BAB III JUAL BELI MENURUT HUKUM ISLAM. yang lain. Dalam bahasa Arab jual beli dinamakan al-ba i yang memiliki kata lain

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG JUAL BELI

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lain. Kegiatan yang lebih banyak dan efektif ialah jual beli. Disamping sebagai

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

HUKUM JUAL BELI DENGAN BARANG-BARANG TERLARANG. Djamila Usup ABSTRAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

BAB II JUAL BELI, KREDIT DAN RIBA. dahulu perlu diperjelas pengertian jual beli. Secara etimologi berarti menjual

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

JUAL BELI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK AKAD JUAL BELI IKAN NELAYAN (STUDI KASUS DI DESA PANGKALAN KECAMATAN SLUKE KABUPATEN REMBANG)

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB II KETENTUAN UMUM TENTANG KONTRAK KERJA DALAM ISLAM (AL- IJÃRAH)

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB II KETENTUAN GHARAR DALAM AKAD JUAL BELI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dalam kehidupan di masyarakat. Dalam kehidupannya manusia

BAB II TEORI JUAL BELI DALAM ISLAM DAN FATWA DSN MUI TENTANG PRAKTIK JUAL BELI SAHAM SYARIAH

A. Analisis Terhadap Praktek Perubahan Harga Secara Sepihak dalam Jual Beli Rak Antara. Produsen dan Pedagang Pengecer di Jalan Dupak No. 91 Surabaya.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN POTONGAN TABUNGAN BERHADIAH DI TPA AL- IKHLAS WONOREJO KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM dan UU NO.7 TAHUN 2011 TERHADAP PENUKARAN MATA UANG RUSAK

BAB IV ANALISIS TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI HASIL BUMI DENGAN SISTEM PANJAR DI DESA JENARSARI GEMUH KENDAL

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENUKARAN UANG. (sesuatu dengan sesuatu yang lain). Kata (البیع) dalam bahasa Arab

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB II JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM

Khiya>r merupakan salah satu akad yang berkaitan erat dengan jual

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

BAB IV. disepakati diawal. Adapun perubahan harga sebelah pihak yang dilakukan. oleh si pembeli tanpa ada kesepakatan kedua belah pihak.

FIQIH MUAMALAH RUKUN DAN SYARAT JUAL BELI DALAM ISLAM. Makalah ini disusun guna Memenuhi Tugas. Mata Kuliah Fiqih Mu amalah

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing saling. membutuhkan satu sama lain, supaya mereka saling tolong menolong, tukar

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI SISTEM NOTA KURANG LEBIH (NKL) DI INDOMARET SUKODONO KARANGPOH CABANG GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa hidup sendiri. Baik itu dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB I PENDAHULUAN. Fitrah manusia bahwa mereka diciptakan oleh Allah dengan bersukusuku. dan berbangsa-bangsa sehingga satu sama lain saling mengenal.

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG KONSEP JUAL BELI DAN OBJEK JUAL BELI DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO

BAB IV ANALISIS. A. Persamaan dan Perbedaan Pendapat Mazhab Syafi i dan Mazhab Hanbali Tentang Hukum Menjual Reruntuhan Bangunan Masjid

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU NO 7 TAHUN 2004 TERHADAP JUAL BELI AIR IRIGASI DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB II KONSEP UMUM TENTANG SEWA-MENYEWA (IJARAH)

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB II JUAL BELI DAN HAK KEPEMILIKAN AIR DALAM HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG. A. Tinjauan Umum Tentang Jual Beli Dalam Islam

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG BA I BITSAMAN AJIL. Jual beli menurut bahasa berarti al-ba i, 1 sedangkan menurut etimologis,

BAB II JUAL BELI DALAM ISLAM

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB II JUAL BELI DALAM ISLAM

BAB II LANDASAN TEORI. orang yang melakukan akad meneruskannya untuk mengambil dan. memberikan sesuatu. Orang yang melakukan penjualan dan pembelian

BAB II BAY BITSAMAN AJIL. Sesunguhnya istilah bay bitsaman ajil merupakan istilah yang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL

BAB II KETENTUAN JUAL BELI. juga antara barang dan barang (barter). Kata انج ع berarti jual dalam

