PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA HASIL BELAJAR TATA RIAS FANTASI DI SMKN 1 BUDURAN SIDOARJO

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGUNAAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA STANDAR KOMPETENSI MELAKUKAN DEPILASI DI KELAS XI SMKN 6 SURABAYA

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI DASAR PEWARNAAN RAMBUT DI KELAS XI SMK NEGERI 3 BLITAR

e- Journal. Volume 03 Nomer 01 Tahun 2014, Edisi Yudisium Periode Februari 2014, hal

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

PENERAPAN LEMBAR KEGIATAN SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR PEMANGKASAN RAMBUT DASAR DIAGONAL KE DEPAN DI SMK NEGERI 2 LUMAJANG

PENGARUH MEDIA GAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR RIAS WAJAH PANGGUNG DI SMK NEGERI 4 MADIUN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI PEWARNAAN RAMBUT ARTISTIK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2016,

Agung Listiadi dan Friska Imelda Sitorus Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya ABSTRAK

e-journal. Volume 02 Nomor 03 Tahun 2013, edisi yudisium periode Oktober 2013, hal 1-7

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 03, pp , September 2014

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No.2 pp May 2013

Afif Yuli Candra Prasetya dan Suliyanah Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray

JPTM. Volume 05 Nomor 02 Tahun 2016, 56-61

Oleh Rina Ermayanti 1, Otang Kurniaman 2, Lazim N 3

e- Journal. Volume 04 Nomer 02Tahun 2015, Edisi Yudisium Periode Juni 2015, hal 22-28

e-journal. Volume 06 Nomor 03 Tahun 2017, Edisi Yudisium Periode Agustus 2017, Hal 57-62

Penerapan Model Pembelajaran Aktif Tipe Guided Teaching

e-journal. Volume 02 Nomor 03 Tahun 2013, edisi yudisium periode Oktober 2013, hal 50-55

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No. 3 pp September 2013

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII MTS AR-RAHMAN NGLABAN JOMBANG

e-journal Volume 07 Nomor 1 Tahun 2018, Edisi Yudisium Periode Februari, hal 19-24

PENERAPAN PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PECAH POLA KEBAYA MODIFIKASI PADA SISWA KELAS XII DI SMKN 1 BUDURAN

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI LUAS PERMUKAAN PRISMA DAN LIMAS DI SMP

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PETA DI KELAS V SDN 002 BAGAN BESAR DUMAI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS IIC SDN 91 PEKANBARU

e-journal. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2016, Edisi Yudisium Periode Agustus 2016, Hal 23-32

e-journal. Volume 02 Nomor 03 Tahun 2013, edisi yudisium periode Oktober 2013, hal 8-16

PELATIHAN TATA RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MEMBEKALI SKILL

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 15 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

Keywords: cooperative of snowball throwing, student activity, teacher activity, learning achievement, and seafood dishes.

e-journal. Volume 03 Nomor 03 Tahun 2014, Edisi Yudisium Periode Oktober 2014, Hal 62-70

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 2, pp May 2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SDN 77 PEKANBARU

Edu Elektrika Journal

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Vol. 02 No. 03 Tahun 2013, 50 54

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X MA. HIDAYATUSSIBYAN NW

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

CATUR WULANDARI S1.Pendidikan Tata Rias, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya

PENINGKATAN KETERAMPILAN MERIAS WAJAH KARAKTER MELALUI PELATIHAN BAGI SISWA KELAS XI TATA KECANTIKAN RAMBUT SMK NEGERI 1 LAMONGAN

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III

Siska Puspita Dewi, Wartono, dan Hartatiek Universitas Negeri Malang

Harun Nasrudin 1, Choirun Nisa 2.

PEMBERIAN TUGAS DAN RESITASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGAMBAR TEKNIK DASAR PADA SISWA SMK NEGERI 1 MERDEKA BERASTAGI

e- Journal. Volume 03 Nomer 01 Tahun 2014, Edisi Yudisium Periode Februari 2014, hal

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI IPA MAN SUMENEP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

Muhammad Habibi Rio Andika*,Hendar sudrajat**, M. Rahmad** ABSTRACT

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No.2, pp , May 2015

PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG ARTIKEL OLEH: ZUMRATUN HASANAH

BioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN FISIKA MATERI KALOR TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENALAR DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI MODEL PICTURE AND PICTURE

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 4 WONOSARI MELALUI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISONS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MAN 2 BOJONEGORO PADA MATERI MEMBUAT POLA JAKET.

