BAB I P E N D A H U L U A N

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan elit. Dengan demikian maka pembangunan sebagai continuously

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan-perubahan yang terus. menerus ke arah yang dikehendaki. Menurut Rogers dikutif Zulkarimen

BAB I P E N D A H U L U A N

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012

RKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 1 Tahun 2009 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Posisi komunikasi dan pembangunan ibarat dua sisi mata uang yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 3 TAHUN : 2006

H a l I LATARBELAKANG

1.1 Latar Belakang I - 1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa tujuan

PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

RKPD Kabupaten OKU Selatan Tahun 2016 Halaman I. 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MUSI RAWAS. Mesin Pemotong Rumput. iii RENCANA KERJA 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil di

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I P E N D A H U L U A N

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 106 Tahun 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN DAN PENYELENGGARAAN FORUM DELEGASI MUSRENBANG KABUPATEN SUMEDANG

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VIII PENUTUP BAB VIII PENUTUP

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemerintah Daerah Provinsi berkewajiban menyusun perencanaan

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RENCANA STRATEGIS TAHUN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA CILEGON TAHUN 2014

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertimbangan yang mendasari terbitnya Undang-Undang Nomor 23

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

local accountability pemerintah pusat terhadap pembangunan di daerah.

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan ekonomi. Adanya ketimpangan ekonomi tersebut membawa. pemerintahan merupakan salah satu aspek reformasi yang dominan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI

DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN MUSI RAWAS

S A L I N A N PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tentang perimbangan keuangan antara

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih

Transkripsi:

19 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1.Latar Belakang Penyelenggaraan Otonomi Daerah sebagaimana telah diamanatkan secara jelas di dalam Undang-Undang Dasar 1945, ditujukan untuk menata Sistem Pemerintahan Daerah dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pelaksanaannya dilakukan dengan memberikan Keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Dalam rangka melaksanakan amanat UUD 1945 tersebut, telah ditetapkan undang-undang tentang Pemerintahan Daerah, yang dalam perjalanannya telah mengalami beberapa kali perubahan. Dalam perkembangan selanjutnya, guna mengantisipasi berbagai tuntutan perubahan terhadap tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, sekaligus mengantisipasi berbagai tuntutan perubahan global, baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri, telah dikeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Salah satu ciri yang melekat pada Sistem Pemerintahan Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, adalah Adanya keinginan yang kuat dari segenap

20 komponen bangsa untuk mewujudkan suatu sistem otonomi daerah yang nyata, luas dan bertanggung jawab. Esensi pokok yang terkandung di dalamnya adalah upaya pengembangan Demokratisasi dalam sistem Pemerintahan Daerah, sekaligus upaya untuk memberdayakan seluruh komponen dan potensi yang ada dan dimiliki oleh masing-masing daerah. Penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan otonomi daerah berdasarkan paradigma baru yang kini sedang berlangsung pada hakekatnya berupaya memberdayakan kemampuan masyarakat daerah dalam segala aspek. Tanpa adanya kemampuan yang memadai dari masyarakat daerah untuk mengaktualisasikan diri, maka pembangunan hanya akan melahirkan jenis ketergantungan baru. Karena itu, pembangunan yang mengarahkan pada proses pemberdayaan merupakan syarat mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar. Usaha kearah tersebut hanya bisa dicapai dengan baik jika pelaksanaan otonomi daerah berjalan sesuai landasan filosofisnya. Dorongan kearah terciptanya suatu pemerintahan daerah yang betul-betul mandiri diyakini baru bisa terwujud dengan baik jika semua elemen yang ada, baik di pemerintahan maupun dalam masyarakat memainkan fungsi sebagaimana mestinya. Sebab bagaimanapun juga proses penyelenggaraan kehidupan pemerintahan dalam rangka otonomi daerah bukanlah semata-mata tanggung jawab pemerintah saja, tetapi juga membutuhkan respon, input dan partisipasi dari masyarakat luas. Pada sisi ini sesungguhnya otonomi bisa menjadi sarana untuk melakukan demokratisasi

