KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.09/MEN/2002 TENTANG INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN (INBUDKAN) DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

BUPATI LAMPUNG BARAT KEPUTUSAN BUPATI LAMPUNG BARAT NOMOR : B/175/KPTS/05/2002 T E N T A N G

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KEBIJAKSANAAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NASIONAL

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP. 41/MEN/2003 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENCABUTAN KAWASAN KARANTINA IKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

NOMOR : KEP.44/MEN/2004 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN/KOTA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP. 07/MEN/2004 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN BENIH IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 11/MEN/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 07/MEN/2009 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 33/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN MELALUI PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.07/MEN/2008 TENTANG BANTUAN SOSIAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR DAN PEMBUDIDAYA IKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.14/MEN/2007 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.49/MEN/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LOKA BUDIDAYA AIR PAYAU

KEPMEN NO. 96 TH 1998

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT, Menimbang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.06/MEN/2009 TENTANG

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG PENERAPAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.23/Menhut-II/2007 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1982 TENTANG DEWAN GULA INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 348/Kpts/TP.240/6/2003 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA HORTIKULTURA MENTERI PERTANIAN,

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 32/MEN/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KARANTINA IKAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.15/MEN/2003 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN.

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1997 TENTANG BADAN PENGENDALI BIMBINGAN MASSAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI TERPADU PERIKANAN BUDIDAYA 2017 Banten, 7-10 Mei 2017

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN MENTERI KOPERASI DAN PEMBINAAN PENGUSAHA KECIL

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

2014, No Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.78/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1978 TENTANG BADAN USAHA UNIT DESA/KOPERASI UNIT DESA ( BUUD/KUD ) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

II. GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 32/Permentan/OT.140/7/2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

Samarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN NOMOR 15 TAHUN 1999 TENTANG

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 10 TAHUN 2010 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/KEPMEN-KP/2015 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/KEPMEN-KP/2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peraturan...

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.6/Menhut-II/2008 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN STATISTIK KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN,

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Transkripsi:

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.09/MEN/2002 TENTANG INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu produksi dan produktivitas usaha pembudidayaan ikan, pendapatan petani ikan, dan devisa negara, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, dan sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional, maka dipandang perlu meninjau kembali Keputusan Menteri Pertanian Nomor 565/Kpts/Ik.310/6/97 tentang Intensifikasi Pembudidayaan Ikan; b. bahwa untuk itu dalam rangka pelaksanaan program perikanan budidaya perlu adanya ketentuan yang mengatur tentang Intensifikasi Pembudidayaan Ikan yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan; 2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; 3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1990 tentang Usaha Perikanan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 141 Tahun 2000; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom; 6. Keputusan Presiden Nomor 228/M Tahun 2001 tentang Pembentukan Kabinet Gotong Royong; 7. Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen; 8. Keputusan Presiden Nomor 109 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Departemen; 9. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan; 10. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.01/MEN/ 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kelautan dan Perikanan, sebagaimana terakhir telah diubah dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.30/MEN/2001; M E M U T U S K A N : Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN.

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Intensifikasi Pembudidayaan Ikan yang selanjutnya disebut INBUDKAN adalah salah satu program pembangunan perikanan budidaya, dengan menitikberatkan pada gerakan bersama dari berbagai pihak untuk mengembangkan usaha pembudidayaan ikan, yang dilaksanakan atas dasar kerjasama antar anggota kelompok Petani Ikan sebagai peserta program di dalam kawasan, yang menerapkan teknologi yang dianjurkan untuk meningkatkan mutu produksi dan produktivitas usaha pembudidayaan ikan secara efisien dan berkelanjutan; 2. Pembudidayaan ikan adalah kegiatan memelihara, membesarkan dan atau membiakkan ikan dan memanen hasilnya; 3. Petani Ikan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan; 4. Kelompok Petani Ikan yang selanjutnya disebut POKTAKAN adalah kumpulan Petani Ikan yang melaksanakan program INBUDKAN; 5. Pola Kemitraan Usaha adalah pola kerjasama usaha yang saling membutuhkan, menguntungkan, dan saling menguatkan secara berkesinambungan antara POKTAKAN sebagai produsen dengan Perusahaan Swasta/BUMN/Koperasi sebagai mitra; 6. Perusahaan Mitra adalah perusahaan perikanan baik swasta, BUMN atau BUMD yang bermitra dengan POKTAKAN, terutama dalam penyediaan sarana produksi, alih teknologi dan atau pengolahan serta pemasaran hasil; 7. Pola Swadaya adalah pola usaha pembudidayaan ikan yang dilakukan atas kemampuan modal sendiri dan secara berkelompok merencanakan kegiatan usaha pembudidayaan ikan; 8. Pola Unit Pelayanan Pengembangan yang selanjutnya disebut UPP adalah pola usaha pembudidayaan ikan yang dilakukan oleh POKTAKAN sejak perencanaan sampai pemasaran hasilnya dengan pemerintah sebagai fasilitator.

