BAB I PENDAHULUAN. dan pelatihan yang sesuai dengan prosedur pendidikan itu sendiri.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab

BAB II DESKRIPSI SMAN 10 TANGERANG Sejarah Berdirinya SMAN 10 Tangerang Seiring dengan otonomi daerah yang digulirkan pemerintah pusat maka

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

INFORMASI UJIAN NASIONAL DAN UJIAN SEKOLAH SMA TAHUN 2016 SMA NEGERI 23 PROVINSI DKI JAKARTA

Kata Pengantar. Jakarta, Desember Tim Penyusun

UJIAN NASIONAL SD/MI dan SDLB SMP/MTs, SMPLB, dan SMALB SMA/MA dan SMK Tahun Pelajaran 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

Tanya Jawab Pelaksanaan Ujian Nasional Wednesday, 28 December :24. Kata Pengantar

A. Latar Belakang. B. Tujuan Sosialisasi

BAHAN PRESS RELEASE PERSIAPAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SELAMAT DATANG ORANG TUA / WALI SISWA KELAS IX SMP ISLAM TERPADU PAPB SEMARANG

UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DENGAN SKS MODEL KONTINYU PADA PROGRAM PERCEPATAN DAN PENGAYAAN SMAN 2 KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017

I. PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas merupakan pendidikan yang dapat menghasilkan

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

PEMBUKAAN PENGANTAR KEPALA SEKOLAH AGENDA MENJELANG UNBK UJIAN PRAKTEK, USBN, UNBK DAN SNMPTN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru adalah pelaku utama dalam pendidikan, karena guru yang berinteraksi

PEMERINTAH KOTA KENDARI DINAS PENDIDIKAN NASIONAL

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peranan pendidikan telah dicantumkan oleh pemerintah secara

TANYA-JAWAB PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengelola suatu instansi/lembaga/perusahaan peran pegawai yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Madrasah Tsanawiyah Kifayatul Achyar

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

alam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi

Oleh : Sri Handayani NIM K

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keefektifan sekolah merupakan suatu gambaran sekolah yang mampu

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI 90 JAKARTA Sejarah berdirinya SMA Negeri 90 Jakarta

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan kajian awal yang memberi pengantar tentang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya sesuai dengan UU RI No. 20

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL ILMIAH. Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi. Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer. Disusun Oleh :

SIMULASI TENTANG CARA PENGISIAN SKP DOSEN TETAP YAYASAN. KOPERTIS WILAYAH I SUMATERA UTARA 29.d 30 JANUARI 2018

PERATURAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL NOMOR : 144 TAHUN 2015

PEDOMAN SISTEM PENERIMAAN DIDIK BARU SMA PLUS NEGERI 7 BENGKULU T.P. 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan ekonomi suatu Negara tidak lepas dari

SELAMAT DATANG PADA ACARA SOSIALISASI UN DAN SNMPTN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan akademik ini disusun untuk meningkatkan kualitas layanan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 1 Pare.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

UJIAN NASIONAL (UN) UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) DAN UJIAN SEKOLAH (US)

Semua anak usia sekolah memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan pada satuan pendidikan.

PROSIDING ISBN :

PERATURAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL NOMOR : 84 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jalan dan drainase, sesuai dengan visi dari SKPD (Surat Keputusan. Bina Marga dan Pengairan yang tertuang dalam SKPD :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu Perusahaan maupun Badan Kepegawaian. tentu membutuhkan karyawan agar mampu melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Kata Pengantar. Jakarta, Januari Tim Penyusun

KELULUSAN. Selasa, 4 Februari 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Jenis Usaha, Nama Perusahaan, Lokasi

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Tuntutan itu sangat wajar dan masuk akal serta bukan termasuk isu

UJIAN NASIONAL. SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, DAN SMK 2007/2008

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DENGAN SKS PROGRAM PERCEPATAN DAN PENGAYAAN SMAN 2 KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

NOMOR : % TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Baru-baru ini, banyak sekolah pada tingkat menengah atas di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. adalah rendahnya tingkat kinerja pegawai struktural di Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung Barat.

