BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembelajaran yang berkualitas dan evaluasi diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianggap belum mampu bersaing dengan dunia luar. hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik. mewujudkan hasil pembelajaran yang efektif dan efesien, peranan guru sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkualitas. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sikap dan keterampilan peserta didik. Pelaksanaannya bukanlah usaha mudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai tempat penelitin sehingga perlu utuk diadakannya penelitian

BAB I PENDAHULUAN. semata-mata untuk hari ini melainkan untuk masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Menurut M.J.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PEDAHULUAN. manusia. Pendidikan merupakan faktor utama dalam proses untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pilar utama dalam pembentukan mental/karakter seorang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen yang penting dalam. pembangunan suatu bangsa, karena melalui pendidikan inilah dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran serta dapat

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN PENGGUNAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS Fitri Fajar SMA Negeri 1 Makassar

BAB I PENDAHULUAN. terencana dan secara sistematis ) diberikan kepada peserta didik oleh pendidik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan nasional, dalam Undang - Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental bagi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Berdasarkan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan bahwa pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan daiman dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan berwataq kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan sejarah adalah suatu wahana penting dalam pendidikan suatu bangsa. Suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri banyak negara di dunia ini yang menempatkan pendidikan sejarah sebagai unsur penting dalam pendidikan kebangsaan mereka. Hal ini disebabkan adanya keyakinan bahwa materi pendidikan sejarah mampu mengembangkan sifat dan karakter generasi muda bangsa. Ketika generasi muda ini menjadi pemegang peran utama dan pendukung dalam menjalankan kehidupan bangsa maka karakter yang terbentuk pada diri mereka menjadi landasan kuat dalam melaksanakan peran tersebut. Hal itu terjadi 1

2 karena melalui pendidikan sejarah mereka memahami bagaimana bangsa ini lahir dan berkembang. Pendidikan Sejarah di sekolah seharusnya membuahkan hasil berupa perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Sejalan dengan tujuan kelembagaan sekolah dijelaskan dalam kurikulum 2006 bahwa: penyelenggaraan pendidikan di SMA bertujuan untuk: (1) mendidik siswa agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan pancasila yang mampu membangun dirinya sendiri serta ikut bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsa. (2) memberi bekal pengetahuan yang diperlukan bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, dan (3) memberi bekal ilmu dan sejarah, untuk hidup di masyarakat dan mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya. Selanjutnya mata pelajaran sejarah ditingkat SMA diarahkan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini dan masa depan, (2) melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah dengan benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan, (3) menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau, (4) menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang, dan (5) menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa

3 bangga dan cinta tanah air yang dapat di implementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan bangsa masa lalu, masa kini dan bagaimana mereka belajar dari pengalaman masa lampau tersebut untuk membentuk kehidupan masa depan menjadi lebih baik dan berdasarkan sifat dan karakter utama bangsa. Oleh karena itu, pendidikan sejarah memiliki fungsi yang strategis dalam mengembangkan jiwa dan karakter bangsa dan membangun kehidupan masa depan yang lebih baik. Jiwa dan karakter bangsa tersebut dijalin dan didasarkan kepada karakter diri orang perorangan peserta didik yang tercermin pada visi kehidupan, sikap hidup, nilai, dan kehidupan. Kemampuan mengembangkan kehidupan sosial-ekonomi-budaya-agama, dan pemanfaatan teknologi yang bernilai positif bagi kehidupan materi dan proses pendidikan sejarah dipercaya mampu mengembangkan berbagai aspek potensi kemanusiaan peserta didik menjadi kualitas yang tercermin dalam kemampuankemampuan tersebut. Sementara potensi besar pendidikan sejarah yang dikemukakan di atas tidak menjadi realita dunia pendidikan. hanya memberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan yang dikemukakan di atas, suatu kenyataan yang menyedihkan bahkan dunia pendidikan sejarah dianggap sebagai sesuatu yang suram, tak bermakna, penuh dengan beban hafalan yang tak mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis, tidak berkaitan dengan realita kehidupan, tidak membangkitkan rasa ingin tahu dan kemampuan memenuhi rasa ingin tahu tersebut serta mengembangkan kebangsaan positif. Oleh karena itu,

