¹Jesinta Kaparang ²Emma Sy Moeis ² Linda Rotty.

dokumen-dokumen yang mirip
Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

GAMBARAN STATUS BESI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

PERSENTASE KEBERHASILAN OPERASI CIMINO DAN AV-SHUNT CUBITI PADA PASIEN HEMODIALISA DI RSUP PROF KANDOU PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN KOTABARU ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lambat. PGK umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi

ABSTRAK INSIDEN GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HIPERTENSI YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2005

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

ABSTRAK PATOLOGI GAGAL GINJAL KRONIK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perbedaan Kadar Hb Pra dan Post Hemodialisa pada Penderita Gagal Ginjal Kronis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

KARAKTERISTIK DAN LUARAN PREEKLAMPSI DI RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah salah satu penyakit dengan risiko

BAB I PENDAHULUAN. dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999 berdasarkan data Global burden of

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

Hubungan infeksi hepatitis virus c kronik dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis reguler


BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekrutan dan aktivasi trombosit serta pembentukan trombin dan fibrin 1. Proses

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr.

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta Unit Gamping. Data dikumpulkan pada bulan

BAB I PENDAHULUAN. atau fungsi ginjal yang berlangsung 3 bulan dengan atau tanpa disertai

Gambaran hasil produk kalsium dan fosfor pada pasien penyakit ginjal kronik stadium V di Ruang Hemodialisis RSUP Prof. Dr. R. D.

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

HUBUNGAN ANTARA LAMA MENJALANI HEMODIALISIS DENGAN DEPRESI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUP. PROF. Dr. R. D.

PREVALENSI NEFROPATI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II YANG DIRAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI SUB BAGIAN ENDOKRINOLOGI PENYAKIT DALAM, RSUP H

Profil pasien penyakit ginjal kronik yang dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Juni 2014 Juli 2015

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

Skor APRI pada subyek penyakit ginjal stadium 5 hemodialisis dengan hepatitis B dan hepatitis C

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 1990, penyakit ginjal kronik merupakan penyakit ke-27 di

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN NABATI DAN HEWANI DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS RAWAT JALAN DI RSUP

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Singapura dan 9,1% di Thailand (Susalit, 2009). Di Indonesia sendiri belum ada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah. 1

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara progresif dan irreversible 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease Control

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta orang mengalami gagal ginjal. Data dari The United State Renal Data System

Di susun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran. Oleh:

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

PROFIL PENDERITA MORBUS HANSEN (MH) DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFF ECTIVENESS ANALYSIS) PADA PASIEN GASTRITIS KRONIK RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG PENANGANANNYA DI RUMAH SAKIT PAHLAWAN MEDICAL CENTER KANDANGAN, KAB

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROFIL PENDERITA KANKER GINEKOLOGI DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI 2015 SAMPAI JULI Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNSRAT 2

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup saat ini yang kurang memperhatikan keseimbangan pola makan. PGK ini

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

GAMBARAN ANEMIA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK DI BLU. RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU. Dwifrista Vani Pali 2. Emma Sy. Moeis 3. Linda W. A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan

KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK DI INSTALASI PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

PREVALENSI DAN JENIS ANEMIA PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS REGULER LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel,

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPUTUSAN INISIASI HEMODIALISIS PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RUANG DAHLIA RSUP PROF. DR. R.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi

KARAKTERISTIK KEJADIAN PENYAKIT GINJAL KRONIK PADA SINDROM NEFROTIK ANAK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

Hubungan Kejadian Anemia dengan Penyakit Ginjal Kronik pada Pasien yang Dirawat di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP dr M Djamil Padang Tahun 2010.

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN JAMKESMAS DI INSTALASI HEMODIALISA RUANG DAHLIA BLU RSUP PROF. DR. R. D.

KECENDERUNGAN PENDERITA RETINOPATI DIABETIK

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

Transkripsi:

