INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA

dokumen-dokumen yang mirip
2012, No

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTER! NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINGKASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REKLAMASI BENTUK LAIN PADA LAHAN BEKAS TAMBANG

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA TENTANG REKLAMASI DAN PASCA TAMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

Peraturan Reklamasi dan Pascatambang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia

Pengelolaan Lingkungan Pertambangan dari Aspek Pengelolaan Tanah dan Vegetasi

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PRESIDEN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN Latar Belakang

PELAKSANAAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG BATUBARA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG

KEBIJAKAN REKLAMASI PADA LAHAN BEKAS TAMBANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 2012

MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI,

I. PENDAHULUAN. yang mendayagunakan sumberdaya alam dan diharapkan dapat. menjamin kehidupan di masa yang akan datang. Sumberdaya alam yang tidak

BAB III TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERHADAP LAHAN BEKAS TAMBANG

meliputi pemilihan: pola tanam, tahapan penanaman (prakondisi dan penanaman vegetasi tetap), sistem penanaman (monokultur, multiple cropping), jenis

Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1646); 3.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN REKLAMASI DAN JAMINAN PASCA TAMBANG

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penambangan Batubara

TAMBANG DI KAWASAN HUTAN LINDUNG

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

Disampaikan pada acara:

TENTANG LAHAN DENGAN. dan dan. hidup yang. memuat. dengan. pembukaan. indikator. huruf a dan. Menimbang : Tahun Swatantra. Tingkat.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK PENAMBANGAN BAWAH TANAH

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK PENAMBANGAN BAWAH TANAH

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTER! ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BENCANA LINGKUNGAN PASCA TAMBANG

RANCANGAN PERMEN ESDM NO. TH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.41 Tahun 1999 hutan memiliki fungsi

BAB III LANDASAN TEORI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN PUSTAKA. berhasil menguasai sebidang atau seluas tanah, mereka mengabaikan fungsi tanah,

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 146 Tahun 1999 Tentang : Pedoman Reklamasi Bekas Tambang Dalam Kawasan Hutan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT

Pengelolaan Lingkungan Kegiatan Pertambangan. Oleh Dr. Ardi, SP, M.Si

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REHABILITASI KERUSAKAN LAHAN AKIBAT KEGIATAN PERTAMBANGAN 1. Iskandar

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penambangan batubara pada umumnya di Indonesia adalah sistem

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 19 TAHUN 2006 TENTANG : PENGELOLAAN PASIR BESI GUBERNUR JAWA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tata Cara Pencairan Jaminan Reklamasi

BAB I PENDAHULUAN. di tahun 2006 menjadi lebih dari 268,407 juta ton di tahun 2015 (Anonim, 2015).

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

A.A Inung Arie Adnyano 1 STTNAS Yogyakarta 1 ABSTRACT

KAJIAN PENILAIAN KEBERHASILAN REKLAMASI TERHADAP LAHAN BEKAS PENAMBANGAN DI PT. SUGIH ALAMANUGROHO KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN REKLAMASI HUTAN PADA AREAL BENCANA ALAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2018 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

KEYNOTE SPEECH BIMBINGAN TEKNIS REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG

Pertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang melakukan ekstraksi mineral dan bahan tambang lainnya dari dalam bumi.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 63 TAHUN 2003

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini

Transkripsi:

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA Antung Deddy Asdep Keanekaragaman Hayati dan Pengendalian Kerusakan Lahan Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup Disampaikan pada Mined Land Rehabilitation : Mainstreaming Landscape Restoration in Indonesia Hotel Le Grandeur, Balikpapan, 6 Maret 2012

Permasalahan 1. Kegiatan penambangan khususnya penambangan terbuka memiliki potensi merusak lingkungan yaitu : Perubahan bentang alam Gangguan pada sistem aliran air permukaan dan air tanah Perubahan sifat fisik tanah (struktur, tekstur, porositas dan bulk density) dan sifat kimia tanah (unsur hara) yang penting bagi pertumbuhan tanaman Hilangnya habitat tumbuhan dan satwa Erosi dan sedimantasi Pencemaran air dan tanah dari air asam tambang