BIDANG KURIKULUM ( Sugiyanta (SMAN 48 Jakarta) /

SOSIALISASI UJIAN NASIONAL (UN) DAN UJIAN SEKOLAH (US) TAHUN 2015 SUKSES US, UN DAN SNMPTN 2015

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi

NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

Sosialisasi Penyelenggaraan UJIAN NASIONAL. dipersiapkan oleh. Badan Standar Nasional Pendidikan Kementrian Pendidikan Nasional, Republik Indonesia

UJIAN NASIONAL bagi SD/MI/SDLB dan SMA/MA-SMP/MTs/SMPLB-SMALB-SMK

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu negara berkembang. Hal ini berarti juga bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BREBES SMA NEGERI 1 BUMIAYU website :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB III GAMBARAN UMUM SMA SANTA THERESIA. Pos No.2, sebuah sekolah yang didirkan oleh para biarawati Ursulin pada tahun 1960.

1) Identitas Sekolah

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 64 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66

P E N U T U P BAB V. 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah dunia menunjukkan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. masih rendahnya mutu atau kualitas pendidikan, hal ini dapat dilihat dari hasil

BAB I. Pendahuluan. Dalam kehidupan sehari-hari kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang sesuai dengan prosedur pendidikan itu sendiri. Pengertian pendidikan menurut undang-undang No. 20 tahun 2003 adalah sebuah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, membangun kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara. Jalur pendididikan menurut UU No. 20 tahun 2003 disebutkan terdiri atas pendidikan formal, non formal dan informal. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik. Kondisi pendidikan Nasional Indonesia saat ini tergambar jelas dari paparan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies R.Baswedan, PhD yang disampaikan dalam silaturahmi kementrian dengan Kepala Dinas Pendidikan di Jakarta pada tanggal 1 Desember 2014, pernyataan beliau berjudul Gawat Darurat Pendidikan di Indonesia. Pernyataan beliau berdasarkan data-data sebagai berikut:

2 1. Indonesia termasuk 10 Negara berkinerja terendah, yaitu menduduki peringkat 40 dari 40 negara pada pemetaan The Learning Curve tahun 2013. 2. Indonesia menduduki peringkat 64 dari 65 negara dilihat dari Tren Kinerja Indonesia pada pemetaan PISA sampai dengan tahun 2012 dalam bidang Matematika, sains dan membaca. 3. Indonesia menduduki peringkat 49 dari 50 negara pada pemetaan mutu pendidikan tinggi. 4. Nilai rata-rata Uji Kompetensi Guru tahun 2012 sebesar 44,5 dengan standar yang diharapkan 70. 5. 75% sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar layanan minimal pendidikan. 6. Menurut UNESCO pada tahun 2012 dinyatakan bahwa minat baca orang Indonesia hanya 0,001 atau sama dengan 0,1%. Berdasarkan pernyataan dan data yang disampaikan oleh menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut, jelas menunjukkan ada masalah yang sangat serius di bidang pendidikan diseluruh wilayah Indonesia tanpa terkecuali satu wilayahpun dimana semua dinyatakan gawat darurat, yang membutuhkan perhatian dan penyelesaian seluruh unsur yang terkait dengan pendidikan. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 10 Kota Tangerang adalah bagian dari sistem pendidikan di Indonesia, sehingga logikanya kalau dinyatakan gawat darurat pendidikan di Indonesia, berdasarkan data-data yang disampaikan oleh Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, berarti kondisi dan data tersebut terjadi di seluruh sekolah di Indonesia tidak terkecuali di SMAN

3 10 Tangerang. Untuk itu penulis akan mecoba meneliti beberapa data di SMAN 10 Tangerang terutama yang terkait dengan fakta kinerja guru, kompetensi guru, standar layanan minimal pendidikan terkait delapan Standar Nasional Pendidikan dan data-data lainnya yang diperlukan. Data pertama yang akan penulis teliti di SMA Negeri 10 adalah terkait dengan data kinerja guru. Kinerja guru, tercermin dalam penilaian kinerja pendidik dan tenaga kependidkan. Penilaian Kinerja pendidik dan tenaga kependidikan di SMAN10 mengikuti sistem penilaian kinerja PNS, karena mayoritas pendidik di SMAN 10 adalah PNS. Penilaian kinerja PNS menggunakan beberapa bentuk penilaian diantaranya: 1. DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan). 2. Berdasarkan Peraturan Menteri no.16 tahun 2009, tetang PKG (penilaian Kinerja Guru) maka DP3 diganti dengan PKG. 3. Berdasarkan PP 46 tahun 2011, sistem penilaiannya diganti dengan SKP (Sasaran Kinerja Pegawai) dengan bobot 60% dan PKP (Penilakan Kinerja Pegawai) dengan bobot 40%. Data hasil penilaian kinerja guru yang dilakukan oleh kepala sekolah berdasak aspek kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa, kepemimpinan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 dapat dilihat pada grafik penilaian kinerja pada gambar 1.1 berikut ini :