NILAI TROMBOSIT PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI UNIT HEMODIALISIS BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM FK UNSRAT BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO ¹Jesinta Kaparang ²Emma Sy Moeis ² Linda Rotty 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Unsrat Manado 2 Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Unsrat Manado Email: jesinta_kaparang@ymail.com Abstract : Bacground: Stadium V Chronic Kidney Disease is less than 15 ml/mnt GFR, there is an accumulation of toxin uremia in blood that could harm the survival of patient, it is required a substitute therapy for the kidney,which is called hemodialysis. Hemodialisis needs anticoagulation, so blood clotting in circuit extracorporeal does not occur. In its development, have been tried several kinds of anticoagulation technique and anticoagulant which is made based on the state of the patient such as heparin, but in its using it can cause side effects. The work of heparin as anticoagulant dependents on anti thrombin (ATIII) that is an inhibitor of various factor of clotting. Heparin can cause changing of homeostasis because of its effect to the function of thrombosis ( thrombosis aggregation ) even to reduce the number of thrombosis ( Heparin Induced Thrombocytopenia ). Purpose: To know and to study about the value of thrombosis in CKD patient who endure hemodialysis in unit hemodialisis Department of Internal Medicine BLU RSUP Prof. Dr.R.D. Kandou Manado.Method : Descriptive retrospective, using secondary data medic record in unit hemodyalisis Department of Internal Medicine BLU RSUP Prof. DR.R. D. Kandou Manado. Result: The thrombocytopenia patient increased on HD > 96 X, most of them are men in range 51 6 years old. Conclusion: CKD patient who endure hemodyalisis generally have normal thrombosis value, number of thrombocytopenia case is 25,45 % and number of most occurrence is commonly to men Keywords: chronic kidney disease, hemodialysis, thrombocytopenia. Abstrak: Latar Belakang: Penyakit ginjal kronik stadium V yaitu LFG kurang dari 15 ml/mnt terdapat akumulasi toksin uremia dalam darah yang dapat membahayakan kelangsungan hidup pasien, sehinga di perlukan terapi penganti ginjal, terapi pengganti ginjal tersebut berupa hemodialisis. Pada hemodialisis diperlukan antikoagulasi supaya tidak terjadi pembekuan darah didalam sirkuit ekstrakorporeal. Dalam perkembangannya telah dicoba beberapa macam teknik antikoagulasi dan antikoagulan yang dibuat berdasarkan keadaan pasien,seperti heparin tetapi dalam pengunaanya heparin dapat memberikan efek samping Kerja heparin sebagai antikoagulasi bergantung pada antitrombin (ATIII) yaitu suatu inhibitor dari berbagai faktor pembekuan. Heparin menyebabkan perubahan hemostasis karena efeknya terhadap fungsi trombosit (agregasi trombosit) bahkan menurunkan jumlah trombosit (Heparin Induced Thrombocytopenia). Tujuan:Mengetahui dan mempelajari nilai trombosit pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis di unit hemodialisis bagian/smf Ilmu Penyakit Dalam BLU RSUP. Prof.Dr.R.D.Kandou manado. Metode Penelitian: Deskriptif retospektif dengan mengunakan data sekunder rekam medik di unit Hemodialisis Bagian/SMF Ilmu Penyakit dalam BLU RSUP Prof.DR. R. D. Kandou Manado. Hasil: Pasien yang mengalami trombositopeni mengalami peningkatan pada Hemodialisis lebih dari 96 kali, terbanyak 95