9. Rumah Tangga Perikanan yang selanjutnya disebut RTP adalah Rumah Tangga Perikanan yang melakukan kegiatan usaha pembudidayaan ikan, dengan tujuan sebagian atau seluruh produknya dijual; 10. Perusahaan Perikanan yang selanjutnya disebut PP adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha pembudidayaan ikan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia atau Badan Hukum Indonesia; 11. Sarana produksi adalah bahan, alat dan mesin pembudidayaan ikan yang digunakan dalam proses produksi pembudidayaan ikan, seperti benih ikan, pakan, kapur, pupuk, dan obat-obatan; 12. Prasarana budidaya adalah segala fasilitas untuk menunjang kegiatan pembudidayaan ikan. 13. Paket teknologi anjuran adalah teknologi budidaya yang telah distandarkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI). 14. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disebut UPT adalah Balai dan Loka Budidaya yang berperan sebagai pelaksana teknis Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya; 15. Asosiasi terkait adalah Asosiasi Pengusaha Perikanan yang terkait dengan pelaksanaan Program INBUDKAN seperti Asosiasi Pengusaha Cold Storage Indonesia (APCI); Asosiasi Pengusaha Pertambakan Udang Indonesia (AP2UI); Asosiasi Pengusaha Pembenihan Udang (APPU); Asosiasi Pengusaha Rumput Laut (APRLI); dan Asosiasi Budidaya Udang dan Ikan Indonesia (ASBUDI). 16. Dinas Provinsi adalah dinas yang bertanggungjawab dibidang perikanan di Provinsi; 17. Dinas Kabupaten/Kota adalah dinas yang bertanggungjawab dibidang perikanan di Kabupaten/Kota; 18. Dinas Kecamatan adalah dinas yang bertanggungjawab dibidang perikanan di Kecamatan;

BAB II PROGRAM INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN Pasal 2 Program INBUDKAN terdiri atas : a. Intensifikasi Pembudidayaan Udang (INBUD UDANG); b. Intensifikasi Pembudidayaan Kerapu (INBUD KERAPU); c. Intensifikasi Pembudidayaan Rumput Laut (INBUD RUMPUT LAUT); d. Intensifikasi Pembudidayaan Nila (INBUD NILA). Pasal 3 Pelaksanaan Program INBUDKAN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 masing-masing wilayah kerja wajib memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : a. membudayakan pengelolaan usaha intensifikasi pembudidayaan ikan berdasarkan potensi sumberdaya, permintaan pasar, kondisi budaya lokal, dan ekonomi daerah; b. mengembangkan pengelolaan usaha pembudidayaan ikan ramah lingkungan dalam kawasan secara efektif, efisien, dan berorientasi pasar, serta ditunjang dengan pola perencanaan partisipatif dari tingkat lapangan; c. mengoptimalkan mutu intensifikasi pembudidayaan ikan dengan penerapan secara konsisten sistem manajemen mutu terpadu dan standar teknologi dalam pembudidayaan ikan menuju pencapaian peningkatan mutu produksi dan produktivitas secara efisien dan berkelanjutan; d. mengembangkan sistem informasi untuk mendukung pengelolaan pemasaran, alih teknologi dan pengendalian hama penyakit serta ditunjang dengan pengembangan sistem pembimbingan dan pendampingan yang mengedepankan pendekatan partisipatif, koordinatif dan berkelanjutan untuk memberdayakan petani ikan; e. mengembangkan kemitraan usaha atas dasar saling menguntungkan, membutuhkan dan menguatkan secara berkesinambungan antara POKTAKAN dengan perusahaan mitra.