PEMBELAJARAN LANGSUNG DITUNJANG MEDIA VIDEO PADA KOMPETENSI MEMBUAT POLA DASAR BADAN ATAS TEKNIK DRAPING DI KELAS X BUSANA BUTIK 2 SMKN 6 SURABAYA

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA SUB KOMPETENSI PENGERITINGAN DESAIN SELANG SELING PADA SISWA KELAS XI KECANTIKAN SMK AIRLANGGA SIDOARJO

Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif

Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Solving

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA SUB KOMPETENSI MENGGAMBAR DESAIN CELANA DI SMK NEGERI 1 KERTOSONO

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENATAAN SANGGUL MODIFIKASI CIWIDEY DI SMK NEGERI 1 SOOKO MOJOKERTO

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING PERMAINAN CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 05 METRO SELATAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA BIOLOGI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI METODE DEMONSTRASI

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR TEMATIK SISWA JURNAL. Oleh

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6 No. 1, pp January 2017

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGAMBAR PROPORSI TUBUH MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN DRILL KELAS X BUSANA 2 SMKN 3 BLITAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS II SDN TAMBAKSARI I KOTA SURABAYA

HASIL BELAJAR KOGNITIF FISIKA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA MATERI POKOK KINEMATIKA DI KELAS XI IPA MAN I PEKANBARU

THE USE OF POSITIVE NEGATIVE CARDS TO INCREASE LEARNING ACHIEVEMENT OF INTEGERS FOR FOURTH GRADE STUDENTS

Ismarti 1, Raja Rizca Gusfyana 1. Indonesia Abstrak

Key words: method, activity, achivement i

PENERAPAN MODEL MASTERY LEARNING BERBANTUAN LKPD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK DI KELAS VIII.3 SMP NEGERI 4 KOTA BENGKULU

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MELALUI DIRECT INSTRUCTIONAL PADA MATAKULIAH PENGANTAR AKUNTANSI

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT ( TGT) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SMA

(THE DIFFERENCE OF THE STUDENTS RESULT OF LEARNING PROCESS USE GUIDED INQUIRY MODEL AND FREE INQUIRY ON THE ENVIROMENTAL CHANGES)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MERIAS WAJAH PANGGUNG PADA SISWA TUNARUNGU di SMA LB-B KARYA MULIA SURABAYA

Edu Geography 3 (3) (2015) Edu Geography.

Heni Lailatul Badriah, Sudarti, Bambang Supriadi

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON KELAS X SMA PGRI PEKANBARU

Anna Hartati MTs Negeri Barabai Abstract

JURNAL. Oleh. Naelal Ngiza NIM

Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 03 SUAYAN TINGGI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN PKn DI SD NEGERI 22 LUBUK MINTURUN

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK

e-journal. Volume 03 Nomor 01 Tahun 2014, Edisi Yudisium Periode Februari 2014, hal