4 Nilai Kinerja 85,61-84,22-83,00-2012 2013 2014 Tahun Gambar 1.1 Grafik Hasil Penilaian Kinerja Guru SMAN 10 Tangerang Sumber: Tata Usaha SMAN 10 (2015) Berdasarkan Grafik hasil penilaian kinerja seperti terlihat pada gambar 1.1 menunjukkan tren kinerja yang selalu naik dari tahun 2012, 2013 dqn 2014. digunakan untuk mengurus kenaikan pangkat atau golongan. Hasil penilaian ini tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya karena Kepala Sekolah hanya memerintahkan kepada TU agar nilai kinerja setiap tahun dinaikkan satu atau dua poi,bukan berdasarkan fakta kinerja sebenarnya. Hal ini terjadi karena kepala sekolah pada umumnya tidak tega bila ada gurunya yang tidak bisa naik golongan karena nilai kinerja yang diberikan oleh Kepala Sekolah tetap atau turun. Selain itu Kepala Sekolah juga akan mendapat teguran bila nilai kinerja grurunya tetap atau turun, terutama terkait sejauh mana kepala sekolah dapat membina bawahannya.

5 Sehingga penulis tidak bisa memakai data penilaian kinerja yang ada di sekolah untuk mengidentifikasi apakah ada permasalahan kinerja atau tidak di SMAN 10 Tangerang, karena datanya kurang obyektif. Untuk mendapatkan data yang kemungkinannya lebih obyektif terkait kinerja guru, penulis menggunakan data jumlah siswa yang masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) untuk mengidentifikasi kinerja guru di SMAN 10, dasar pertimbangannya adalah : 1. Jalur undangan masuk PTN diseleksi berdasarkan pada nilai rapor siswa dan prestasi lain yang mendukung. Nilai rapor siswa yang dijadikan dasar seleksi adalah nilai rapor siswa mulai dari kelas X sampai dengan nilai rapor kelas XII semester 1, atau nilai rapor selama 5 semester. Nilai rapor adalah hasil kinerja guru pada kegiatan evaluasi, sehingga bila semakin banyak siswa yang masuk PTN melalui jalur undangan menunjukkan semakin meningkatnya kinerja guru mulai dari perencanaan, pelaksanan sampai dengan evaluasi yang hasilnya dapat dilihat pada nilai rapor. 2. Jalur ujian tertulis yang didasarkan pada kemampuan siswa mengerjakan soal, juga merupakan hasil kinerja guru. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Nusantari (2012), bahwa siswa kelas XII SMAN di Kota Semarang memiliki persepsi bahwa kinerja guru dapat mempengaruhi hasil UN dan hasil seleksi masuk PTN, sampai 83,81 %. Sedangkan Anjar (2010) meneliti bahwa peran kinerja guru BK / konselor berpengaruh signifikan dalam menyiapkan siswa SMA mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri, dimana pada sekolah yang diteliti yaitu SMA Muhammadiyah I Metro

