Oleh Helios Tri Buana

dokumen-dokumen yang mirip
PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIIK INDONESIA,

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : 02 Tahun 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

BAB I PENDAHULUAN. keperdataan. Dalam hubungan keperdataan antara pihak yang sedang berperkara

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN SYSTEM COURT CONNECTED MEDIATION DI INDONESIA. memfasilitasi, berusaha dengan sungguh-sungguh membantu para pihak

DRAFT REVISI PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

dengan hukum atau yang tidak dapat dilaksanakan atau yang memuat iktidak tidak baik (Pasal 17 ayat 3).

SURAT KESEPAKATAN PERDAMAIAN TERINTEGRASI DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perbedaan-perbedaan yang dapat menimbulkan suatu. dirugikan haknya dapat mengajukan gugatan. Pihak ini disebut penggugat.

Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja telah melakukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan proses penyusunan revisi PERMA tersebut.

PENERAPAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG MEDIASI DALAM PERSIDANGAN DI PENGADILAN AGAMA Oleh : H. Sarwohadi, SH, MH (Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

A. Proses Mediasi dalam Pembatalan Pekawinan di Pengadilan Agama Lamongan (Studi Kasus Putusan Nomor 1087/Pdt.G/2012/Pa.Lmg)

PENTINGNYA PENCANTUMAN KETIDAKBERHASILAN UPAYA PERDAMAIAN (DADING) DALAM BERITA ACARA SIDANG DAN PUTUSAN

BAB IV. A. Analisa terhadap Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama Bangkalan. cepat dan murah dibandingkan dengan proses litigasi, bila didasarkan pada

BAB III TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA PANDEGLANG

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

PENERAPAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NO. 01 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN NEGERI MAKASSAR

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PENERAPAN AZAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA MELALUI MEDIASI BERDASARKAN PERMA NO

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEKUATAN HUKUM AKTA PERDAMAIAN HASIL MEDIASI. (Studi di Pengadilan Agama Kabupaten Malang) SKRIPSI. Oleh: Lailatul Qomariyah NIM

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata

MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1 TAHUN Oleh: Mashuri, S.Ag., M.H.

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN PERDAMAIAN DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERDATA NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB II PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA INDONESIA

BAB IV. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016. TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN 1 Oleh: Agung Akbar Lamsu 2

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan masyarakat kepada Lembaga Yudisial. untuk memperoleh keadilan melalui kewenangan

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pogram Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Oleh : ANGGA PRADITYA C

Oleh : YUDI PRASETYO

BAB I PENDAHULUAN. keadaan yang menunjukan hal yang luar biasa. 1 Apabila sebagai contoh

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini banyak terjadi sengketa baik dalam kegiatan di

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

Lex Administratum, Vol. V/No. 3/Mei/2017

BAB V PENUTUP. melalui mediasi dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : penyelesaian sengketa di pengadilan.

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

Pengertian Mediasi. Latar Belakang Mediasi. Dasar hukum pelaksanaan Mediasi di Pengadilan adalah Peraturan Mahkamah Agung RI No.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tidak

Ditulis oleh Administrator Jumat, 05 Oktober :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 05 Oktober :47

UPAYA PENYELESAIAN PERKARA MELALUI PERDAMAIAN PADA PENGADILAN AGAMA, KAITANNYA DENGAN PERAN BP4 1. Oleh. Wahyu Widiana 2

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

KONSEKUENSI HUKUM BAGI SEORANG ARBITER DALAM MEMUTUS SUATU PERKARA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 30 TAHUN 1999

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM

PANDANGAN HAKIM TENTANG PUTUSAN DAMAI ATAS UPAYA HUKUM VERZET

PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF MELALUI MEDIASI. Oleh : Prof. Rehngena Purba, SH., MS.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga munculah sengketa antar para pihak yang sering disebut dengan

1. Contoh Akta Perdamaian/Putusan Perdamaian :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA BANK SYARI AH DENGAN NASABAH MELALUI PENGADILAN AGAMA MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2008

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 DENGAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2016 PADA PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA TUBAN

KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI DAN PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN. A. Latar Belakang Lahirnya Prosedur Mediasi di Pengadilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Penyelesaian Sengketa (APS) atau Alternative Dispute Resolution (ADR). 3 Salah satu

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

BAB I PENDAHULAN. seseorang adalah hal penting yang kadang lebih utama dalam proses

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

: KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO.

