KENDALA JAKSA DALAM PENERAPAN PIDANA TAMBAHAN UANG PENGGANTI PADA PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI

dokumen-dokumen yang mirip
Negara yang telah di korupsi. Pengembalian kerugian Negara ini memiliki tujuan

Keywords: Financial loss of countries, corruption, acquittal, policy, prosecutor

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai extra ordinary crime karena merupakan tindak pidana yang

JURNAL IMPLEMENTASI SANKSI PIDANA PEMBAYARAN UANG PENGGANTI DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI

UNSUR MELAWAN HUKUM DALAM PASAL 362 KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

PELAKSANAAN PEMBAYARAN UANG PENGGANTI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG. Penyelesaian. Uang Pengganti. Pengadilan. Pemberantasan TIPIKOR. Petunjuk Pelaksanaan.

PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI OLEH KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK)

PERANAN KEJAKSAAN DALAM PENYELESAIAN PEMBAYARAN UANG PENGGANTI PADA PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara atau perekonomian negara yang akibatnya menghambat

PERANAN HAKIM DALAM PENERAPAN PEMBALIKAN BEBAN PEMBUKTIAN DI PERSIDANGAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Oleh. I Gusti Ngurah Dhian Prismanatha

BAB IV PENUTUP. Tinjauan hukum..., Benny Swastika, FH UI, 2011.

PENERAPAN SISTEM PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Di Indonesia, tindak pidana ko. masyarakat dan dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary

TINJAUAN YURIDIS EMPIRIS MENGENAI UANG PENGGANTI DAN KEHARUSAN MEMBAYAR DALAM KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI NASKAH PUBLIKASI

ARTIKEL. EKSEKUSI PENGEMBALIAN KERUGIAN NEGARA PADA PUTUSAN PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi Perkara Pada Kejaksaan Negeri Kota Padang)

PERAN KEJAKSAAN NEGERI KUDUS DALAM UPAYA PENGEMBALIAN ASET NEGARA HASIL TINDAK PIDANA KORUPSI

SUBROGASI SEBAGAI UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELAMATAN BENDA JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

BAB III PENUTUP. menyimpulkan hal-hal sebagai berikut : Jaksa Agung Muda, peraturan perihal Jaksa Agung Muda Pengawasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. uang. Begitu eratnya kaitan antara praktik pencucian uang dengan hasil hasil kejahatan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Instrumen Perdata untuk Mengembalikan Kerugian Negara dalam Korupsi

SAHAM SEBAGAI OBJEK PEWARISAN DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

BAB III PENUTUP KESIMPULAN. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBATALAN STATUS TERSANGKA DALAM PUTUSAN PRAPERADILAN

KEKHUSUSAN BEBAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG ( MONEY LAUNDERING )

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan hukum (Rechstaat), tidak berdasarkan atas

PERANAN KEJAKSAAN DALAM UPAYA PENGEMBALIAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi kasus di Kejaksaan Negeri Singaraja)

URGENSI PENERBITAN SURAT PERINTAH PENGHENTIAN PENYIDIKAN (SP3) OLEH KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. negara dari segala ketidaknyamanan warga negaranya. Pembangunan Nasional

PEMUNGUTAN PAJAK PADA RESTORAN YANG TIDAK MEMILIKI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KAWASAN KINTAMANI BANGLI

HAK MENUNTUT KERUGIAN KEUANGAN NEGARA SETELAH PUTUSAN BEBAS DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI 1 Oleh: Jekson Kasehung 2

BAB I PENDAHULUAN. ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keuangan negara sebagai bagian terpenting dalam pelaksanaan

OPTIMALISASI PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI PELAPOR

BAB I PENDAHULUAN. pidana korupsi yang dikategorikan sebagai kejahatan extra ordinary crime.

KEABSAHAN PERMEN DALAM TRANSAKSI PEMBAYARAN

1. Beberapa rumusan pidana denda lebih rendah daripada UU Tipikor

BAB 1V PENUTUP. sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: yaitu Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN. sebagai extraordinary crime atau kejahatan luar biasa. penerapannya dilakukan secara kumulatif.

PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PERJUDIAN DI POLRESTA DENPASAR

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBUKTIAN CYBER CRIME DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DI INDONESIA

SKRIPSI MEKANISME PELAKSANAAN PERAMPASAN ASET SEBAGAI PENGGANTI KERUGIAN NEGARA HASIL TINDAK PIDANA KORUPSI. Diajukan oleh : Vincentius Pramudaya

BAB II PIDANA TAMBAHAN DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG BERUPA UANG PENGGANTI. A. Pidana Tambahan Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Berupa Uang

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP SIKAP KEJAKSAAN ATAS PELIMPAHAN BERKAS PERKARA OLEH PENYIDIK

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat. disimpulkan sebagai berikut:

KOORDINASI KEJAKSAAN DENGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Kata kunci : Non-Conviction Based (NCB) Asset Forfeiture, Sistem Hukum Indonesia

Kajian Terhadap Pidana Penjara Sebagai Subsidair Pidana Tambahan Pembayaran Uang Pengganti Dalam Tindak Pidana Korupsi

TINJAUAN YURIDIS TERKAIT FAKTOR DAN UPAYA MENANGGULANGI ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM DI INDONESIA Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Undang No. 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan yang berbunyi:

UPAYA HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KARYA CIPTA MUSIK

JURNAL EVEKTIVITAS PIDANA DENDA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI

JURNAL. N P M Program Program Hukum FAKULTAS

Kajian Terhadap Pidana Penjara Sebagai Subsidair Pidana Tambahan Pembayaran Uang Pengganti Dalam Tindak Pidana Korupsi

UANG PENGGANTI. (Sumber Gambar : tokolarismanis.files.wordpress.com)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan exra ordinary crime 1, sehingga memerlukan. dengan Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto

UPAYA PENCEGAHAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN KLUNGKUNG (Studi Kasus Pengrajin Tedung di Desa Paksebali)

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI IMPLEMENTASI SANKSI PIDANA PEMBAYARAN UANG PENGGANTI DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI

PENGATURAN HAK MENGAJUKAN UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERAMPOKAN DIDALAM TAKSI DITINJAU DARI PERSEPEKTIF VIKTIMOLOGI

PENYUAPAN SEBAGAI BENTUK GRATIFIKASI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI

SANTUNAN OLEH PELAKU TINDAK PIDANA TERHADAP KORBAN KEJAHATAN DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

BAB III PENUTUP. (Berita Acara Pelaksanaan Putusan Hakim) yang isinya. dalam amar putusan Hakim.

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN. HALAMAN SAMPUL DALAM... ii. HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM... iii. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS MEREK TERKENAL (WELL-KNOWN MARK) BERKAITAN DENGAN PELANGGARAN MEREK

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KEWENANGAN PENYIDIKAN DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI

PELAKSANAAN PENGATURAN KARYA CIPTA POTRET DALAM PRAKTIK DI KOTA DENPASAR

PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN MELALUI ASPEK HUKUM PERDATA

RINGKASAN SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT YANG BERPERAN SERTA DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

ANALISIS HUKUM PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA KORUPSI DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANANYA

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai

PERANAN VISUM ET REPERTUM PADA KASUS PEMBUNUHAN OLEH IBU TERHADAP ANAK (BAYI)

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlihat dengan adanya pembangunan pada sektor ekonomi seperti

BAB I PENDAHULUAN. kepada Bishop Mabadell Creighton menulis sebuah ungkapan yang. menghubungkan antara korupsi dengan kekuasaan, yakni: power tends

BENTUK GANTI KERUGIAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERKOSAAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF VIKTIMOLOGI

Pemberantasan Korupsi : Antara Asset Recovery dan Kurungan Bd Badan. Adnan Topan Husodo Wakil Koordinator ICW Hotel Santika, 30 November 2010

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCABULAN ANAK Oleh Wayan Widi Mandala Putra I Gusti Ngurah Wairocana

TINJAUAN TERHADAP DISKRESI PENYIDIK KEPOLISIAN TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM (STUDI KASUS DI KEPOLISIAN RESOR BADUNG)

TATA CARA PENUNTUTAN HAK WARIS OLEH AHLI WARIS YANG SEBELUMNYA DINYATAKAN HILANG BERDASARKAN KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA (KUHPERDATA)

KEBIJAKAN DALAM PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PELACURAN SESUAI DENGAN PERDA KOTA DENPASAR NO. 2 TAHUN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WHISTLE BLOWER DALAM PERSIDANGAN PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI

Pencegahan dan Upaya Pemberantasan Korupsi

PELAKSANAAN GANTI RUGI TERHADAP KONSUMEN ATAS KERUGIAN AKIBAT MENGGUNAKAN PRODUK DARI NATASHA SKIN CARE

JURNAL KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI INFORMASI ATAU DOKUMEN ELEKTRONIK DALAM PERADILAN PERKARA PIDANA KORUPSI

PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MELARIKAN WANITA YANG BELUM CUKUP UMUR

NILAI-NILAI POSITIF DAN AKIBAT HUKUM DISSENTING OPINION DALAM PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DARI PELAKU USAHA YANG TUTUP TERKAIT DENGAN PEMBERIAN LAYANAN PURNA JUAL/GARANSI

KEKUATAN PEMBUKTIAN SEBUAH FOTOKOPI ALAT BUKTI TERTULIS

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

SKRIPSI PENERAPAN SISTEM PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA KORUPSI

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN MEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

Transkripsi:

KENDALA JAKSA DALAM PENERAPAN PIDANA TAMBAHAN UANG PENGGANTI PADA PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI Oleh: Ni Nyoman Santiari I Gusti Agung Ayu DikeWidhiyaastuti Program Kekhususan Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The paper is titled "Obstacles Public Prosecutor in Criminal Supplementary Application Money Replacement in Case of Corruption". The background of this paper is the discovery of various problems related to the application of additional criminal restitution. The purpose of this paper is to determine kendalayang faced by Jaksadalam apply additional criminal restitution in corruption cases as well as to determine how the completion of these constraints so that law enforcement can work effectively and optimally. In this paper used the method of writing the law juridical empirical problem solving is based on a study of the identification law and the effectiveness of the law. The conclusion of this paper is the existence of additional penalty for the payment of money as a substitute for the obligations of the perpetrators of corruption restore State Property is judged to be effective due to the constraint that the convicted person or his heirs did not have enough wealth to pay compensation. How to Completion This problem in 2 ways Litigation and Non Litigation. Key words: Constraint, The prosecutor, Criminal Money Substitutes, Corruption. ABSTRAK Makalah ini berjudul Kendala Jaksa Penuntut Umum dalam Penerapan Pidana Tambahan Uang Pengganti pada Perkara Tindak Pidana Korupsi. Latar belakang penulisan ini adalah ditemukannya berbagai kendala terkait dengan penerapan pidana tambahan uang pengganti. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh Jaksa dalam menerapkan pidana tambahan uang pengganti dalam perkara tindak pidana korupsi serta untuk mengetahui bagaimana cara penyelesaian kendala-kendala tersebut agar penegakan hukum dapat berjalan dengan efektif dan optimal. Dalam penulisan ini digunakan metode penulisan hukum yuridis empiris yaitu pemecahan masalahnya didasarkan pada penelitian terhadap identifikasi hukum dan efektivitas hukum. Kesimpulan dalam penulisan ini adalah keberadaan pidana tambahan untuk pembayaran uang pengganti sebagai kewajiban dari pelaku tindak pidana korupsi mengembalikan Harta Negara tersebut dinilai tidak berjalan efektif disebabkan oleh adanya kendala yaitu terpidana maupun ahli 1

warisnya tidak memiliki harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti. Cara Penyelesaian Permasalahan tersebut dengan 2 cara yaitu Litigasi dan Non Litigasi. Kata kunci : Kendala, Jaksa, Pidana Uang Pengganti, Korupsi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi merupakan salah satu fokus utama bagi aparat penegak hukum. Pemberantasan tindak pidana korupsi berdasarkan pada Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dimaksudkan bahwa tidak saja untuk menimbulkan efek jera terhadap pelaku korupsi, melainkan aturan tersebut diberlakukan agar dapat mengembalikan harta kerugian Negara yang telah di korupsi. Pengembalian kerugian Negara ini dilakukan dalam bentuk penerapan hukuman tambahan berupa uang pengganti yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap terhadap terpidana dalam tindak pidana korupsi 1. Namun, penyelesaian Uang Pengganti dalam perkara korupsi sampai saat ini belum terselesaikan secara optimal diakibatkan masih banyaknya kendala yang dihadapi oleh aparat penegak hukum khususnya Jaksa dalam memaksimalkan hukuman tambahan tersebut. 1.2 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui kendala - kendala yang dihadapi oleh Jaksa Penuntut Umum dalam menerapkan pidana tambahan uang pengganti dalam perkara tindak pidana korupsi serta untuk mengetahui bagaimana cara penyelesaian kendala-kendala tersebut agar penegakan hukum dapat berjalan dengan efektif dan optimal. II. ISI MAKALAH 2.1 Metode Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis penelitian yuridis empiris yang terdiri dari penelitian terhadap identifikasi hukum dan efektivitas hukum. Penelitian empiris ini meneliti faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hukum itu berfungsi 1 K. Wantjik Saleh, 1983, Tindak Pidana Korupsi dan Suap, Jakarta, Ghalia Indonesia, hal. 56. 2

dalam masyarakat dengan memperhatikan sinkronisasi antara kaidah hukum/peraturan itu sendiri, petugas/aparat penegak hukum, sarana/fasilitas yang digunakan oleh penegak hukum serta kesadaran masyarakat 2. 2.2 Hasil dan Pembahasan 2.2.1 Kendala Jaksa Penuntut Umum dalam Penerapan Pidana Tambahan Uang Pengganti pada Perkara Tindak Pidana Korupsi Tindak Pidana Korupsi yang terjadi dewasa ini sudah berdampak yang luar biasa pada seluruh sendi kehidupan. Korupsi telah mengahancurkan sistem perekonomian, sistem demokrasi, sistem politik, sistem hukum, sistem pemerintahan serta tatanan sosial masyarakat. Korupsi dipandang sebagai Kejahatan Luar Biasa / extra ordinary crime karena itu perlu upaya yang luar biasa pula dalam memberantasnya 3. Saat ini penerapan hukuman bagi pelaku tindak pidana korupsi tidak hanya untuk pemberian efek jera saja namun diarahkan agar tercapainya keseimbangan kembali atas Harta Negara yang telah dikorupsikan oleh pelaku dengan mengembalikan uang hasil korupsi tersebut kepada Negara. Pada Pasal 18 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah dirubah menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang mengatur adanya pembayaran uang pengganti sebagai salah satu pidana tambahan. Dimana pada undang-undang tersebut diatur pula mengenai ketentuan jika terpidana tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu satu bulan sesudah putusan inkracht maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa. Dan apabila nilai harta benda terpidana tidak cukup untuk membayar uang pengganti maka terpidana dipidana dengan pidana penjara. Berdasarkan hasil wawancara dari Jaksa Penuntut Umum Bapak Teguh Dwiputra Jaya Kesunu pada tanggal 28 September 2015. Kasus korupsi yang terjadi di Kabupaten Bangli berdasarkan Putusan Nomor : 75 / PIDSUS / 2011 / PN. BANGLI atas nama terdakwa Ir. I NYOMAN SUSRAMA, terdakwa tidak dapat membayar uang pengganti sebesar harta kekayaan mereka yang diperoleh dari tindak pidana korupsi dan cenderung dikenakan pidana subsidier berupa pidana penjara untuk menggantikan pidana 2 H. Zainuddin Ali, 2009, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, hal. 30. 3 Chaerul Amir, 2014, Kejaksaan Memberantas Korupsi, Jakarta, Deleader, hal. 1. 3

tambahan tersebut. Walaupun pidana uang pengganti hanya sebagai pidana tambahan namun ketentuan uang pengganti merupakan suatu langkah efektif karena membayar uang pengganti artinya aset Negara dapat diselamatkan. Adapun berbagai kendala yang dihadapi sehingga belum dapat dibayarkannya uang pengganti oleh terpidana seperti dalam perkara tindak pidana korupsi yang ditetapkan di Pengadilan Negeri Bangli atas Kasus Korupsi berdasarkan Putusan Nomor : 75 / PIDSUS / 2011 / PN. BANGLI atas nama terdakwa Ir. I NYOMAN SUSRAMA dengan penetapan pengadilan yang menyatakan terdakwa untuk membayar uang pengganti sejumlah Rp. 2.614.000.288. Terpidana maupun ahli waris terpidana tidak memiliki harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti sehingga menjadi salah satu hambatan dalam pelaksanaan uang pengganti tersebut. Berdasarkan pada Undang Undang No. 31 Tahun 1999 Pasal 18 ayat (3) dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti maka dapat disubsidier kan dengan pidana penjara. Dari ketentuan tersebut maka kerugian Negara akibat dari tindak pidana korupsi tidak ditagihkan sepenuhnya terhadap si terpidana. Tunggakan yang sebelumnya harus dibayarkan tersebut secara mutlak dihapuskan dari terpidana, dan kerugian Negara tidak dapat dikembalikan. Hal inilah yang menjadi celah bagi pelaku tindak pidana korupsi sehingga pengembalian kerugian negara (recovery asset) tidak efektif yang berpengaruh pada terjadinya tunggakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Kejaksaan RI. 2.2.2 Cara Penyelesaian Pidana Tambahan Uang Pengganti pada Perkara Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan pada ketentuan Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : PER/020/A/JA/07/2014 terkait dengan tindak lanjut dari penyelesaian pidana tambahan uang pengganti pada Perkara Tindak Pidana Korupsi, maka disebutkan dalam lampiran peraturan tersebut mengenai penyelesaian pidana tambahan uang pengganti dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : a. Penyelesaian Uang Pengganti secara Non Litigasi Merupakan alternatif penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh Jaksa dengan cara melakukan Negosiasi dan bermusyawarah 4

dengan Terpidana/Eks Terpidana atau ahli warisnya yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan bersama sebagai suatu upaya penyelesaian uang pengganti yang belum dibayar tanpa melalui proses pengadilan. b. Penyelesaian Uang Pengganti secara Litigasi Merupakan tindakan hukum yang dilakukan oleh Jaksa dengan cara melakukan gugatan secara perdata ke Pengadilan Negeri terhadap Terpidana/Eks Terpidana atau ahli warisnya yang belum membayar uang pengganti dengan tujuan untuk memperoleh kembali hak keuangan negara dan mendapatkan putusan pengadilan. II KESIMPULAN Kendala Jaksa dalam penerapan pidana tambahan berupa uang pengganti belum dapat dilakukan secara efektif disebabkan terpidana maupun ahli waris terpidana tidak memiliki harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti sehingga membuat terhambatnya pelaksanaan penyelesaian uang pengganti tersebut. Disamping itu, jangka waktu pengembalian uang pengganti cukup singkat dan bila terpidana tidak mampu membayar maka dialihkan dengan hukuman subsidair berupa pidana penjara yang mana pada kenyataannya kerugian Negara akibat dari tindak pidana korupsi tidak dikembalikan sepenuhnya kepada Negara. Untuk mengatasi hal tersebut terdapat 2 upaya yang dapat dilakukan oleh Jaksa diantaranya dengan Penyelesaian Uang Pengganti secara Non Litigasi dan Penyelesaian Uang Pengganti secara Litigasi. Daftar Pustaka Buku Chaerul Amir, 2014, Kejaksaan Memberantas Korupsi, Jakarta, Deleader. H.Zainuddin Ali,2009, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Sinar Grafika. K. Wantjik Saleh, 1983, Tindak Pidana Korupsi dan Suap, Jakarta, Ghalia Indonesia. Perundang-Undangan Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Perma Nomor 5 tahun 2014 tentang Pidana Tambahan Uang Pengganti. Peraturan Jaksa Agung Muda Nomor Per-020/A/JA/07/2014 tentang pelaksanaan penyelesaian uang pengganti yang diputus pengadilan berdasarkan UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 5

6

7