4 pendidikan sejarah tidak dianggap sebagai sesuatu yang berhasil menjalankan fungsinya dalam mengembangkan potensi kemanusiaan peserta didik dan bagi penentu kebijakan memberikan kesempatan yang besar untuk memposisikan pendidikan sejarah hanya bagi mereka yang tertarik untuk menjadi sejarawan di kemudian hari. Pendidikan di Indonesia dihadapkan pada permasalahan dan sorotan dari berbagai pihak baik oleh masyarakat, pemerintah, dunia usaha, lulusan dan termasuk tenaga pengajar. Hal ini disebabkan karena mutu pendidikan relatif masih rendah dan tidak sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Indikator rendahnya mutu pendidikan dapat dilihat dari rendahya kualitas lulusan di hampir semua jenjang pendidikan baik formal maupun non formal. Hal ini tentu saja menimbulkan ketidakpuasan masyarakat akan pendidikan di negeri ini. Permasalahan ini dapat diminimalkan apabila guru sewaktu mengajar menggunakan strategi pembelajaran yang tepat dan dapat membantu siswa Dalam meningkatkan mutu dan keterampilannya dalam belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang sangat penting. Selanjutnya menurut Sanjaya (2010: 14) juga berpendapat bahwa : guru perlu memiliki kemampuan merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang dianggap cocok dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan siswa termasuk didalamnya memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin efektifitas pembelajaran. Dengan demikian seorang guru perlu memiliki kemampuan khusus, kemampuan yang tidak mungkin dimiliki orang yang bukan guru

5 Artinya faktor guru juga berpengaruh dalam hal peningkatan belajar siswa. Peranan guru SMA diharapkan mampu mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri siswa. Guru yang mengajar cenderung text-book oriented dan belum menekankan pada proses berpikir siswa secara mandiri. Diskusi yang dibahas kadang tidak sesuai dengan konteks dan isu-isu yang sedang berkembang dalam masyarakat terutama yang berhubungan dengan materi pelajaran sejarah. Sebagai akibatnya muncul kebosanan dan kejenuhan dari siswa untuk belajar lebih baik. Hal tersebut terjadi karena selama ini materi yang dipelajarinya tidak menyentuh kebutuhan mereka atau dengan kata lain materi yang dipelajari tidak relevan dengan pengalaman mereka sehari-hari sehingga dianggap kurang menantang. Kondisi seperti ini akan membuat siswa semakin kurang memahami dan mengerti akan hakikat sejarah itu sendiri. Dengan demikian maka akan berpengaruh juga pada hasil belajarnya yang semakin lama semakin menurun. Rendahnya hasil belajar siswa dalam pelajaran sejarah juga terjadi di SMA Dr. Wahidin Sudirohusodo. Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh dari sekolah tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar sejarah siswa masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa yang masih dibawah KKM. Hal ini dapat diketahui dari hasil belajar sejarah siswa dalam 4 tahun terakhir, ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :

6 Tabel 1.1. Nilai Rata rata UAS I dan II IPS Kelas XII SMA Dr. Wahidin Sudirohusodo Tahun Semester KKM Kelas Ajaran XII S1 XII S2 XII S3 2011/2012 Ganjil 75 72,3 70 68 Genap 70,5 67,6 69,5 2012/2013 Ganjil 75 70 69,5 68 Genap 72 70 70 2013/2014 Ganjil 75 72,5 65,6 70,8 Genap 69,7 71 70,5 2014/2015 Ganjil 75 75 74,5 74 Genap 75,5 74 73,5 (Sumber: DKN SMA. Dr. Wahidin Sudirohusodo) Tabel di atas menjunjukan bahwa siswa kelas XII- IPS SMA Dr. Wahidin Sudirohusodo masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). KKM pada tahun ajaran 2011/2012 adalah 75, KKM pada tahun ajaran 2012/2013 adalah 75, KKM pada tahun ajaran 2013/2014 adalah 75 dan KKM pada tahun ajaran 2014/2015 adalah 75, tampak hasil belajar siswa masih tergolong rendah karena masih di bawah KKM yang sudah ditentukan. Menurut pengamatan peneliti sampai saat ini ada beberapa masalah yang dialami oleh siswa SMA Dr. Wahidin Sudirohusodo khususnya pada bidang studi sejarah khususnya program IPS yaitu rendahnya hasil belajar siswa, lemahnya kognitif siswa dalam belajar sejarah serta lemahnya keaktifan belajar siswa dan kurangnya ketertarikan siswa saat belajar sejarah. Selain itu mereka masih menggunakan strategi yang berpusat pada guru. Sementara guru masih monoton dalam melaksanakan pembelajaran sehingga siswa merasa bosan. Ini juga terlihat dari hasil KKM siswa yang masih rendah. Mereka juga menyatakan bahwa dalam pembelajaran disekolah mereka menggunakan metode pembelajaran berbasis ceramah dan diskusi. Dalam pembelajaran berbasis diskusi ini siswa cenderung

7 kurang terlibat dalam diskusi karena hanya sebagian siswa saja yang menjalankan diskusi dalam kelompok dan selebihnya mereka bercerita dengan temannya bahkan ada sebagian siswa yang bermain handphone atau game online. Dengan metode ini siswa merasa cepat bosan dan kurang tertarik dengan materi pelajaran yang disampaikan, metode ini juga di asumsikan tidak dapat meningkatkan kemampuan sosialisasi pada diri siswa, termasuk kemampuan dalam berpikir, bersikap, dan bertindak di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Metode ini juga di asumsikan tidak dapat meningkatkan kemampuan sosialisasi pada diri siswa, termasuk kemampuan dalam berpikir, bersikap, dan bertindak di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Metode ini juga dianggap tidak mampu menimbulkan kesadaran siswa akan kecintaan terhadap bangsa dan negara. Ketidaktertarikan siswa serta kejenuhan siswa dalam mengikuti mata pelajaran sejarah ini berpengaruh terhadap hasil belajar sejarah siswa, akibatnya siswa tidak memperoleh hasil belajar yang optimal. Guru diharapkan dapat menarik minat dan perhatian siswa serta menuntunnya dalam penyajian yang baik, Guru sejarah perlu melakukan pembenahan diri, seperti melakukan perubahan dalam pembelajaran sejarah, terutama penggunaan strategi yang tepat sesuai dengan karakteristik materi pelajaran untuk meningkatkan penghayatan dan usaha menumbuhkan kesadaran sejarah di kalangan siswa. Widja (1989:11) menganjurkan agar supaya menghindari cara-cara mengajar sejarah yang mengutamakan penghafalan fakta sejarah. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah dibutuhkan

8 kreatifitas guru dan penerapan strategi pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Berdasarkan data yang diperoleh pada observasi awal di SMA Dr. Wahidin Sudirohusodo ini, terlihat bahwa terdapat kesenjangan antara harapan yang harus dicapai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut perlu diidentifikasi faktor penyebab kesenjangan yang terjadi. Berdasarkan identifikasi masalah yang dilakukan pada observasi awal salah satu penyebab terjadinya kesenjangan ini adalah kurang variatifnya strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Suasana belajar di dalam kelas yang terlalu serius dan terkesan membosankan akibat strategi pembelajaran yang diberikan guru kurang bervariasi padahal pendidikan sejarah perlu diberikan dengan lebih hidup kepada siswa. Murid tidak cukup dijejali kesibukan kognitif, menghapal penetahuan lewat fakta-fakta yang sudah mati dimasa lalu, sebagaimana banyak terjadi selama ini. Strategi pembelajaran yang hanya menghapal pengetahuan sejarah lewat fakta-fakta masa lalu tidak membawa banyak manfaat, yang terpenting justru bagaimana memahami fenomena masa lalu dalam berbagai aspeknya agar dapat menjelaskan persoalan di masa kini. Dengan begitu sejarah akan lebih dihargai sejarah bukan sekedar rekaman-rekaman dari masa lalu. Tetapi juga harus menjelaskan bagaimana rekaman itu diproses dan terkait dengan masa kini. Sejarah juga harus dilihat sebagai proses kemanusiaan berbagi bidang dalam konteks hari ini. Dengan demikian sejarah menjadi lebih hidup, pendapat senada dilontarkan Mulyana, pengajar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.