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA MELALUI PERDAMAIAN MEDIASI

P U T U S A N Nomor 23/Pdt.G/2014/PTA.Mks

KODE ETIK MEDIATOR Drs. H. HAMDAN, SH., MH. Pendahuluan. Terwujudnya keadilan yang cepat, sedarhana dan biaya ringan merupakan dambaan dari setiap

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan. wewenang yang dimiliki Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili,

2015, No tidaknya pembuktian sehingga untuk penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama; d. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mene

BAB I PENDAHULUAN. dan keadilan, Sehingga secara teoritis masih diandalkan sebagai badan yang

EKSISTENSI DAN KEKUATAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN 1 Oleh : Wiska W. R Rahantoknam 2

ABSTRAK HENDRY RAUF, NIM KONSEP HUKUM MEDIASI DAN PENERAPAN HAKIM TERHADAP PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI GORONTALO.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perkara pada tingkat pertama, telah menjatuhkan putusan no:

EFEKTIFITAS MEDIASI DALAM PERKARA PERDATA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 01 TAHUN 2008 (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Boyolali) SKRIPSI

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

file://\\ \web\prokum\uu\2004\uu htm

DAFTAR PUSTAKA., 2011, Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris, Refika Aditama, Bandung.

SKRIPSI PENGINGKARAN PUTUSAN PERDAMAIAN OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Gugat

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ELIZA FITRIA

BAB I PENDAHULUAN. hasil akhir putusan yang dijatuhkan. Tetapi harus dinilai sejak awal proses pemeriksaan

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Talak

Transkripsi:

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PEWARISAN DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA (Studi Kasus Perkara Nomor : 168/Pdt.G/2013/PN.Ska) Jurnal Ilmiah Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta Oleh Helios Tri Buana 11100072 FAKULTAS HUKUM UNVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA 2015 1

Judul : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEDIASI DALAM PERKARA SENGKETA PEWARISAN DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA ( Studi Kasus Perkara Nomor : 168/Pdt.G/2013/PN.Ska) Disusun oleh : Helios Tri Buana NPM : 11100072 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK Latar Belakang penelitian iniadalah dengan adanya ketentuan dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 tahun 2008 tentang Prosedur mediasi di Pengadilan, maka jelas hakim mempunyai peranan yang aktif untuk mengusahakan penyelesaian secara damai untuk perkara perdata yang diperiksanya. Dalam kaitannya ini hakim haruslah dapat memberikan suatu pengertian bahwa penyelesaian perkara dengan cara perdamaian merupakan suatu cara penyelesaian yang lebih baik dan bijaksana daripada diselesaikan dengan putusan pengadilan, baik di pandang dari sedi hukum masyarakat maupun dipadang dari segi waktu, biaya dan tenaga yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses penyelesaian sengketa pewarisan dengan cara mediasi oleh Pengadilan Negeri Surakarta dan akibat hukum bagi ahli waris dengan adanya mediasi, sesuai dengan Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) No.1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pendekatan secara yuridis normatif. Lokasi penelitian di Pengadilan Negeri Surakarta. Sumber data penelitian yang digunakan adalah sumber data sekunder, Data sekunder yang digunakan sumber bahan hukum dan sumber hukum sekunder. Tehnik pengumpulan data yang digunakan studi kepustakaan dan studi dokumen atau bahan pustaka. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penyelesaian sengketa pewarisan dengan cara mediasi yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri Surakarta melalui dua tahap yaitu pra mediasi dan tahap mediasi. Pada tahap pra mediasi dipimpin oleh majelis hakim pemeriksa perkara yang sedang ditangani mulai dari sidang pertama dan menyuruh agar para pihak melakukan mediasi. Majelis hakim menunda waktu persidangan untuk memberikan kesempatan pada para pihak untuk melakukan mediasi dan memilih seorang mediator untuk membatu proses penyelesaian sengketa. Para pihak dalam hal ini menggunakan mediator dari dalam Pengadilan Negeri Surakarta. Langkah langkah yang dilakukan oleh mediator dalam tahap mediasi adalah meminta 2