Pasal 4 Tujuan dikembangkannya intensifikasi pembudidayaan ikan meliputi : a. memfasilitasi peningkatan pendapatan dan taraf hidup petani ikan melalui gerakan bersama untuk mendorong peningkatan mutu produksi dan produktivitas usaha pembudidayaan ikan secara efisien dan berkelanjutan; b. mendorong peningkatan mutu produksi dan produktivitas usaha perikanan budidaya yang berorientasi ekspor untuk meningkatkan perolehan devisa negara dan memantapkan ketahanan pangan nasional,; c. mendorong pembangunan ekonomi pedesaan melalui pemberdayaan petani ikan dalam kelembagaan yang kuat, penguatan modal usaha dan hubungan kemitraan dalam rangka memantapkan penyediaan sarana produksi dan pemasaran hasil. Pasal 5 Arah dikembangkannya INBUDKAN meliputi : a. berkembangnya kawasan pembudidayaan ikan di laut, di air payau dan di air tawar berbasis penerapan teknologi anjuran secara konsisten dan berkelanjutan, b. kuatnya kelembagaan POKTAKAN yang mampu menjalin kemitraan dengan perusahaan mitra di bagian hulu dan hilir, c. terjalinnya jaringan kerjasama (networking) antar POKTAKAN sejenis di tingkat Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional dalam rangka mengangkat posisi tawar POKTAKAN dalam percaturan bisnis perikanan budidaya. Pasal 6 Untuk keberhasilan, tujuan, dan arah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6 perlu dilakukan koordinasi, sinkronisasi dan kerjasama dengan instansi terkait terutama dalam kegiatan : a. penyelenggaraan pendampingan, pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan serta pengembangan kelembagaan secara terpadu dalam rangka penerapan teknologi anjuran dalam proses produksi, pasca panen dan pemasaran hasil;

b. pengadaan dan penyaluran sarana produksi; c. penyelenggaraan pengendalian hama dan penyakit ikan, serta lingkungan pembudidayaan ikan; d. pengaturan pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana pembudidayaan ikan; e. penyediaan, penyaluran modal, dan pengembalian kredit perbankan. BAB III PERENCANAAN, PENGORGANISASIAN, PELAKSANAAN, PEMBIAYAAN, DAN PENGENDALIAN Pasal 7 Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan dalam program intensifikasi pembudidayaan ikan meliputi : a. perencanaan; b. pengorganisasian; c. pelaksanaan; d. pembiayaan; dan e. pengendalian. Pasal 8 (1) Perencanaan program INBUDKAN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a disusun secara berjenjang yang terdiri atas : a. Tingkat Nasional yang merupakan himpunan dari rencana Provinsi; b. Tingkat Provinsi merupakan himpunan dari rencana Kabupaten/Kota yang ada di wilayah Provinsi yang bersangkutan; c. Tingkat Kabupaten/Kota merupakan himpunan dari rencana Kecamatan yang ada dalam wilayah Kabupaten/Kota;

d. Tingkat Kecamatan merupakan himpunan dari rencana Definitif Kelompok di wilayah Kecamatan; (2) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. sasaran luas; b. sasaran produksi; c. kebutuhan benih; d. kebutuhan pakan; e. kebutuhan obat-obatan; dan f. kebutuhan permodalan. Pasal 9 Pengorganisasian Program INBUDKAN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b, dilaksanakan dalam bentuk gerakan bersama melalui kelembagaan yang melibatkan berbagai pihak seperti instansi pemerintah, asosiasi pengusaha perikanan budidaya dan POKTAKAN yang terdiri dari: a. Tim Pengendali pada Tingkat Pusat; b. Tim Pembina pada Tingkat Provinsi; c. Tim Pelaksana pada Tingkat Kabupaten/Kota; dan d. Tim Penggerak pada Tingkat Kecamatan, melalui kerjasama, koordinasi dan sinkronisasi untuk memperoleh sinergi dalam mensukseskan program INBUDKAN di lapangan. Pasal 10 Guna keberhasilan program intensifikasi pembudidayaan ikan perlu dibentuk Tim Pengendali, Tim Pembina, Tim Pelaksana dan Tim Penggerak.

Pasal 11 (1) Tim Pengendali sebagai dimaksud dalam Pasal 10 dibentuk oleh Menteri, dengan susunan keanggotaan sebagai berikut : a. Ketua : Menteri Kelautan dan Perikanan b. Ketua Harian : Direktur Jenderal Perikanan Budidaya; c. Sekretaris : Sekretaris Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya; d. Anggota : 1. wakil Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah; 2. wakil Kantor Menteri Negara Koperasi dan UKM; 3. wakil Departemen Pemukiman dan Pengembangan Prasarana Wilayah; 4. wakil Departemen Keuangan; 5. wakil Bank Indonesia; 6. wakil BRKP; 7. wakil PK2P; 8. wakil P3K; 9. wakil Asosiasi Terkait. (2) Tim Pengendali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas mengendalikan pelaksanaan program INBUDKAN Nasional dengan melakukan koordinasi, menjalin kerjasama dan sinkronisasi untuk suatu gerakan bersama di tingkat pusat dalam : a. penyediaan dan penyaluran sarana produksi; b. penyediaan dan penyaluran modal; c. perumusan kebijakan yang meliputi aspek perencanaan (penetapan sasaran), evaluasi dan pengendalian pelaksanaan; d. pengendalian pembinaan intensifikasi pembudidayaan ikan.