Permasalahan lanjutan.. 2. Tumpang tindih kawasan hutan dan pertambangan 3. Upaya pemantauan dan pengawasan lingkungan bidang pertambangan telah dilakukan namun belum secara maksimal memberikan kontribusi pada pengendalian kerusakan lingkungan khususnya terkait dengan kerusakan lahan 3. Pemberian sanksi kepada pelaku usaha pertambangan yang tidak dapat memenuhi ketentuan dalam peraturan perundangan masih bersifat sanksi administratif 4. Belum ada instrumen pengendalian kerusakan lingkungan yang dapat menilai dan menyatakan suatu kegiatan pertambangan telah mengakibatkan terjadinya kerusakan lahan

KONSESI PERTAMBANGAN DAN KAWASAN HUTAN Tumpang Tindih Kawasan Konsesi Pertambangan Hutan Konservasi Hutan Lindung PERMASALAHAN: KONSESI PERTAMBANGAN BERADA DI KAWASAN HUTAN KONSERVASI DAN HUTAN LINDUNG

Dampak lingkungan 1. Perubahan iklim mikro 2. Banjir dan longsor 3. Penurunan muka air tanah dan kekeringan 4. Kerusakan keanekaragaman hayati 5. Pencemaran air tanah dan sungai 6. Pencemaran air dan tanah dari air asam tambang

PERATURAN PERUNDANGAN

A. LINGKUNGAN HIDUP UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengendalian kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup (pasal 13 ayat (1)) Pengendalian kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran dan tanggung jawab masing-masing (pasal 13 ayat (3)) Setiap orang yang melakukan perusakan lingkungan hidup wajib melakukan penanggulangan kerusakan lingkungan hidup (pasal 53 ayat (1)) dan pemulihan fungsi lingkungan hidup (pasal 54 ayat (1))

lanjutan Penentuan terjadinya kerusakan lingkungan hidup di dasarkan pada kriteria baku kerusakan lingkungan hidup (pasal 21 ayat (1)) Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup adalah ukuran batas perubahan sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang dapat ditenggang oleh lingkungan hidup untuk dapat tetap melestarikan fungsinya Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup

B. PERTAMBANGAN UU No. 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara pasal 96 disebutkan bahwa dalam penerapan kaidah pertambangan yang baik, pemegang IUP dan IUPK wajib diantaranya melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk kegiatan reklamasi dan pascatambang, pasal 98 pemegang IUP dan IUPK wajib menjaga kelestarian fungsi dan daya dukung sumber daya air yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan PP No. 78/2010 tentang Reklamasi dan Pasca Tambang pasal (4) a. Perlindungan terhadap kualitas air permukaan, air tanah, air laut dan tanah serta udara berdasarkan standard baku mutu atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. Perlindungan dan pemulihan keanekaragaman hayati; c. Penjaminan terhadap stabilitas dan keamanan timbunan batuan penutup, kolam tailing, lahan bekas tambang, dan struktur batuan lainnya; d. Pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukannya; e. Memperhatikan nilai-nilai sosial dan budaya setempat; dan f. Perlindungan terhadap kuantitas air tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

lanjutan Kepmen Pertambangan dan Energi N0 : 1211.K/008/M.PE/1995 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Perusakan dan Pencemaran Lingkungan pada Kegiatan Usaha Pertambangan Umum pada pasal (15) Pembukaan lahan harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan penambangan a.tanah pucuk (top soil) hasil pengupasan harus segera dimanfaatkan untuk keperluan revegetasi. b.tanah penutup hasil pengupasan dan material buangan lainnya harus ditimbun dengan cara yang benar dan pada tempat yang aman. c.timbunan tanah penutup dan material buangan lainnya harus dipantau secara berkala. d.gangguan keseimbangan hidrologis harus seminimal mungkin

Integrasi prinsip perlindungan dan pengelolaan LH pada kegiatan penambangan UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Baku Mutu Lingkungan Hidup Kriteria Kerusakan lahan akibat kegiatan penambangan Integrasi prinsip perlindungan dan pengelolaan LH UU No. 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara PP 78/2010 PP 23/2010 PP 55/2010 Penambangan Ramah Lingkungan

KEBIJAKAN LINGKUNGAN

KEBIJAKAN PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM PERTAMBANGAN Integrasi aspek lingkungan pada setiap tahapan kegiatan penambangan Investasi untuk mengembalikan lingkungan secara konvensional maupun dengan penerapan teknologi Masyarakat sekitar tambang memiliki kesejahteraan selama berlangsungnya maupun berakhirnya kegiatan tambang