6 menunjukkan bahwa peran guru BK belum optimal dalam membantu siswa untuk siap mengikuti ujian masuk PTN sehingga hasilnya rata-rata prosentase kesiapan siswa hanya 26,84% berada pada kategori tidak siap mengikuti ujian masuk PTN. Hasil penelitian Muis (2012), menunjukkan bahwa koefisien regresi pengaruh motivasi belajar sebesar 0,738 dan pengaruh kinerja guru sebesar 0,34 terhadap prestasi siswa SMAN 16 Jakarta dalam UN dan Seleksi Masuk PTN. 3. Peraturan pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang standar pendidikan Nasional yang dijadikan rujukan untuk mengukur kinerja sekolah dan kinerja guru, sebagaimana tertuang dalam pasal 2 ayat 8 yaitu ada 8 Standar Pendidikan nasional, salah satunya adalah standar kompetensi lulusan. Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan lagi dalam Permen 23 tahun 2006, yang berisi: Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL SP) dan Standar Kompetensi Lulusan Kelompok Mata pelajaran (SK-KMP). a. Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan untuk SMA, bahwa kompetensi lulusan yang diharapkan mampu menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik dan mampu menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk pendidikan tinggi. b. Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran untuk SMA, didalamnya diuraikan bahwa kompetensi yang sikap kompetitif, sportif dan etos kerja untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam bidang IPTEK. Seleksi masuk PTN baik melalui jalur undangan maupun tes tertulis dapat

7 mengukur kompetensi lulusan dalam berkompetisi dengan pesaing dari seluruh siswa di Indonesia. 4. Visi dan Misi SMAN 10, dimana pada misi ke 3 berbunyi mengantarkan siswa ke PTN dan PTS favorit. Data jumlah siswa SMAN 10 Tangerang yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN), dapat dilihat pada Gambar 1.2 berikut ini. Prosen- 24,5 tase Siswa Masuk 19,7 PTN 13,6 15,2 13 13,2 9,5 12,2 4,1 4,8 2,0 3,7 8,5 2012 2013 2014 2015 =Jalur undangan =Jalur Tes & Mandiri =Total diterima PTN Gambar 1.2.Posentase Jumlah Siswa SMAN 10 Tangerang Diterima PTN Sumber : Data Bimbingan dan Konseling SMAN 10 Tangerang (2015) Data pada Gambar1.2 menunjukkan adanya penurunan prosentase siswa yang diterima di PTN melalui jalur undangan dari 4,1 % dan 4,8% pada tahun 2012, 2013 menjadi 2% dan 3,7% pada tahun 2014, 2015. Seleksi melalui Jalur undangan berdasarkan nilai raport semester 1 sampai dengan semester 5. Nilai raport merupakan hasil dari kinerja guru, sehingga penurunan jumlah siswa yang masuk melalui jalur undangan merupakan indikator penurunan kinerja guru.

8 Berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan untuk SMA, bahwa kompetensi lulusan yang diharapkan mampu menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik dan mampu menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan tinggi. Seleksi masuk PTN melalui jalur undangan dapat mengukur kompetensi lulusan dalam berkompetisi dengan pesaing dari seluruh siswa di Indonesia. Bila jumlah siswa yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri menurun berarti kompetensi lulusannya menurun, merupakan indikator bahwa kinerja guru menurun. Berdasarkan Visi dan Misi SMAN 10, dimana pada misi ke 3 berbunyi mengantarkan siswa ke PTN dan PTS favorit dan data menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang masuk PTN favorit melalui jalur undangan pada 2 tahun terakhir. Kinerja merupakan pencapain pelaksanaan program untuk mewujudkan tujuan, visi dan misi organisasi. Pencapain misi mengantarkan siswa ke PTN menurun, berati terjadi penurunan kinerja guru di SMAN 10 Tangerang pada tahun 2014 dan 2015. Kinerja guru mata pelajaran di SMAN 10 Tangerang juga dapat dilihat dari data jumlah siswa yang lulus seleksi olimpiade dan jumlah guru yang mampu membimbing siswanya lulus seleksi Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat Kabupaten/ kota, tingkat Propinsi dan tingkat Nasional. Kinerja guru pembimbing OSN mudah dilihat prestasi kinerjanya, karena kinerja guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi pembelajaran hanya dilakukan oleh 1 orang guru, sehingga bila siswa bimbingannya mampu lolos seleksi olimpiade berarti guru tersebut berkinerja baik dan bila tidak mampu meluluskan

