G U B E R N U R SUMATERA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN AKREDITASI PUSKESMAS

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 73 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 ( DUA BELAS ) TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN BACA TULIS AL-QUR AN

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 08 TH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB BACA TULIS AL-QUR AN

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH AWALIYAH KABUPATEN SUMEDANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 27 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 21 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN BACA TULIS AL-QUR AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidik

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

Nomor : 888 /Dj.I/DT.I.II./3/HM.01/05/2016 Jakarta, 30 Mei 2016 Lamp : 1(satu) set Perihal : Panduan Ibadah Ramadhan SMP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 12 TAHUN 2012 TENTANG WAJIB BELAJAR DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mengingat : Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB VI PENUTUP. Optimalisasi Pendidikan Holistik di Sekolah Dasar untuk Mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN DAN PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 4 TAHUN 2010 T E N T A N G PENDIDIKAN AL QUR AN

PRES I DEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG. dimaksud dalam huruf b merupakan tanggung jawab bersama keluarga, satuan pendidikan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

- 1 - WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT

faktor eksternal. Berjalannya suatu pendidikan harus didukung oleh unsur-unsur pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur pendidikan tersebut adalah siswa,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah kehidupan. Di dalam

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

GUBERNUR SUMATERA BARAT

Judul BAB I PENDAHULUAN

BUPATI LUWU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TENTANG PEMBINAAN DAN PELAYANAN KEAGAMAAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PENDIDIKAN AL-QUR'AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 202 TAHUN : 2016 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

No. Urut: 48, 2014 G U B E R N U R SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DAN MADRASAH PADA BULAN RAMADHAN Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab"; b. bahwa untuk mengantisipasi terjadinya perbedaan kegiatan pembelajaran pada bulan Ramadhan di kabupaten/kota yang mengakibatkan terganggunya minggu efektif belajar yang telah ditetapkan, maka perlu pedoman penyelenggaraan pembelajaran di sekolah dan madrasah pada bulan Ramadhan di Sumatera Barat; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur Sumatera Barat tentang Pedoman Penyelenggaraan Pembelajaran di Sekolah dan Madrasah pada Bulan Ramadhan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1646); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) ; 3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5238); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah 1079 1080

Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 50 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Pemerintah Daerah; 8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum; 9. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 13 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat; 10. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Pendidikan; 11. Peraturan Gubernur Sumatera Barat, Nomor 73 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendidikan Karakter pada Sekolah/Madrasah di Sumatera Barat; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DAN MADRASAH PADA BULAN RAMADHAN. BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 2. Pembelajaran adalah proses interaksi edukatif antara peserta didik dengan sumber belajar melalui bimbingan pendidik dengan menggunakan media pembelajaran. 3. Kegiatan pembelajaran adalah bentuk-bentuk kegiatan yang dipersiapkan untuk dilaksanakan dalam proses interaksi edukatif antara peserta didik dengan sumber belajar, melalui bimbingan pendidik. 4. Minggu efektif adalah jumlah minggu belajar dalam satu tahun pelajaran. 5. Kegiatan pembelajaran pada bulan Ramadhan adalah kegiatan-kegiatan yang dirancang oleh sekolah dan madrasah untuk mengisi proses pembelajaran selama bulan Ramadhan balk di sekolah maupun di luar sekolah. 6. Kegiatan pembelajaran pada bulan Ramadhan di luar sekolah adalah kegiatan pembelajaran terprogram dari sekolah yang dilaksanakan di masjid/rumah ibadah yang berkoordinasi dengan masyarakat. 7. Pendidik di sekolah dan madrasah adalah guru yang membimbing kegiatan 8. pembelajaran di sekolah dan madrasah. 9. Pendidik di luar sekolah dan madrasah adalah guru dan/atau nara sumber yang ditugaskan untuk membimbing peserta didik di masjid/mushalla/rumah ibadah yang memiliki kompetensi, seperti guru, tokoh agama dan tokoh masyarakat yang memiliki kompetensi sesuai materi yang diajarkan. 10. Pendekatan keteladanan adalah memperlihatkan atau memberikan contoh yang balk, melalui perilaku perilaku pendidik dan tenaga kependidikan lain yang mencerminkan ahlak terpuji atau melalui suguhan ilustrasi berupa kisah-kisah keteladanan. 11. Pendekatan pembiasaan yang baik adalah memberikan kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan ajaran agamanya dan berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. 12. Pendekatan tematik adalah pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek atau materi baik intra maupun antar mata pelajaran, dengan tetap memberikan penguatan kepada mata pelajaran agama, melalui tema yang ditetapkan. 13. Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan metode ilmiah dengan melalui proses mengamati, menanya, eksperimen (explore), mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. 14. Pendekatan tindakan tegas yang mendidik adalah pendekatan yang menerapkan sifat disiplin tanpa kekerasan. 15. Pendekatan rasional adalah suatu pendekatan mempergunakan rasio (akal) dalam memahami dan menerima kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.