9 Dalam pembelajaran sejarah, guru tidak hanya memberikan pengetahuan fakta, melainkan mengajak murid melihat dalam konteks zaman dahulu dikaitkan dengan konteks masa kini. Untuk mencari pemecahan dari permasalahan ini dapat dilakukan dengan menerapkan strategi pembelajan yang tepat. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan adalah dengan membawa siswa pada suasana belajar yang lebih variatif pada saat pembelajaran berlangsung. Suasana belajar ini dapat dilakukan dengan menggunakan strategi pembelajaran bermain peran. Melalui strategi pembelajaran bermain peran di harapkan siswa tidak hanya menghapal dan mengingat fakta-fakta sejarah, tetapi lebih jauh siswa dapat memahami konteks zaman dahulu yang dikaitakan dengan konteks zaman kini melalui peran yang dimainkannya. Strategi bermain peran adalah strategi pembelajaran yang berorientasi pada siswa yang didesain untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan karakter dan kemampuan berkomunikasi secara autentik. Menurut Joyce and Weil (2009:328) strategi pembelajaran bermain peran merupakan sebuah strategi pengajaran yang berasal dari dimensi pendiidkan individu maupun sosial. Strategi ini membantu masing masing siswa untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial mereka dan membantu memecahkan dilemma pribadi dsalam dunia sosial. Dalam dimensi sosial, model ini memudahkan individu untuk bekerjasama dalam menganalisis keadaan sosial, khususnya masalah antar manusia. Strategi ini juga mneyokong beberapa cara

10 dalam proses pengembangan sikap sopan dan demokratis dalam menghadapi masalah. Dalam strategi bermain peran, siswa dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun pembelajaran juga bisa terjadi di dalam kelas. Oleh sebab itu, maka dapat dipahami bahwa untuk meningkatkan minat, sikap, motivasi belajar siswa, seorang guru hendaknya mampu untuk merancang pembelajaran itu kedalam suatu cerita permainan yang menarik, sehingga siswa dapat memahami dan menerima makna materi pelajaran secara utuh. Selain faktor strategi pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran sejarah, faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah karekteristik siswa. Salah satu karakteristik siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah tingkat kemandirian siswa dalam mempelajari materi ajar yang diberikan oleh guru, yaitu merupakan faktor penting sebagai sikap siswa dalam menyerap dan mempelajari materi ajar yang akan dan telah diberikan oleh guru dan membawa pengaruh banyak terhadap hasil belajar terhadap hasil belajar yang dicapai. Di dalam proses pembelajaran setiap siswa atau peserta didik selalu diarahkan agar menjadi peserta didik yang mandiri, dan untuk menjadi mandiri seseorang harus belajar sehingga dapat dicapai suatu kemandirian belajar. Oleh karena itu kita harus mengetahui pengertian kemandirian belajar guna mendasari pembahasan yang lebih lanjut. Menurut (Moh. Ali, 2010:109) menjelaskan bahwa Kemandirian belajar adalah kemampuan seseorang untuk berdiri sendiri dan mengurus dirinya sendiri serta aspek keahliannya yang ditandai dengan adanya