Dalam menjaga fungsi lingkungan hidup tetap berjalan, setiap kegiatan tahapan penambangan harus dapat menerapkan kaidah pencegahan kerusakan lingkungan Indikator Ramah Lingkungan (Permen LH no 4/2012)

Permen LH No. 4 Tahun 2012 tentang Indikator Ramah Lingkungan untuk Usaha dan/atau Kegiatan Penambangan Terbuka Batubara Tujuan penetapan indikator adalah memberikan : 1. Kriteria kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan penambangan terbuka batubara dalam menerapkan indikator ramah lingkungan 2. Pedoman bagi pejabat yang berwenang dalam menerbitkan izin lingkugan di bidang usaha dan/atau kegiatan penambangan batubara 3. Acuan bagi pejabat pengawas lingkungan hidup dalam melakukan pengawasan Penerapan indikator : 1. Kegiatan penambangan batubara yang telah memiliki Ijin Usaha Pertambangan 2. Memberikan label ramah lingkungan kepada kegiatan penambangan yang telah memenuhi ketentuan pada peraturan ini (menjadi bagian dalam penilaian proper) 3. Apabila berdasarkan hasil pengawasan ditemukan ada kegiatan penambangan, reklamasi dan pasca tambang yang melebihi batas ukuran indikator maka berlaku ketentuan penerapan sanksi administratif berdasarkan izin lingkungan sesuai dengan UU No. 32/2009

Ruang Lingkup Indikator Ramah Lingkungan (Khusus lahan dan air) Indikator Penambangan Reklamasi Pasca Tambang Luas permukaan lubang galian Jarak tepi lubang galian dari batas IUP Stabilitas lahan Air asam tambang Pengelolaan tanah pucuk dan batuan penutup Air tanah dan air permukaan Persentase (%) tanaman tumbuh

Tahapan Penerapan Indikator Ramah Lingkungan Indikator ramah lingkungan ini akan diberlakukan pada tahapan kegiatan penambangan, Reklamasi dan Pasca Tambang yang merujuk pada UU No. 4/ 2009 Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk memproduksi mineral dan/atau batubara dan mineral ikutannya Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya Pascatambang adalah kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah penambangan

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN Tahapan Kegiatan Indikator Metode pengukuran Penambangan 1. Pengupasan, penimbunan dan pengelolaan tanah pucuk a. Tanah pucuk tidak tercampur dengan tanah/batuan penutup b. Tidak terjadi erosi dan atau longsor lebih dari 15% dari luas timbunan tanah pucuk c. Timbunan tanah pucuk ditanami tanaman penutup dengan baik Pengamatan Citra satelit dan verifikasi Pengukuran di

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN Tahapan Kegiatan Indikator Metode pengukuran 2. Pengupasan, penimbunan a. Batuan potensial pembentuk asam (PAF) dienkapsulasi Pengamatan dan b. Tidak terjadi erosi dan atau longsor Citra satelit dan pengelolaan yang mengganggu enkapsulasi verifikasi tanah/batuan dan/atau lebih dari 15% dari luas penutup timbunan tanah/batuan penutup c. Timbunan tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu terjal dengan kemiringan sesuai dengan kajian geoteknik d. Tidak terjadi rembesan air di kaki timbunan yang phnya kurang dari 4 e. Timbunan tanah/batuan penutup ditanami tanaman penutup dengan baik Klinometer dan meteran ph meter atau ph stick Pengukuran di

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN Tahapan Kegiatan Indikator Metode pengukuran 3. Penggalian dan pengambilan bahan tambang a. Luas permukaan lubang galian yang terbentuk tidak lebih dari 20% dari luas IUP apabila lubangnya terkonsentrasi atau tidak lebih dari 30% dari luas IUP apabila lubangnya terfragmentasi dan setiap lubang tidak lebih dari 20% dari luas IUP b. Jarak tepi lubang galian paling sedikit 500 m dari batas IUP (rona awal berdekatan dengan permukiman) c. Tidak dijumpai penurunan ph air tanah lebih dari 1 tingkat dari kondisi awal d. Tidak menyebabkan air permukaan yang keluar dari IUP kualitasnya lebih rendah dari baku Citra satelit dan verifikasi Klinometer dan meteran ph meter atau ph stick Mengacu pada KepmenLH No.