96 Jurnal ebiomedik (ebm), Volume 1, Nomor 1, Maret 213, hlm. 951 berjenis kelamin laki laki pada kelompok umur 51 6 tahun. Simpulan: Pasien PGK yang menjalani hemodialisis pada umumnya mempunyai nilai trombosit normal, jumlah kasus trombositopeni 25,45%, dan angka kejadian terbanyak umumnya pada laki laki. Kata Kunci: Penyakit ginjal kronik, hemodialisis, trombositopeni Penyakit ginjal kronik ( PGK ) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. 1 PGK sering ditemukan, menurut data dari The United States Renal Data System (USRDS) tahun 29 prevalensinya sekitar 113 %. Di Amerika Serikat jumlahnya mencapai 25 juta orang, di Indonesia diperkirakan 12,5 % atau sekitar 18 juta orang. 2 Laju Filtrasi Glomerulus ( LFG ) dianggap sebagai ukuran terbaik dari ginjal, LFG normal keseluruhan fungsi bervariasi sesuai dengan usia pasien, jenis kelamin, dan ukuran tubuh. Pada orang dewasa muda, LFG normal adalah kurang lebih 1213 ml/menit/ 1,73 m 2 dan dengan menurun umur 1417 Tingkat LFG di bawah 6 ml/menit/1,73 m 2 merupakan kehilangan satu setengah atau lebih dari tingkat dewasa normal fungsi ginjal. 3 PGK didefinisikan denggan LFG di bawah 15 ml/menit/1,73 m 2, biasanya disertai dengan tandatanda dan gejala uremia. Di Amerika Serikat, sekitar 98 % pasien dialisis dimulai ketika mereka LFG turun di bawah 15 ml/menit /1,73 m 2. 3 Tahapan PGK dapat dibagi menurut beberapa cara antara lain dengan memperhatikan faal ginjal yang masih tersisa. Bila faal ginjal yang masih tersisa sudah minimal sehingga pengobatanpengobatan yang konserfatif yang berupa diet, pembatasan minum, obatobatan, dan lainlain tidak memberi pertolongan yang diharapkan lagi, keadaan tersebut diberi nama penyakit ginjal kronik. Pada stadium ini terdapat akumulasi toksin uremia dalam darah yang dapat membahayakan kelangsungan hidup pasien. Pada umumnya faal ginjal yang masih tersisa, yang diukur dengan klirens kreatinin (KKr). Tidak lebih dari 15 ml/menit/1,73 m². Pasien PGK stadium V, apapun etiologinya, memerlukan pengobatan khusus pengobatan atau terapi penganti ginjal (TPG). 1 Terapi penganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium V, yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/mnt/1,73 m². Terapi pengganti ginjal tersebut berupa hemodialisis, peritoneal dialysis atau transplantasi ginjal. 1 Selama berlangsungnya hemodialisis diperlukan antikoagulasi supaya tidak terjadi pembekuan darah didalam sirkuit ekstra korporeal. Dalam perkembangannya telah dicoba beberapa macam teknik antikoagulasi yang dibuat berdasarkan keadaan pasien, juga beberapa macam antikoagulan selain heparin pernah dicoba dan beberapa masih diupayakan. Semua ini untuk mendapatkan antikoagulan yang dalam pemakaian jangka panjang tidak memberikan efek samping. Akan tetapi dilihat dari kesederhanaan pemberiannya, maka heparin berat molekul besar (Unfractioned Heparine) masih merupakan standar anti koagulan yang digunakan selama prosedur hemodialisis. 2 Pada proses dialisis terjadi aliran darah di luar tubuh. Pada keadaan ini akan terjadi aktivasi sistem koagulasi darah dengan akibat timbulnya bekuan darah. Karena itu pada dialisis diperlukan pemberian heparin selama dialisis berlangsung. Ada tiga teknik pemberian heparin yaitu teknik heparin rutin, heparin minimal, dan bebas heparin. Pada teknik heparin rutin, teknik yang paling sering digunakan sehari hari, heparin diberikan dengan cara bolus diikuti dengan continuus infusion. 1 METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan secara deskriptif retrospektif dengan mengunakan data sekunder rekam medik di Unit Hemodialisis Bagian/SMF Ilmu Penyakit dalam BLU RSUP Prof.Dr.R.D. Kandou Manado yang bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari nilai trombosit pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis di unit hemodialisis bagian/smf Ilmu Penyakit Dalam BLU RSU. Prof.Dr.R.D.Kandou manado. Waktu penelitian dilakukan pada bulan November 211 Januari 212. Populasi penelitian ini ialah pasien PGK yang telah menjalani Hemodialisis (HD) lebih dari 96 kali di unit Hemodialisis Bagian/SMF Ilmu Penyakit dalam BLU RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado. Subjek Penelitian ialah semua pasien PGK yang menjalani HD lebih dari 96 kali di unit hemodialisis Bagian/SMF