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi maksud-maksudnya yang kian hari makin bertambah. 1 Jual beli. memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE (HP) SERVIS YANG TIDAK DIAMBIL OLEH PEMILIKNYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

BAB II KONSEP JUAL BELI DALAM ISLAM. Jual beli dalam istilah fiqh disebut al-ba i yang menurut etimologi

BAB II KAJIAN TENTANG SEWA MENYEWA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB II LANDASAN TEORI. etimologi berarti perikatan, perjanjian, dan permufakatan (al-ittifaq). Secara termologi fiqh, akad didefinisikan dengan :

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETERLAMBATAN PENYERAHAN BARANG PADA AKAD ISTISHNA DALAM JUAL BELI ANYAMAN KEPANG DI DESA RINGINHARJO KEC.

BAB II KONSEP JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB II JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM. Jual beli dalam istilah fiqih disebut dengan al bai yang berarti. jual tetapi sekaligus juga bebrarti beli.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB V PENUTUP. harta milik tidak sempurna di Veeva Rent Car n Motor Malang maka peneliti

BAB II KETENTUAN JUAL BELI

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI BUNGA KAMBOJA KERING MILIK TANAH WAKAF DI DESA PORONG KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO

Transkripsi:

BAB III JUAL BELI MENURUT HUKUM ISLAM A. Pengertian Jual Beli Menurut etimologi, jual beli berarti pertukaran sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam bahasa Arab jual beli dinamakan al-ba i yang memiliki kata lain asy-syira, al-mubadah, dan at-tijarah. Berkenaan dengan at-tijarah, dalam Alqur an surat Fathir ayat 29 menyatakan: 1 يرجون تجارة لن تبور ) فاطر :29) Menurut pengertian syari at, yang dimaksud dengan jual beli adalah pertukaran harta atas dasar saling rela, atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan (yaitu berupa alat tukar yang sah). 2 Di dalam buku lain juga menyebutkan bahwa jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan cara yang tertentu (akad). 3 Adapun jual beli menurut terminologi, para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikannya, antara lain: a. Menurut ulama Hanafiyah, jual beli adalah menukarkan harta dengan harta melalui tata cara tertentu, atau menukar sesuatu yang disenangi dengan sesuatu yang lain yang dapat difahami sebagai al-bai, seperti melalui ijab dan qabul (saling menyerahkan). 2009), hlm. 278 1 Rachmat Syafe i, Fiqih Muamalah (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001), hlm. 74 2 Sayid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 12 (Bandung: PT. Al-ma arif, 1988 ), hlm. 48 3 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam: Hukum Fiqh Lengkap (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 28

29 b. Menurut Imam Nawawi dalam kitab Al-majmu : pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan. c. Menurut Ibnu Qudamah dalam kitab Al-mugni : pertukaran harta dengan harta, untuk saling menjadikan milik. 4 Selain itu, menurut mazhab Syafi i, Maliki, dan Hambali jual beli adalah saling tukar menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik dan kepemilikan. Sedangkan dalam KUHP pasal 1457 jual beli adalah suatu perjanjian antara pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. 5 Perkataan jual beli sebenarnya terdiri dari dua suku kata yaitu jual dan beli, dan keduanya memiliki arti yang bertolak belakang. Kata jual menunjukkan bahwa adanya perbuatan menjual, sedangkan beli adalah adanya perbuatan membeli. Dengan demikian, perkataan jual beli menunjukkan adanya dua perbuatan dalam satu peristiwa yaitu pihak yang menjual dan pihak lainnya membeli. 6 Dari beberapa definisi di atas dapat difahami bahwa yang dimaksud dengan jual beli ialah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang atas dasar saling merelakan, dengan jalan melepaskan hak kepemilikan diantara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati dan berdasarkan ketentuan syara. 4 Ghufron A Mas adi, Fiqh Muamalah Kontekstual (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 119-120 5 Subekti, Aneka Perjanjian (Bandung: Alumni, 1984), hlm. 366 6 Chairuman Pasariba and Suhrawardi, Hukum Perjanjian dalam Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hlm. 33