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN Tahapan Kegiatan Reklamasi Metode pengukuran Reklamasi Penataan lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukannya a. Kemiringan lahan sesuai dengan peruntukan lahan dan kajian geoteknik Pengukuran di Penutupan lubang (yang harus ditutup) dengan tanah/batuan penutup dari tempat penimbunan b. Tidak terjadi genangan permanen, kecuali pada lokasi lubang yang tidak ditutup c. Air permukaan/genangan pada lubang galian akhir yang tidak ditutup memiliki kualitas yang sesuai dengan baku mutu peruntukan air a. Tidak dijumpai batuan potensial masam yang teroksidasi b. Tidak dijumpai penurunan ph air tanah lebih dari 1 tingkat dari kondisi Pengukuran di Mengacu PP No. 82 Tahun 2001 ph meter dan ph stick

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN Tahapan Kegiatan Reklamasi Metode pengukuran Reklamasi 3. Penyebaran tanah pucuk dari tempat penimbunan a. Tanah pucuk tersebar merata pada lebih dari 75% dari keseluruhan lahan reklamasi Pengukuran di menutupi b. Tanah pucuk pada zona perakaran ph meter dan ph tanah/batuan memiliki ph tanah yang sesuai stick penutup pada dengan peruntukkannya bekas lubang galian (yang harus ditutup) 4. Penanaman sesuai dengan peruntukkannya a. Tahun pertama : Lebih dari 80% dari luas areal reklamasi ditumbuhi oleh tanaman penutup tanah b. Tahun kedua : Lebih dari 80% dari luas areal reklamasi ditumbuhi oleh tanaman cepat tumbuh Pengukuran di Pengukuran di

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN Tahapan Kegiatan Reklamasi Metode pengukuran Pasca tambang Pengukuran di 1. Penataan lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukkannya 2. Penanaman sesuai dengan peruntukkannya Luas permukaan bekas lubang galian yang terbentuk tidak lebih dari 20% dari luas IUP apabila lubangnya terkonsentrasi atau tidak lebih dari 30% dari luas IUP apabila lubangnya terfragmentasi dan setiap lubang tidak lebih dari 20% dari luas IUP a. Tahun pertama : Lebih dari 90% luas lahan sesuai peruntukan ditutupi tanaman penutup tanah dan perbaikan kesuburan tanah (peruntukan hutan, perkebunan, pertanian lahan kering, sawah, perikanan darat dan pariwisata) Pengukuran di

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN Tahapan Kegiatan Reklamasi Metode pengukuran Pengukuran di b. Tahun kedua : Lebih dari 90% luas lahan sesuai peruntukan ditumbuhi tanaman. Lebih dari 60% luas lahan peruntukan perkebunan, pertanian lahan kering dansawah ditumbuhi tanaman. Lebih dari 30% dari luas lahan peruntukan permukiman dan pariwisata ditumbuhi tanaman c. Tahun ketiga dan seterusnya : Lebih dari 90% luas lahan sesuai peruntukan ditumbuhi tanaman. Pengukuran di

HASIL PEMETAAN INDIKASI KERUSAKAN LAHAN ATAU PENAMBANGAN YANG TIDAK RAMAH LINGKUNGAN

PERUBAHAN INDIKASI KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN DI KALIMANTAN SELATAN 2005-2010 NO KABUPATEN LUAS (ha) 2005 2010 1 BALANGAN 1.733 4.864 2 BANJAR 4.698 7.027 3 BARITOKUALA - - 4 HULUSUNGAI SELATAN 375 2.600 5 HULUSUNGAI TENGAH 3.900 6 HULUSUNGAI UTARA 250 7 BANJARBARU 5.758 7.259 8 - - 9 KOTABARU 4.135 3.321 10 TABALONG 3.530 2.446 11 TANAH BUMBU 7.267 7.905 12 TANAH LAUT 13.358 19.747 13 TAPIN 849 3.203 Grand Total 41.703 62.522

Indikasi Kerusakan Lahan Pertambangan di Kalsel Tahun 2005 Tahun 2010

TERIMA KASIH