2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK

dokumen-dokumen yang mirip
MENERAPKAN PENILAIAN AUTENTIK DI MADRASAH ALIYAH KARAWANG

NUR ENDAH APRILIYANI,

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

INTERAKSI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. memberi dorongan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sektor pembangunan nasional karena dengan pendidikan berarti membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. tentu tidak dapat dipisahkan dari semua upaya yang harus dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia memerlukan berbagai macam pengetahuan dan nilai. Terkait

2015 KONTRIBUSI PROGRAM PEMBINAAN KESISWAAN TERHADAP PEMENUHAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL STANDAR KOMPETENSI GURU KURIKULUM 2006 (KTSP)

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor

I. PENDAHULUAN. seharusnya dicapai melalui proses pendidikan dan latihan. mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan peserta didik guna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyengsarakan orang lain bahkan bangsa lain. Oleh karena itu perlu mengolah

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembelajaran, antara lain adalah powerpoint dan internet. Kemajuan teknologi

MANFAAT HASIL PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) SEBAGAI KESIAPAN GURU PRODUKTIF

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut suatu rencana dan

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Venty Fatimah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna untuk meningkatkan mutu bangsa secara. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

2015 IMPLEMENTASI MODEL WORD SQUARE DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk karakter peserta

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 KONTRIBUSI PENGEMBANGAN TENAGA AD MINISTRASI SEKOLAH TERHAD AP MUTU LAYANAN D I LINGKUNGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SE-KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas pendidikan tidak terlepas dari peran guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Guru merupakan ujung tombak dalam sistem pendidikan (Faturrahman dalam Komang dkk, 2013, hlm. 2 ). Hal tersebut disebabkan guru memiliki tanggung jawab langsung dalam proses pembelajaran di kelas dan sekaligus membimbing perkembangan pesarta didik dalam aspek kepribadian dan sosial. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru didalam kelas tersebut merupakan salah satu cara yang dapat mengembangkan dan membina sikap siswa, baik sikap spiritual maupun sosial. Guru merupakan salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai peran sebagai faktor penentu keberhasilan tujuan pendidikan, karena gurulah yang langsung bersinggungan dengan pesarta didik, untuk memberikan bimbingan yang akan menghasilkan tamatan yang diharapkan. Guru merupakan sumber daya manusia yang menjadi perencana, pelaku, dan penentu tercapainya tujuan pendidikan. Guru merupakan elemen kunci dalam sistem pendidikan, khususnya di sekolah. Oleh karena itu, meningkatkan mutu pendidikan berarti juga meningkatkan mutu guru. Meningkatkan mutu guru bukan hanya meningkatkan taraf kesejahteraannya, tetapi juga meningkatkan kualitas keprofesionalannya. Semua komponen lainnya tidak akan berarti apabila esensi pembelajaan yaitu interaksi guru dengan pesarta didik tidak berkualitas. Semua komponen lain, terutama kurikulum akan hidup apabila dilaksanakan oleh guru. Oleh karena itu, agar proses pembelajaran dan bimbingan yang dilakukan oleh guru dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, seharusnya guru menguasai kompetensi-kompetensi yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru pasal 3 ayat (2), dinyatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan

2 profesi. Kutipan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat (1) disebutkan bahwa: Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Yang dimaksud kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik dan masyarakat sekitar. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Berdasarkan pengertian diatas, maka dalam proses pembelajaran peserta didik lebih tepat mengarah pada kompetensi pedagogik guru. Secara pedagogik, kompetensi guru-guru dalam mengelola pembelajaran perlu mendapat perhatian serius. Hal ini penting karena pendidikan di Indonesia dinyatakan kurang berhasil oleh sebagian masyarakat, dinilai kering dari aspek pedagogik, dan sekolah terlihat lebih mekanis sehingga peserta didik cenderung kerdil karena tidak mempunyai dunianya sendiri. Kompetensi pedagogik guru sangat diperlukan dalam proses pembelajaran di dalam kelas yang salah satunya adalah membentuk kepribadian yang baik bagi peserta didik. Mulyasa (2011, hlm. 77) menyebutkan bahwa secara operasional, kemampuan mengelola pembelajaran menyangkut tiga fungsi manajerial, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Menurut Mulyasa (2011, hlm. 75) Kompetensi pedagogik guru meliputi: a. Pemahaman wawasan atau landasan pendidikan. b. Pemahaman terhadap peserta didik. c. Pengembangan kurikulum/silabus. d. Perancangan pembelajaran. e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. f. Pemanfaatan teknologi pembalajaran. g. Evaluasi hasil belajar (EHB). h. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan mendesain program pembelajarannya. Maka dari itu diperlukan guru yang kreatif, profesional, dan menyenangkan, sehingga mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif. Interstate New Teacher Assessement and Support Consortium