agar para pihak menghadap mediator, menentukan jadwal pertemuan, melakukan kaukus, mempertemukan kedua belah pihak, melaporkan hasil mediasi kepada majelis hakim pemeriksa perkara. Akibat hukum bagi ahli waris dalam melakukan mediasi disini yaitu in kracht van gewijsde yang berbentuk akta perdamaian, tidak dapat diajukan gugatan baru, dapat dieksekusi, tidak ada upaya hukum lain. Kata kunci : Pramediasi, mediasi, akta perdamaian, akibat hukum bagi ahli waris. A. Latar Belakang Sesuai dengan kodratnya manusia diciptakan oleh Tuhan yang Maha Pengasih untuk hidup bersama dengan manusia lainnya (bermasyarakat). Dalam hidup bermasyatakat ini mereka saling menjalin hubungan, yang apabila di teliti jumlah dan sifatnya tidak terhingga banyaknya. Di dalam kehidupan bermasyarakat tiap tiap individu atau orang mempunyai kepentingan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Ada kalanya kepentingan mereka saling bertentangan, hal mana dapat menimbulkan suatu sengketa. Untuk menghindari gejala tersebut mereka mencari jalan untuk mengadakan tata tertib, yaitu dengan membuat ketentuan atau kaidah hukum, yang harus ditaati oleh setiap anggota masyarakat, agar dapat mempertahankan hidup bermasyarakat. Dalam kaidah hukum yang ditentukan itu, setiap orang diharuskan untuk bertingkah laku sedemikian rupa, sehingga kepentingan anggota masyarakat lainnya akan terjaga dan dilindungi, dan apabila kaidah hukum tersebut dilanggar, maka kepada yang bersangkutan akan dikenakan sanksi atau hukuman. Akhir akhir ini banyak terjadi di masyarakat yang terlibat di dalam sengketa perdata memilih jalan mediasi, baik yang diupayakan oleh hakim, 3

pengacara maupun kehendak dari para pihak yang berpekara itu sendiri. Hal ini merupakan suatu gejala positif yang patut kita perhatikan secara bersama. Menyelesaikan sengketa perdata atau sengketa gugatan dengan cara mediasi adalah cara-cara yang gunakan oleh para pihak yang membuat, menentukan sendiri secara ikhlas sadar isi perjanjian perdamaian. Mediasi merupakan salah satu upaya penyelesaian dimana para pihak yang berselisih atau bersengketa bersepakat untuk menghadirkan pihak ketiga yang independen guna bertindak sebagai mediator (pengengah). Mediasi sebagai salah satu proses penyelesaian sengketa di luar pengadilan, dewasa ini digunakan oleh pengadilan sebagai proses penyelesaian sengketa. Bentuk penyelesaian sengketa dengan cara mediasi yang sekarang dipraktikkan terintegrasi dengan proses peradilan. Penyelesaian sengketa dengan cara mediasi yang dewasa ini dipraktikkan di pengadilan memiliki kekhasan, yaitu dilakukan ketika perkara sudah di daftarkan di pengadilan (Connected to the court). Landasan yuridisnya diawali pada tahun 2002 dan terus mengalami perbaikan baik dalam proses maupun pelaksanaannya dengan Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 2 Tahun 2003 dan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 tahun 2008 tentang PERMA Prosedur Mediasi di Pengadilan. PERMA menjadi standar umum bagi pedoman pelaksanaan mediasi yang diintensifkan ke dalam prosedur berpekara di Pengadilan Negeri. Mediasi memiliki kedudukan penting dalam PERMA tersebut, karena proses mediasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses beperkara di pengadilan. Oleh karena itu, pelaksanaan mediasi dengan hasil 4