30 B. Dasar Hukum Jual Beli Manusia tidak akan mampu mengatur segala aktifitas jual beli dengan baik dan adil tanpa adanya hukum yang mengatur, dan Allah swt. telah mengaturnya di dalam kitab suci al-qur an dan diperjelas oleh Rasulullah dalam sunnahnya. Sehingga manusia hanya menggerakkan aktifitas ekonomi mereka dengan berpedoman kepada Al-qur an dan As-sunnah untuk mendapatkan hasil yang sempurna dan keridhoan dari Allah swt. Hukum mengenai jual beli telah disyariatkan berdasarkan Al-qur an dan As-sunnah. Adapun yang menjadi landasan atau dasar jual beli tersebut adalah sebagai berikut: a. Al-qur an, diantaranya: واحل االله البيع وحر م الر با (البقرة : 275 ( Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah swt. menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba 7, karena apabila riba dilakukan dalam transaksi bermuamalah akan dapat merugikan salah satu pihak. Ayat yang lain juga menyebutkan: ياأيها الذين آمنو لا تا كلو أموالكم بينكم بالباطل إلا أن تكون تجارة عن تراض منكم ولا تقتلوا أنفسكم إن االله 8 كان بكم رحيما. (الن ساء : 29) Ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt. memerintahkan janganlah kita termasuk orang-orang yang tamak yang memakan harta sesamanya dengan jalan 2011), hlm. 12 7 Shalih Fauzan, Perbedaan antara Jual Beli dan Riba (Solo: At- Tibyan, 2002), hlm. 55 8 Mardani, Ayat-Ayat dan Hadits Ekonomi Syariah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

31 yang tidak benar, kecuali dengan jalan jual beli yang disyariatkan, saling meridhoi antara penjual dengan pembeli dan yang berlaku atas dasar suka sama suka, dan menjadikan hal itu sebagai sebab untuk memperoleh harta benda yang sesuai dengan syari at islam. Di dalam ayat ini Allah swt. hanya membatasi dengan jalan perniagaan/ jual beli saja karena jual beli merupakan jalan yang paling banyak dilakukan dalam tukar menukar barang atau benda, dan hal itu bukan berarti bahwa seseorang dilarang memakan harta orang lain dengan jalan hibah, sedekah dan sebagainya. b. As-sunnah, diantaranya: Selain disebutkan dalam ayat Al-qur an diatas, terdapat juga hadits Nabi yang berkenaan tentang jual beli, diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Bazzar, dan Hakim menyahihkannya dari Rifa ah Ibn Rafi, ia berkata: عن رفاعة بن رافع رضى االله عنه, أن الن بي صل ى االله عليه وسل م سي ل أي الكسب أطيب فقال : عمل الرجل بيده وكل بيع مبرور. (رواه بزار 9 وصححه الحاكم) Dari hadits Nabi di atas dapat difahami bahwa usaha yang terbaik adalah usaha yang paling halal dan banyak berkahnya, serta usaha dari tangannya sendiri. 10 Hasil pekerjaan yang dicintai Allah adalah orang yang mencari penghasilan dengan keringatnya sendiri dan berdagang dengan jujur. Di dalam hadits Nabi tersebut dimaksudkan jual beli itu kedalam usaha yang lebih baik 9 Bulughul Maram hlm. 407 10 Al-shon ani, Subulus Salam Jilid III : diterjemahkan oleh Abu Bakar Muhammad (Surabaya: Al-ikhlas, 1995), hlm. 14

32 dengan adanya catatan mabrur, yang secara umum diartikan atas dasar suka sama suka dan bebas dari usaha tipu menipu dan merugikan orang lain. 11 Hadits lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Habban dan Ibnu Majjah, yaitu إن ما البيع عن تراض ) رواه ابن حب ان و ابن ماجة ( Di dalam jual beli sangat dibutuhkan saling rela (keridhaan) dari kedua belah pihak yang direalisasikan dalam bentuk mengambil dan memiliki atau cara lain yang menunjukkan keridhaan dan berdasarkan kepemilikan. 12 C. Syarat dan Rukun Jual Beli Di dalam jual beli terdapat empat macam syarat, yaitu syarat terjadinya akad (in iqad), syarat sahnya akad, syarat terlaksananya akad (nafadz) dan syarat mengikat (lujum). 13 Secara umum tujuan adanya semua syarat tersebut antara lain untuk menghindari pertentangan diantara manusia, menjaga kemashlahatan orang yang sedang akad, menghindari jual beli gharar (terdapat unsur penipuan), dan lainlain. Jika jual beli tidak memenuhi syarat terjadinya akad maka akad tersebut batal. Jika tidak memenuhi syarat sah, menurut Ulama Hanafiyah akad tersebut fasid. Jika tidak memenuhi syarat nafadz, akad tersebut mauquf yang cenderung boleh. Jika tidak memenuhi syarat lujum, akad tersebut mukhayyir (pilih-pilih), baik memilih untuk meneruskan maupun membatalkan. 11 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih (Jakarta: Kencana, 2003), hlm. 194 12 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 4 diterjemahkan oleh Nor Hasanudin (jakarta: Pena Pundi Aksara, 1993), hlm. 49 13 Lihat Rachmat Syafe i, Op. Cit., hlm. 76