3 (INTASC) (dalam Ilyas 2010, hlm. 56) Standar bagi seorang guru yaitu harus memiliki pemahaman tentang: bidang ilmu, pengembangan potensi anak, berbagai strategi pembelajaran, pengelolaan kelas, kemampuan berkomunikasi, perencanaan pembelajaran, penilaian hasil belajar, komitmen, dan menjalin hubungan dengan berbagai pihak. Peran guru sangat menentukan proses pembelajaran, guru yang dapat digugu dan ditiru adalah suatu profesi yang mengutamakan intelektualitas, kepandaian, kecerdasan, keahlian komunikasi, kebijaksanaan dan kesabaran tinggi. Hal ini berarti bahwa kemampuan profesional guru dalam menciptakan pembelajaran yang berkualitas sangat menentukan keberhasilan pendidikan secara keseluruhan. Kompetensi pedagogik tersebut merupakan kemampuan yang wajib dimiliki oleh seorang guru dalam melakukan tugasnya, karena rendahnya kualitas guru merupakan salah satu masalah dalam dunia pendidikan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat. Namun kompetensi tersebut masih kurang dilaksanakan dengan maksimal. Sebagaimana menurut (Djamas dalam Yasin, 2011, hlm. 158) Ini terjadi karena sebagian guru menampilkan citra yang kurang profesional. Permasalahan tersebut apabila dibiarkan terus menerus maka dikhawatirkan dapat menjadikan kualitas pendidikan di Indonesia menurun, sehingga perlu perhatian dari berbagai pihak guna memperbaiki permasalahan tersebut. Guru-guru yang telah memiliki kompetensi dan kualitas yang baik, diharapkan dapat menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik. Dengan kualitas guru yang baik, diharapkan tidak ada lagi guru-guru yang hanya mengajar pesarta didik, tetapi juga memberikan pembelajaran kepada pesarta didik. Untuk itu guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya, dalam rangka pembangunan

4 pendidikan. Guru yang berkualifikasi profesional, yaitu guru yang tahu secara mendalam tentang apa yang diajarkan, cakap dalam cara mengajarkannya secara efektif serta efisien, dan guru tersebut berkepribadian yang mantap (Samana, 1994, hlm. 21). Guru yang merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan pendidikan tidak lepas dari faktor lain yang mendukungnya, diantaranya yakni kurikulum yang sedang berlaku. Pada saat ini terdapat dua kurikulum yang sedang berlaku di negara Indonesia, yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013. Dalam Kurikulum 2013 terdiri dari empat kompetensi inti, yakni kompetensi sikap spiritual, kompetensi sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pelaksanaan pendidikan. Pencapain kompetensi tersebut harus secara bersamaan, sehingga seorang guru tidak boleh hanya mengutamakan salah satu kompetensi. Selain kompetensi pengetahuan dan keterampilan, guru juga harus memperhatikan pencapaian kompetensi sikap peserta didik. Pada saat ini, sikap tersebut sangat sulit didapatkan pada peserta didik yang umumnya telah menerima ilmu dan pengetahuan. Idealnya pendidikan harus mampu memberikan pencerahan dan menumbuhkan sikap spiritual kepada siswa, sehingga mereka mampu bersikap responsif terhadap segala persoalan yang tengah dihadapi masyarakat dan bangsanya (Putu Ariantini, dkk, hlm. 2014). Namun pada saat sekarang ini telihat dengan banyaknya contoh kasus yang terjadi pada anak usia sekolah. Seperti masih terajadinya tawuran antar pelajar, banyak pesarta didik yang menonton video porno, menganiaya sesama temannya, pesarta didik masih banyak yang menyontek, dan lain sebagainya. Kejadian-kejadian tersebut menunjukkan bahwa sikap spiritual dan sosialnya belum tertanam dengan baik pada diri pesarta didik. Kompetensi sikap inilah yang menjadi tujuan utama selain pengetahuan dan keterampilan pesarta didik. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh guru agar lebih memperhatikan lagi kompetensi sikap ini supaya tercapai dengan baik. Kompetensi pengetahuan merupakan hal penting dalam pendidikan, tetapi juga yang tidak boleh dilupakan yakni kompetensi sikap.