kesepakatan dan kegagalan yang dicapai serta faktor penyebabnya menjadi bahan pertimbangan utama untuk menilai tingkat efektifitasnya. Proses mediasi harus selesai dalam jangka waktu paling lama 40 hari kerja sejak pemilihan atau penetapan penunjukan mediator. Seandainya mediator berasal dari luar lingkungan pengadilan jangka waktu tersebut diperpanjang menjadi 30 hari. Apabila mediasi berhasil, kesepakatan lengkap dengan klausula pencabutan perkara atau pernyataan perkara telah selesai disamping dalam sidang. Majelis Hakim kemudian akan mengukuhkan kesepakatan itu sebagai akta perdamaian, tetapi apabila gagal adalah tugas mediator untuk melaporkannya secara tertulis kepada Majelis Hakim. Konsekuensi kegagalan tersebut memaksa Mejelis Hakim melanjutkan proses perkara. Dengan adanya ketentuan dalam pasal 130 ayat (1) HIR atau pasal 154 ayat (1) RBg tersebut, maka jelas hakim mempunyai peranan yang aktif untuk mengusahakan penyelesaian secara damai untuk perkara perdata yang diperiksanya. Dalam kaitannya ini hakim haruslah dapat memberikan suatu pengertian bahwa penyelesaian perkara dengan cara perdamaian merupakan suatu cara penyelesaian yang lebih baik dan bijaksana daripada diselesaikan dengan putusan pengadilan, baik di pandang dari segi hukum masyarakat maupun dipadang dari segi waktu, biaya dan tenaga yang digunakan. B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana penyelesaian sengketa pewarisan dengan cara mediasi? 2. Bagaimana akibat hukum bagi ahli waris dengan adanya mediasi? 5

C. Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu pendekatan secara yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif adalah yaitu penelitian dengan menerangkan ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, dihubungkan dengan kenyataan yang ada di lapangan kemudian dianalisis dengan membandingkan antara tuntutan nilai-nilai ideal yang ada di dalam peraturan perundang-undangan dengan kenyataan yang ada di lapangan. 2. Sifat Penelitian Sifat penelitian menggunakan penelitian yang bersifat deskriptif, dimana penelitian bertujuan memberikan gambaran, melukiskan serta memaparkan data yang diperoleh dari penelitian. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksud untuk memberikan data awal yang diteliti tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lain. Dalam hal ini penulis mencoba menggambarkan tentang putusan hakim tentang mediasi terhadap sengketa pewarisan. 3. Jenis - Jenis Data Penelitian Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk bahan hukum. Dalam data sekunder terbagi bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. 6

1. Bahan Hukum Primer yang diperoleh dalam penelitian ini berupa hasil putusan hakim yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap yaitu putusan perkara perdata Nomor : 168/Pdt.G/2013/PN.Ska. 2. Bahan Hukum Sekunder merupakan bahan hukum bersifat membantu atau menunjang bahan hukum primer. Diantara bahan bahan hukum sekunder dalam penelitian ini adalah artikel artikel, jurnal, buku dan dokumen yang mempunyai hubungan terhadap permasalahan dalam penelitian ini. 4. Tehnik Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan : a. Studi kepustakaan Yaitu dengan cara membaca, mengkaji dan mempelajari literatur/buku, catatan kepustakaan, dokumen serta bahan lain yang erat hubungannya dengan masalah yang diteliti. b. Studi dokumen atau bahan pustaka Metode ini merupakan cara pengumpulan data dengan cara membaca, memperlajari, mengkaji, membuat catatan yang diperlukan. Pedoman Mediasi, buku Alternatif Penyelesaian Sengketa, Perkara Nomor : 168/Pdt.G/2013/PN.Ska, PERMA No. 1 Tahun 2008 dan hal hal lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 7

D. Hasil Penelitian dan Analisis 1. Penyelesaian Sengketa Pewarisan dengan cara Mediasi a. Proses Mediasi Dalam tahap ini penggugat memasukan gugatannya ke Pengadilan Negeri Surakarta, kemudian gugatan tersebut diterima pada tanggal 8 Juli 2013 oleh Pengadilan Negeri Surakarta dengan Nomor : 168/Pdt.G/2013/PN.Ska. Setelah itu ketua Pengadilan Negeri Surakarta menunjuk majelis hakim pemeriksa perkara tersebut dengan surat Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Surakarta, Majelis hakim yang ditunjuk untuk menangani perkara Sehingga berdasarkan Surat Penetapan ketua Pengadilan Negeri dengan Nomor : 168/Pdt.G/2013/PN.Ska. bahwa pemeriksaan perkara tersebut akan dilangsungkan pada hari Rabu 31 Juli 2013 jam 09.00 WIB. Memerintahkan kepada Jurusita Pengadilan Negeri Surakarta untuk memanggil kepada kedua belah pihak agar supaya datang menghadap dimuka sidang Pengadilan Negeri Surakarta. Majelis Hakim dalam memeriksa perkara No.168/Pdt.G/2013/PN.Ska dalam hal ini menerangkan bagi para pihak bahwa dalam proses pemeriksaan perkara perdata, yang mana sudah di atur dalam Peraturan Mahkamah Agung No 1 Tahun 2008 (PERMA), mewajibkan hakim untuk menempuh jalan mediasi yang sifatnya wajib dilaksanakan pada setiap Pengadilan Negeri yang menangani perkara perdata. Majelis Hakim dalam hal ini sebagai Pemeriksa Perkara Perdata No.168/Pdt.G/2013/PN.Ska telah memenuhi syarat yang terdapat dalam pasal 2 8

Ayat (1), (2), (3) dan (4) Peraturan Mahkamah Agung No 1 Tahun 2008 (PERMA). Pasal 2 Ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung No 1 Tahun 2008 (PERMA) menyebutkan bahwa Peraturan Mahkamah Agung ini hanya berlaku untuk mediasi yang terkait dengan proses berperkara di Pengadilan. Pasal (2) Peraturan Mahkamah Agung No 1 (PERMA) menyebutkan bahwa setiap hakim, mediator dan para pihak wajib mengikuti prosedur penyelesaian sengketa melalui mediasi yang diatur dalam peraturan ini. Pasal (3) Peraturan Mahkamah Agung No 1 Tahun 2008 (PERMA) menyebutkan bahwa tidak menempuh prosedur mediasi berdasarkan peraturan ini merupakan pelanggaran terhadap ketentuan pasal 130 HIR dan atau pasal 154 Rbg yang mengkaitkan putusan batal demi hukum Pasal (4) Peraturan Mahkamah Agung No 1 Tahun 2008 (PERMA) menyebutkan bahwa Hakim dalam pertimbangan putusan perkara wajib menyebutkan bahwa perkara yang bersangkutan telah diupayakan perdamaian melalui mediasi dengan menyebutkan nama mediator untuk perkara yang bersangkutan. Majelis Hakim dalam hal menangani perkara perdata menerangkan pada kedua belah pihak, bahwa setiap penyelesaian sengketa perdata harus melalui mediasi terlebih dahulu. Oleh sebab itu Ketua Majelis Hakim menjelaskan bahwa Pengadilan Negeri Surakarta adanya mediator mediator yang nantinya dapat dipergunakan untuk membantu proses penyelesaian perkara perdata dengan cara mediasi. Majelis Hakim memberikan penjelasan bahwa mediator dapat dipilih sendiri dari luar Pengadilan atau dari dalam Pengadilan. Untuk mediator dari 9

dalam Pengadilan, yang memilih adalah Majelis Hakim. Apabila para pihak ingin menggunakan mediator dari dalam Pengadilan Negeri Surakarta, maka para pihak tidak dipungut biaya sama sekali. Sedangkan apabila para pihak menggunakan mediator dari luar Pengadilan Negeri Surakarta maka para pihak dipungut biaya sesuai dengan perkara yang ditangani. Para Pihak disini diberi pilihan oleh Majelis Hakim apakah untuk mediator akan ditentukan sendiri atau menggunakan mediator yang sudah ditentukan oleh Majelis Hakim yang namanya sudah ada dalam daftar mediator Pengadilan Negeri Surakarta. Apabila para pihak ingin menggunakan mediator dari dalam Pengadilan Negeri Surakarta, maka Majelis Hakim menanyakan lagi, untuk mediator apakah dapat dipilih sendiri atau dipilih oleh Ketua Majelis Hakim untuk menetapkan mediator. Dari hasil pernyataan tersebut, maka para pihak sepakat untuk menyerahkan semuanya termasuk dalam memilih mediator yang sudah ditentukan oleh Majelis Hakim. Pada hari sidang berikutnya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Surakarta menetapkan mediator yaitu Kun Maryoso, SH, MH bahwa oleh karena itu perlu dikeluarkan penetapan untuk menunjuk mediator. Pada hari sidang yang telah ditentukan oleh Majelis Hakim dan memberikan penjelasan bahwa batas waktu yang diberikan untuk menyelesaikan sengketa perdata dengan cara mediasi adalah empat puluh hari kerja, kemudian setelah empat puluh hari kerja Majelis Hakim langsung menentukan hari sidang untuk mendengarkan laporan dari mediator. Majelis Hakim setelah selesai 10

memberikan penjelasan kemudian menyerahkan perkara tersebut ke mediator sepenuhnya untuk diusahakan perdamaian melalui mediasi. Dalam hal ini mediator kemudian menempuh langkah langkah untuk mulai menempuh proses mediasi. Langkah tersebut sebagai berikut : (1) Menentukan Jadwal pertemuan Hal ini sesuai dengan Peratuan Mahkamah Agung No 1 Tahun 2008 pasal 15 ayat (1) : Mediator wajib mempersiapkan usulan jadwal pertemuan mediasi kepada para pihak untuk dibahas dan disepakati. (2) Melakukan Kaukus Kaukus adalah suatu pertemuan yang dilakukan oleh mediator yang mana pertemuan ini dilakukan terpisah antara Penggugat dan Tergugat. Pertemuan ini dilakukan terpisah dan waktunya pun berbeda karena untuk mendengarkan pendapat dari kedua belah pihak. (3) Pertemuan Kedua Belah Pihak Pada pertemuan kedua belah pihak ini merupakan pertemuan untuk membahas tentang hasil kesepakatan dari masing masing. Hasil kesepakatan kedua belah pihak tersebut kemudian diserahkan kepada mediator untuk diperiksa. Hasil dari kesepakatan ini telah ditentukan dan tercantum dalam Peraturan Mahkamah Agung No 1 Tahun 2008 (PERMA) pasal 17 ayat (3) : sebelum para pihak menandatangani kesepakatan, mediator memeriksa materi kesepakatan perdamaian untuk menghidari ada kesepakatan yang bertentangan dengan hukum atau yang tidak dapat dilaksanakan atau yang memuat itikad tidak baik. 11

(4) Melaporkan Hasil Mediasi Hal ini tercantum dalam Peraturan Mahkamah Agung No 1 Tahun 2008 (PERMA) pasal 18 ayat (1) jika setelah batas waktu maksimal empat puluh hari kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (3), para pihak tidak mampu menghasilkan kesepakatan atau karena sebab sebab yang terkandung dalam pasal 15, mediator wajib menyatakan secara tertulis bahwa proses telah gagal dam memberitahukan kegagalan kepada hakim. Dalam suatu mediasi dijelaskan tentang tahap tahap proses mediasi sesuai dengan Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2008 pada bab III pasal 13 tentang penyerahan resume perkara dan lama proses mediasi sebagai berikut : a. Dalam waktu paling lama 5 hari kerja setelah para pihak menunjuk mediator yang disepakati, masing masing pihak dapat menyerahkan resume perkara kepada satu sama lain dan kepada mediator. b. Dalam waktu paling sedikit 5 hari kerja setelah para pihak gagal memilih mediator, masing masing pihak dapat menyerahkan resume perkara kepada hakim mediator yang ditujuk. c. Proses mediasi berlangsung paling lama 40 hari kerja sejak mediator dipilih oleh para pihak atau ditunjuk oleh ketua majelis hakim sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (5) dan (6). d. Atas dasar kesepakatan para pihak, jangka waktu proses mediasi dapat dilakukan secara jarak jauh dengan menggunakan alat komunikasi. 12