33 Diantara ulama fiqih berbeda pendapat dalam menetapkan persyaratan jual beli, yaitu sebagai berikut 1. Menurut Mazhab Hanafi Persyaratan yang ditetapkan oleh Mazhab Hanafi berkaitan dengan syarat jual beli adalah: a. Syarat terjadinya akad (in iqad). Mengenai syarat ini, Hanafiyah menetapkan empat syarat, yaitu: Syarat Aqid (orang yang akad) Aqid harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Berakal dan Mumayyiz. Mazhab Hanafi tidak mensyaratkan harus baligh. 14 2. Aqid harus berbilang, sehingga tidaklah sah akad dilakukan seorang diri. 15 Syarat dalam Akad Syarat ini hanya satu, yaitu harus sesuai antara ijab dan qabul. Namun demikian, dalam ijab dan qabul terdapat tiga syarat berikut ini. 1) Ahli Akad. Menurut Mazhab Hanafi, seorang anak yang berakal dan mumayyiz (berumur tujuh tahun, tetapi belum baligh) dapat menjadi ahli akad. 2) Qabul harus sesuai dengan Ijab 14 Ahmad Wardi Muslich. Fiqh Muamalat (Jakarta: Amzah, 2013), hlm. 187 15 Ibid., hlm. 188

34 3) Ijab dan qabul itu dilakukan dalam satu majlis. Artinya, kedua belah pihak yang melakukan jual beli hadir dan membicarakan topik yang sama. 16 Syarat Tempat Akad Tempat akad harus bersatu atau berhubungan antara ijab dan qabul. 17 Syarat Ma qud alaih (objek akad) 1) Ma qud alaih harus ada; 18 2) Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia; 3) Benda tersebut milik sendiri; 4) Boleh diserahkan saat akad berlangsung atau pada waktu yang disepakati bersama ketika transaksi berlangsung. 19 b. Syarat pelaksanaan akad (nafadz) adalah sebagai berikut: 1) Benda dimiliki akid atau berkuasa untuk akad; 2) Pada benda tidak terdapat milik orang lain. Berdasarkan Nafadz, jual beli terbagi dua: a) Jual beli Nafidz (bisa dilangsungkan), jual beli yang dilakukan oleh orang yang telah memenuhi syarat dan rukun jual beli sehingga jual beli tersebut dikategorikan sah. b) Jual beli mauquf (ditangguhkan), jual beli yang dilakukan oleh orang yang tidak memenuhi persyaratan nafadz, 20 yakni bukan milik dan 16 Abdul Rahman Ghazaly, dkk. Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 73 17 Lihat Rachmat Syafe i, Op. cit., hlm. 78 18 Lihat Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Op. cit., hlm. 75 19 Ibid., hlm. 76 20 Lihat Ahmad Wardi Muslich, Op. cit., hlm. 194

