Status Hama Penggerek Pucuk pada Tanaman Kedelai. S.W. Indiati, Purwantoro, dan W. Tengkano

dokumen-dokumen yang mirip
TINGKAT SERANGAN Melanagromyza sojae Zehnt. (Diptera: Agromyzidae) PADA PLASMA NUTFAH KEDELAI

Serangan Lalat Batang Melanagromyza sojae (Zehnter) (Diptera: Agromyzidae) pada Tanaman Kedelai

TATA CARA PENELITIAN

LAMPIRAN Lampiran 1. Lay out Penelitian

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

SPESIES, PERBANDINGAN KELAMIN, DAN CIRI MORFOLOGI PENGGEREK POLONG KEDELAI Etiella sp., DI KEBUN PERCOBAAN NGALE

APLIKASI BEBERAPA PENGENDALIAN TERHADAP LALAT BIBIT (Ophiomya phaseoli Tryon) DI TANAMAN KEDELAI. Moh. Wildan Jadmiko, Suharto, dan Muhardiansyah

BAB III METODE PENELITIAN

POTENSI HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI PADA LAHAN SAWAH IRIGASI SETELAH PADI KEDUA DI SULAWESI SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember Maret 2012,

V. KACANG HIJAU. 36 Laporan Tahun 2015 Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

DEJA 1 DAN DEJA 2 : VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI TOLERAN JENUH AIR

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen untuk mengetahui

KAJIAN PENANAMAN KEDELAI DI BAWAH KELAPA SAWIT UMUR EMPAT TAHUN DI PTPN III KEBUN RAMBUTAN

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

commit to users I. PENDAHULUAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanaman akan tumbuh subur dengan seizin Allah SWT. Jika Allah tidak

PERSILANGAN BUATAN PADA TANAMAN KACANG HIJAU (VIGNA RADIATA (L.) WILCZEK)

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK CAIR ABA TERHADAP PERTUMBUHAN, KOMPONEN HASIL DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea (L.) Merr.

AgroinovasI. Edisi 3-9 Januari 2012 No.3476 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP DOSIS PUPUK KALIUM DAN FREKUENSI PEMBUMBUNAN SKRIPSI OLEH :

SELEKSI KETAHANAN GALUR

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. kerusakan daun oleh serangan ulat grayak (S. litura F.) dan penelitian eksperimen

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAB III METODE PENELITIAN

Tingkat Kerusakan Ekonomi Hama Kepik Coklat pada Kedelai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman

KERAGAAN GALUR HARAPAN KEDELAI UMUR GENJAH DAN BIJI BESAR

KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU KACANG HIJAU SETELAH PADI SAWAH PADA LAHAN KERING DI NTT

HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEKTIVITAS SINERGISME ISOLAT JTM 97c DENGAN BEBERAPA ISOLAT SLNPV DALAM PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK POLONG KEDELAI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapangan Terpadu

PENGARUH PENGGUNAAN MULSA JERAMI TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA DAN HASIL PADA DUA VARIETAS KEDELAI

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).

Sumber : Nurman S.P. (

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar

Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Pada Dosis Pupuk Kalium dan Frekwensi Pembumbunan

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

III. KEDELAI. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 5

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

VII. LAMPIRAN-LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian di Laboratorium M1Z1 (1) M1Z1 (2) M1Z1 (3) M1Z3 (2) M0Z0 (1) M1Z2 (2) M0Z0 (3) M1Z3 (1) M1Z3 (3)

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014.

PENGUJIAN GALUR-GALUR HARAPAN KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS MALABAR DAN KIPAS PUTIH PADA DOSIS PUPUK FOSFOR (P) RENDAH

KOMPOSISI GENUS DAN SPESIES PENGISAP POLONG KEDELAI PADA PERTANAMAN KEDELAI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Hama pada Pertanaman Edamame Hama Edamame pada Fase Vegetatif dan Generatif

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

53 ZIRAA AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman ISSN

Kepik punggung bergaris merupakan salah satu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI TERHADAP ULAT GRAYAK DAN PENGGEREK POLONG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian disusun dalam Rancangan Petak Terbagi (Split-Plot Design) yang

Agros Vol. 15 No.1, Januari 2013: ISSN

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian

PENINGKATAN KEEFEKTIFAN SLNPV UNTUK MENGENDALIKAN HAMA PENGGEREK POLONG KEDELAI MELALUI PENINGKATAN FREKUENSI APLIKASI

PERAKITAN KEDELAI UNGGUL BARU BERDAYA HASIL TINGGI, BERUMUR GENJAH, DAN TAHAN HAMA UTAMA KEDELAI (ULAT GRAYAK)

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

INTRODUKSI KEDELAI VARIETAS GEMA DI DESA BUMI SETIA KECAMATAN SEPUTIH MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG. S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia

AGROVIGOR VOLUME 2 NO. 1 MARET 2009 ISSN

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013.

