BAB I PENDAHULUAN. jiwa (Wild et.al., 2004). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah. daerah rural (Pusat Data Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. World Health Organization (WHO) dan American Diabetes Association

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dialami oleh klien diabetes mellitus. Selain permasalahan fisik tersebut, diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

Yuanita, et al, Pengaruh Diabetes Self Management Education (DSME) terhadap Resiko Terjadinya...

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut ADA (American Diabetes Association) Tahun 2010, diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia (Krisnantuni, 2008). Diabetes melitus merupakan

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB 1 PENDAHULUAN. Komplikasi akut adalah gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

kepatuhan dan menjalankan self care individu lanjut usia dengan Diabetes Melitus selama menjalani terapi hipoglikemi oral dan insulin?.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. atau keduanya (Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo,

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. khususnya pada penderita diabetes militus. Manfaatfamily support bagi penderita

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik, life style, dan lain-lain (Waspadji, 2009). masalah kesehatan/penyakit global pada masyarakat (Suiraoka, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akhir-akhir ini prevalensinya meningkat. Beberapa penelitian epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya

PENGARUH DIABETES SELF MANAGEMENT EDUCATION (DSME) TERHADAP KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES TYPE II DI BALAI BESAR LABORATORIUM KESEHATAN MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi (Brunner

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

AFAF NOVEL AININ ( S

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu pengobatan tidak hanya dipengaruh i oleh. kesehatan, sikap dan pola hidup pasien dan keluarga pasien, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN.

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF), diabetes adalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengalami peningkatan jumlah penderita DM. Indonesia menempati urutan ke-4 didunia pada tahun 2010 setelah India, China, dan USA dengan jumlah pasien DM tipe 2 sebanyak 8,4 juta jiwa dan diperkirakan meningkat pada tahun 2030 sebanyak 21,3 juta jiwa (Wild et.al., 2004). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah penderta DM tahun 2003 sebanyak 13,7 juta jiwa dan berdasarkan pola pertambahan penduduk diperkirakan pada tahun 2030 akan menjadi 20,1 juta jiwa dengan tingkat prevalensi 14,7% untuk daerah urban dan 7,2% untuk daerah rural (Pusat Data Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia/PDPERSI, 2011). Lebih dari 50 % penderita Diabetes Mellitus meninggal pada usia di bawah 60 tahun (usia produktif) (IDF, 2012). Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang paling banyak dialami oleh penduduk di dunia. Penyakit DM menempati urutan ke-4 penyebab kematian di negara berkembang (Sicree et al., 2009). Salah satu jenis penyakit DM yang paling banyak dialami oleh penduduk di dunia adalah DM tipe 2 (85-95%), yaitu penyakit DM yang disebabkan oleh terganggunya sekresi insulin dan resistensi insulin (Smeltzer & Bare, 2001).

2 DM dapat menyebabkan terjadinya komplikasi. Komplikasi yang muncul dari DM tipe 2 digolongkan menjadi 2 yaitu komplikasi jangka pendek (akut) dan komplikasi jangka panjang (kronik) (Mansjoer dkk, 2005). Diabetes dapat menyebabkan komplikasi akut karena hiperglikemia dan ketidakcukupan insulin dalam tubuh, bila keadaan ini tidak terkontrol akan menyebabkan komplikasi kronik. Komplikasi kronik dapat menyebabkan kematian pada 68% kasus penyakit kardiovaskuler, 16 % kasus stroke dan 20-30% pada kasus gagal ginjal. Komplikasi diabetes juga dapat menyebabkan kecacatan, sebanyak 80% pasien diabetes menderita kebutaan karena komplikasi retinopati dan sebanyak 50-75% pasien mengalami amputasi tungkai bawah (Lewis et al., 2011). Tujuan utama pengobatan DM adalah mencegah dan meminimalisasi komplikasi akut maupun kronik (Ayele et al., 2012). Komplikasi DM dapat dikendalikan, dicegah dan dihambat, dengan mengendalikan kadar gula dalam darah melalui penatalaksanaan diabetes yang dikenal dengan empat pilar utama pengelolan DM, yang meliputi penatalaksanaan non farmakologis dan farmakologis. Penatalaksanaan non farmakologis adalah perencanaan makanan, kegiatan jasmani serta edukasi, sedangkan penatalaksanaan farmakologis meliputi penggunaan obat baik oral maupun suntikan (Waspadji dalam Suyono et al., 2009). Edukasi, diit, aktivitas fisik, farmakologi, kestabilan emosi, kesejahteraan sosial, serta kemampuan finansial merupakan komponenkomponen modifikasi gaya hidup yang berpengaruh terhadap kualitas hidup pada penderita DM (Bounthavong & Law, 2008). Tujuan pengobatan DM akan