35 tidak kuasa untuk melakukan akad, seperti jual beli fudhul (jual beli milik orang lain tanpa ada izin). Namun demikian, jika pemiliknya mengizinkan jual beli fudhul dipandang sah. Sebaliknya, jika pemilik tidak mengizinkan dipandang batal. 21 c. Syarat Sah Akad. Syarat ini terbagi atas dua bagian, yaitu umum dan khusus. 1) Syarat umum Adalah syarat-syarat yang harus ada pada setiap jenis jual beli agar jual beli tersebut dianggap sah menurut syara. Secara global akad jual beli harus terhindar dari enam macam aib, yaitu: a. Ketidakjelasan b. Pemaksaan c. Pembatasan dengan waktu d. Penipuan e. Kemadharatan f. Syarat-syarat yang merusak. 22 2) Syarat khusus Jual beli ini harus memenuhi persyaratan berikut: a. Barang yang diperjualbelikan harus dapat dipegang yaitu pada jual beli benda yang harus dipegang sebab apabila dilepaskan akan rusak atau hilang. b. Harga awal harus diketahui yaitu pada jual beli amanat 21 Wahbah Az-zuhaili. Fiqih Islam wa Adillatuhu jilid 5 (Jakarta: Darul Fikir, 2011), hlm. 22 Lihat Ahmad Wardi Muslich, Op. cit., hlm. 190

36 c. Serah terima benda dilakukan sebelum berpisah yaitu pada jual beli yang bendanya ada ditempat. d. Terpenuhi syarat penerimaan e. Harus seimbang dalam ukuran timbangan, yaitu dalam jual beli yang memakai ukuran atau timbangan. f. Barang yang diperjualbelikan sudah menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena itu, tidak boleh menjual barang yang masih berada ditangan penjual. 23 d. Syarat Lujum (kemestian), Syarat ini hanya ada satu, yaitu akad jual beli harus terlepas atau terbebas dari khiyar (pilihan). 24 2. Menurut Mazhab Syafi i Mazhab syafi i mensyaratkkan 22 syarat yang berkaitan dengan aqid, shighat, dan ma qud alaih. Persyaratan tersebut adalah a. Syarat Aqid 1. Dewasa atau sadar. Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. (Q.S. An-nisa : 5). 25 2. Tidak dipaksa 3. Islam 4. Pembeli bukan musuh. 23 Lihat Wahbah Az-zuhaili, Op. cit., hlm. 158 24 Lihat Ghufron A Mas adi, Op. cit., hlm. 122 25 Lihat Rachmat Syafe i, Op. cit., hlm. 81

37 b. Syarat Shighat 1. Berhadap-hadapan 2. Ditujukan pada seluruh badan yang akad. Tidak sah mengatakan, Saya menjual barang ini kepada kepala atau tangan kamu. 3. Qabul diucapkan oleh orang yang dituju dalam ijab, kecuali jika diwakilkan. 4. Harus menyebutkan barang atau harga 26 5. Ketika mengucapkan shighat harus disertai dengan niat (maksud) 6. Pengucapan ijab dan qabul harus sempurna 7. Ijab dan qabul tidak terpisah 8. Antara ijab dan qabul tidak terpisah dengan pernyataan lain 9. Tidak berubah lafadz. Jarak antara ijab dan qabul tidak terlalu lama yang dapat menimbulkan dugaan bahwa objek pembicaraan telah berubah. 27 10. Bersesuaian antara ijab dan qabul secara sempurna 11. Tidak dikaitkan dengan sesuatu 12. Tidak dikaitkan dengan waktu. 28 c. Syarat Ma qud alaih (barang) 1. Harus suci 2. Dapat dimanfaatkan 3. Milik orang yang melakukan akad 26 Lihat Rachmat Syafe i, Op. cit., hlm. 82 27 Lihat Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Op. cit.,hlm. 73 28 Lihat Rachmat Syafe i, Op. cit., hlm. 83

38 4. Dapat diserah-terimakan 5. Mengetahui (melihat sendiri keadaan barang, baik hitungan, takaran, timbangan atau kualitasnya) 6. Barang yang diakadkan ada di tangan. 29 Dalam menetapkan rukun jual beli, diantara para ulama terjadi perbedaan. Menurut mazhab Hanafi, rukun jual beli adalah ijab dan qabul yang menunjukkan pertukaran barang secara ridha, atau dengan redaksi yang lain, ijab qabul adalah perbuatan yang menunjukkan kesediaan dua pihak untuk menyerahkan milik masing-masing kepada pihak lain baik dengan menggunakan perkataan atau perbuatan. Adapun menurut jumhur ulama, rukun jual beli ada empat yaitu: 1. Bai (penjual) 2. Musytari (pembeli) 3. Shighat (ijab dan qabul) 4. Ma qud Alaih (benda atau barang). 30 D. Macam-macam Jual Beli Dari aspek objeknya, jual beli dibedakan menjadi empat macam, yaitu: 1. Bai Al-muqayadhah atau barter, yakni jual beli barang dengan barang yang lazim, seperti menjual baju dengan sepatu, hewan dengan gandum; 2. Bai al-muthlaq, yakni jual beli barang dengan sesuatu yang telah disepakati sebagai alat pertukaran, seperti uang; 29 Lihat Chairuman Pasariba and Suhrawardi, Op. cit., hlm. 37 30 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah : membahas ekonomi islamkedudukan harta, hak milik, jual beli, bunga bank dan riba, musyarakah, ijarah, mudayanah, koperasi, asuransi, etika bisnis, dan lain-lain (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 70