21 masyarakat pada tatanan lokal. Penguatan basis lokal menjadi prasyarat penting terciptanya landasan pemerintahan yang bisa dikontrol. Pada hakekatnya pembangunan merupakan suatu proses merubah suatu kondisi yang kurang/belum baik menjadi lebih baik hal ini merupakan masalah yang membutuhkan solusi melalui perencanaan yang matang. Dengan demikian proses pembangunan mengandung nilai perubahan yang diharapkan dapat menjadi solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi, berhasil tidaknya proses pembangunan dapat mencapai sasarannya sangat tergantung kepada aplikasi Sistem Manajemen Pembangunan itu sendiri. Menurut Ryaas Rasyid (2002 : 2) Konsep otonomi menurut UU No. 5/1974 dipandang sebagai penyebab dari berbagai kekurangan yang menyertai perjalanan pemerintah di daerah selama lebih dari dua dekade terakhir, pola ini telah memberi pembenaran terhadap berlakunya rekayasa pemilihan pemimpin pemerintahan yang tidak memiliki sense of public accountability kurangnya kewenangan yang diletakkan di daerah juga telah menjadi kemampuan prakarsa dan kreativitas pemerintah daerah dalam menyelesaikan berbagai masalah dan menjawab berbagai tantangan. Selanjutnya keleluasaan untuk menetapkan prioritas kebijakan, yang merupakan syarat penting untuk lahirnya prakarsa dan hanya bisa diambil oleh pemerintah pusat. Akibatnya, selalu terjadi kelambanan dalam merespons dinamika

22 dan permasalahan yang terjadi di daerah. Dalam keadaan seperti ini, partisipasi masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan publik menjadi sangat lemah. Salah satu aplikasi dari Sistem Manajemen Pembangunan adalah melalui Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi, regional/wilayah pembangunan dan Pusat. Forum pembangunan ini merupakan media yang cukup efektif untuk menampung aspirasi masyarakat yang sekaligus juga menjadi media pemberdayaan masyarakat selaku subjek dan objek dalam proses pembangunan. Forum pembangunan merupakan wujud nyata dari politcal will dan komitmen pemerintah untuk mengaplikasikan Sistem Manajemen Pembangunan melalui pendekatan bottom up planning yang lebih konsisten dan tepat sasaran, disamping itu forum ini mengandung nilai peningkatan peran serta dan partisipasi masyarakat yang lebih optimal dalam proses perumusan kebijakan pembangunan mulai dari proses perencanaan, implementasi dan pengawasan secara internal dan eksternal organisasi. Dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggung Jawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah menguraikan bahwa perencanaan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga

23 kategori, yaitu (1) perencanaan jangka panjang (lima tahunan), (2) perencanaan jangka menengah (tiga tahunan), dan (3) perencanaan jangka pendek (satu tahunan). Penganggaran daerah tersebut terdiri atas; formulasi kebijakan anggaran (budget operational formulation) dan perencanaan operasional anggaran (budget operational plaining). Penyusunan arah dan kebijakan umum APBD termasuk kategori formulasi kebijakan anggaran yang menjadi acuan dalam perencanaan operasional anggaran (Direktorat Pengelolaan Keuangan Daerah Direktorat Jenderal Otonomi Daerah, 2000). Oleh karena itu, dalam rangka menyiapkan rancangan APBD, Pemerintah Daerah bersama-sama DPRD menyusun arah dan kebijakan umum APBD yang memuat petunjuk dan ketentuan-ketentuan umum yang disepakati sebagai pedoman dalam penyusunan APBD. Arah dan Kebijakan umum APBD memuat komponenkomponen pelayanan dan tingkat pencapaian yang diharapkan pada setiap lini kewenangan pemerintah yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, setiap daerah harus melaksanakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) adalah forum antar pelaku dalam rangka penyusunan rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah. Pelaksanaan Musrenbang daerah berpedoman kepada Surat Edaran Bersama antara Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Ketua BAPPENAS dan