9 siswa bimbingannya berarti kinerja guru tersebut rendah. Pembimbing olimpiade dapat disamakan dengan pelatih, kinerja pelatih dilihat dari menang atau kalahnya yang dilatih saat bertanding. Data jumlah siswa berprestasi lulus seleksi OSN dan jumlah guru yang berprestesi membimbing siswanya lulus OSN tingkat Kota dapat dilihat pada Gambar 1.3 berikut ini: Jumlah Guru dan Siswa Berpres- Tasi (OSN) 5-4- 3-2- 1-0 2011 2012 2013 2014 2015 =Siswa =Guru Pembimbing Olimpiade Gambar 1.3. Jumlah Siswa Lulus OSN dan Jumlah Guru Pembimbing OSN Yang Berhasil Membimbing Siswanya Lulus OSN Tingkat Kota Sumber : Data Bimbingan dan Konseling SMAN 10 Tangerang (2015) Berdasarkan Data pada Gambar 1.3. terlihat bahwa selama tahun 2011, 2012, 2013, tidak ada siswa dan guru yang berhasil di OSN tingkat Kota. Pada Tahun 2014 ada 1 orang guru yang berhasil membimbing 1 siswanya lulus OSN dan pada tahun 2015, ada 2 orang guru yang mampu membimbing 4 siswanya lulus OSN tingkat Kota. Untuk OSN tingkat Propinsi dan Nasional, belum pernah

10 ada guru yang mampu membimbing siswanya lulus OSN. Jumlah guru pembimbing OSN setiap tahunnya ada 8 orang guru. Hal ini berarti hanya sedikit guru pembimbing OSN yang berkinerja baik, tetapi lebih banyak guru pembimbing OSN yang kinerjanya kurang baik. Selain bermakna kinerja guru rendah, data tersebut dapat diartikan juga adanya kompetensi guru yang rendah dimana guru bidang studi yang diberi tugasi sesuai kompetensi bidang studinya tidak mampu meluluskan siswanya dalam seleksi olimpiade. Kinerja guru yang belum maksimal dan menurun di SMAN 10 Tangerang dapat disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Mangkunegara (2009) faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan dan faktor motivasi. Kemampuan atau kompetensi guru di SMAN 10 Tangerang, dapat dilihat berdasarkan data jumlah guru yang lulus Uji Kompetensi Guru (UKG). Uji Kompetensi Guru ( UKG) dilaksanakan untuk memperoleh gambaran kompetensi guru, sehingga pemerintah pada tahun 2012 lalu mengadakan Uji Kompetensi Guru terhadap 1,6 juta guru di Indonesia dengan standar kelulusan minimal 70, hasilnya terdapat 56.913 guru lulus UKG atau sebesar 3,55% dan 96,45% guru tidak lulus UKG. Menurut Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kementrian pendidikan dan Kebudayaan, Sumarna Surapranata, hasil ini disebutnya kurang memuaskan. Uji Kompetensi Guru (UKG) dilakukan serentak di Indonesia baik guru di sekolah negeri maupun sekolah swasta dari tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah atas untuk memotret kompetensi

11 guru-guru di Indonesia. Guru SMAN 10 yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) juga sudah mengikuti Uji Kompetensi Guru (UKG) pada tahun 2012 tersebut. Hasil UKG guru SMAN 10 seperti pada Tabel 1.2 berikut ini. Tabel 1.2. Data Hasil Uji Kompetensi Guru SMAN 10 Tangerang Tahun 2012 Jumlah guru peserta UKG Jumlah guru lulus UKG Prosentase Lulus Prosentase tidak lulus 40 2 5 % 95% Sumber : Bagian Kurikulum SMAN 10 Tangerang (2015) Bila data ini dibandingkan dengan data hasil UKG tingkat nasional dimana terdapat 3,55% guru yag lulus UKG, maka data di SMAN 10 tidak jauh berbeda dengan data nasional dimana terdapat 5 % guru yang lulus UKG dan 95% guru tidak lulus UKG. Dari data tersebut jelas terlihat bahawa 95 % guru SMAN 10 Tangerang belum lulus Uji Kompetensi Guru, sehingga dapat diartikan pula bahwa 95% guru SMAN 10 Tangerang belum memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan pemerintah atau memiliki kompetensi yang rendah. Dari data menurunnya kinerja guru dikaitkan dengan data rendahnya kompetensi guru yang tercermin ada 95% guru yang tidak lulus uji kompetensi guru, semakin memperkuat pendapat Mangkunegara (2009:93) bahwa faktor kompetensi adalah faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian kinerja. Apakah pendapat Mangkunegara tersebut benar atau tidak, inilah yang akan penulis teliti lebih lanjut.