16. Pendekatan emosional adalah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini ajaran agama serta dapat merasakan mana yang baik mana yang buruk. 17. Tokoh masyarakat adalah pemuka masyarakat, cerdik pandai, alim ulama dan ninik mamak yang dapat memberikan pengaruh pada suatu masyarakat. Bagian Kedua Tujuan dan Ruang Lingkup Pasal 2 Tujuan penyelenggaraan pembelajaran pada bulan Ramadhan adalah: a. untuk memenuhi minggu efektif pembelajaran selama bulan Ramadhan; b. meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan Agama dalam kehidupan sehari-hari; c. menanamkan rasa cinta masjid/rumah ibadah dalam usaha peningkatan ibadah pada bulan Ramadhan dan menjadikan masjid/rumah ibadah sebagai sentral aktivitas masyarakat dalam upaya memakmurkan masjid/rumah ibadah; d. membangun sikap dan karakter berdasarkan nilai-nilai agama, budaya bangsa dan budaya lokal; e. memperkuat pelaksanaan implementasi pendidikan karakter pada sekolah dan madrasah; f. meningkatkan kepedulian warga sekolah dan madrasah, pemuka masyarakat terhadap aktivitas peserta didik selama bulan Ramadhan; g. menumbuhkan kesadaran peserta didik /generasi muda untuk tidak melakukan perbuatan tercela/terlarang menurut ajaran agama, hukum, dan budaya lokal; dan h. meningkatkan suasana kebersamaan, keserderhanaan, persaudaraan dan kekeluargaan yang mendalam sesama peserta didik, dan peserta didik dengan anggota masyarakat lainnya. Pasal 3 Ruang lingkup kegiatan pembelajaran pada bulan Ramadhan: a. pendekatan dan metode pembelajaran ; b. pelaksanaan pembelajaran; c. penilaian pembelajaran; d. monitoring dan evaluasi; dan e. pembinaan dan pengawasan. BAB II PEMBELAJARAN PADA BULAN RAMADHAN Bagian Kesatu Umum Pasal 4 (1) Pembelajaran pada bulan Ramadhan diselenggarakan pada: a. sekolah dan madrasah; dan b. luar sekolah dan madrasah. (2) Pembelajaran pada bulan Ramadhan sebagaimana dimaksud pada avat (1) diikuti oleh seluruh peserta didik. Bagian Kedua Pendekatan dan Metode Pembelajaran Pasal 5 Pendekatan pembelajaran pada bulan Ramadhan, meliputi: a. keteladanan; b. pembiasaan yang baik; c. tematik dan saintifik; d. persuasif dan edukatif; e. tindakan tegas yang mendidik; dan f. rasional dan emosional. Pasal 6 Metode pembelajaran pada bulan Ramadhan dikembangkan secara aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan, yang meliputi: a. diskusi/ dialog; b. kisah/ pemberian contoh; c. penugasan; d. latihan (drill); e. bermain peran; dan f. pemecahan masalah (problem solving). Bagian Ketiga Pelaksanaan Pembelajaran Paragraf 1 Di Sekolah dan Madrasah Pasal 7 (1) Pelaksanaan pembelajaran pada bulan Ramadhan di sekolah dan madrasah dilakukan dengan: a. mengintegrasikan nilai-nilai agama pada setiap mata pelajaran;