Kaparang, Moeis, Rotty; Nilai Trombosit pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik... 97 Ilmu Penyakit Dalam BLU RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Variabel penelitian yang di teliti meliputi : Umur, Jenis Kelamin, Cara pemberian heparin, jenis heparin, frekuensi HD dan pemeriksaan laboratorium yaitu trombosit pada awal HD, HD ke 24, HD ke 48 dan HD ke lebih dari 96 kali. Pengumpulan data dilakukan dengan melihat catatan rekam medis pasien PGK yang telah menjalani HD lebih dari 96 kali di unit hemodialisis Bagian Ilmu Penyakit dalam BLU RSU Prof.Dr.R.D.Kandou Manado. Pengelolahan data dilakukan secara manual dan data yang ada dihitung dalam table frekuensi dan penyajiannya di uraikan dalam kalimat dan dalam bentuk tabel distribusi.total data rekam medis pasien yang diperoleh berdasarkan penelitian yaitu 55 data pasien yang menjalani Hemodialisis lebi dari 96 kali dengan diagnosis PGK, tetapi data pemeriksaan laboratorium yang diperoleh khususnya nilai trombosit hanya sebanyak 48 pasien. Setelah dilakukan pengambilan data nilai trombosit pada pasien sesuai dengan lamanya pasien menjalani hemodialisis nilai trombosit kurang dari 15. / µl pada awal HD dan pada HD ke 24 kali tidak ditemukan, HD ke48 kali sebanyak dua pasien (4,17 %) dan pada HD lebih dari 96 kali sebanyak 13 pasien (27,8 %), nilai trombosit 15.45. /µl pada awal HD empat pasien (8,33 %), HD ke24 kali sebanyak dua pasien (4,17%), HD ke48 kali sebanyak dua pasien (4,17 %), HD lebih dari 96 kali sebanyak 24 pasien (5 %) dan trombosit >45. /µl sebanyak satu pasien (2,8%) pada HD lebih dari 96 kali. Ditribusi terbesar ada pada nilai trombosit normal 15.45./µL pada awal HD sebanyak empat pasien 8,33 %. Berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin pasien PGK yang menjalani HD dengan trombositopenia berdasarkan frekuensi HD memiliki distribusi pada kelompok umur 51 6 tahun pada awal HD, HD ke24, dan HD ke48 tidak ditemukan dan pada HD lebih dari 96 kali sebanyak empat pasien 26,67% berjenis kelamin lakilaki, umur 617 tahun pada awal HD, dan HD ke24 tidak ditemukan, HD ke 48 satu pasien perempuan 6,67 % dan pada HD lebih dari 96 kali sebanyak tiga pasien laki laki 26,67%, kelompok umur 415 pada awal HD dan HD ke24 tidak ditemukan, HD ke48 satu pasien perempuan 6,67 % dan HD lebih dari 96 kali. Nilai Trombosit < 1,5 1,5 4,5 >4,5 Tabel 1. Distribusi Nilai trombosit pada pasien PGK. Frekuensi tindakan HD Awal HD 24 X 48 X >96X 2 (4,17) 13(27,8) 4(8,33) 2(4,17) 2(4,17) 24(5) 1(2,8) Jumlah 4(8,33) 2(4,17) 4(8,33) 38(79,16) N (%) 15 (31,25) 32(66,67) 1(2,8) 48 (1) Tabel 2. Distribusi pasien PGK yang menjalani HD dengan trombositopenia berdasarkan umur, jenis kelamin dan frekuensi HD. Umur (tahun) 2 3 Frekuensi HD Awal HD 24 X 48 X >96 X L P L P L P L P N(%) N(%) N(%) N(%) N(%) N (%) N (%) N (%) 2 (13,33) N (%) 2(13,33) 31 4 2(13,33) 41 5 2(13,33) 3(2) 51 6 4(26,67) 4(26,67) 61 7 3(2) 4(26,67) Jumlah 2(13,34) 12(8) 15(1)