3 berhasil bila penatalaksanaan diabetes dilakukan berdasarkan kemampuan pasien untuk memulai dan melakukan tindakan secara mandiri (Aselstine 2011). Sebuah penelitian tentang kualitas hidup yang dilakukan pada 131 pasien DM di Taiwan berpendapat bahwa pasien dengan penatalaksanaan glukosa darah buruk memiliki kualitas hidup rendah. Sebanyak 52% pasien memilki kualitas hidup cukup baik, 38,9% kualitas hidup kurang baik dan tidak ditemukan pasien yang kualitas hidupnya bener-benar baik (Huang et al., 2008 dalam Asselstine, 2011). Penelitian lain yang dilakukan oleh Issa dan Baiyewu (2006) di Nigeria melibatkan 251 pasien DM, menemukan sebanyak 52 responden (20.7%) yang memiliki kualitas hidup cukup baik dan sebanyak 35 responden(13.9%) yang memiliki kualitas hidup buruk. Komplikasi DM mengakibatkan seorang individu tidak mampu memenuhi kebutuhan self care untuk mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan, hal ini terkait dengan teori self care deficit yang yang dijelaskan Dorothea Orem. Keperawatan mandiri (self care) menurut Orem merupakan suatu pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraannya. Dukungan sosial, pendidikan, dan lama menderita DM memperngaruhi perilaku perawatan diri. Peran perawat dalam usaha memandirikan klien DM 2 bertujuan kadar gula darah dapat terkontrol dan mencegah terjadinya komplikasi (Bai et al., 2009).

4 Upaya kemandirian yang dilakukan oleh klien DM tipe 2 disebut self care diabetes. Self care diabetes merupakan tindakan yang dilakukan seseorang untuk mengontrol diabetes yang meliputi tindakan terapi obat dan pencegahan terhadap komplikasi. Aktivitas self care diabetes meliputi pengaturan diit, latihan fisik, monitoring kadar gula darah dan terapi obat (Sigurdardottir, 2005). Hasil penelitian Purba (2008) menunjukkan bahwa faktor makanan (diit) yang tidak menyenangkan, kurangnya pemahaman tentang diit, manfaat latihan fisik, usia yang sudah lanjut, keterbatasan fisik, pemahaman yang salah tentang manfaat obat, serta kegagalan memenuhi minum obat karena alasan ekonomi menyebabkan ketidakpatuhan diabetesi dalam penatalaksanaan DM. Masalahmasalah yang dialami klien dapat dicegah apabila klien memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk melakukan pengontrolan terhadap penyakitnya yaitu dengan cara melakukan self care. Bantuan pemenuhan self care pada klien DM 2 sangat tergantung pada kondisi dan masalah yang ditimbulkan. Hal ini berimplikasi dalam keperawatan terkait dengan pemenuhan self care, disinilah peran perawat diharapkan mampu memenuhi self care berdasarkan tiga klasifikasi nursing system Orem yaitu: wholly compensatory system, Partially compensatory system dan supportif and educatif nursing system dengan memberikan Diabetes Self Management Education (DSME) yang meliputi konsep dasar DM, pengobatan DM, pemantauan kadar gula darah, pengaturan nutrisi, latihan fisik, perawatan kaki, manajemen stress serta akses fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan DSME ini

5 dapat meningkatkan kemandirian serta meningkatkan kualitas hidup diabetesi (Azis, 2004). Diabetes Self Management Education (DSME) adalah suatu proses berkelanjutan yang dilakukan untuk memfasilitasi pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan pasien DM untuk melakukan perawatan mandiri (Funnell et.al., 2008). Diabetes Self Management Education (DSME) merupakan suatu proses pemberian edukasi kepada pasien mengenai aplikasi strategi perawatan diri secara mandiri untuk mengoptimalkan kontrol metabolik, mencegah komplikasi, dan memperbaiki kualitas hidup pasien DM (Sidani & Fan, 2009). Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal dan penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik (Soegondo dkk, 2005). Edukasi memegang peranan yang sangat penting dalam penatalaksanaan DM tipe 2 karena pemberian edukasi kepada pasien dapat merubah perilaku pasien dalam melakukan pengelolaan DM secara mandiri (IDF, 2005). Kenyataan yang ada kemampuan perawat dalam mengidentifikasi self care belum tergambar dan belum dipahami dengan baik, seharusnya perawat mampu mengoptimalkan kemampuan klien dan keluarga. Peran perawat dalam model konseptual Orem merupakan sebagai agen yang mampu membantu klien dalam mengembalikan peran sebagai self care agency.

6 Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melihat sejauh mana: Penerapan Diabetes Self Management Education (DSME) dapat meningkatkan dimensi fisik dan psikologis kualitas hidup pada pasien Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten B. Rumusan Masalah Perawat mempunyai peranan penting dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Mellitus tipe 2 terutama dalam memperbaiki kualitas hidup klien diabetes. Kualitas hidup merupakan persepsi individu terhadap keadaan hidup dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu hidup dan berhubungan dengan tujuan, harapan, standart, serta kepedulian individu. Tujuan utama pengobatan DM adalah mencegah dan meminimalisasi komplikasi akut maupun kronik. Komplikasi DM dapat dikendalikan, dicegah dan dihambat, dengan mengendalikan kadar gula dalam darah melalui penatalaksanaan diabetes yang dikenal dengan empat pilar utama pengelolan DM, yang meliputi penatalaksanaan non farmakologis dan farmakologis. Penatalaksanaan non farmakologis adalah perencanaan makanan, kegiatan jasmani serta edukasi, sedangkan penatalaksanaan farmakologis meliputi penggunaan obat baik oral maupun suntikan. Edukasi yang salah satunya yaitu DSME memegang peranan yang sangat penting dalam penatalaksanaan DM tipe 2 karena pemberian edukasi kepada pasien dapat

7 merubah perilaku pasien dalam melakukan pengelolaan DM secara mandiri sehingga meningkatkan kondisi kesehatan, penyesuaian psikososial, mengoptimalkan kontrol metabolik, mencegah komplikasi, dan memperbaiki kualitas hidup pasien DM. Berdasarkan uraian diatas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan yaitu Apakah penerapan Diabetes Self Management Education (DSME) dapat meningkatkan dimensi fisik dan psikologis kualitas hidup pada pasien dengan Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis peningkatan kualitas hidup pada pasien dengan Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dengan memberikan pelatihan Diabetes Self Management Education (DSME).

8 2. Tujuan khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah: a. Menganalisis dimensi fisik kualitas hidup pada pasien DM tipe 2 di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten sebelum dilakukan pelatihan Diabetes Self Management Education (DSME) b. Menganalisis dimensi psikologis kualitas hidup pada pasien DM tipe 2 di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten sebelum dilakukan pelatihan Diabetes Self Management Education (DSME) c. Menganalisis dimensi fisik kualitas hidup pada pasien DM tipe 2 di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten sesudah dilakukan pelatihan Diabetes Self Management Education (DSME) d. Menganalisis dimensi psikologis kualitas hidup pada pasien DM tipe 2 di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten sesudah dilakukan pelatihan Diabetes Self Management Education (DSME) D. Manfaat Penelitian 1. Institusi Pendidikan Diabetes Self Management Education (DSME) dapat digunakan sebagai bagian dari intervensi mandiri keperawatan dan pengembangan ilmu praktis keperawatan khususnya dalam pengelolaan DM secara mandiri sehingga meningkatkan pengakuan terhadap perawat sebagai profesi mandiri.

9 2. Institusi Pelayanan Kesehatan Mengembangkan bentuk penatalaksanaan nonfarmakaologis sebagai salah satu intervensi keperawatan dalam mengatasi masalah DM terutama dalam pencegahan komplikasi DM. 3. Partisipan Menambah informasi, pengetahuan serta ketrampilan dalam pengelolaan DM secara mandiri sebagai tindakan pencegahan komplikasi. E. Penelitian Terkait 1. Impact of diabetes on physical and psychological aspect of quality of life of diabetics in Erbil City, Iraq (Hussein et al., 2010). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah case control study. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 150 pasien yang meliputi pasien DM tipe 1 dan tipe 2 dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Pada penelitian ini menggunakan kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kelompok intervensi terdiri dari penderita DM tipe 1 dan DM tipe 2 yang diambil berdasarkan kriteria tertentu sedangkan kelompok kontrol tidak menderita DM baik DM tipe 1 maupun DM tipe 2. Hasil penelitian menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai p value (p<0.001) baik pada domain fisik maupun psikologis dimana dampak terhadap domain fisik lebih kuat dibandingkan domain psikologis. Pasien DM memiliki kualitas hidup yang lebih rendah baik dari segi domain fisik maupun psikologis jika dibandingkan

10 dengan kelompok kontrol. Persamaan penelitiannya pada variabel terikat yaitu kualitas hidup Sedangkan perbedaannya pada desain penelitian dan variabel bebas. Desain penelitian ini adalah action research serta variabel bebas dalam penelitian ini adalah Diabetes Self Management Education (DSME). Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti tentang penerapan Diabetes Self Management Education (DSME) dalam meningkatkan kualitas hidup. 2. Implementation of a lifestyle intervention for type 2 diabetes prevention in Dutch primary care: opportunities for intervention delivery (Vermunt et al., 2012). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dimana pada penelitian ini menggunakan kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari kelompok intervensi sebanyak 479 responden dan kelompok kontrol sebanyak 446 responden. Pada kelompok intervensi responden akan diberikan konseling oleh perawat tentang gaya hidup untuk pecegahan komplikasi DM sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan konseling. Hasil penelitian menunjukkan hasil yang positif bahwa mayoritas responden pada kelompok intervensi yaitu antara 80-97% menunjukkan sikap positif untuk melakukan pencegahan komplikasi DM setelah diberikan konseling gaya hidup yang baik. Persamaan penelitiannya pada intervensi life style dimana pada penelitian ini peneliti melakukan Diabetes Self Management Education (DSME) yang mana di dalam DSME ini didalamnya terdapat gaya hidup pencegahan terhadap DM. Sedangkan perbedaannya pada variabel penelitian, dalam penelitian ini peneliti akan

11 meneliti tentang penerapan Diabetes Self Management Education (DSME) dalam meningkatkan kualitas hidup. 3. The impact of diabetes education and peer support upon weight and glycemic control of elderly persons with Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) (Wilson & Pratt, 2007). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan total sampel sebanyak 79 responden pasien DM yang terbagi menjadi kelompok intervensi sebanyak 51 responden dan kelompok kontrol sebayak 28 responden. Dari 51 responden pada kelompok intervensi, 19 diantaranya diberikan perlakuan berupa pemberian edukasi sedangkan sisanya yaitu sebanyak 32 responden diberikan perlakuan berupa edukasi dan support kelompok. Hasilnya didapatkan pada kelompok yang mendapatkan edukasi dan support kelompok menunjukkan hasil kontrol gula darah yang lebih baik dan terjadi penurunan berat badan. Persamaan penelitian ini adalah variabel bebasnya tentang edukasi sedangkan perbedaannya adalah pada variabel terikatnya, dalam penelitian ini peneliti akan meneliti tentang penerapan Diabetes Self Management Education (DSME) dalam meningkatkan kualitas hidup. 4. Group based diabetes self-management education compared to routine treatment for people with type 2 diabetes mellitus (Steinsbekk et al., 2012). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah systematic review with meta-analysis. Sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 2833. Pada penelitian ini responden dibagi menjadi dua dimana kelompok pertama

12 diberikan perlakuan berupa Diabetes Self Management Education (DSME) sedangkan kelompok yang kedua diberikan treatment rutin. Hasil penelitian menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai value (p<0.001) yang menujukkan responden yang diberikan perlakuan DSME mengalami peningkatan serta perubahan gaya hidup serta psikososial. Persamaan penelitian ini adalah variabel bebasnya tentang Diabetes Self Management Education (DSME) sedangkan perbedaannya adalah pada variabel terikatnya, dalam penelitian ini peneliti akan meneliti tentang penerapan Diabetes Self Management Education (DSME) dalam meningkatkan kualitas hidup. 5. The effect of the Talking Diabetes consulting skills intervention on glycaemic control and quality of life in children with type 1 diabetes (Robling et al., 2012). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster randomised controlled trial. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kelompok intervensi sebanyak 359 responden dengan criteria menderita DM tipe 1 dan berusia 4-15 tahun. Sedangkan kelompok kontrol sebanyak 334 responden. Hasil penelitian ini terjadi peningkatan kontrol gula darah setelah diberikan konsultasi tentang DM. Persamaan penelitian ini adalah variabel terikatnya yaitu tentang kualitas hidup. Sedangkan perbedaannya adalah pada desain penelitiannya, desain penelitian ini adalah action research. Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti tentang penerapan Diabetes Self Management Education (DSME) dalam meningkatkan kualitas hidup.

13 6. Pengaruh diabetes self management education (DSME) terhadap resiko terjadinya ulkus diabetik pada pasien rawat jalan dengan diabetes mellitus (DM) tipe 2 di RSD dr. Soebandi Jember (Yuanita, 2013). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi experimental dengan desain penelitian Pre-test and post-test with control group design. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 responden yang terbagi menjadi dua kelompk yaitu kelompok intervensi sebanyak 20 responden dan kelompok kontrol sebanyak 20 responden. Hasil analisis data menggunakan uji Independent T-test diperoleh nilai p < α (α = 0,05) yaitu sebesar 0,001 yang berarti ada perbedaan resiko terjadinya ulkus diabetik antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol, atau dengan kata lain ada pengaruh DSME terhadap resiko terjadinya ulkus diabetik. Persamaan penelitian ini adalah variabel bebasnya tentang Diabetes Self Management Education (DSME) sedangkan perbedaannya adalah pada variabel terikatnya serta desain penelitiaannya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kualitas hidup. Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah action research.