PROSPEK PEMULIAAN KEDELAI TAHAN HAMA LALAT KACANG (Ophiomyia phaseoli Tryon) DAN BERDAYA HASIL TINGGI

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) :

Dihasilkan : 23-Feb-2013

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

KERAGAAN FENOTIPE BERDASARKAN KARAKTER AGRONOMI PADA GENERASI F 2 BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril.) S K R I P S I OLEH :

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

Respon Tanaman Kacang-Kacangan yang Bersifat Determinate dan Indeterminate pada Berbagai Kondisi Ketersediaan Air

ADAPTASI BERBAGAI VARIETAS TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) TERHADAP PENGAPURAN DAN PEMBERIAN N, P DAN K DI LAHAN GAMBUT

I. BAHAN DAN METODE. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru,

Transkripsi:

Status Hama Penggerek Pucuk pada Tanaman Kedelai S.W. Indiati, Purwantoro, dan W. Tengkano Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Jl. Kendalpayak,Malang, Jawa Timur ABSTRACT. Shoot Borer, Melanagromyza dolichostigma Status on Soybean. The shoot borer is an important pest of soybean in Indonesia, widespread in Java, both in the lowlands and highlands. To study the influence of the larvae attack on yield loss of soybean, a field experiment was carried out in ILETRI (Indonesian Legumes and Tuber Crops Research Institute), in the dry season of 7. The results showed that the attack of shoot borer: 8%, 7%, %, 13%, and 7% were observed respectively on the first, second, third, fourth, and on fifth, sixth, and seventh trifoliate leafs. There was a negative correlation between the leaf position and the degree of attack, as shown by a linier regression equation: Y = 49.86 7.X; (R =.9; r =.96). The dead shoot significantly reduced the plant height, prolong the flowering period, and pod development, and reduced number of fertile nodes, pods, seeds, and yield. Shoot borer could be a potential of serious pest on soybean. Keywords: Soybean, shoot borer, yields loss ABSTRAK. Di Indonesia, penggerek pucuk, M. dolichostigma adalah salah satu hama pada tanaman kedelai. Hama tersebut tersebar luas di Indonesia, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Untuk mengetahui pengaruh serangan M. dolichostigma terhadap hasil kedelai dilakukan penelitian di Balai Penelitian Tanaman Kacangkacangan dan Ubi-ubian pada MK. 7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serangan penggerek pucuk tertinggi 8% terjadi pada daun trifoliet pertama, 7% pada daun trifoliet ke dua, % pada daun trifoliet ketiga, dan 13% pada daun trifoliet keempat, sisanya 7% tersebar pada daun trifoliet kelima, keenam dan ketujuh. Hubungan antara letak daun dari permukaan tanah (sumbu x) dan banyaknya tanaman (sumbu y) digambarkan dengan persamaan regresi linier Y = 49,86 7,X; R =,9; r =,96. Tanaman yang mati pucuk pada umumnya pendek, pembentukan bunga dan polong terlambat, menurunkan jumlah buku subur, jumlah polong, jumlah biji, dan hasil kedelai, sehingga M. dolichostigma dinyatakan sebagai hama penting kedelai Kata kunci: Kedelai, penggerek pucuk, kehilangan hasil Melanagromyza dolichostigma de Meijere (Diptera: Agromyzidae) merupakan salah satu hama kedelai, yang merusak tanaman dengan cara menggerek bagian pucuk sehingga layu dan mengering (Lee 196; Kalshoven 1981; Jackai et al. 199). Spesies ini pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 19 oleh de Meijere. Selain di Indonesia, hama ini tersebar luas di beberapa negara Asia Tenggara lainnya seperti Cina, Jepang, Taiwan, dan Thailand (Talekar 199). Di Indonesia, van der Goot (193) melaporkan bahwa infestasi M. dolichostigma dapat terjadi selama setahun, intensitasnya pada musim kemarau (Juni sampai September) lebih tinggi dibanding musim hujan (Oktober sampai Maret) (Talekar 199). Di Jawa khususnya, serangan penggerek pucuk dijumpai di dataran rendah maupun dataran tinggi. Di dataran rendah, serangan lalat dengan gejala pucuk tanaman kedelai layu dan mengering ditemukan secara sporadis. Di dataran tinggi, serangan M. dolichostigma dapat dijumpai pada tanaman kedelai di lahan kering maupun lahan sawah secara merata. Akhir-akhir ini di sekitar kebun Kendalpayak Balitkabi, Malang, tanaman kedelai dalam pot dan di sekitar rumah kasa ditemukan penggerek pucuk dengan intensitas 1-%. Tanaman yang menunjukkan gejala pucuk layu dan mengering, setelah itu pertumbuhannya terhenti, tanaman pendek, adakalanya tumbuh cabang, dan selanjutnya mempengaruhi pembentukan bunga dan polong. Pengamatan lebih lanjut mengenai pengaruh serangan penggerek pucuk sampai ke hasil belum pernah dilakukan, sehingga kehilangan hasil yang ditimbulkan belum diketahui secara pasti. Van der Goot (193) dan Kalshoven (1981) menyatakan bahwa kehilangan hasil yang ditimbulkan tidak banyak. Talekar (199) melaporkan, kerusakan tanaman kedelai akibat serangan M. dolichostigma umumnya terjadi pada saat tanaman berumur 3- minggu. Spencer (1973) menyatakan bahwa daun-daun pucuk pada tanaman berumur 3- minggu tersebut merupakan tempat yang cocok untuk peletakan telur lalat. Kematian pucuk oleh M. dolichostigma disebabkan adanya kerusakan jaringan batang pada pucuk yang terjadi setelah fase pembungaan dan selama fase pembentukan polong, yaitu antara umur 4-6 minggu (JICA 199). Selain kedelai, tanaman kacang beras (Vigna umbellata) dan kacang buncis (Phaseolus vulgaris) juga merupakan inang yang rentan bagi hama penggerek pucuk M. dolichostigma (Talekar 199). Meskipun M. dolichostigma telah dinyatakan sebagai hama tanaman kedelai (lee 196; Kalshoven 1981; Nurdin dan Zen 198; Jackai et al. 199), namun penelitian tentang status dan dampak serangannya yang diakibatkannya belum pernah dilaporkan secara rinci. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gejala serangan dan tanggapan tanaman kedelai terhadap serangan lalat penggerek pucuk, M. dolichostigma dan kehilangan hasil yang diakibatkan. 9