98 Jurnal ebiomedik (ebm), Volume 1, Nomor 1, Maret 213, hlm. 951 dua pasien lakilaki 13,33%, kelompok umur 314 pada awal HD sampai HD ke48 tidak ditemukan dan pada HD lebih dari 96 kali sebanyak satu pasien lakilaki 6,67% dan satu pasien perempuan 6,67%, kelompok umur 21 3 pada awal HD sampai HD ke48 tidak ditemukan dan pada HD lebih dari 96 kali sebanyak dua pasien lakilaki 13,33%. Berdasarkan frekuensi lamanya pasien menjalani HD dengan trombositopenia, didapatkan pasien yang menjalani HD lebih dari satu tahun (lebih dari 96 kali) sebanyak tujuh pasien 46,67%, lebih dari dua tahun sebanyak dua pasien (13,33 %) dan lebih dari tiga tahun sebanyak enam pasien 4 %. Tabel 3. Distribusi pasien PGK yang menjalani HD dengan trombositopenia berdasarkan frekuensi lamanya pasien menjalani HD Frekuensi HD ( tahun ) >1 tahun (>96 X) >2 tahun (>192 X) >3 tahun (>288 X) Jumlah N (%) 7 (46,67) 2 (13,33) 6 (4) 15(1) Berdasarkan cara pemberian heparin yang diberikan terhadap pasien didapatkan kontinyu dua pasien (14,28%) dan intermiten 13 pasien (85,71%) Tabel 4. Distribusi pasien PGK yang menjalani HD dengan trombositopenia berdasrkan cara pemberian heparin yang diberikan Cara pemberian Heparin N (%) Kontinyu 2 (14,28) Intermiten 13 (85,71) Jumlah 15 (1) Berdasarkan jenis heparin yang diberikan di dapatkan heparin tak terpecah 15 pasien (1 %) dan heparin berat molekul rendah tidak ada pasien. Tabel 5. Distribusi pasien PGK yang menjalani HD dengan thrombositopenia berdasarkan jenis heparin. Jenis Heparin N (%) Heparin tak terpecah (UFH) 15 (1) Heparin berat molekul rendah (LMWH) Jumlah 15 (1) BAHASAN Selama penelitian yang dilakukan pada bulan November 211Januari 212 di unit hemodialisis di bagian SMF Ilmu Penyakit Dalam BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou manado didapatkan 55 pasien yang menjalani HD lebih dari 96 kali dengan diagnosis PGK, tetapi data pemeriksaan trombosit yang di peroleh hanya 48 pasien (87,47%), jadi ada tujuh pasien (12,27%) yang tidak diperoleh data pemeriksaan trombosit, dan jumlah trombosit normal didapatkan pada 32 pasien (66,67%), dan hanya 15 pasien (31,25%) yang mengalami trombositopenia. Setelah dilakukan pengambilan data nilai trombosit pada pasien sesuai dengan lamanya pasien menjalani hemodialisis ditribusi terbesar ada pada nilai trombosit normal 15. 45./µL pada awal HD sebanyak empat pasien (8,33 %), HD ke24 sebanyak dua pasien (4,17%), HD ke48 sebanyak dua pasien (4,17 %) HD lebih dari 96 kali sebanyak 24 pasien (5%) diikuti penurunan nilai trombosit <15./µL pada awal HD dan pada HD ke 24 tidak ditemukan, HD ke48 sebanyak dua pasien (4,17%) dan pada HD lebih dari 96 kali sebanyak 13 pasien (27,8%), sedangkan trombosit >45./µL satu pasien (2,8%) pada HD lebih dari 96 kali. Maksud pemeriksaan menurut frekuensi HD yaitu pada awal HD, HD ke24, HD ke48 dan HD lebih dari 96 kali adalah untuk mengetahui perubahan jumlah trombosit akibat pemberian heparin selama HD. Dengan data yang ada umumnya nilai trombosit normal sesuai dengan kepustakaan yang mengatakan bahwa bila dilakukan pengontrolan yang ketat terhadap pemberian heparin tidak akan memberikan efek samping yang banyak. Sedangkan dalam kasus ini pasien yang mengalami trombositopenia menunjukan adanya efek samping heparin. Dalam data ini pasien yang mengalami trombositopeni berdasarkan lamanya HD yaitu pada HD ke48 dan lebih dari 96 kali, hal ini sesuai dengan kepustakaan yang mengatakan bahwa semakin lama terpapar dengan heparin atau pengunaan heparin yang berulang akan memberikan efek samping trombositopeni. 4,5 Distribusi pasien PGK yang menjalani HD dengan trombositopenia berdasarkan kelompok umur dan frekuensi HD memiliki distribusi terbesar pada kelompok umur 516 tahun pada awal HD, HD ke24, dan HD ke48 tidak ditemukan dan pada HD lebih dari 96 kali sebanyak empat pasien (26,67%) berjenis