12 Faktor kedua yang dapat mempengaruh kinerja, yaitu faktor motivasi. Data yang paling umum disajikan dalam mengidentifikasi apakah ada permasalahan motivasi atau tidak, salah satunya diambil dari data absensi harian guru atau karyawan. Setelah penulis amati data absen harian pendidik (guru) dan tenaga kependidikan di SMAN 10, penulis tidak menemukan adanya permasalahan motivasi kerja guru, dimana presensi atau kehadiran guru semuanya baik. Timbul pertanyaan lagi apakah data absensi yang ada di SMAN 10 obyektif seperti fakta kehadiran guru yang sebenarnya? Data absensi gurunya masih bersifat manual dengan tanda tangan dan tidak ada catatan jam kehadiran, sehingga datanya kurang akurat. Apalagi data absensi guru terkait juga dengan kenaikan pangkat, sehingga semua guru berusaha untuk mengisi tanda tangan kehadiran guru. Penulis mencari data kehadiran guru yang tidak terkait dengan kenaikan pangkat, sehingga kalau tidak tanda tangan absen tidak bermasalah. Data yang penulis dapati adalah data kehadiran guru pembimbing Olimpiade Sains Nasional (OSN), seperti terlihat pada Tabel 1.3 berikut ini. Tabel 1.3. Presensi Pelatih Tim Olimpiade SMA Negeri 10 Tangerang Tahun 2013-2014 Bulan Februari April Guru Mapel Jumlah Kehadiran Jumlah Total Kewajiban Hadir Prosentase Kehadiran Fisika 4 24 16 % Matematika 10 24 41% Biologi 20 24 83% Ekonomi 7 24 29% Kimia 8 24 33% Kebumian 6 24 25% Astronomi 6 24 25% Komputer 0 24 0% Sumber : Bagian Kurikulum SMAN 10 Tangerang (2014)

13 Berdasarkan data pada Tabel 1.5 jelas terlihat seluruh guru pelatih olimpiade kehadirannya dibawah 100%, bahkan selain guru biologi, prosentase kehadirannya dibawah 42 %. Bila data ini digabung dengan data tabel 1.3 dimana 75-100% guru pembimbing olimpiade sains gagal meluluskan siswa bimbingannya untuk lulus olimpiade sains nasional, hal ini menunjukkan rasa kurang bertanggung jawab pada proses dan hasil kerjanya serta tidak menginginkan hasil kerja yang lebih baik. Fenomena seperti ini merupakan indikator rendahnya motivasi berprestasi, walaupun hanya terbatas pada data guru pembimbing olimpiade. Selain faktor sumber daya manusia berupa kompetensi dan motivasi guru yang dapat mempengaruhi kinerja guru, ada faktor sumber daya lainnya yang mungkin mempengaruhi kinerja guru. Menurut Wibowo (2014:87) pelaksanaan kinerja berlangsung dalam satu lingkungan internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan kinerja. Kinerja suatu organisasi tidak hanya dipengaruhi oleh sumber daya manusia didalamnya, tetapi juga dipengaruhi oleh sumber daya lainnya seperti peralatan atau sarana prasarana. Kondisi Sarana prasarana pendidikan di SMAN 10 Tangerang dapat dilihat dari rangkuman hasil EDS (Evaluasi Diri Sekolah) tahun 2014 yang dikomparasikan dengan kriteria Standar Pelayanan Pendidikan seperti yang tercantum dalam Lampiran Permendikbud Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA. Rangkuman hasil EDS tersebut seperti yang terlihat pada Tabel 1.6 berikut ini.