JURNAL PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 7 NO. 8 BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Malang pada bulan Maret-Juni 7, pada lahan seluas, m x 4 m. Benih kedelai varietas Wilis ditanam pada jarak tanam 4 cm x cm, 3-4 biji/lubang, kemudian dilakukan penjarangan dengan menyisakan dua tanaman/rumpun. Percobaan dibuat dengan dua perlakuan: tanaman dan tanaman M. dolichostigma, masing-masing perlakuan diwakili oleh 13 tanaman contoh. Infestasi hama M. dolichostigma terjadi secara alami. Setelah terjadi kematian pucuk tanaman pada batang utama, dilakukan pengendalian kimia setiap minggu dengan insektisida deltametrin untuk kutu-kutuan dan lamda sihalotren untuk hama ulat perusak daun dan kepik penghisap polong masing-masing dengan konsentrasi ml/l. Pucuk tanaman dipotong untuk menghindari serangan M. dolichostigma pada generasi berikutnya terhadap cabang yang terbentuk. Tanaman dipupuk dengan urea kg/ha, SP36 1 kg/ha, dan KCl 1 kg/ha pada saat tanam. Pengamatan dilakukan terhadap 13 tanaman contoh meliputi: 1. Posisi letak daun/ tempat terjadinya gejala serangan pada tanaman berumur 14 HST sampai 64 HST. Pembentukan bunga pada 3 HST dan pembentukan polong pada 49 HST. 3. Tinggi tanaman, jumlah cabang, dan jumlah buku subur (sesaat setelah panen) 4. Jumlah polong/tanaman pada batang utama dan. Jumlah biji/tanaman pada batang utama dan pada 6. Bobot biji/tanaman pada batang utama dan pada Data berpasangan yang diperoleh dari 13 tanaman contoh masing-masing dianalisis menggunakan uji t pada taraf %. HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Serangan Kebiasaan merusak M. dolichostigma sangat khusus, yaitu larva menggerek pucuk batang kedelai yang berumur -8 minggu, sehingga pucuk menjadi layu dan kering. Hasil pengamatan terhadap posisi gejala serangan pada 13 tanaman contoh menunjukkan bahwa hama ini kebanyakan menyerang pucuk kedelai pada daun trifoliet pertama sampai keempat dan sebagian kecil pada daun kelima sampai dengan ketujuh. Gejala serangan tertinggi berturut-turut pada daun trifoliet pertama, yaitu 8%, pada daun trifoliet kedua 7%, pada daun trifoliet ketiga %, dan pada daun trifoliet keempat 13%. Sisanya 7% tersebar pada daun trifoliet kelima, keenam dan ketujuh (Gambar 1). Preferensi penggerek pucuk untuk meletakan telurnya adalah pada tanaman berumur - minggu, tetapi tidak menutup kemungkinan bila peletakan telur dapat terjadi sampai tanaman berumur 8 minggu, terutama pada pucuk batang. Berdasarkan analisis regresi, hubungan antara letak daun dari permukaan tanah dan populasi tanaman M. dolichostigma mengikuti persamaan regresi linier Y = 49,86 7, X; R =,9; r =,96 (Gambar ). Berdasarkan persamaan tersebut dapat dikemukakan bahwa semakin tua umur % 1,, 3, 4,, 6, 7 = letak daun trifoliet dari permukaan tanah Gambar 1. Proporsi pucuk layu dan kering akibat serangan M. dolichostigma berdasarkan letak daun trifoliet dari permukaan tanah. Malang, MK 7. Banyaknya tanaman 13% 4 4 3 3 1 1-1 1% 1% % 6 7 8% 4 1 3 y = -7,x + 49,86 R =,9 r =,96 7% - 4 6 8 Kedudukan daun trifoliet dari permukaan tanah Gambar. Hubungan antara letak daun dan populasi tanaman M. dolichostigma. Malang, MK 7. 91

tanaman semakin kurang disukai oleh imago M. dolichostigma untuk meletakkan telur. Berdasarkan fakta tersebut, maka pengendalian lalat pucuk sebaiknya pada awal pertumbuhan tanaman, sedang waktu dan frekuensi aplikasi insektisida perlu diteliti lebih lanjut. Talekar (199) menyatakan bahwa kerusakan tanaman kedelai akibat serangan M. dolichostigma umumnya terjadi pada saat tanaman berumur 3- minggu. Pada periode umur tersebut, tanaman baru mempunyai daun trifoliet pertama sampai ketiga yang membuka penuh. Daun-daun tersebut merupakan tempat yang sesuai untuk peletakan telur oleh penggerek pucuk. Tanggap Tanaman terhadap Serangan Penggerek Pucuk Serangan penggerek pucuk mengakibatkan pucuk tanaman mati, dan berdampak terhadap lambatnya pembentukan bunga. Dari 13 tanaman contoh (batang) yang mati pucuk, jumlah tanaman berbunga hanya %, sedangkan pada tanaman telah mencapai % (Gambar 3). Hasil uji t (P=,) menunjukkan bahwa persentase pembungaan antara tanaman yang dan sakit berbeda nyata. Akibat matinya pucuk maka terbentuk cabang baru. Berdasarkan pengamatan terhadap 13 tanaman contoh, 7% dari tanaman yang penggerek pucuk tumbuh percabangan pada batang utama, sedangkan pada tanaman yang 66%. Berdasarkan uji t (P=,), pembentukan cabang antara tanaman dan tidak berbeda nyata (Gambar 4). Tanaman cenderung lebih awal membentuk polong (78%) daripada tanaman yang (74%), berdasarkan uji t di antara keduanya berbeda nyata. Berdasarkan data pengamatan tersebut dapat dikatakan bahwa serangan penggerek pucuk dapat memperlambat pembentukan polong (waktu pembentukan polong agak mundur), tetapi tidak berpengaruh terhadap pembentukan cabang. Hal ini mungkin karena varietas Wilis tidak tergolong bercabang banyak. Selain itu kematian pucuk lebih besar pengaruhnya dalam menghambat pertumbuhan. Dengan matinya pucuk, tanaman membentuk cabang sehingga pertumbuhan tanaman terhenti. Pengamatan menunjukkan bahwa tanaman yang penggerek pucuk cenderung lebih pendek, rata-rata hanya 7,7 cm, sedangkan pada tanaman dapat mencapai 77,6 cm. Berdasarkan hasil uji t (P=,) tinggi tanaman antara tanaman dan berbeda nyata (Gambar ). Berkurangnya tinggi tanaman yang penggerek pucuk disebabkan karena ujung tunas atau titik tumbuh tanaman kering dan mati, sehingga pertumbuhan terhenti, dan sebagai kompensasinya tanaman akan tumbuh ke samping dengan membentuk cabang lebih banyak dari tanaman (Gambar 4). Di samping berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, serangan penggerek pucuk buku subur, yaitu dimaksud dengan buku subur adalah buku pada batang utama tempat polong terbentuk. Jumlah buku subur pada tanaman rata-rata 8,9 buku/tanaman, sedangkan pada tanaman hanya,6 buku/tanaman. Hasil uji t (P=,) menunjukkan jumlah buku subur antara tanaman dan tanaman berbeda nyata (Gambar ). Pengaruh serangan penggerek pucuk terhadap jumlah polong, jumlah biji, dan bobot biji kering masingmasing pada batang utama dan cabang dari 13 tanaman contoh juga diamati. Jumlah polong pada batang utama tanaman rata-rata 18 polong/ tanaman, lebih banyak dibandingkan dengan jumlah polong pada batang utama tanaman (<1 Persentase tanaman berbunga 6 4 3 1.7% % Gambar 3. Pengaruh serangan M. dolichostigma terhadap pembungaan pada 3 HST, Balitkabi, MK 7. Nilai (%) 8 7 7 6 6 74,6 74,6 % bercabang % berpolong 66,1 77,6 Gambar 4. Pengaruh serangan M. dolichostigma terhadap pembentukan cabang dan polong pada 49 HST. Balitkabi, MK 7. 9