e. Jangka waktu proses mediasi tidak termasuk jangka waktu pemeriksaan perkara. f. Jika diperlukan dan atas dasar kesepakatan para pihak, mediasi dapat dilakukan secara jarak jauh dengan menggunakan alat komunikasi. Pada hari rabu tanggal 21 Agustus 2013 dalam persidangan Pengadilan Negeri Surakarta, menerangkan bahwa setalah kedua belah pihak yang berpekara tersebut hadir dimuka persidangan, selanjutnya Hakim Ketua Majelis menjelaskan sesuai dengan laporan dari Mediator tertanggal 31 Juli 2013 yang pada pokoknya para pihak sepakat untuk berdamai dan pemeriksaan perkara ini di pandang cukup kemudian untuk menyusun putusan, maka sidang ditunda dan ditetapkan kembali pada tanggal 29 Agustus 2013. b. Pembuatan akta perdamaian Pada hari kamis tanggal 29 Agustus 2013 dalam persidangan Pengadilan Negeri Surakarta yang terbuka untuk umum, menerangkan bahwa mereka bersedia untuk mengakhiri persengketaan antara mereka seperti termuat dalam surat gugatan tersebut, dengan jalan perdamaian dan untuk itu telah mengadakan persetujuan. Setelah isi persetujuan perdamaian tersebut dibuat secara tertulis tanggal 31 Juli 2013 dan dibacakan kepada kedua belah pihak dimuka persidangan tanggal 21 Agustus 2013, maka mereka masing masing menerangkan dan menyatakan menyetujui seluruh isi persetujuan perdamaian tersebut selanjutnya para pihak masing masing menandatangani di hadapan Majelis hukum. 13

Kemudian Pengadilan Negeri menjatuhkan putusan, yang berisi : Telah membaca surat persetujuan perdamaian tersebut diatas; Telah mendengar kedua belah pihak yang berperkara; Mengingat, pasal 130 HIR/154 Rbg dan PERMA No.1 Tahun 2008, serta ketentuan perudang undangan lainnya yang bersangkutan, Mengadili : Menghukum kedua belah pihak Penggugat dan para Tergugat tersebut untuk menaati persetujuan yang telah disepakati Menghukum kedua belah pihak untuk membayar biaya perkara. Penyelesaian perkara perdata di Pengadilan Negeri Surakarta dapat diselesaikan dengan cara mediasi, sebelum melanjutkan persidangan Majelis Hakim pun menawarkan mediasi kepada kedua belah pihak, serta Pengadilan Negeri Surakarta juga memfasilitasi seorang meditor yang profesional agar mediasi dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan yakni kedua belah pihak dapat berdamai tanpa harus melanjutkan perkara perdata di pengadilan. Bahwa seharusnya perkara perdata dapat diselesaikan antar dua belah pihak tanpa harus masuk ke Pengadilan, dengan cara musyawarah bersama antar dua belah pihak dengan menghadirkan seseorang yang netral, dengan demikian perkara perdata tidak harus diadili oleh majelis hakim dan tidak harus mengeluarkan biaya. 2. Akibat Hukum bagi ahli waris dengan adanya mediasi. Mediasi pada intinya adalah agar para pihak yang bersengketa bisa diselesaikan dengan cara mediasi atau dengan cara perdamaian, dengan adanya mediasi maka diharapkan menyelesaikan sengketa dengan cepat dan terlaksana 14

dengan baik. Hasil dari kesepakatan mediasi dari kedua pihak menjadikan suatu akta perdamaian, akibat hukum bagi kedua belah pihak adalah sebagai berikut : a. In kracht van gewijsde (mempunyai kekuatan hukum tetap). Akta perdamaian yang mempunyai kekuatan hukum tetap yatu sama dengan putusan hakim. Adanya kekuatan hukum tersebut apabila para pihak tidak mau melaksanakan apa yang di perintahkan dalam suatu akta perdamaian yang telah disepakati kedua belah pihak maka para pihak tersebut langsung mendapatkan sanksi berupa eksekusi secara paksa (putusan dengan cara paksa). b. Tidak dapat diajukan gugatan baru lagi. Apabila dalam hal ini akta perdamaian sudah dibuat, maka para pihak tidak mungkin atau tidak dapat mengajukan gugatan baru lagi atas suatu perkara yang sama dalam suatu pengadilan. Hal ini sama sekali tidak bertentangan dengan hukum acara perdata apabila hal itu tetap dilakukan. c. Tidak ada upaya hukum lain. Apabila suatu perkara sudah masuk dalam Pengadilan Negeri dan sudah dilakukan mediasi, maka perkara tersebut tidak bisa dilakukan upaya hukum atau tidak boleh mengajukan permohonan banding, kasasi maupun peninjauan kembali. d. Dapat di eksekusi Suatu putusan dapat di eksekusi apabila para pihak melanggar kesepatan yang telah disepakati dalam akta perdamaian. 15

E. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah di bahas diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Penyelesaian sengketa pewarisan dengan cara mediasi yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri Surakarta, dalam hal ini ada dua tahap yang harus dilakukan dalam menyelesaikan sengketa perdata, yakni : a). Tahap pra mediasi, dalam tahap ini Pengadilan Negeri Surakarta memeriksa kasus perdata yang masuk, kemudian Ketua Pengadilan Negeri Surakarta menunjuk Majelis Hakim serta Ketua Pengadilan Negeri Surakarta menetapkan hari sidang pertama yang harus dihadiri oleh para pihak dan Majelis hakim menunjuk mediator berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak yang bersengketa untuk membantu proses mediasi dalam Pengadilan Negeri Surakarta. b). Tahap mediasi, dalam tahap ini langkah langkah yang biasanya ditempuh oleh seorang mediator yakni : meminta agar para pihak menghadap mediator serta menentukan jadwal pertemuan. Kemudian melakukan kaukus dan mempertemukan kedua belah pihak. Dan tahap terakhir melaporkan hasil mediasi. Dapat diambil kesimpulan bahwa Majelis Hakim juga berperan dalam menjalankan tugasnya dengan baik karena telah menjalankan tugasnya yakni memenuhi Peraturan Mahkamah Agung Nomor 01 Tahun 2008 (PERMA) karena dalam hal ini PERMA sifatnya wajib dalam setiap 16

Pengadilan Negeri dalam menangani kasus perdata yang dilakukan dengan menempuh jalan mediasi. 2. Akibat hukum bagi kedua belah pihak dalam penyelesaian sengketa perdata dengan jalan mediasi sama dengan putusan perkara perdata yang diputuskan Majelis Hakim dihadapan sidang, dimana kekuatan hukumnya sama. Akibat hukum bagi kedua belah pihak adalah : 1) Mempunyai kekuatan hukum tetap. 2) Tidak dapat diajukan gugatan baru lagi. 3) Dapat dieksekusi. 4) Tidak ada upaya hukum lain. 17

DAFTAR PUSTAKA Achmad Ali. 2009. Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence) Termasuk Interprestasi Undang-Undang (Legispridence). Jakarta : Kencana Prof. Drs. C.S.T. Kansil, S.H dan Christine S.T. Kansil, S.H. M.H. 2011. Pengantar Ilmu Hukum Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta Gunawan Widjaja. 2002. Alternatif Penyelesaian Sengketa. Jakarta : PT Rajagrafindo persada Harahap Krisna. 2008.Hukum Acara Perdata. Bandung : PT. Graviti Budi Utami Ishaq. 2009. Dasar-dasar Ilmu Hukum. Jakarta : Sinar Grafika. Jimmy Joses Sembiring. 2011. Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan. Jakarta : Visi Media. Nurnaningsih Amriani. 2011. MEDIASI Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan. Jakarta : Rajawali Pers. Ny. Retnowulan sutantio dan Iskandar oeripkartawinata 1997. Hukum acara perdata dalam teori dan praktek. Bandung : Mandar maju Peter Mahmud Marzuki. 2009. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : Kencana Soerjono Soekanto. 2006. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Pers) Situmorang. Victor. 1992. Perdamaian dan Perwasitan. Jakarta : Rineka Cipta. Syahrani. Riduan. 2000. Buku Materi Dasar Hukum Acara Perdata. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti Syahrizal Abbas. 2009. Mediasi. Jakarta : Kencana Victor M Situmorang. 1992. Perdamaian dan Perwasiatan. Jakarta : Rineka Cipta 18

Undang-undang Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2004 Tentang Mahmakah Agung Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa 19