5 Kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun sosial sangat dibutuhkan diri pesarta didik dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial yang ada disekitarnya. Dalam bersosialisasi dengan orang lain tidak cukup hanya menggunakan pengetahuan semata, tetapi juga dengan kemampuan spiritual dan sosial. Keberagaman latar belakang masyarakat di Indonesia dan tanpa terkecuali peserta didik yang ada di sekolah, menuntut setiap kita khususnya peserta didik untuk memiliki kompetensi sikap spiritual dan sosial. Kebaragaman masyarakat ini lebih memperbesar kemungkinan antara kita saling bersilang pendapat. Dengan demikian, sikap spiritual dan sosial inilah yang dapat dijadikan modal bagi kita untuk mengantisipasi terjadinya perpecahan. Begitu pula dalam lingkungan sekolah, banyak diantara pesarta didik yang berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda, baik itu dari segi ekonomi, sosial maupun budaya. Kumpulan pesarta didik yang mayoritas akan merasa menang atas pesarta didik yang minoritas. Hal inilah yang membuat kompetensi sikap menjadi prioritas penting dalam pendidikan, seperti yang tertuang dalam Kurikulum 2013. Kompetensi sikap ini harus ditanamkan dalam diri peserta didik agar dapat mengontrol setiap tingah laku, baik untuk diri sendiri maupun bagi orang lain. Kompetensi sikap spiritual harus ditanamkan dalam diri peserta didik agar peserta didik tersebut dapat menyadari dirinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan kompetensi sikap sosial perlu ditanamkan agar peserta didik dapat bersosialisasi dan menjalin hubungan dengan orang lain di lingkungan sekitarnya, hal ini dikarenakan pada dasarnya bahwa manusia adalah sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Kedudukan dan posisi PPKn dalam penelitian ini telihat dari bagaimana upaya guru PPKn mendidik dan memberikan teladan kepada peserta didik agar memiliki sikap yang baik guna menjadi warga negara yang baik pula. Menurut (Numan Somantri dalam Wahab dan Sapriya, 2011, hlm. 311) melukiskan warga negara yang baik adalah warga negara yang patriotik, toleran, setia terhadap bangsa dan negara, beragama, demokratis..., Pancasila sejati. Seperti yang dikemukakan (Wahab dan Sapriya, 2011, hlm. 313)... diharapkan bahwa semua dimensi kurikuler yang meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap dan

6 keterampilan sosial atau tindakan (action) dapat terjadi dalam proses pembelajaran PKn. Maka dari itu peran guru sangat dibutuhkan untuk membentuk sikap peserta didik, terlebih kepada guru PPKn yang notabene memiliki kewajiban untuk mendidik moral serta sikap peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yakni bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selain itu, sebagaimana tujuan Pendidikan Kewarganegaraan yang terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 37 ayat (1) yakni Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangasaan dan cintan tanah air. Komitmen nasional tentang perlunya pendidikan karakter tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sampai saat ini Pendidikan Kewarganegaraan sudah menjadi bagian inheren dari instrumentasi serta praksis pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor value-based education. Jadi, dengan adanya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan hendaknya dapat mempersiapkan para peserta didik untuk menjadi warga negara yang baik dan cakap karakter, berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab. Pengetahuan dan keterampilan tidak cukup untuk menjadikan peserta didik dapat berinteraksi dengan baik terhadap lingkungan disekitarnya. Maka dari itu, guru haruslah memperhatikan pula kompetensi sikap peserta didik. Pengetahuan dan

