ANALISA PerMenhut No. P.60 / Menhut-II / 2009 tentang Pedoman Penilaian Keberhasilan Reklamasi Hutan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

meliputi pemilihan: pola tanam, tahapan penanaman (prakondisi dan penanaman vegetasi tetap), sistem penanaman (monokultur, multiple cropping), jenis

1.1. Metode inventarisasi ditentukan Bahan dan peralatan yang diperlukan disiapkan.

A.A Inung Arie Adnyano 1 STTNAS Yogyakarta 1 ABSTRACT

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 146 Tahun 1999 Tentang : Pedoman Reklamasi Bekas Tambang Dalam Kawasan Hutan

Aplikasi Website Pendataan dan PelaporanPenggunaan Lahan Pertambangan

I. PENDAHULUAN. yang mendayagunakan sumberdaya alam dan diharapkan dapat. menjamin kehidupan di masa yang akan datang. Sumberdaya alam yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG

PENGATURAN BENTUK LERENG DAN PERLAKUAN REKLAMASI. Perlakuan Konservasi Tanah (Reklamasi) Guludan. bangku. Guludan - Teras Kredit

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 60/Menhut-II/2009 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KEBERHASILAN REKLAMASI HUTAN

DAFTAR ISI... Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN MENTERI KEHUTANAN,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya adalah perubahan progresif yang

PEMENUHAN KRITERIA KEBERHASILAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Peraturan Reklamasi dan Pascatambang

Ulfah J. Siregar Irdika Mansur

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

Tata Cara Pencairan Jaminan Reklamasi

TAMBANG DI KAWASAN HUTAN LINDUNG

I. PENDAHALUAN. dan kehutanan. Dalam bidang kehutanan, luas kawasan hutannya mencapai. (Badan Pusat Statistik Lampung, 2008).

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA

BIOLOGI KONSERVASI EKOSISTEM PASCA TAMBANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal

PEDOMAN EVALUASI KEBERHASILAN REKLAMASI HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.64/Menhut-II/2006 TENTANG

KONSEP IMPLEMENTASI DAN KETERTELUSURAN PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DENGAN STANDAR KOMPETENSI SDM REKLAMASI HUTAN DAN LAHAN

RINGKASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

KEBIJAKAN PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI UNTUK PEMBANGUNAN DILUAR KEGIATAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat sebesar 11,78 persen menyumbang terhadap Pendapatan Domestik Bruto

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penambangan batubara pada umumnya di Indonesia adalah sistem

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Hutan adalah suatu asosiasi kehidupan, baik tumbuh-tumbuhan (flora)

BAB I PENDAHULUAN. klimaks pada daerah dengan curah hujan mm per tahun, rata-rata

KONSEPSI HUTAN, PENGELOLAAN HUTAN DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN HUTAN ALAM PRODUKSI DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Dampak penambangan yang paling serius dan luas adalah degradasi, kualitas

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

PROPER mendorong tingkat ketaatan perusahaan terhadap peraturan lingkungan hidup

PELAKSANAAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KAJIAN PENILAIAN KEBERHASILAN REKLAMASI TERHADAP LAHAN BEKAS PENAMBANGAN DI PT. SUGIH ALAMANUGROHO KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.317, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Reklamasi Hutan. Keberhasilan. Penilaian. Pencemaran. Pedoman.

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG REHABILITASI DAN REKLAMASI HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Suginingsih (2008), hutan adalah asosiasi tumbuhan dimana pohonpohon

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN. Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

Restorasi Organik Lahan. Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.18/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CILACAP

PERAN MASYARAKAT DALAM MONITORING KARBON

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

RENCANA STRATEGIS DINAS KEHUTANAN TAHUN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 4/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN REKLAMASI HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No.

REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. di tahun 2006 menjadi lebih dari 268,407 juta ton di tahun 2015 (Anonim, 2015).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

2011, No Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Nega

PERENCANAAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG PUSDILKAT MINERAL DAN, BATUBARA BADIKLAT MINERAL DAN, BATUABARA

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 14/Menhut-II/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN REKLAMASI HUTAN PADA AREAL BENCANA ALAM

BAB I PENDAHULUAN. yang disebutkan di atas, terdapat unsur-unsur yang meliputi suatu kesatuan

OLEH : WACHJONO LSP-RINO

Click to edit Master /tle style

Analisis Erosi lahan Pada Lahan Revegetasi Pasca Tambang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE

Pengelolaan Lingkungan Kegiatan Pertambangan. Oleh Dr. Ardi, SP, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam Indonesia sangat melimpah, antara lain potensi

STATUS PERLINDUNGAN HUTAN DALAM PERSPEKTIF PERATURAN PERUNDANGAN DI INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 74/Menhut-II/2014 TENTANG

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.84/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

L PEI\{DAITULUAIT. 1.1 Latar Belakang. di Sumatra Selatan 51,73 oh), di Kalimantan (di Kalimantan Selatan 9,99 %o;

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 39/Menhut-II/2010 TENTANG POLA UMUM, KRITERIA, DAN STANDAR REHABILITASI DAN REKLAMASI HUTAN

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

Transkripsi:

ANALISA PerMenhut No. P.60 / Menhut-II / 2009 tentang Pedoman Penilaian Keberhasilan Reklamasi Hutan Oleh : Wahyu Catur Adinugroho ---2010---

P a g e 2 PERMENHUT NO. P.60 / Menhut-II / 2009 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KEBERHASILAN REKALAMASI HUTAN Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.60/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Penilaian Keberhasilan Reklamasi Hutan disusun sebagai tindak lanjut dari terbitnya PP No. 76 tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan seperti yang diamanatkan dalam Undangundang Nomor 41 Tahun 1999 pasal 42 ayat (3), pasal 44 ayat (3) dan Pasal 45 ayat (4). pasal 45 ayat UU No. 41 tahun 1999 menyatakan bahwa : (1) penggunaan kawasan hutan yang mengakibatkan kerusakan hutan wajib dilakukan reklamasi dan atau rehabilitasi sesuai dengan pola yang ditetapkan pemerintah, (2) Reklamasi pada kawasan hutan bekas areal pertambangan, wajib dilaksanakan oleh pemegang izin pertambangan sesuai dengan tahapan kegiatanpertambangan. Permenhut No. P.60/Menhut-II/2009 disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan penilaian keberhasilan rekalamasi hutan pada areal bekas tambang sehingga pelaksanaan reklamasi hutan pada areal bekas tambang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dan sesuai dengan peruntukkannya. Selain hal tersebut diharapkan dapat mendorong perusahaan tambang untuk segera melaksanakan rekalamasi dengan baik dan sesuai dengan ketentuan, karena hasil dari penilaian keberhasilan rekalamasi hutan dijadikan dasar/syarat mutlak untuk perpanjangan ijin pinjam pakai kawasan hutan maupun pengembalian ijin pinjam pakai kawasan hutan, dengan semakin cepatnya kawasan yang sudah tidak produksi dikembalikan akan mengurangi beban perusahaan dalam membayar biaya pinjam pakai kawasan. Permenhut No. P.60/Menhut-II/2009 terdiri dari 8 bab 23 pasal, Bab I. memuat Pengertianpengertian, Bab II. Maksud, Tujuan dan Sasaran, Bab III. Kriteria Keberhasilan Reklamasi Hutan yang memuat Penataan Lahan, Pengendalian Erosi dan Sedimentasi, Revegetasi,, Bab IV. Metode Penilaian, Bab V. Prosedur Penilaian, Bab VI. Hasil Penilaian, Bab VII. Pelaporan dan Bab VIII memuat ketentuan penutup. Beberapa hal yang patut dicermati dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.60/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Penilaian Keberhasilan Reklamasi Hutan adalah : Hal yang pertama menjadi pertanyaan adalah apakah pedomana penilaian keberhasilan rekalamasi hutan ini dapat diterapkan secara umum untuk kegiatan

P a g e 3 rekalamasi pada semuai jenis tambang mengingat kegiatan penambangan yang dilakukan dikawasan hutan adalah terdiri dari beberapa jenis tipe tambang (oli & gas, batubara, mineral-mineral, dll) dimana masing-masing jenis tambang tersebut dalam proses eksloitasi berbeda-beda sehingga tingkat kerusakan lingkungan yang dihasilkannya berbeda-beda dan kharakteristik kerusakannya juga berbeda-beda, hal ini akan berdampak pada keberhasilan kegiatan rekalamasi, tentu saja tidak adil jika penilaian yang dilakukan terhadap semua tipe tambang digunakan penilaian dengan criteria yang sama. Agar parameter-parameter yang digunakan lebih spesisik mencerminkan kondisi dan tingkat kesulitan yang ada maka akan lebih baik pedoman penilaian keberhasilan reklamasi ini dibuat untuk masing-masing tipe tambang. Mengingat ketentuan yang termuat dalam Permenhut No. P.43 / Menhut-II / 2008 tentang aturan pinjam pakai kawasan hutan bahwa kawasan hutan dimungkinkan untuk penggunaan lain dengan ketentuan tudak merubah fungsi dari kawasan hutan, yaitu fungi konservasi, fungsi lindung atau fungsi produksi. Tetapi dalam pedoman penilaian keberhasilan rekalamasi hutan ini belum memuat criteria atau parameter penilaian tentang kesesuaian kegiatan rekalamasi dengan fungsi kawasan sebelumnya. Sebenarnya kesesuaian kegiatan rekalamasi yang telah dilakukan dengan fungsi kawasan yang akan dibentuk bisa dilihat dari jenis-jenis yang digunakan dalam kegiatan revegetasi, Terkait dengan penggunaan cover crop, pada permenhut ini tidak diatur tentang cover crop yang disarankan atau dilarang dan criteria penilaian tentang jenis cover crop yang digunakan. Jika upaya reklamasi sebelumnya hanya berorientasi tertutupi vegetasi atau sekedar hijau sehingga hanya ditanami tanaman jenis pioneer dan cepat tumbuh, pada Permenhut No. P.60/Menhut-II/2009 telah dilakukan peningkatan kualitas sehingga tidak hanya sekedar hijau tapi mensyaratkan juga harus ditanam jenis-jenis local berdaur panjang untuk mendukung biodiversity atau keragaman hayati, sehingga dapat mendekati kondisi rona awal sebelum dilakukan kegiatan penambangan dan penggunaan kawasan hutan lainnya. Hal ini termuat dalam criteria penilaian keberhasilan revegetasi yaitu tekait dengan komposisi jenis. Penilaian tertinggi diberikan pada revegetasi yang dilakukan dengan jenis local 40% terhadap jumlah