24 Menteri Dalam Negeri Nomor : 1354/M.PPN/03/2004 dan 050/744/SJ Tentang Pedoman Pelaksanaan Forum Musrenbang dan Perencanaan Partisipatif Daerah. Dalam pedoman tersebut dijelaskan bahwa Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) dimulai dari Musrenbang tingkat Desa/Kelurahan, Musrenbang Kecamatan, Musrenbang Kabupaten Kota dan Musrenbang Provinsi. Pemerintah Kota Medan dalam rangka implementasi kebijakan tersebut telah melaksanakan Musrenbang Tingkat Kecamatan yang dilaksanakan pada bulan Pebruari 2010, yang salah satunya dilaksanakan di Kecamatan Medan Area. Kecamatan Medan Area terdiri dari 12 Kelurahan dan 172 Lingkungan yang dihuni oleh masyarakat yang majemuk dan heterogen, sehingga cukup menarik untuk melihat bagaimana partisipasi masyarakat dalam musrenbang tersebut. Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut, penulis mencoba untuk meneliti dan mengkaji yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam musyawarah perencanaan pembangunan di Kecamatan Medan Area dengan judul: Implementasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di Kecamatan Medan Area Kota Medan. 1.2.Perumusan Masalah Dari latar belakang dimaksud, penulis merumuskan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Implementasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG) di Kecamatan Medan Area?

25 2. Faktor - faktor apa yang mempengaruhi Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG) di Kecamatan Medan Area? 1.3.Tujuan Penelitian Berpedoman daripada perumusan masalah, adapun tujuan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui sejauh mana Impelementasi Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG) di Kecamatan Medan Area. 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG) di Kecamatan Medan Area. 1.4.Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat : 1. Secara praktis sebagai masukan bagi Pemerintah Kota Medan dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kota. 2. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat menambah khasanah pengetahuan di bidang kebijakan publik dan menjadi acuan oleh penelitian lain yang berhubungan dengan kebijakan publik khususnya kebijakan di bidang perencanaan pembangunan.

26 1.5.Kerangka Pemikiran Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan adanya penyempurnaan sistem perencanaan pembangunan nasional, baik pada aspek proses dan mekanisme maupun tahapan pelaksanaan forum musyawarah perencanaan di tingkat pusat dan daerah. Implementasi dari amanat tersebut kemudian dikeluarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Undang-Undang ini mencakup landasan hukum di bidang perencanaan pembangunan baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Dalam Undang-Undang ini ditetapkan bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan unsur penyelenggara pemerintahan di Pusat dan Daerah dengan melibatkan masyarakat. Dalam rangka mempersiapkan Rencana Kerja Pemerintah sesuai dengan Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, pemerintah perlu melaksanakan kegiatan perencanaan secara terkoordinasi. Pelaksanaan Undang- Undang tersebut memiliki konsekuensi pada perubahan silus penyusunan anggaran, baik anggaran negara (APBN) maupun anggaran daerah (APBD). Dalam pelaksanaan kebijakan tersebut harus berpedoman kepada surat edaran bersama antara Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua BAPPENAS dan Menteri Dalam Negeri

27 Nomor: 1354/M.PPN/03/2004 dan 050/744/SJ Tentang Pedoman Pelaksanaan Forum Musrenbang dan Perencanaan Partisipatif Daerah. Menurut Jones (1991), maka standar penilaian yang dapat dipakai untuk mengukur efektivitas suatu kebijakan adalah organisasi, interpretasi, penerapan. Sedangkan model efektifitas implementasi program yang ditawarkan oleh Edward III (1980), menyebutkan empat faktor krusial dalam melaksanakan suatu kebijakan, yakni: komunikasi, sumber-sumber, kecenderungan-kecenderungan atau tingkah laku dan struktur birokrasi. Berdasarkan kedua pendapat tersebut, maka yang diambil sebagai indikator dari Implementasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kecamatan Medan Area adalah faktor-faktor : komunikasi, sumbersumber, kecenderungan, struktur birokrasi dan penerapan. Hubungan antara faktor tersebut, maka sebagai kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

28 SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL UU NO. 17 / 2003 UU NO. 25 / 2004 Surat Edaran Bersama antara Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Ketua BAPPENAS dan Menteri Dalam Negeri Nomor : 1354/M.PPN/03/2004 dan 050/744/SJ MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) MUSRENBANG KECAMATAN KOMUNI KASI SUMBER- SUMBER KECENDE RUNGAN STRUKTUR BIROKRASI PELAKSA NAAN Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitain