LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 17 TAHUN 2006 T E N T A N G RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOJO UNA-UNA, Menimbang : a. bahwa hewan adalah karunia Tuhan yang sangat dibutuhkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan akan Protein Hewani yang perlu disyukuri dan dijaga kelestariannya; b. bahwa untuk menyikapi Potensi peternakan yang ada di Daerah ini maka salah satu upaya yang perlu dilakukan dalam menggali sumber pendapatan Daerah melalui Retribusi pemotongan Hewan Ternak; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Rumah Potong Hewan ; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 06 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok-pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2824); 2. Undang-undang Nomor 08 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209 ); 3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); 4. Undang-undang Nomor Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048); 5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Tojo Una-Una (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4342); - 1 -
6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 tahun 2005 tentang penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 3 tahun 2005 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang- Undang ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4022); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139); 9. Peraturan Daerah Kabupaten Tojo Una-Una Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan (Lembaran Daerah Kabupaten Tojo Una-Una Nomor 6 Tahun 2005 Seri D Nomor 5); Dengan Persetujuam Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA dan BUPATI TOJO UNA-UNA MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Tojo Una - Una. 2. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas Otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 4. Bupati Adalah Bupati Kabupaten Tojo Una - Una. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tojo Una-Una sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah. 6. Dinas adalah Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tojo Una-Una. 7. Hewan Ternak adalah Hewan Peliharaan yang kehidupannya; yaitu mengenai Tempat, Perkembangbiakannya serta manfaatnya diatur dan diawasi oleh manusia dan dipelihara Khusus untuk kehidupan manusia. - 2 -
8. Ternak Potong adalah Sapi, Kerbau Kuda, Kambing dan Domba. 9. Daging adalah semua bagian dari ternak yang telah di potong kecuali tanduk, kuku, bulu rambut wol dan Kulit (kecuali kulit Babi). 10.Tempat Penjualan Daging adalah Persil/Gedung tempat penjualan Daging. 11.Tempat Pemotongan Ternak adalah : a. tempat pemotongan hewan umum adalah persil/gedung tempat dilakukan pemotongan hewan yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah; b. tempat pemotongan hewan swasta adalah persil/gedung tempat dilakukan pemotongan hewan yang dalam pengawasan Pemerintah Daerah; 12.Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian Izin tertentu yang khusus di sediakan dan atau diberikan pemerintah Daerah untuk kepentingan Pribadi atau Badan Hukum. 13.Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan usaha yang menurut peraturan perundang-undangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungutan atau pemotongan retribusi tertentu. 14.Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dari Pemerintah Daerah. 15.Surat Tagihan Retribusi Daerah yang disingkat STRD adalah Surat Untuk melakukan Tagihan Retribusi dan atau sangsi administrasi berupa bunga atau denda. 16.Surat Keterangan Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SKRD adalah Surat Keterangan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang. 17.Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, Yang selanjutnya dapat disingkat SKRDKBT, adalah Surat Keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah Retribusi yang telah ditetapkan. 18.Retribusi jasa usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karna pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor suasta. BAB II PEMOTONGAN ATAS HEWAN TERNAK Pasal 2 (1) Setiap Pemotongan atas Hewan Ternak terlebih dahulu harus diperiksa kesehatannya. (2) Pemeriksaan dimaksud pada ayat (1) di lakukan oleh Petugas Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tojo Una-Una. BAB III NAMA OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI Pasal 3 (1) Dengan Nama Retribusi Rumah Potong Hewan Dipungut Retribusi sebagai Pembayaran atas jasa pelayanan fasilitas Rumah Potong Hewan. (2) Objek Retribusi Terdiri dari : a. pemotongan hewan ternak sapi, kerbau, dan kuda; b. pemotongan hewan ternak kambing; c. pemotongan hewan ternak domba; (3) Subjek Retribusi adalah Orang Pribadi atau Badan Hukum yang menurut Peraturan Perundang-undangan Retribusi Diwajibkan untuk melakukan Pembayaran Retribusi, Termasuk Pungutan atau Pemotongan Retribusi tertentu. - 3 -
BAB IV GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 4 Retribusi Pemotongan Hewan Ternak digolongkan Retribusi Jasa Usaha. BAB V CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 5 Tingkat Penggunaan Jasa Pemotongan Hewan Ternak didasarkan atas banyaknya jumlah satuan hewan ternak yang dipotong. BAB VI PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRIKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 6 Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi Jasa Usaha didasarkan pada tujuan untuk memberoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar. BAB VII STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 7 (1) Struktur dan besarnya tarif didasarkan atas penyelenggaraan pemotongan hewan ternak. (2) Struktur dan besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut : a. Pemotongan hewan ternak di rumah potong ternak umum dikenakan retribusi untuk: Sapi, Kerbau atau Kuda Rp. 8.000 / ekor Kambing/Domba Rp. 3.000 / ekor b. Menggunakan Kandang dikenakan Retribusi : Sapi, Kerbau atau Kuda Rp. 4.000 / ekor Kambing / Domba Rp. 1.000 / ekor c. Mempergunakan Jembatan Timbangan untuk ternak hidup atau yang sudah dipotong dikenakan retribusi sekali timbang untuk : Sapi, Kerbau atau Kuda Rp. 2.000 / ekor Kambing / Domba Rp. 500 / ekor d. Menggunakan tempat penjualan daging dikenakan retribusi untuk : Sapi, Kerbau atau Kuda Rp. 4.000 / hari Kambing / Domba Rp. 2.000 / hari e. Menggunakan Tempat Penyimpanan Daging / Kamar Pendingin Daging dikenakan retribusi : Sapi, Kerbau atau Kuda Rp. 6.000 / ekor Kambing / Domba Rp. 2.500 / ekor f. Pemeriksaan Kesehatan Ternak - Sapi, Kerbau atau Kuda Rp. 11.000 / ekor - Kambing / Domba Rp. 5.500 / ekor - 4 -
BAB VIII WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 8 Retribusi dipungut di wilayah Kabupaten Tojo Una - Una. BAB IX MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 9 Masa Retribusi terutang adalah jangka waktu lamanya 6 (enam) bulan. Pasal 10 Saat Retribusi terutang adalah pada saat Diterbitkannya SKRD BAB X TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 11 (1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD dan SKRDKBT. BAB XI TATA CARA PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN Pasal 12 (1) Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan Retribusi dikeluarkan 7 (Tujuh) hari saat jatuh Tempo pembayaran. (2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah Tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lainnya yang sejenis, wajib Retribusi harus melunasi Retribusi terhutang. (3) Surat teguran, Surat Peringatan atau surat lainnya yang sejenis sebagaimana dimaksud Ayat (1) pasal ini dikeluarkan oleh Pejabat yang ditunjuk. Pasal 13 (1) Pembayaran Retribusi di lakukan di Kas daerah atau di tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati sesuai waktu yang ditentukan dengan menggunakan SKRD. (2) Apabila Pembayaran retribusi dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, Hasil penerimaan Retribusi harus disetor ke Kas daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang telah ditentukan oleh Bupati. Pasal 14 (1) Pembayaran Retribusi harus dilakukan secara tunai/lunas. (2) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dapat memberikan Izin kepada Wajib retribusi untuk mengangsur retribusi terutang dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. (3) Angsuran pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut. - 5 -
(4) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dapat memberikan Izin kepada Wajib retribusi untuk menunda pembayaran retribusi sampai batas waktu yang telah ditentukan. (5) Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara pembayaran angsuran sebagaimana di maksud ayat (2) pasal ini, di tetapkan oleh Bupati. Pasal 15 (1) Setiap Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud Pasal 12 Peraturan Daerah ini di berikan Tanda Bukti Pembayaran. (2) Setiap Pembayaran dicatat dalam Buku Penerimaan. (3) Bentuk, Isi, Kualitas, Ukuran Buku Penerimaan dan Tanda Bukti Pembayaran Retribusi sebagaimana di maksud Ayat (1) Pasal ini, Ditetapkan oleh Bupati. BAB XII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 16 Dalam Hal wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang bayar, di kenakan Sanksi Administrasi berupa Bunga sebesar 2 % (Dua Persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang bayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD). BAB XIII PENGURANGAN KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 17 (1) Berdasarkan Permohonan wajib retribusi, Bupati dapat memberikan Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Retribusi. (2) Tata Cara Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Retribusi Ditetapkan Oleh Bupati. BAB XIV DALUWARSA PENAGIHAN Pasal 18 (1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi Daluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung saat terhutangnya retribusi, kecuali apabila retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi. (2) Penetapan daluarsa ditetapkan oleh bupati berdasarkan Keputusan penghapusan piutang retribusi daerah. (3) Daluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) pasal ini tertangguh apabila : a. Diterbitkan Surat Teguran; atau b. Ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung. - 6 -
BAB XV K E B E R A T A N Pasal 19 (1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atas SKRD, SKDRKBT dan SKRDLB. (2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasanalasan yang jelas. (3) Dalam Hal wajib retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, wajib retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan retribusi tersebut. (4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (Dua) bulan sejak tanggal SKRD, SKRDKBT dan SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila wajib retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat di penuhi karena keadaan di luar kekuasaannya. (5) Keberatan yang tidak memenuhi Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) tidak dianggap sebagai Surat Keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan. (6) Pengajuan Keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi. Pasal 20 (1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (Enam) Bulan sejak tanggal, Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan. (2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian menolak, atau menambah besarnya retribusi yang terutang. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberikan suatu Keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan. BAB XVI PENGEMBALIAN KELEBIHAN RETRIBUSI Pasal 21 (1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi dapat mengajukan Permohonan pengembalian kepada Bupati. (2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (Enam) Bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian Kelebihan Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), harus memberikan Keputusan. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan Suatu Keputusan, permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKDRLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (Satu) Bulan. (4) Apabila wajib retribusi mempunyai hutang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu hutang retribusi tersebut. (5) Pengembalian Kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (Dua) bulan sejak diterbitkan SKDRLB. (6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan Bunga sebesar 2 % (Dua Persen) / bulan atas keterlambatan kelebihan pembayaran. Pasal 22 (1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang-kurangnya menyebutkan : - 7 -
a. nama dan alamat wajib retribusi ; b. masa retribusi ; c. besarnya kelebihan pembayaran ; (2) Permohonan Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat. (3) Bukti penerimaan oleh Bupati atau bukti pengiriman Pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati. Pasal 23 (1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah membayar kelebihan retribusi. (2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan hutang retribusi lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Ayat (4) pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran. BAB XVII P E N G A W A S A N Pasal 24 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil Tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. (2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud Ayat (1) Pasal ini adalah : a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan dengan tindak pidana retribusi daerah tertentu; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi ; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenan dengan tindak pidana di bidang retribusi; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah ; g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang dibawah sebagaimana dimaksud pada huruf c ; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah ; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau sanksi ; j. menghentikan penyidikan ; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum mulai penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. - 8 -
BAB XVIII KETENTUAN PIDANA Pasal 25 (1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi yang terutang. sebesar Rp. 2.500.000 (2) Tindak pidana yang dimaksud pada Ayat (1) adalah Pelanggaran. BAB XIX KETENTUAN PENUTUP Pasal 26 (1) Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. (2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka segala ketentuan yang mengatur tentang retribusi hewan sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 27 Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal di Undangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah kabupaten Tojo Una Una. Ditetapkan di Ampana pada tanggal 23 Agustus 2006 BUPATI TOJO UNA-UNA TTD + CAP DAMSIK LADJALANI Diundangkan di Ampana pada tanggal 25 Agustus 2006 SEKRETARIS KABUPATEN TOJO UNA-UNA Ir. CHAERULLAH LAMORO, M.Si Pembina Utama Madya Nip. 570 004 575 Lembaran Daerah Kabupaten Tojo Una - Una Tahun 2006 Nomor 17-9 -
PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 17 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN RUMAH POTONG HEWAN I. PENJELASAN UMUM Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, maka perlu dibuat Peraturan Daerah tentang Retribusi Rumah Potong Hewan dalam rangka Pembinaan, Pengamanan dan Pengawasan pemotongan ternak untuk melindungi masyarakat konsumen dari hal-hal yang tidak diinginkan, serta meningkatkan sumber Pendapatan Asli Daerah. Atas pertimbangan tersebut dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Tojo Una-Una tentang Retribusi Rumah Potong Hewan. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ayat 1 Pemeriksaan ternak hidup termasuk asal - usul hewan ternak, dan pemeriksaan keadaan daging. Ayat 2 Pasal 3 Ayat 1-3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Ayat 1-2 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Ayat 1 Pemungutan dilakukan setiap hari sesuai jumlah ternak yang dipotong Ayat 2 Pasal 12 Ayat 1-3 Pasal 13 Ayat 1-2 Pasal 14 Ayat 1-5 Pasal 15 Ayat 1-3 Pasal 16 Pasal 17 Ayat 1-2 Pasal 18 Ayat 1-3 Pasal 19 Ayat 1-6 Pasal 20 Ayat 1-3 Pasal 21 Ayat 1-6 Pasal 22 Ayat 1-3 Pasal 23 Ayat 1-2 Pasal 24 Pasal 25 Ayat 1-3 Pasal 26 Ayat 1-2 Pasal 27 Ayat 1-2 Pasal 28-10 -