Kaparang, Moeis, Rotty; Nilai Trombosit pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik... 99 kelamin lakilaki, umur 617 tahun pada awal HD, dan HD ke24 tidak ditemukan, HD ke48 sebanyak satu pasien perempuan (6,67 %) dan pada HD lebih dari 96 kali sebanyak tiga pasien lakilaki (26,67%), kelompok umur 415 pada awal HD dan HD ke24 tidak ditemukan, HD ke48 satu pasien perempuan (6,67 %) dan HD lebih dari 96 kali sebanyak dua pasien lakilaki 13,33%, kelompok umur 314 pada awal HD sampai HD ke48 tidak ditemukan dan pada HD lebih dari 96 kali sebanyak satu pasien lakilaki (6,67%) dan satu pasien perempuan (6,67%), kelompok umur 213 pada awal HD sampai HD ke48 tidak ditemukan dan pada HD ebih dari 96 kali sebanyak dua pasien lakilaki (13,33%). Data ini sesuai dengan kepustakaan bahwa jumlah pasien yang menjalani HD terbanyak adalah usia lanjut karena faktor resiko PGK adalah usia lanjut, serta fungsi trombosit berhubungan dengan perbaikan kerusakan dinding pembuluh darah yang dapat mempengaruhi hemostasis tubuh dan pada usia lanjut keadaan itu menurun. 3 Distibusi pasien PGK berdasarkan jenis kelamin dengan trombositopenia didapatkan pada pria lebih banyak dari pada wanita yaitu pria sebanyak 12 pasien (8%), sedangkan wanita sebanyak tiga pasien (2%). Hal ini sesesuai dengan hasil penelitian bahwa jumlah pasien yang menjalani HD lebih banyak adalah pria dari wanita, tetapi tidak sesuai dengan penelitian yang mengatakan bahwa heparin induced thrombocytopenia (HIT) lebih banyak terjadi pada wanita dari pada pria. 6 Berdasarkan frekuensi lamanya pasien menjalani HD dengan trombositopenia, didapatkan pasien yang menjalani HD lebih dari satu tahun (lebih dari 96 kali) tujuh pasien (5%), lebih dari dua tahun satu pasien (7,14%) dan lebih dari tiga tahun enam pasien (42,86%). Distibusi pasien PGK yang menjalani HD dengan trombositopenia berdasarkan jenis heparin yang diberikan terhadap pasien kontinyu dua pasien (14,28%) dan intermiten 12 pasien (85,71%). Distribusi pasien PGK dengan trombositopeni berdasarkan jenis heparin yang diberikan di dapatkan heparin tak terpecah 15 pasien (1 %) dan heparin berat molekul rendah tidak ada pasien. Hal ini seuai dengan penelitian yang mengatakan HIT terjadi pada sekitar 1%5% dari pasien diberikan heparin tak terpecah dan kurang dari 1% pasien yang diberikan berat rendah molekul heparin. 6 SIMPULAN DAN SARAN Nilai trombosit pada pasien PGK yang menjalani HD lebih dari 96 kali umumnya normal yaitu 32 pasien (66,67%). Jumlah kasus trombositopenia pada pasien PGK yang menjalani HD sebanyak 15 pasien. Pasien PGK yang menjalani HD dan mengalami thrombositopenia terbanyak pada umur 516 dan 617 yaitu masingmasing kelompok umur empat pasien (26,67%). Angka kejadian terbanyak pada pria dibandingkan wanita. Frekuensi lamanya pasien menjalani HD terbanyak lebih dari dari tahun (lebih dari 96 kali) yaitu sebanyak enam pasien (46,15%). Jenis heparin yang diberikan umumnya heparin tak terpecah. Dari hasil penelitian ini disarankan bagi pihak pemberi pelayanan di rumah sakit (dokter dan tenaga medis) agar kiranya dapat melengkapi datadata pasien pada rekam medik agar dalam penelitian dapat diperoleh data yang akurat dan dalam pengunaan heparin kiranya dapat dilakukan pengontrolan yang ketat dari petugas medis sehingga dapat mengangani dan mencegah lebih cepat terjadinya thrombositopenia dan efek samping lainya dari heparin pada pasien PGK yang menjalani HD, dan pemilihan antikoagulasi lain seperti LMWH dapat dipertimbangkan untuk mencegah terjadinya Heparin Induced Thrombocytopenia. DAFTAR PUSTAKA 1. Suwitra Ketut. Gagal Ginjal Kronik. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. (Edisi Kelima) Jakarta. Departemen Ilmu Penyakit Dalam, 29; h.1354. 2. Islamudin. Antikoagulan pada hemodialisis [homepage on the internet]. c211 [updated 211 Jan 27; cited 211 Nov 11]. Available from: http://antikoagulanpada hemodialisis «Internal Medicine Blog.htm 3. Johnson CA, Levey SA, Coresh J. Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease in Adults: Part I. Definition, Disease Stages, Evaluation, Treatment, and Risk Factors Am Fam Physician. 24 Sep 1; 7(5):869876. 4. Hoffbrand AV, Pettit JE, Moss PAH. Kapita Selekta Hematologi (Edisi Keempat). Jakarta: EGC, 25; h. 265267.

1 Jurnal ebiomedik (ebm), Volume 1, Nomor 1, Maret 213, hlm. 951 5. Dewoto RH. Antikoagulan. Farmakologi dan Terapi (Edisi Kelima). Jakarta: Departemen Farmakologi dan Teraupetik, 27; h.861. 6. Levy JH, Tanaka KA, Hursting MJ. DABCC: Reducing Thrombotic Complications in the Perioperative Setting: An Update on HeparinInduced Thrombocytopenia. Anesth. Analg. 27;15:57582.