JURNAL PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 7 NO. 8 Tinggi tanaman (cm) 9 8 7 6 4 3 1 77,61 7,77 Jml buku subur/tanaman 1 8 6 4 8,93,6 Jumlah polong/tanaman 1 1 18,61 3,6 8,4 7,73 4,9,67 Batang utama cabang total Gambar. Pengaruh serangan M. dolichostigma terhadap ratarata tinggi tanaman dan rata-rata jumlah buku subur. Balitkabi, MK 7. Gambar 6. Pengaruh serangan M.dolichostigma terhadap jumlah polong pada batang utama, cabang dan total. Balitkabi, MK 7. polong/tanaman). Sebaliknya, jumlah polong pada cabang tanaman, 7 polong/tanaman lebih banyak dibandingkan dengan jumlah polong pada cabang tanaman yang hanya 4 polong/tanaman. Apabila jumlah polong pada batang utama dan cabang dijumlahkan, maka jumlah polong total pada tanaman mencapai 3 polong/tanaman, lebih tinggi daripada jumlah polong total pada tanaman yang hanya 8 polong/tanaman. Berdasarkan uji t (P=,), di antara kedua perlakuan tersebut berbeda nyata (Gambar 6). Hal ini berarti bahwa serangan penggerek pucuk M. dolichostigma pada tanaman kedelai, khususnya varietas rentan seperti Wilis, dapat menurunkan produksi polong, karena terbentuknya polong pada cabang yang terjadi akibat matinya pucuk tanaman tidak mampu mengimbangi jumlah polong yang terbentuk pada batang utama tanaman. Dengan berkurangnya jumlah polong maka jumlah dan bobot biji juga berkurang. Gambar 7 menunjukkan bahwa jumlah biji pada batang utama tanaman 9 biji/tanaman, lebih tinggi dibanding jumlah biji pada tanaman, yang hanya 1 biji/tanaman. Namun sebaliknya, jumlah biji pada cabang tanaman 13 biji/tanaman, lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah biji pada cabang tanaman yang hanya 7 biji/tanaman. Apabila jumlah biji pada batang utama dan cabang dijumlahkan, maka jumlah biji total pada tanaman mencapai 37 biji/tanaman, lebih tinggi daripada jumlah biji total pada tanaman yang hanya 14 biji/tanaman, dan berbeda nyata pada uji t (P=,). Hal ini berarti serangan penggerek pucuk M. dolichostigma dapat menurunkan jumlah biji, karena biji yang terbentuk pada cabang tanaman tidak mampu mengimbangi jumlah biji pada batang utama tanaman. Dengan berkurangnya jumlah polong dan jumlah biji secara langsung mengurangi hasil. Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa hasil biji pada batang utama tanaman mencapai,1 g/tanaman, lebih tinggi dibanding hasil biji pada tanaman, yang hanya,78 g/tanaman. Sebaliknya, hasil biji pada cabang tanaman,9 g/tanaman, lebih tinggi dibanding hasil biji pada tanaman, yang hanya, g /tanaman. Apabila hasil biji pada batang utama dan cabang dijumlahkan, maka hasil biji total pada tanaman mencapai,67 g/tanaman, sedangkan hasil biji total pada tanaman hanya,99 g/tanaman. Berdasarkan uji t (P=,), di antara keduanya menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini berarti bahwa serangan penggerek pucuk M. dolichostigma pada tanaman kedelai menurunkan hasil secara nyata, karena biji yang dihasilkan pada cabang tanaman tidak bisa mengimbangi biji pada batang utama tanaman, dari perhitungan, kehilangan hasil dapat mencapai 6%. Berdasarkan fakta ini dapat dikatakan bahwa serangan penggerek pucuk M. dolichostigma pada tanaman kedelai sangat berarti, karena menurunkan jumlah polong, jumlah biji, dan bobot biji pertanaman, sehingga M. dolichostigma dinyatakan mempunyai status penting sebagai hama tanaman kedelai. Hasil penelitian ini mematahkan pendapat van der Goot (193) maupun Kalshoven (1981) yang menyatakan bahwa serangan penggerek pucuk tidak nyata mengurangi jumlah polong sehingga tidak berpengaruh terhadap kehilangan hasil. 93