39 3. Bai Al-sharf atau Bai al-dain bil dain, yakni jual beli barang yang biasa dipakai sebagai alat penukar dengan alat penukar lainnya, seperti uang perak dengan uang emas; 4. Bai Al-salam, yakni jual beli melalui pesanan, yakni jual beli dengan cara menyerahkan terlebih dahulu uang muka kemudian barang akan diantar belakangan. 31 Dari aspek harga, jual beli dibedakan menjadi empat macam, yaitu: 1. Bai al-murabahah, yaitu jual beli barang dengan harga aslinya dan ditambah sejumlah keuntungan tertentu yang disepakati dalam akad; 2. Bai al-tauliyah, yaitu jual beli barang dengan harga aslinya tanpa ada penambahan harga atau pengurangan; 3. Bai al-wadhi ah, yaitu jual beli barang dengan harga asal dengan pengurangan sejumlah harga atau diskon; 4. Bai al-musawamah, yaitu jual beli barang dengan harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, dan pihak penjual cenderung merahasiakan harga aslinya. 32 E. Manfaat dan Hikmah Jual Beli Menurut Ghazzaly ( 2010: 87) manfaat dan hikmah jual beli diantaranya sebagai berikut. 1. Jual beli dapat menata struktur kehidupan ekonomi masyarakat yang menghargai hak milik orang lain; 31 Lihat Rachmat Syafe i, Op. cit., hlm. 101 32 Lihat Ghufron A Mas adi, Op. cit., hlm. 142

40 2. Penjual dan pembeli dapat memenuhi kebutuhannya atas dasar kerelaan; 3. Masing-masing pihak merasa puas. Penjual melepas barang dagangannya dengan ikhlas dan menerima uang, sedangkan pembeli memberikan uang dan menerima barang dagangan dengan puas pula. Dengan demikian, jual beli juga mampu mendorong untuk saling membantu antara keduanya dalam kebutuhan sehari-hari. 33 4. Dapat menjauhkan diri dari memakan atau memiliki barang yang haram atau secara bathil; 5. Penjual dan pembeli mendapatkan rahmat Allah swt. bahkan 90% sumber rezeki berputar dalam aktifitas perdagangan; 6. Menumbuhkan ketentraman dan kebahagiaan. Apabila kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi, maka diharapkan ketenangan dan ketentraman jiwa dapat pula tercapai. 34 Adapun hikmah jual beli dalam garis besarnya sebagai berikut: Allah swt. Mensyariatkan jual beli sebagai pemberian keluangan dan keleluasaan kepada hamba-hambanya karena semua manusia secara pribadi mempunyai kebutuhan berupa sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan seperti ini tidak pernah putus selama manusia masih hidup. Tidak seorang pun dapat memenuhi hajat hidupnya sendiri, karena itu manusia dituntut berhubungan satu sama lainnya. Dalam hubungan ini tak ada satu hal pun yang lebih sempurna daripada saling tukar. Seseorang akan 33 Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 87 34 Ibid, hlm. 88

41 memberikan apa yang ia miliki untuk kemudian ia memperoleh sesuatu yang berguna dari orang lain sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Diantara hikmah yang lain yaitu melapangkan persoalan-persoalan kehidupan. Dapat meredam terjadinya perselisihan, perampokan, pencurian, pengkhianatan, dan penipuan, karena orang yang membutuhkan barang akan cenderung kepada barang yang ada di tangan orang lain. 35 35 Abdurrahman, et-al, Panduan Praktis Bisnis Syari ah : Fiqih Jual Beli (Arab saudi: maktabah madinah, 2008), hlm. 127