERJA LOGIS Judul Sub Tema : Biodiversitas Judul RPI : Model Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Ekosistem No Narasi Indikator Cara Verifikasi Asumsi 1. Tujuan Tujuan penelitian adalah menyediakan informasi dan teknologi untuk mendukung pengelolaan dan pemanfaatan kawasan konservasi secara lestari Tercapainya fungsi kawasan konservasi sebagai sistem penyangga kehidupan, pengawetan dan pemanfaatan biodiversitas dan ekosistem. Optimalisasi pemanfaatan kawasan konservasi untuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, budidaya dan pariwisata. Asistensi tenaga ahli ke pihak Pengelola kawasan konservasi. Koordinasi dan jaringan komunikasi antar Peneliti dan Pengelola. Gelar Teknologi. Terjaminnya dukungan pihak Pengelola dan Pemerintah Daerah serta Pihak terkait di daerah penelitian. Pemasyarakatan hasil penelitian berjalan lancar. 2. Sasaran Sasaran penelitian adalah tersedianya: (a) Paket informasi karakteristik tipologi atribut biofisik dan sosial ekonomi budaya masyarakat, serta (b) Paket teknologi konservasi kawasan dan daerah penyangga. Kualitas dan kuantitas data potensi kawasan yang valid dan standar. Data dan informasi kelembagaan di daerah penyangga. Data dan informasi penilaian potensi jasa lingkungan. Implementasi dan evaluasi model dan pengelolaan kawasan konservasi dan daerah penyangga. Laporan akhir proyek. Paket teknologi. Pemasyarakatan hasil penelitian. Dana, bahan dan fasilitas tersedia dengan cukup. Kondisi lingkungan mendukung. 166 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

No Narasi Indikator Cara Verifikasi Asumsi 3. Luaran Luaran penelitian ini yaitu : (1) Kriteria dan indikator pengelolaan kawasan konservasi tiap tipologi ekosistem, serta (2) Model pengelolaan kawasan konservasi tiap ekosistem, dan (3) Strategi manajemen kawasan konservasi. Diterbitkannya publikasi ilmiah, publikasi populer dan komunikasi/brief. Kebijakan pengelolaan. Jurnal, info, buletin, brief, warta. Kebijakan Pemerintah Daerah atau Pihak terkait tentang program pengelolaan dan restorasi kawasan konservasi. Dana tersedia. Dukungan Pemerintah Daerah dan Pihak terkait. 4 Kegiatan Kegiatan yang akan dilakukan : 11.1.1. Ujicoba valuasi potensi dan manfaat taman nasional. Tersedianya pedoman pengelolaan dan pemanfaatan potensi dan nilai ekologis taman nasional. Pedoman pengelolaan dan pemanfaatan. Dana cukup tersedia dan berkesinambungan. Kondisi lingkungan kondusif, Pengelola dan Pihak terkait termasuk masyarakat mendukung. 11.1.2. Evaluasi zonasi taman nasional. Tersedianya kriteria dan indikator penetapan zonasi, implementasi dan pengelolaannya di dalam taman nasional. Paket kriteria dan indikator penetapan zonasi. 11.1.3. Penyusunan kriteria dan indikator pengelolaan lestari kawasan konservasi. Tersedianya kriteria dan indikator untuk mendukung pengelolaan kawasan konservasi secara lestari. Paket kriteria dan indikator pengelolaan kawasan konservasi secara lestari. Model Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Ekosistem 167

No Narasi Indikator Cara Verifikasi Asumsi 11.1.4. Kajian implementasi dan evaluasi kriteria dan indikator optimal kawasan konservasi. 11.1.5. Evaluasi pemanfaatan, penggunaan dan fungsi kawasan konservasi. 11.2.1. Kajian model pengelolaan kawasan konservasi berdasarkan tipologi taman nasional. 11.3.1. Restorasi ekosistem kawasan konservasi. 11.3.2. Ujicoba pengelolaan kawasan konservasi secara kolaboratif. 11.3.3. Ujicoba model pengelolaan daerah penyangga. Tersedianya kriteria dan indikator untuk mendukung optimalisasi pengelolaan kawasan konservasi. Tersedianya teknologi pemanfaatan dan penggunaan potensi biodiversitas sesuai fungsi kawasan konservasi. Tersedianya model pengelolaan taman nasional sesuai dengan tipologinya. Tersedianya teknologi restorasi kawasan konservasi berdasarkan karakteristik tipologi atribut biofisik dan sosekbud masyarakat. Tersedianya strategi dan kelembagaan pengelolaan kolaboratif kawasan konservasi. Tersedianya model pengelolaan penyangga kawasan konservasi dan kawasan hutan di luar kawasan konservasi yang sinergi dan terintegrasi dengan tata ruang dan pembangunan daerah. Paket kriteria dan indikator pengelolaan kawasan konservasi secara optimal. Teknologi pemanfaatan biodiversitas. Paket pengelolaan taman nasional berdasarkan tipologinya. Teknologi dan implementasi model restorasi. Pengelolaan sumber daya alam dan jasa lingkungan berbasis ekologi. Implementasi model pengelolaan daerah penyangga dan desa konservasi. 168 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014