P a g e 4 pohon. Berdasarkan criteria tersebut dapat diinterpretasikan bahwa revegetasi yang hanya ditanami dua jenis yaitu satu jenis eksotik seluas 60% dan satu jenis local seluas 40% akan mendapatkan penilaian tertinggi meskipun jika dilihat dari nilai biodiversitas masih sangat kurang. Berdasarkan hal tersebut terdapat criteria yang belum terakomodasi khususnya pada reklamasi tambang pada kawasan lindung yaitu untuk menggambarkan tingkat biodiversitas yaitu jumlah jenis tanaman local yang ditanam. Revegetasi yang dilakukan dengan menggunakan banyak jenis tanaman local seharusnya diberikan apresiasi dengan memberikan penilaian tertinggi. Pertumbuhan suatu tanaman dapat mengalami stagnasi terlebih pada kondisi lahan marginal, tentu saja kegiatan rekalamasi yang berhasil adalah jika tanaman yang ditanam mempunyai pertumbuhan yang baik karena dapat beradaptasi dengan kondisi yang ada (tingkat adaptability). Tetapi dalam Permenhut No. P.60/Menhut-II/2009 ini belum termuat criteria penilaian tentang kemampuan tumbuh dari jenis pohon yang ditanam (adaptability), sebenarnya untuk criteria ini dapat dilakukan dengan mengukur parameter pertumbuhan (tinggi, diamaeter), root extention dan regeneration capacity. Tujuan dari kegiatan reklamasi adalah terbentuknya kembali hutan yang utuh dan lestari sesuai dengan fungsi awalnya, tetapi dalam pedoman penilaian keberhasilan reklamasi ini tidak memuat penilaian apakah komunitas yang dibangun bisa progresif membentuk hutan yang utuh sesuai dengan fungsi yang diharapkan. Sebenarnya untuk menilai criteria ini dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran status biodiversity (index shanon), produksi serasah (gr/m 2 ) dan kecepatan dekomposisi, nutrient retention, natural regeneration (rekolonisasi), serta kehadiran hewan liar. Fungsi suatu kawasan hutan dapat dilihat dari struktur tegakan yang ada, sehingga penilaian apakah komunitas tanaman yang dibangun sesuai dengan fungsinya maka dapat dilakukan penilaian terhadap criteria struktur tegakan. Meski demikian hal ini tidak termuat dalam pedoman penilaian kerberhasilan reklamasi yang ada. Sebenarnya untuk melakukan penilaian criteria ini dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran komposisi jenis, kerapatan tegakan dan stratifikasi tajuk

P a g e 5 Terkait dengan penataan lahan dalam penilaian keberhasilan reklamasi hutan, mengingat terdapat perusahaan pertambangan yang mempunyai bukaan pit sedikit tetapi terdapat juga perusahaan pertambangan yang memiliki beberapa bukaan pit sehingga akan mengalami kesulitan dalam penataan permukaan lahan maka penilaian penataan permukaan lahan berdasarkan luas areal yang ditata akan merugikan bagi perusahaan pertambangan yang mempunyai banyak bukaan pit sehingga satuan yang memungkinkan dalam penilaian penataan permukaan lahan adalah indicator volume. Mengingat terdapat berbagai jenis perusahaan tambang dengan tipe penambangan yang berbeda-beda sehingga beberapa jenis perusahaan tambang, misalnya perusahaan tambang nikel akan mengalami kesulitan untuk memperoleh tanah penutup (top soil) maka criteria penaburan tanah pucuk dalam penilaian keberhasilan reklamasi hutan akan menjadi criteria yang sulit terpenuhi oleh perusahaan tersebut sehingga penilaian yang dilakukan seharusnya disesuaikan dengan kondisi yang ada. Terkait dengan kesulitan perusahaan tambang tertentu yang kesulitan memperoleh tanah penutup (top soil), seharusnya terdapat opsi lain yang dapat diaplikasikan misalnya penggunaan teknologi (ilmu tanah) yang dapat memaksimalkan kondisi yang ada sehingga tidak mengurangi kualitas hasil reklamasi sehingga criteria aplikasi teknologi ini dapat dijadikan salah satu criteria dalam penilaian keberhasilan reklamasi khususnya bagi perusahaan tambang tertentu yang kesulitan memperoleh tanah penutup (top soil).