b. pendalaman kurikulum Pendidikan Agama; c. praktik ibadah; dart d. pembiasaan akhlak mulia. (2) Pelaksanaan pembelajaran pada bulan Ramadhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan agama masing-masing. (3) Pembelajaran pada bulan Ramadhan dilaksanakan di sekolah dan madrasah paling kurang selama 2 (dua) minggu. Pasal 8 (1) Materi pembelajaran pada bulan Ramadhan dapat dikembangkan oleh masingmasing sekolah dan madrasah sesuai dengan kebutuhan. (2) Materi pembelajaran pada bulan Ramadhan disusun berdasarkan jenjang pendidikan. Paragraf 2 Di luar Sekolah dan Madrasah Pasal 9 (1) Pembelajaran pada bulan Ramadhan yang diselenggarakan di luar sekolah dan madrasah dilaksanakan di masjid/rumah ibadah. (2) Pembelajaran pada bulan Ramadhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara bergantian untuk setiap jenjang pendidikan, paling kurang selama 1 (satu) minggu. (3) Pembelajaran pada bulan Ramadhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan setiap hari dengan alokasi waktu: a. tingkat SD/ MI (kelas IV, V dan VI) paling kurang 3 (tiga) jam pelajaran; b. tingkat SMP/MTs paling kurang 4 (empat) jam pelajaran ; dan c. tingkat SMA/MA dan SMK paling kurang 5 (lima) jam pelajaran. Pasal 10 (1) Materi kegiatan pembelajaran pada bulan Ramadhan di luar sekolah dan madrasah dilakukan dengan: a. pendalaman kurikulum Pendidikan Agama; b. praktik ibadah; dan c. pembiasaan akhlak mulia. (2) Pendalaman materi agama dan praktik ibadah dilaksanakan setiap hari dibimbing oleh guru dan/ atau narasumber. Pasal 11 Untuk pelaksanaan pembelajaran pada bulan Ramadhan di masjid/rumah ibadah, sekolah dan madrasah melakukan koordinasi dan kerja sama dengan pengurus masjid/rumah ibadah. Pasal 12 Pemerintah kabupaten/kota memfasilitasi masjid/rumah ibadah yang digunakan sebagai pelaksana pembelajaran pada bulan Ramadhan. Pasal 13 (1) Setiap guru wajib berkontribusi dalam kegiatan pembelajaran pada bulan Ramadhan di luar sekolah dan madrasah yang diselenggarakan oleh pengurus masjid/rumah ibadah yang ditetapkan. (2) Kewajiban guru berkontribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), secara teknis diatur oleh Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/ Kota. BAB III PENILAIAN PEMBELAJARAN Pasal 14 (1) Penilaian pembelajaran pada bulan Ramadhan di sekolah dan madrasah dilaksanakan oleh guru setiap mata pelajaran. (2) Penilaian pembelajaran pada bulan Ramadhan meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan dengan menggunakan perangkat penilaian yang sudah dipersiapkan oleh guru. Pasal 15 (1) Penilaian kegiatan pembelajaran pada bulan Ramadhan di luar sekolah dan madrasah dilaksanakan oleh setiap guru yang ditugaskan di bawah koordinasi pengurus masjid/ rumah ibadah. (2) Hasil penilaian kegiatan pembelajaran pada bulan Ramadhan di luar sekolah dan madrasah menjadi bahan masukan bagi sekolah dan madrasah dalam menetapkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan penilaian antar mata pelajaran. BAB IV MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN Pasal 16 (1) Monitoring pelaksanaan pembelajaran pada bulan Ramadhan dilaksanakan untuk memperoleh informasi tentang kesesuaian antara rencana dengan pelaksanaan pembelajaran pada bulan Ramadhan, baik di dalam maupun di luar sekolah dan madrasah.

(2) Monitoring sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan teknik observasi, wawancara dan pengisian quisioner pada saat pembelajaran berlangsung, baik di dalam maupun luar sekolah dan madrasah. (3) Hasil monitoring sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dijadikan sebagai bahan evaluasi perbaikan program pembelajaran pada bulan Ramadhan pada tahun berikutnya. Pasal 17 (1) Monotoring dan evaluasi penyelenggaraan pembelajaran pada bulan Ramadhan di dalam maupun di luar sekolah dan madrasah dilakukan oleh: a. kepala sekolah dan madrasah; b. pemerintah kabupaten/kota; c. kantor kementerian agama kabupaten/kota; d. pemerintah provinsi; dan e. kantor wilayah kementerian agama provinsi sesuai dengan kewenangan. (2) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan kewenangannya. Pasal 18 Pada akhir kegiatan/akhir bulan Ramadhan setiap sekolah dan madrasah serta pengurus masjid/rumah ibadah wajib mengirimkan laporan penyelenggaraan pembelajaran Ramadhan kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama kabupaten/ kota. a. melakukan sosialisasi; b. monitoring; dan c. evaluasi Pasal 20 Pengawasan penyelenggaraan pembelajaran pada bulan Ramadhan dilakukan selama bulan Ramadhan yang diprogramkan oleh dinas pendidikan kabupaten/kota melalui pengawas kabupaten/kota dan provinsi, serta pengawas kantor kementerian agama kabupaten/kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VI PEMBIAYAAN Pasal 21 (1) Pemerintah kabupaten/kota mengalokasikan anggaran kegiatan pembelajaran pada bulan Ramadhan melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah masingmasing daerah. (2) Orang tua dan masyarakat dapat berkontribusi dalam penyelenggaraan pembelajaran pada bulan Ramadhan. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Barat. BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 19 (1) Pembinaan pembelajaran pada bulan Ramadhan dilakukan oleh: a. pemerintah provinsi; b. kantor wilayah kementerian agama provinsi; c. pemerintah kabupaten/kota; dan d. kantor kementerian agama kabupaten/kota. (2) Dinas pendidikan kabupaten/kota dan kantor kementerian agama kabupaten/kota melakukan pembinaan terhadap sekolah dan madrasah untuk melakukan pembelajaran sesuai dengan petunjuk teknis tentang Penyelenggaraan Pembelajaran di Sekolah dan Madrasah pada Bulan Ramadhan. (3) Pembinaan dilakukan dengan cara: Diundangkan di Padang Pada tanggal 12 Juni 2014 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT dto Ditetapkan di Padang Pada tanggal 12 Juni 2014 GUBERNUR SUMATERA BARAT dto IRWAN PRAYITNO

ALI ASMAR BERITA DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2014 NOMOR : 48