PADA SUB KONSEP SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DISKUSI TIGA LAPIS PADA KONSEP KINGDOM PLANTAE

JURNAL. BUDI RACHMAT KURNIAWAN, HERNAWAN

Linda Syarif 1, Zulfa Amrina 1, Syafni Gustina Sari 1. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA HASIL BELAJAR TATA RIAS FANTASI DI SMKN 1 BUDURAN SIDOARJO Aiska Maretya Mahasiswa S-1 Pendidikan Tata Rias, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya aiskamarchtiya92@gmail.com@gmail.com Dra. Arita Puspitorini, M.Pd. Dosen Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya aritarini@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) keterlaksanaan sintaks pengajaran langsung, 2) aktivitas siswa, 3) hasil belajar dan, 4) respon siswa. Jenis penelitian adalah Pre Eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian One Shot Case Study. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI Kecantikan Rambut SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo sebanyak 37 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan observasi, tes dan angket. Teknik analisis data menggunakan deskriptif berupa mean dan persentase.hasil penelitian menunjukkan: 1) Keterlaksanaan sintaks model pengajaran langsung mencapai rata-rata (3-4) dalam kriteria baik sampai sangat baik mulai dari fase 1-5. 2) Aktivitas siswa mencapai rata-rata 92,34% - 94,59% dalam kriteria baik sampai sangat baik,. 3) Hasil belajar ranah kognitif sebanyak 94.5% memperoleh nilai 75, sedangkan sebanyak 5,5% siswa memperoleh nilai 75, sedangkan secara klasikal 94,5% siswa dinyatakan Tuntas. Hasil psikomotor sebanyak 91,8% siswa memperoleh nilai 75 dan 8,2% siswa memperoleh nilai 75, sedangkan secara klasikal 91,8% siswa dinyatakan Tuntas. 4) Respon siswa sebesar 99.2% sangat setuju dengan menggunakan model pengajaran langsung. Berdasarkan hasil penelitian bahwa keterlaksanaan sintaks pengajaran langsung kriteria baik, aktivitas siswa 94,59% dengan kriteria sangat baik, hasil belajar siswa secara klasikal 89,1% dan dinyatakan tuntas. Kata Kunci : Model Pengajaran Langsung, Hasil Belajar Tata Rias Fantasi. Abstract: This study to purpose : 1) Implemented the syntax of direct instruction, 2) the student s activities, 3) the learning result and, 4) the student's response. This type of research is to use the Pre Experimental study by One Shot Case Study design of research. Subjects were students of class XI Beauty Hair SMKN 1 Buduran Sidoarjo many as 37 students. Methods for data collection used observation, tests and questionnaires. The data were analyzed using descriptive form of mean and percentage.the results of research showed: 1) Implemented the syntax direct instruction model achieved an average (3-4) in good to very good criteria ranging from phases 1-5. 2) The student s activity reached an average of 92.34% - 94.59% in good to very good criteria. 3) The results of cognitive learning 94.5% gain value 75, while 5.5% of students gained value 75, while 94.5% of students classically expressed Completed. Psychomotor results 91.8% of students received grades 75 and 8.2% of students gained value 75, while 91.8% of students classically expressed Completed. 4) The response of 99.2% of students strongly agree with the direct teaching model.based on the results of feasibility studies that both criteria syntax direct instruction, student activities 94.59% with very good criteria, student learning result in classical 89.1% and declared complete. Keywords : Models Direct Instruction, The Learning Result of Fantasi Makeup. 52

PENDAHULUAN Guru dan dosen sebagai barisan paling depan dalam rangka mencetak sumber daya manusia yang berkualitas, harus mampu menciptakan suasana sebaik-baiknya saat proses pembelajaran berlangsung, supaya kualitas pendidikan di negeri ini semakin baik. Guru dan dosen mempunyai peranan penting, selain sebagai pengelola juga sebagai motivator dalam pembelajaran yang mampu membangkitkan semangat belajar para pebelajar melalui penerapan model, media maupun pendekatan pembelajaran tertentu. Sementara itu, pebelajar yang merupakan cikal bakal generasi penerus pembangunan bangsa dan negara, hendaknya mempersiapkan diri dengan berbagai keterampilan intelektual yang memadai melalui eksplorasi ilmu semaksimal mungkin, salah satunya pada saat berlangsung kegiatan pembelajaran, di mana keterampilan intelektual tersebut mencakup 3 aspek, yakni aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung sesuai tujuan yang ingin dicapai. Salah satu peran khusus seorang guru adalah membuka wawasan berpikir yang beragam dari seluruh siswa, sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengkaitkannya dalam kehidupan nyata. Memasuki tahun ajaran baru, tata rias fantasi merupakan salah satu muatan lokal untuk kelas XI Tata Kecantikan Rambut di SMKN 1 Buduran Sidoarjo. Dalam Tata Rias Fantasi ini, siswa diajarkan untuk membentuk suatu tata rias yang melukiskan suatu angan-angan berupa tokoh sejarah, pribadi, bunga atau hewan, dengan merias wajah melukis badan, menata rambut busana dan kelengkapannya. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada saat Program Pengenalan Lapangan (PPL) di SMKN 1 Buduran Sidoarjo, menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan pada rias wajah fantasi, masih terlihat kurangnya wawasan atau pengetahuan tentang apa yang dimaksud dengan rias fantasi tersebut dikarenakan materi Tata Rias Fantasi masih awam sehingga siswa cenderung pasif dalam proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Observasi dilakukan di lingkungan sekolah sebelum penelitian berlangsung, Dari hasil observasi tersebut terdapat data nilai siswa yang diberikan oleh guru kompetensi Tata Rias Fantasi yang menunjukkan bahwa dari 37 siswa terdapat 70,2% siswa yang dinyatakan tuntas mendapatkan nilai KKM 75 pada pembelajaran Tata Rias Fantasi, sesuai dengan ketuntasan belajar klasikal menurut Mulyasa (2007:254) bahwa kelas dinyatakan tuntas belajar secara klasikal jika ketuntasan belajar siswa mencapai minimal 85%, dapat dikatakan bahwa siswa dalam satu kelas belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Pada saat proses pengajaran guru masih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, sehingga siswa masih kurang memahami dan cenderung pasif. Penyampaian materi tata rias fantasi sudah menggunakan model pengajaran langsung hanya saja belum sesuai dengan sintak-sintaknya. Untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut, maka harus dipilih suatu model pembelajaran yang lebih menekankan pada keaktifan siswa. Model pembelajaran yang demikian adalah model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa secara khusus yang menunjang proses belajar siswa. Dari banyaknya model pembelajaran yang ada, model pembelajaran langsung merupakan model pengajaran yang dirancang secara khusus untuk mengembangkan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif. Pengajaran dengan menggunakan model pengajaran langsung dirancang untuk membelajarkan siswa tentang pengetahuan yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan secara langkah demi langkah. Model pengajaran langsung merupakan sebuah model yang berpusat kepada guru yang memiliki lima langkah, yaitu mempersiapkan dan motivasi siswa, menjelaskan dan atau mendemostrasikan, latihan terbimbing, umpan balik, dan latihan lanjutan. Meskipun dalam pembelajaran langsung digunakan metode selain ceramah dan dilengkapi atau didukung dengan penggunaan media, penekanannya tetap pada proses penerimaan pengetahuan (materi pelajaran) bukan pada proses pencarian dan konstruksi pengetahuan, dan cenderung menekankan penyampaian informasi yang bersumber dari buku teks, referensi atau pengalaman pribadi. Model pembelajaran ini sesuai untuk diterapkan pada kompetensi Tata Rias Fantasi yang dapat mengembangkan siswa untuk memahami teori Tata Rias Fantasi dengan bantuan guru sehingga dapat mudah memahami dan mengerti serta dapat digunakan pada saat siswa melakukan praktek Tata Rias Fantasi sehingga berstruktur dengan baik serta dapat dilakukan selangkah demi selangkah. Selain itu pembelajaran langsung dapat membuat siswa untuk lebih mampu menganalisis mengenai bagaimana cara menerapkan tata rias wajah fantasi sesuai dengan karakter dan peran yang dibawakan, serta mampu mengidentifikasikan kosmetika dan alat apa saja yang digunakan dalam melakukan tata rias wajah fantasi. Proses belajar mengajar menggunakan model pengajaran langsung, diharapkan siswa lebih memahami dalam menguasai materi dan keterampilan untuk kesiapan dalam praktek industri. Model pengajaran langsung juga dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata. Mengkaji keterkaitan antara pembelajaran langsung dan kemampuan belajar siswa yang didapatkan dari sekolah, maka peneliti mengambil judul: Penerapan Model Pengajaran Langsung Pada Hasil Belajar Tata Rias Fantasi di SMKN 1 Buduran Sidoarjo. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian preexsperimental design, karena penelitian yang dilaksanakan tidak menggunakan kelas kontrol disebabkan dikelas XI semester 3 Tata Kecantikan Rambut SMKN 1 Buduran Sidoarjo yang diteliti hanya terdapat satu kelas sehingga tidak ada kelas pembanding. Rancangan penelitian dibuat berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian One Shot Case 53

Study karena dalam penelitian ini mendeskripsikan suatu kelompok yang dikenai perlakuan tertentu, sebuah penelitian tanpa ada kelompok pembanding dikarenakan penelitian yang dilaksanakan tidak menggunakan kelas kontrol disebabkan dikelas XI Tata Kecantikan Rambut SMKN 1 Buduran Sidoarjo yang diteliti hanya terdapat satu kelas sehingga tidak ada pembanding,perlakuan yang diberikan peneliti pada suatu kelompok dengan memberikan penerapan model pengajaran langsung kemudian dilakukan post test untuk mendapatkan hasil belajar. Peneliti memilih jenis penelitian ini karena sampel penelitian tidak dipilih secara random. Peneliti menginginkan suatu penelitian yang praktik dan efisien yakni dengan memberikan suatu perlakuan (treatment), selanjutnya diobservasi hasilnya. Variabel penelitian mencakup variabel bebas yakni penerapan model pengajaran langsung. Variabel terikat berupa hasil belajar Tata Rias Fantasi dalam ranah kognitif dan psikomotor yang mengacu pada ketuntasan konsep-konsep mata pelajaran sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang sudah ditetapkan yaitu 75 dan variabel control. Serta variabel kontrol antara lain : guru, materi Tata Rias Fantasi dengan tema flora dan waktu. Prosedur penelitian terdiri dari beberapa tahap, antara lain : 1. Tahap persiapan peneliatian, berupa : a. Menyusun perangkat pembelajaran, seperti : silabus, rencana pelaksanaan pembelaajaran (RPP) dan materi pembelajaran serta handout. b. Menyiapkan alat, bahan, lenan dan kosmetik yang digunakan dalam rias fantasi. c. Menyusun langkah kerja pelaksanaan tat arias fantasi. d. Menyusun instrument penelitian yang berupa : lembar pengamatan keterlaksanaan sintaks pembelajaran, lembar pengamatan aktivitas siswa, lembar soal tes hasil belajar dan lembar angket. 2. Tahap pelaksanaan penelitian Teknik pengumpulan data terdiri dari : 1. Metode observasi, berupa : a. Observasi keterlaksanaan sintaks pengajaran langsung. b. Observasi aktivitas siswa 2. Metode tes 3. Metode angket Instrument pengumpulan dara, berupa : 1. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran 2. Lembar observasi aktivitas siswa 3. Tes hasil belajar siswa 4. Lembar angket respon siswa Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif dengan rata-rata persentase, yang terdiri atas : 1. Analisis data keterlaksanaan sintaks pengajaran langsung Pengelolaan pembelajaran dikatakan efektif apabila guru dalam mengelola pembelajaran telah berada dalam kategori baik atau sangat baik. 2. Analisis aktivitas siswa Persentase aktivitas siswa diperoleh berdasarkan perhitungan skor penilaian terhadap jawaban Ya dan Tidak. Jawaban Ya menunjukkan siswa melakukan aktivitas sesuai dengan lembar observasi aktivitas siswa sedangkan jawaban tidak menunjukkan siswa tidak melakukan aktivitas sesuai dengan lembar observasi aktivitas siswa. 3. Analisis hasil belajar (secara individual dan secara klasikal pada aspek kognitif dan psikomototik) Analisis hasil belajar dilakukan dengan metode tes tertulis(kognitif) dan tes kinerja (psikomotor). Tes ini didefinisikan sebagai seberapa jauh tingkat ketercapaian belajar siswa terhadap pencapaian hasil belajar yang telah dirumuskan sebelumnya. 4. Analisis hasil angket respon siswa. Data hasil angket respon siswa dianalisis menggunakan deskriptif kuantitatif presentase dengan jawaban Ya akan mendapatkan skor 1 dan jawaban Tidak akan mendapatkan skor 0. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil dari penelitian penerapan model pengajaran langsung pada hasil belajar tata rias fantasi, yakni sebagai berikut : 1. Data keterlaksaan sintaks pengajaran langsung. Data keterlaksanaan sintaks pengajaran langsung dilaporkan oleh observer untuk mengamati aktivitas guru. Analisis dilakukan dengan menafsirkan nilai angka tersebut dalam kalimat yang bersifat kualitatif dengan skala untuk menentukan keterlaksanaannya. Kemampuan guru dalam pembelajaran tersebut menentukan keberhasilan, untuk itu dilakukan observasi aktivitas guru dengan melibatkan 2 observer yaitu guru mata pelajaran Kompetensi Kejuruan Tata Kecantikan Rambut kelas XI SMKN 1 Buduran Sidoarjo. Diagram 1 : Data hasil keterlaksanaan sintaks 54

Diagram 1 menunjukkan bahwa keterlaksanaan sintaks tertinggi pada pertemuan kedua yakni fase 2 dan fase 5. 2. Data aktivitas siswa Data hasil pengamatan aktivitas siswa pada kompetensi tata rias fantasi dilaporkan oleh observer untuk mengamati aktivitas siswa selama proses penerapan pembelajaran langsung dilaksanakan. Analisis dilakukan dengan menafsirkan nilai angka tersebut dalam kalimat yang bersifat kualitatif dengan skala untuk menentukan keterlaksanaannya. Hasil pengamatan observer pada pelaksanaan penerapan model pengajaran langsung sesuai dengan aspek dalam lembar pengamatan aktivitas siswa pada kompetensi tata rias fantasi pertemuan 1 dan 2, dalam rata-rata tiap pertemuan, disajikan pada diagram sebagai berikut : Diagram 2 : Rata-rata Aktivitas Siswa Per-pertemuan Diagram 2 menujukkan rata-rata aktivitas siswa per pertemuan, dilihat dari jumlah presentase rata rata tiap pertemuan dari pertemuan I hingga pertemuan II mengalami kenaikan yakni dari 92.34% ke 95.68%, sesuai tabel 3.10 (tingkat ketercapaian aktivitas siswa), masuk pada kriteria sangat layak sehingga kegiatan pengajaran langsung sangat layak diterapkan pada kompetensi Tata Rias Fantasi. 3. Hasil belajar siswa Data hasil belajar siswa diperoleh dari penilaian indikator ranah kognitif dan psikomotor, yang disajikan dalam diagram sebagai berikut : psikomotor. hasil belajar siswa pada ranah kognitif menunjukkan 94,5%, sebanyak 35 siswa mendapatkan nilai 75, sedangkan pada ranah psikomotor menunjukkan 91,8%, sebanyak 34 siswa mendapatkan nilai 75. Diagram 4 : Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Diagram tersebut menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang memperoleh nilai 70-74 sejumlah 4 siswa, sedangkan siswa yang memperoleh nilai 75-79 berjumlah 10 siswa, sementara itu siswa yang memperoleh nilai 80-84 sebanyak 11 siswa, hasil belajar siswa yang memperoleh nilai 85-89 dengan jumlah 8 siswa, dan hasil belajar siswa yang memperoleh nilai 90-94 dengan jumlah 4 siswa. Sebanyak 33 siswa mendapatkan nilai 75 dan dikatakan tuntas dalam kompetensi Tata Rias Fantasi. Siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pengajaran langsung, hal ini dikarenakan siswa jarang sekali mendapatkan pembelajaran yang tepat, sehingga dapat dikatakan penggunaan model pengajaran langsung berhasil. 4. Data respon siswa Pada akhir pelaksanaan kegiatan pembelajaran, siswa diminta memberikan tanggapan terhadap penerapan model pengajaran langsung pada kompetensi tata rias fantasi. Tanggapan oleh siswa tersebut dicatat pada suatu angket yang berisi beberapa aspek yang perlu ditanggapi. Teknis pengisian angket respon siswa yakni dengan membubuhkan tanda cek ( ) pada kolom angket yang tersedia. Hasil angket respon siswa secara rinci dapat dilihat pada diagram 4 berikut ini. Diagram 3 : Hasil Belajar Siswa Diagram 3 menggambarkan keterlibatan sebanyak 37 siswa pada pelaksanaan tes hasil belajar yang dilakukan pada pertemuan ranah kognitif dan ranah Diagram 5 : Respon siswa 55

Berdasarkan diagram 5, persentase rata-rata dari tujuh pernyataan aspek respon siswa terhadap penerapan model pengajaran langsung pada kompetensi tata rias fantasi sebesar 99,2.% tersebut, menunjukan bahwa penggunaan model pengajaran langsung cocok diterapkan pada kompetensi tata rias fantasi. Pembahasan Berdasarkan hasil penyajian data dapat diketahui hasil observer aktivitas guru, aktivitas siswa, hasil belajar dan respon siswa terhadap model pengajaran langsung sebagai berikut: 1. Keterlaksanaan Sintaks Model Pengajaran Langsung Dari rata- rata hasil keterlaksanaan sintaks pengajaran langsung fase 1 sampai fase 5 pada pertemuan I mendapatkan 3,37, pertemuan II mendapatkan 3,88. Fase terendah terletak pada fase 1, karena pada saat menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa dikarenakan siswa masih cenderung belum memahami kompetensi Tata Rias Fantasi. Observer menyimpulkan bahwa guru dapat menyesuaikan dengan keadaan kelas sehingga dapat memotivasi siswa. Hasil penelitian menunjukkan secara keseluruhan fase 1 sampai fase 5 terlaksana dengan sangat baik. Guru dalam menjelaskan materi menggunakan bahasa sendiri yang penyampaiannya mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa. Aktivitas guru dalam demonstrasi pengetahuan prosedural, membimbing siswa melatih pengetahuan dan keterampilan serta mengecek pemahaman siswa mendapatkan nilai sangat baik. Berdasarkan kajian data observasi aktivitas guru, tindakan yang dilakukan dibuktikan melalui peragaan. Waktu mengajar di depan kelas harus berusaha menunjukan benda-benda asli, sesuai dengan aktivitas guru dalam menerapkan model pengajaran langsung yaitu mendemonstrasikan pengetahuan prosedural, agar siswa lebih mudah memahami maka guru menunjukan contoh benda asli tentang materi yang sedang dijelaskan, misalnya peralatan untuk melakukan Tata Rias Fantasi. 2. Aktivitas Siswa Hasil observasi terhadap aktivitas siswa terdiri dari 6 aspek. Aspek 1 sampai 6, persentase yang terendah pada aspek 4 pada pertemuan I yang menyatakan siswa bertanya pada guru tentang materi Tata Rias Fantasi dengan persentase 81,08 Hal ini disebabkan siswa masih bersikap pasif dan cenderung malu untuk bertanya mengenai kompetensi Tata Rias Fantasi, Aktivitas siswa pada pertemuan I menunjukkan aspek terendah pada aspek keempat dengan presentase 81.08%, karena siswa masih kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan, dan aspek tertinggi pada aspek keenam dengan presentase 97.30%. Aktivitas siswa pada pertemuan II menunjukkan aspek terendah pada aspek keempat dengan presentase 86.49%, karena siswa masih belum semuanya mendiskusikan tentang materi LKS yang diberikan dan aspek tertinggi pada aspek ketiga dengan presentase 100%. Rata-rata aktivitas siswa per pertemuan, dilihat dari jumlah presentase rata rata tiap pertemuan dari pertemuan I hingga pertemuan II mengalami kenaikan yakni dari 92.34% ke 94.59%, sesuai tabel 3.10 (tingkat ketercapaian aktivitas siswa), masuk pada kriteria sangat baik sehingga kegiatan pengajaran langsung sangat baik diterapkan pada kompetensi Tata Rias Fantasi. 3. Hasil Belajar Siswa Berdasarkan diagram 3 yang terlibat penelitian mendapatkan persentase 94.5% sebanyak 33 siswa tuntas pada ranah kognitif. Hasil belajar siswa dari pertemuan I diperoleh dari nilai tes yang terdiri dari teori berisi soal tes esay dalam menyebutkan alat,bahan, lenan dan kosmetik yang digunakan dalam Tata Rias Fantasi, pertemuan II diperoleh dari nilai tes yang terdiri dari teori berisi soal tes esay dengan jumlah 3 soal, serta kinerja melakukan Tata Rias Fantasi. Hasil belajar dari segi indikator ranah psikomotor menunjukkan bahwa 91.8 % siswa yang terlibat praktek melakukan Tata Rias Fantasi dapat dengan baik. Menurut Gagne (1997) kondisi yang dapat mengoptimalkan hasil belajar keterampilan psikomotor yaitu mengingat kembali keterampilan yang sudah dipelajari dan mengingat prosedur atau langkah-langkah gerakan yang dikuasai. Siswa mengulang penggunaan alat-alat tersebut pada saat mengerjakan LKS 2. Pengulangan tersebut memungkinkan siswa untuk mengingat kembali prosedur melakukan Tata Rias Fantasi yang benar, kemudian siswa melakukan kegiatan praktek Tata Rias Fantasi sesuai dengan prosedur pelaksanaan secara tepat dan benar. Suatu kelas dikatakan tuntas secara klasikal apabila 75% dari siswa pada kelas tersebut telah mencapai nilai KKM. Pada diagram 4.8 ketuntasan klasikal ditunjukkan dengan 33 siswa tuntas dalam kompetensi Tata Rias Fantasi, siswa tersebut mendapat nilai >75. dan ketuntasan klasikal pada hasil penelitian sebesar 89,1%, sehingga siswa dikatakan tuntas secara klasikal. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pengajaran langsung hasil belajar siswa sangat baik. 4. Respon Siswa Angket respon siswa yang menyatakan bahwa lembar angket mempunyai 7 pernyataan dengan kriteria Ya dan Tidak. Secara umum kriteria persentase angket pada kelas eksperimen adalah sangat layak karena menujukkan persentase 99.2% sesuai dengan kriteria persentase respon siswa ( Riduwan, 2003). Sesuai dengan diagram 4.4 persentase respon siswa terendah ditunjukkan pada aspek ke 7, terdapat siswa yang masih belum mengerti demonstrasi yang dilakukan oleh guru. Aspek tertinggi dari kelas adalah pernyataan no 1, 2, 3, 4,dan 6 dengan persentase 100%. Pernyataan no 1 yang menyatakan saya termotivasi untuk mengikuti proses belajar melalui penggunaan model pengajaran langsung, dimana siswa 100% termotivasi dengan pengajaran langsung yang sudah diterapkan. Pernyataan no 2 yang 56

menyatakan kegiatan belajar pada kompetensi Tata Rias Fantasi dengan menggunakan model pengajaran langsung menyenangkan dan tidak membosankan dengan persentase 100%, hal ini menujukkan siswa senang dan tidak merasa bosan dengan penggunaan model pengajaran langsung. Pernyataan no 3 yang menyatakan menggunakan model pengajaran langsung dapat menjadikan saya menjadi aktif dan kreatif dengan persentase 100%, menujukkan bahwa siswa menjadi aktif dan kreatif dengan penerapan model pengajaran langsung. Pernyataan 4 menyatakan bahwa saya mengikuti model pengajaran langsung dengan senang hati dengan persentase 100%, hal ini menunjukkan bahwa siswa merasa senang dengan penggunaan model pengajaran langsung. Pernyataan 6 menyatakan bahwa materi pengajaran yang disampaikan guru mudah dimengerti dengan persentase 100%, dimana siswa mengerti dan memahami materi kompetensi Tata Rias Fantasi dengan penggunaan model pengajaran langsung. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilaksanakan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Keterlaksanaan sintaks pengajaran langsung pada fase 1 s.d 5 dengan kriteria baik. 2. Aktivitas siswa diperoleh dengan kriteria sangat baik. 3. Hasil belajar pada ranah kognitif rata-rata 94,5%, secara klasikal 94.5% siswa dinyatakan Tuntas. Hasil psikomotor rata-rata 91,8%, secara klasikal 91,8% dinyatakan Tuntas, sedangkan ketuntasan kelas secara klasikal sebesar 89,1% siswa dinyatakan Tuntas 4. Respon siswa terhadap penggunaaan model pengajaran langsung pada standar kompetensi melakukan Tata Rias Fantasi mencapai 99,2% dengan kriteria sangat setuju, sehingga dapat dikatakan siswa menerima model pengajaran langsung yang diterapkan pada kompetensi Tata Rias Fantasi. Saran Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan, maka dapat diberikan saran untuk perbaikan pada penelitian yang akan datang antara lain: 1. Keterlaksanaan sintaks pengajaran langsung dapat ditingkatkan dengan cara guru mengelola waktu dengan baik, agar seluruh aspek yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan maksimal. 2. Terdapat siswa yang kurang cocok dengan penggunaan model pengajaran langsung, karena siswa tersebut mempunyai ciri yang pendiam cenderung pasif pada saat bimbingan. Guru dapat memberikan pertanyaan kepada siswa tersebut, atau menunjuk siswa tersebut untuk memberikan pendapat sehingga siswa dapat aktif saat proses pengajaran berlangsung. DAFTAR PUSTAKA Admin. 2014. Face Pinting (http://www.face-paintingfun.com/create-a-face,html) diakses tanggal 26 Juli 2014. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bahri Syaiful & Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Budiningsih,Asri. 2012. Belajar&Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dimyanti & Mujiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud bekerja sama dengan PT Rineka Cipta. Depdiknas (2003) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Jakarta. Djen Moh Soerjopranoto.1984. Tata Rias Wajah, Siang, Sore, Malam Tata Rias Panggung, Tata Rias Fantasi. Jakarta Selatan: Karya Utama. Elis Oktiarini, 2013. Penggunaan Model Pengajaran Langsung Pada Standar Kompetensi Melakukan Depilasi Di Kelas XI SMK Negeri 6 Surabaya. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Negeri Surabaya. Kardi, Suparman, dan Nur, Muhammad. 2005. Pengajaran Langsung. Surabaya: University Press. Martha Tilaar Puspita. 2009. Make-up 101 Basic Personal Make-up. Jakarta:Gramedia. Massayu K, 2012. Penerapan Model Pengajaran Langsung Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Sub Kompetensi Perawatan Tangan Dan Mewarnai Kuku Kelas X Di SMKN 1 Buduran.Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Negeri Surabaya. Model Pengajaran Langsung. (http://www.informasipendidikan.com/2014/01/modelpembelajaranlangsung.html) diakses tanggal 20 Juli 2014. Nana, Sudjana. 2001. Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nifta Kusuma Dewi,2012. Penerapan Model Pengajaran Langsung Pada Sub Kompetensi Melaksanakan Rias karakter Badut Siswa Kelas XI Tata Kecantikan Kulit di UPTD SMK Negeri 2 Boyolangu. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Negeri Surabaya. Nur, Mohammad. 2011. Model Pengajaran Langsung edisi kedua. Surabaya. Pusat Sains dan Matematika Sekolah Unesa. Sudjana, Nana, dan M. A. Ibrahim. (2007). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensiodo. Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Paningkiran Halim. 2013. Make Up Karakter untuk Televisi&Film. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Putro, Eko. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 57

Riduwan. 2009. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta. Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : Rajagrafindo Persada. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Universitas Negeri Surabaya. 2010. Pedoman Penulisan Skripsi dan Penilaian Skripsi. Surabaya: Unesa University Press 58