7 keterampilan saja tidak cukup dalam membentuk peserta didik yang baik, oleh karena itu harus pula diupayakan dalam pencapaian kompetensi sikap Karakteristik Kurikulum 2013 salah satuya adalah adanya keseimbangan antara sikap, pengetahuan, dan keterampilan untuk membangun soft skills dan hard skills peserta didik dari mulai jenjang SD, SMP, SMA/ SMK, dan Perguruan Tinggi seperti yang diungkapkan Marzano (1985) dan Bruner (1960). Pada jenjang SD ranah attitude harus lebih banyak atau lebih dominan dikenalkan, diajarkan dan atau dicontohkan pada anak, kemudian diikuti ranah skill, dan ranah knowledge lebih sedikit diajarkan pada anak. Hal ini berbanding terbalik dengan membangun soft skills dan hard skills pada jenjang Perguruan Tinggi. Pada Perguruan Tinggi ranah knowledge lebih dominan diajarkan dibandingkan ranah skills dan attitude. PT SMA/SMK SMP SD Tabel 1.1 Keseimbangan antara Sikap, Keterampilan dan Pengetahuan untuk Membangun Soft Skills dan Hard Skills Knowledge Skill Attitude Knowledge Skill Attitude Knowledge Skill Attitude Knowledge Skill Attitude Sumber: Marzano (1985), Bruner (1960) dalam Materi Diklat Guru Implementasi Kurikulum 2013 Selanjutnya lebih diperjelas lagi dalam Permendikbud Nomor 57, 58, 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum SD, SMP, dan SMA secara umum tujuan matapelajaran PPKn pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah mengembangkan seluruh potensi peserta didik dalam seluruh dimensi kewarganegraan, yakni (1) Sikap kewarganegaraan termasuk keteguhan, komitmen, dan tanggungjawab kewarganegaraan (civic confidence, civic

8 commitment, and civic responsibility); (2) Pengetahuan kewarganegaraan; (3) Keterampilan kewarganegaraan termasuk kecakapan dan partisipasi kewarganegaraan (civic competence and civic rsponsibility). Kemudian berdasarkan Permendikbud tersebut, tujuan matapelajaran PPKn secara khusus yaitu supaya siswa mampu: 1. menampilkna karakter yang mencerminkan penghayatan, pemahaman, dan pengalaman nilai dan moral Pancasila secara personal dan sosial. 2. memiliki komitmen konstitusional yang ditopang oleh sikap positif dan pemahaman utuh tentang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. berpikir secara kritis, rasional dan kreatif serta memiliki semangat kebangsaan serta cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhineka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan 4. berpartisipasi secara aktif, cerdas, dan bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat, tunas bangsa, dan warga negara sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang hidup bersama dalam berbagai tantangan sosial budaya. Tujuan matapelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tersebut merupakan tugas dan tanggungjawab yang harus dicapai oleh seorang guru. Dalam upaya pencapaian tujuan tersebut diperlukan guru yang memiliki kompetensikompetensi dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Dengan memiliki kompetensi-kompetensi guru, khususnya kompetensi pedagogik maka proses pembelajaran di kelas dan pemahaman terahadap peserta didik dapat berjalan dengan baik. 1.2 Identifikasi Dan Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Pada saat sekarang ini, tidak sedikit ditemukan guru-guru yang mengajar hanya sekedarnya saja. Guru tidak mempersiapkan diri sebagai seorang guru yang memang benar-benar dijadikan teladan bagi pesarta didiknya. Maka dari itu, seorang guru diharuskan memiliki kompetensi guna dijadikan bekal dalam proses pembelajaran. Kompetensi guru tersebut merupakan

9 modal utama yang harus ada pada setiap guru. Jadi, dapat dikatakan guru yang profesional dituntut memiliki keempat kompetensi yang telah ditetapkan. Dalam proses pembelajaran, salah satu kompetensi yang harusnya dikuasai guru yakni kompetensi pedagogik. 2. Dalam proses pembelajaran, guru harus memiliki target yang harus dicapai. Pencapaian tersebut terdiri dari berbagai aspek, mulai dari aspek kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan. Ketiga kompetensi tersebut merupakan target yang benar-benar harus diperhatikan oleh seorang guru dalam mengajar. 3. Kompetensi sikap peserta didik mendapat perhatian penting sejalan dengan fungsi dan peran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai Value Based Education. 4. Kompetensi sikap pesarta didik yang menjadi target utama seorang guru adalah kompetensi sikap spiritual dan kompetensi sikap sosial. Kedua kompetensi ini merupakan modal utama bagi setiap pesarta didik untuk menjalankan kehidupannya, baik itu hubungan peserta didik dengan Tuhan Yang Maha Esa maupun dengan sesama manusia dalam kehidupan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah, maka yang menjadi rumusan masalah secara umum yaitu: Bagaimana kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran PPKn untuk pencapaian kompetensi sikap spiritual dan sosial peserta didik?. Agar penelitian ini lebih terfokus pada pokok permasalahan, maka masalah umum tersebut dijabarkan dalam subsub masalah yang sekaligus menjadi pertanyaan peneliti yakni sebagai berikut: 1. Bagaimana kompetensi pedagogik guru dalam perencanaan pembelajaran PPKn untuk pencapaian kompetensi sikap peserta didik? 2. Bagaimana kompetensi pedagogik guru dalam pelaksanaan pembelajaran PPKn untuk pencapaian kompetensi sikap peserta didik? 3. Bagaimana kompetensi pedagogik guru dalam penilaian pembelajaran PPKn untuk pencapaian kompetensi sikap peserta didik? 4. Bagaimana pencapaian kompetensi sikap peserta didik?