11 inisiatif dan kepercayaan diri. Dengan demikian seseorang yang mempunyai kemandirian akan mampu bertanggung jawab dan tidak bergantung pada orang lain. Dalam kemandirian belajar terdapat siklus kegiatan kognitif yang rekursif (berulang-ulang) yang memuat kegiatan menganalisis tugas, memilih dan mengadopsi atau menemukan pendekatan strategi untuk mencapai tugas dan memantau hasil dari strategi yang dilaksanakan. Untuk mendapatkan hal tersebut, dalam diri siswa perlu adanya keahlian intelektual dan pengetahuan yang memungkinkan dirinya menyeleksi tugas -tugas kognitif serta afektif dan efisien. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, tentunya dipengaruhi oleh kemandirian belajar. Berdasarkan uraian di atas, siswa yang mempunyai kemandirian belajar adalah siswa yang secara aktif berpartisipasi dalam menentukan apa yang akan dipelajari dan bagaimana belajarnya. Siswa tidak tergantung pada pengarahan guru yang terus menerus tetapi siswa juga mempunyai kreaktifitas dan inisiatif sendiri, serta mampu bekerja sendiri dengan merujuk pada bimbingan yang diperolehnya. Tingkat kemandirian belajar siswa merupakan dasar bagi kegiatan belajar yang diikuti siswa. Dengan kemandirian belajar siswa dapat menetapkan sikap saat akan memulai pelajaran. Oleh karena itu untuk meningkatkan kebermaknaan pembelajaran, pemilihan strategi yang tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa perlu dilakukan agar pelajaran yang disampaikan dapat menarik perhatian siswa. Agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik, efektif dan efisien maka tingkat kemandirian siswa dalam proses pembelajaran harus

12 mendapat perhatian dari guru, karena dengan kemandirian belajar yang baik akan membuat siswa mandiri dalam belajar dipadukan dengan strategi pembelajaran yang tepat, di mana strategi ekspositori sebagai strategi yang selama ini digunakan diharapkan dapat membantu siswa dengan kemandirian yang rendah. Dengan strategi pembelajaran bermain peran dan strategi ekspositori kedua strategi dengan ciri ciri khasnya yang berbeda, maka strategi ini dapat diterapkan untuk kondisi siswa dengan tingkat kemandirian belajar yang berbeda sehingga diharapkan hasil belajar Sejarah siswa SMA Dr. Wahidin Sudirohusodo, kelas XII IPS dapat lebih ditingkatkan lagi. Dalam beberapa fenomena di atas, maka dalam penelitian ini upaya untuk meningkatkan hasil belajar sejarah perlu diterapkan strategi pembelajaran yang diharapkan pembelajaran berlangsung alamiah bukan transfer ilmu dari guru ke siswa. Selanjutnya perlu diperhatikan bagaimana tingkat kemandirian siswa dan hasil belajar siswa tersebut. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti bagaimana penguasaan dan penerapan konsep pada mata pelajaran sejarah kepada peserta didik. Dari latar belakang inilah peneliti akan melakukan penelitian tentang Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Sejarah Di SMA Dr. Wahidin Sudirohusodo

13 B. Identifikasi Masalah Permasalahan yang berhubungan dengan pencapaian hasil belajar Sejarah tidaklah sesederhana yang dipikirkan, namun dengan adanya uraian tersebut diharapkan dapat menjadi dasar pemikiran yang kuat untuk dapat melaksanakan penelitian yang berm,anfaat bagi pencapaian hasil belajar Sejarah secara optimal. Berdasarkan latar belakang masalah, masalah yang akan diteliti adalah hal hal yang berkaitan dengan hasil belajar Sejarah di SMA Dr. Wahidin Sudirohusodo yaitu (1) faktor-faktor apakah yang mempengaruhi hasil belajar Sejarah siswa SMA Dr. Wahidin Sudirohusodo (2) apa strategi pembelajaran yang tepat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajarn sejarah?(3) apakah perbedaan karakteristik siswa mempengaruhi hasil belajar siswa?(4) apakah kemandirian belajar siswa mempengaruhi hasil belajar siswa?(5) apakah dalam pembelajaran sejarah perlu di adakan pengelompokan berdasarkan kemandirian belajar siswa?(6) apakah pemberian strategi pembelajaran yang berbeda pada pembelajaran sejarah dapat mempengaruhi hasil belajar?(7) bagaimana sebaiknya strategi pembelajaran yang digunakan dalam pelajaran sejarah sehingga siswa tidak bosan dan jenuh?(8) strategi pembelajaran yang bagaimanakah yang sebaiknya dipakai untuk kemandirian siswa yang berbeda?(9) apakah penggunaan strategi pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar sejarah siswa?(10) apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi dengan siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah?(11) apakah terdapat interaksi antara penggunaan strategi pembelajaran yang berbeda dan kemandirian dalam mempengaruhi hasil belajar sejarah siswa?