14 Tabel 1.4. Data Hasil Evaluasi Diri Sekolah (EDS) Standar Sarana Dan Prasarana SMAN 10 Tangerang Tahun 2014 Berdasarkan Standar Pelayanan Pendidikan Pada Lampiran Permendikbud Nomor 24 Tahun 2007 Sarana Prasarana Kriteria 1. Lahan Rasio minimum luas lahan terhadap peserta didik (m 2 /peserta didik) 2. Bangunan Rasio minimum luas lantai bangunan terhadap peserta didik 3. Keleng kapan Sarana Prasarana (m 2 /peserta didik) 1.Ruang kelas Jumlah minimum ruang kelas sama dengan jumlah rombel (24) Standar Pelayanan Minimum Fakta di SMAN 10 Tangerang Pemenuhan Standar Minimal 7,0 3,7 Belum memenuhi 4,2 1,8 Belum memenuhi 24 12 (12 rombel pagi dan 12 siang) Belum memenuhi 2.Ruang Laboratorium Biologi 3.Ruang Laboratorium Fisika 4.Ruang Laboratorium Kimia Ada,1 Ruang Ada,1 Ruang Ada,1 Ruang 3 laborato rium ditem patkan dalam1 ruang seukuran 1 ruang kelas Belum memenuhi Belum memenuhi Belum memenuhi 5.Jamban 1 unit untuk 40 siswa pria dan 1 unit untuk 30 wanita 1 unit untuk 107 siswa pria dan 1 unit untuk 109 wanita Belum memenuhi 6.Pepustakaan Luas minimal 1,5 x ruang Luas 0,5 x ruang kelas Belum memenuhi kelas Sumber : Hasil EDS Bidang Sarana Prasarana SMAN 10 Tangerang (2014) yang sudah diolah

15 Dari data tersebut menunjukkan beberapa sarana dan prasarana seperti lahan, bangunan, jumlah ruang kelas, ruang laboratorium dan jamban belum memenuhi standar layanan pendidikan minimal. Sarana dan prasarana yang belum memenuhi standar pelayanan minimal akan sangat berdampak pada kinerja guru dalam proses belajar mengajar. Kekurangan ruang laboratorium berdampak pada kinerja guru terutama minimnya pembelajaran praktik bidang studi Fisika, Kimia, dan Biologi, karena harus bergantian jadwal praktik diantara ketiga mata pelajaran tersebut. Kekurangan 12 ruang kelas, yang berdampak pada 12 rombel masuk pagi dan 12 rombel harus masuk siang, sangat mempengaruhi kinerja guru terutama pada pengurangan waktu mengajar guru dan waktu belajar siswa per jam, dimana untuk satu jam pelajaran untuk SMA standarnya 45 menit per jam pelajaran. Faktanya terpaksa dikurangi dari 45 menit/jam, karena bila dipaksakan 45 menit per jam pelajaran, maka siswa shift siang akan pulang dari sekolah setelah waktu maghrib. Pengurangan waktu tersebut, seperti terlihat pada Tabel 1.5 berikut ini.

16 Tabel 1.5. Waktu Belajar di SMA Negeri 10 Tangerang Tahun Pelajaran 2015/2016 Hari Jam ke Waktu belajar / jam untuk shift pagi Jam ke Waktu belajar/ jam untuk shift siang Senin 1-8 40 menit 1-5 6-8 40 menit 30 menit Selasa 1-8 40 menit 1-5 6-8 40 menit 30 menit Rabu 1-8 40 menit 1-5 6-8 40 menit 30 menit Kamis 1-7 40 menit 1-7 40 menit Jumat 1-7 40 menit 1-7 40 menit Sabtu 1-7 40 menit 1-7 40 menit Sumber : Bagian Kurikulum SMAN 10 Tangerang (2015) Dari Tabel 1.6 jelas terlihat bahwa setiap jam pelajaran baik rombel pagi maupun siang dikurangi 5 menit dari 45 menit sehingga menjadi 40 menit per jam pelajaran, bahkan untuk rombel siang ada yang dikurang 15 menit sehingga menjadi 30 menit per jam pelajaran. Pengurangan waktu akan berdampak pengurangan proses belajar, dan pengurangan proses belajar akan berdampak pada pengurangan kuantitas dan kualitas kinerja guru dan pengurangan hasil belajar siswa. Dari kajian adanya fenomena gap di SMAN 10 Tangerang terkait kompetensi, motivasi, sarana prasarana pendidikan dan kinerja penulis tertarik untuk meneliti Pengaruh Kompetensi, Motivasi dan Sarana Prasarana terhadap Kinerja Guru di SMAN 10 Tangerang. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan terdahulu, penulis dapat mengidentifikasi beberapa masalah yang ada di SMA Negeri 10 Tangerang, antara lain:

17 1. Adanya fluktuasi kinerja guru di SMAN 10, yang ditunjukkan dengan naik turunnya prosentase jumlah lulusannya yang masuk perguruan tinggi negeri, dimana terjadi kenaikan pada tahun 2012 ke 2013 dari 13,4% menjadi 24,5% dan menurun pada tahun 2014,2015 menjadi 15,2% dan 12,2%. sehingga belum ada trend positif kinerja guru. Kinerja guru yang belum maksimal dapat dilihat dari masih tingginya prosentase guru yang gagal membimbing siswa lulus olimpiade sains sebesar 75-100%. 2. Masih rendahnya kompetensi guru SMAN10 Tangerang, yang ditunjukkan dengan data dimana 95 % guru tidak lulus Uji Kompetensi Guru (UKG) pada tahun 2012 dan data tingginya prosentase guru yang gagal membimbing siswanya lulus olimpiade sains sebesar 75-100%. 3. Masih rendahnya motivasi guru SMAN 10 Tangerang untuk berprestasi, yang ditunjukkan dengan rendahnya prosentase kehadiran guru pembimbing olimpiade sains yaitu rata-rata dibawah 42% dan tingginya prosentase guru pembimbing olimpiade yang gagal meluluskan siswanya lulus selekasi olimpiade sains yaitu 75-100%. 4. Masih belum terpenuhinya standar pelayanan minimal pendidikan pada standar sarana prasarana SMAN 10 Tangerang, yang ditunjukkan pada kurang luasnya lahan kurang luasnya bangunan, kurangnya jumlah ruang kelas, belum adanya ruang khusus laboratorium biologi, laboratorium kimia, laboratorium fisika, kurang luasnya ruang perpustakaan dan kurangnya jumlah jamban untuk peserta didik pria dan wanita

18 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan hasil identifikasi masalah, dimana ada permasalahan terkait kinerja guru, kompetensi guru, motivasi guru dan sarana prasarana yang belum memenuhi standar pelayanan pendidikan di SMAN 10 Tangerang, maka penulis dapat merumuskan permasalahan yang ada adalah sebagai berikut : 1. Apakah kompetensi guru berpengaruh terhadap kinerja guru di SMA Negeri 10 Tangerang? 2. Apakah motivasi guru berpengaruh terhadap kinerja guru di SMA Negeri 10 Tangerang? 3. Apakah sarana prasarana pendidikan berpengaruh terhadap kinerja guru di SMA Negeri 10 Tangerang? 4. Apakah kompetensi guru, motivasi guru, dan sarana prasarana pendidikan secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja guru di SMA Negeri 10 Tangerang? 1.4. Maksud dan Tujuan Penelitian Pembahasan masalah yang akan diteliti dan dikaji oleh penulis, tidak lepas dari tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pengaruh kompetensi guru terhadap kinerja guru di SMA Negeri 10 Tangerang. 2. Menganalisis pengaruh motivasi guru terhadap kinerja guru di SMA Negeri 10 Tangerang. 3. Menganalisis pengaruh sarana prasarana pendidikan terhadap kinerja guru di SMA Negeri 10 Tangerang.

19 4. Menganalisis pengaruh kompetensi, motivasi, dan sarana prasarana pendidikan secara bersama-sama terhadap kinerja guru di SMA Negeri 10 Tangerang. 1.5. Manfaat dan Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi berupa manfaat sebagai berikut: 1. Pengembangan teori Manajemen Sumber Daya Manusia, khususnya berkaitan dengan masalah kompetensi, motivasi dan sarana prasarana terhadap kinerja individu. 2. Memberikan input positif kepada pihak SMAN 10 Tangerang guna perbaikan kompetensi guru, motivasi guru, sarana prasarana pendidikan dan kinerja guru. 3. Memberikan informasi kepada peneliti berikutnya dalam mengadakan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan penelitian kinerja, kompetensi, dan sarana prasarana.