Jumlah biji (butir)/tanaman) 4 3 3 1 1 9,74 1,14 13,37 7,6 37,39 14,1 Bobot biji (g)/tanaman) 3, 1, 1,,119,78,7,676,9,998 batang utama cabang total batang utama cabang total Gambar 7. Pengaruh serangan M. dolichostigma terhadap jumlah biji pada batang utama, cabang, dan total. Balitkabi, MK 7. Gambar 8. Pengaruh serangan M. dolichostigma terhadap bobot biji pada batang utama, cabang, dan total. Balitkabi, MK 7. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Serangan tertinggi penggerek pucuk terdapat pada daun trifoliet pertama yaitu 8%, daun trifoliet kedua 7%, daun trifoliet ketiga %, dan daun trifoliet keempat 13%, sisanya 7% tersebar pada daun trifoliet kelima, keenam, dan ketujuh. Oleh sebab itu, pengendalian lalat pucuk sebaiknya pada awal pertumbuhan tanaman. Waktu dan frekuensi aplikasi insektisida perlu diteliti lebih lanjut.. Preferensi penggerek pucuk untuk meletakkan telurnya adalah pada pucuk batang tanaman berumur - minggu, semakin tua umur tanaman semakin kurang disukai imago M. dolichostigma untuk meletakkan telur. 3. Tanaman yang pucuknya mati pada umumnya pendek, terlambat membentuk bunga dan polong, menurunkan jumlah buku subur, jumlah polong, jumlah biji, dan hasil kedelai sampai 6%, sehingga M. dolichostigma dinyatakan mempunyai status penting sebagai hama kedelai. DAFTAR PUSTAKA Jackai, L.E.N., A.R. Paniizi, G.G. Kundu, and K. Srivastava. 199. Insect pests of soybean in the tropics, p. 91-16. In: Singh (Ed.). Insect pests of tropical food legumes. John Wiley & Sons, Chichester, New York, Brisbane, Toronto, Singapore. JICA. 199. Petunjuk bergambar untuk identifikasi hama dan penyakit kedelai di Indonesia. Edisi kedua. 11p. Kalshoven, LGE. 191. The pest of crops in Indonesia. (revised and translated by P.A. van der Laan). Ichtiar Baru, Jakarta. 71 p. Lee, S.Y. 196. Notes on some agromyzid flies destructive to soybean in Taiwan. Taiwan Agric. Res. Inst. Nurdin, F. and Khairul Zen. 198. Agromyzid flies (Diptera: Agromyzidae) on soybean in West Sumatra. Penelitian Pertanian (1):19-1. Spencer, K.A. 1973. Agromyzidae (Diptera) of economic importance. Hague, W. Junk B.V. 418 p. Talekar, N.S. 199. Agromyzid flies of food legumes in the tropics. AVRDC. 97 p. Tengkano, W. dan M. Soehardjan. 198. Jenis hama utama pada berbagai fase pertumbuhan tanaman kedelai. p. 9-3. Dalam Sadikin Somaatmadja et al. (Eds.). Kedelai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. 9 p. van der Goot, P. 193. Agromyzid flies of some native legume crop in Java. Original in Dutch, translation published by Tropical vegetable Information Service. Asian Vegetable Research and Development Centre. Sanhua. Taiwan. Republic of China. 98 p. 94