14 C. Pembatasan Masalah Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal, penelitian yang mencakup keseluruhan faktor tersebut merupakan hal yang rumit, menuntut keahlian, waktu dan dana. Mengingat keterbatasan keterbatasan yang tidak dapat dielakan serta agar penelitian ini dapat terfokus, maka perlu batasan batasan sehingga tujuan penelitian ini dapat tercapai. Oleh sebab itu, objek permasalahan dalam penelitian ini akan dibatasi pada pencapaian hasil belajar Sejarah pada aspek kognitif dan afektif di kelas XII (dua belas) siswa SMA Dr. Wahidin Sudirohusodo meliputi: 1. Hasil belajar sejarah merupakan kemampuan siswa dalam menguasai materi mata pelajaran sejarah yang dibatasi dalam ranah kognitif menurut taksonomi bloom yang di kembangkan oleh Anderson (2010) yang dibatasi pada aspek pengetahuan (C1), Pemahaman (C2), Penerapan (C3), Analisis (C4), Sintesis (C5), dan Penilaian (C6) juga dapat masuk ke aspek afektif terutama pada pengalaman dan karakteristik. 2. Hasil belajar ini diperoleh dari tes hasil belajar sejarah yang diberikan setelah perlakuan selesai dilaksanakan. Materi pembelajaran yang diberikan meliputi pokok bahasan Menganalisis Peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945. 3. Strategi pembelajaran yang digunakan dibedakan menjadi dua macam yaitu: strategi pembelajaran bermain peran dan ekspositori. 4. Kemandirian siswa dibedakan atas kemadirian belajar tinggi dan kemandirian belajar rendah.

15 5. Materi mata pelajaran sejarah didasarkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), untuk mata pelajaran yang dilaksanakan pada kelas XII IPS semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016. D. Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah hasil belajar sejarah siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran diajar dengan bermain peran lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang strategi pembelajaran ekspositori? 2. Apakah hasil belajar sejarah siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah? 3. Apakah terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dengan kemandirian belajar terhadap hasil belajar sejarah siswa? E. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh aplikasi penggunaan strategi pembelajaran dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah, sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui perbedaan hasil belajar sejarah siswa yang diajar dengan strategi diajar pembelajarn bermain peran dengan hasil belajar siswa yang dengan strategi ekspositori.

16 2. Mengetahui perbedaan hasil belajar sejarah siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi dengan siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah. 3. Mengetahui interaksi antara strategi pembelajaran dengan kemandirian belajar terhadap hasil belajar sejarah siswa. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pengambil kebijakan dalam mengambil keputusan di SMA Dr. Wahidin Sudirohusodo, khususnya yang berkaitan dengan penyusunan kegiatan belajar mengajar berdasarkan strategi pembelajaran dan kerakteristik siswa. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan guna meningkatkan kualitas prmbelajaran khususnya yang berkaitan dengan penggunaan strategi pembelajaran dan kemandirian belajar sebagai salah satu karakteristik siswa. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai: (1) bahan masukan bagi guru, khususnya pada mata pelajaran sejarah sebagai salah satu strategi alternatif dalam menyampaikan materi pelajaran. (2) memberikan gambaran bagi guru, khususnya bagi guru sejarah tentang efektifitas dan efisiensi aplikasi pembelajaran dengan strategi pembelajaran bermain peran dan berdasarkan karekteristik kemandirian siswa.