10 5. Apa kendala dan upaya yang dilakukan guru PPKn dalam mencapai kompetensi sikap peserta didik? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: Kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran PPKn untuk pencapaian kompetensi sikap spiritual dan sosial peserta didik. 1.3.2 Tujuan Khusus Berdasarkan tujuan umum di atas, peneliti menyimpulkan tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1. Kompetensi pedagogik guru dalam perencanaan pembelajaran PPKn untuk pencapaian kompetensi sikap peserta didik. 2. Kompetensi pedagogik guru dalam pelaksanaan pembelajaran PPKn untuk pencapaian kompetensi sikap peserta didik. 3. Kompetensi pedagogik guru dalam penilaian pembelajaran PPKn untuk pencapaian kompetensi sikap peserta didik. 4. Pencapaian kompetensi sikap peserta didik. 5. Kendala dan upaya yang dilakukan guru PPKn dalam mencapai kompetensi sikap peserta didik. 1.4 Manfaat/Signifikansi Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, baik dari segi teori, segi kebijakan, segi praktik, maupun dari segi isu serta aksi sosial. 1. Manfaat/signifikansi dari segi teori Memberikan manfaat secara teoritis, penelitian ini akan menggali dan mengkaji tentang bagaimana kompetensi pedagogik guru dalam proses pembelajaran PPKn. 2. Manfaat/signifikansi dari segi kebijakan

11 Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait guna meningkatkan kualitas guru di Indonesia. Kompetensi pedagogik guru ini sangat diperlukan dalam pembeljaran guna peningkatan kualitas pendidikan. 3. Manfaat/signifikansi dari segi praktis a. Memberikan masukan bagi guru, sebagai peningkatan kompetensi guru terutama dalam pembelajaran PPKn b. Memberikan masukan kepada kepala sekolah dalam merumuskan dan meningkatkan mutu pembelajaran PPKn. c. Para akademisi atau komunitas akademis, khususnya dalam bidang PPKn untuk bahan masukan kearah pengembangan PPKn sebagai disiplin ilmu. d. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman betapa pentingnya kompetensi guru, khususnya kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran PPKn. 4. Manfaat/signifikansi dari segi isu serta aksi sosial Penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti guna menambah wawasan keilmuan peneliti dibidang kompetensi guru, khususnya kompetensi pedagogik. Sehingga dalam melaksanakan pembelajaran di kelas, guru dapat semaksimal mungkin memberikan pembelajaran demi tercapainya tujuan pendidikan. 1.5 Strukrur Organisasi Tesis Struktur penulisan tesis yang akan ditulis terdiri dari 5 bab, yakni: Bab I membahas pendahuluan yang mendeskripsikan latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian, dan struktur organisasi tesis. Bab II membahas kajian pustaka yang meliputi; Kompetensi Pedagogik Guru, Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Kompetensi Sikap Spiritual dan Sosial, Penelitian Terdahulu, dan Paradigma Penelitian.

12 Bab III membahas tentang metode penelitian. Adapun sub bab yang dibahas dalam bab ini mencakup desain penelitian, partisipan dan tempat penelitian, pengumpulan data, analsis data, dan isu etik. Bab IV membahas tentang temuan dan pembahasan. Pada bab ini dibahas tentang gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian. Bab V membahas tentang kesimpulan dan rekomendasi. Pada bab ini dibagi menjadi tiga sub bab yaitu:(1) simpulan; (2) implikasi dan (3) rekomendasi.