Pasal 12 (1) Tim Pembina sebagai dimaksud dalam Pasal 10 dibentuk oleh Gubernur, dengan susunan keanggotaan sebagai berikut : a. Ketua : Gubernur b. Ketua Harian : Kepala Dinas Provinsi; c. Sekretaris : Pejabat Unit Kerja yang membidangi perencanaan pada Dinas Provinsi; d. Anggota : 1. wakil Dinas Provinsi; 2. wakil Pemerintah Provinsi; 3. wakil Dinas Koperasi dan PPK; 4. wakil Dinas Pemukiman dan Pengembangan Prasarana Wilayah Provinsi; 5. wakil Kanwil DJA Provinsi; 6. wakil Kantor Bank Indonesia Provinsi; 7. wakil Asosiasi Terkait di tingkat Provinsi. (2) Tim Pembina sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas membina pelaksanaan program INBUDKAN di kabupaten/kota dengan melakukan koordinasi, menjalin kerjasama dan sinkronisasi untuk suatu gerakan bersama di tingkat provinsi dalam : a. penyediaan dan penyaluran sarana produksi; b. penyediaan dan penyaluran modal, c. perumusan kebijakan yang meliputi aspek perencanaan (penetapan sasaran), evaluasi dan pengendalian pelaksanaan; d. pengendalian pembinaan, penyuluhan dan pelatihan penerapan teknologi anjuran intensifikasi pembudidayaan ikan.

Pasal 13 (1) Tim Pelaksana sebagai dimaksud dalam Pasal 10 dibentuk oleh Bupati/Walikota, dengan susunan keanggotaan sebagai berikut : a. Ketua : Bupati/Walikota b. Ketua Harian : Kepala Dinas Kabupaten/Kota; c. Sekretaris : Pejabat Unit Kerja yang membidangi perencanaan pada Dinas Kabupaten/Kota; d. Anggota : 1. wakil Dinas Kabupaten/Kota; 2. wakil Pemerintah Kabupaten/Kota; 3. wakil Dinas Pemukiman dan Pengembangan Prasarana Wilayah Kabupaten/Kota; 4. wakil Perbankan; 5. wakil Asosiasi Terkait di tingkat Kabupaten/Kota. (2) Tim Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas melaksanakan gerakan bersama di tingkat kabupaten/kota dengan melakukan koordinasi, menjalin kerjasama dan sinkronisasi untuk suatu gerakan bersama dalam : a. penyediaan dan penyaluran sarana produksi; b. penyediaan dan penyaluran modal; c. perumusan kebijakan yang meliputi aspek perencanaan (penetapan sasaran), evaluasi dan pengendalian pelaksanaan; d. pengendalian pembinaan ;intensifikasi pembudidayaan ikan. Pasal 14 (1) Tim Penggerak sebagai dimaksud dalam Pasal 10 dibentuk oleh Camat, dengan susunan keanggotaan sebagai berikut : a. Ketua : Camat b. Sekretaris : Kepala Unit Kerja yang membidangi perikanan;

c. Anggota : 1. Petugas Penyuluh; 2. wakil Pemerintah Kecamatan; 3. wakil Perbankan; 4. wakil POKTAKAN. (2) Tim Penggerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas melaksanakan menggerakkan berbagai pihak terkait di tingkat Kecamatan dengan melakukan koordinasi, menjalin kerjasama dan sinkronisasi untuk suatu gerakan bersama dalam : a. penyediaan dan penyaluran sarana produksi; b. penyediaan dan penyaluran modal; c. perumusan kebijakan yang meliputi aspek perencanaan (penetapan sasaran), evaluasi dan pengendalian pelaksanaan; d. pengendalian pembinaan INBUDKAN. Pasal 15 Untuk kelancaran pelaksanaan INBUDKAN dibentuk Tim Teknis Tingkat Pusat oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya dan Tim Teknis Tingkat Provinsi oleh Kepala Dinas Provinsi. Pasal 16 Pelaksanaan kegiatan INBUDKAN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 meliputi : a. gerakan penyuluhan; b. penyediaan, penyaluran dan penggunaan sarana produksi; c. penerapan paket teknologi anjuran; d. penyediaan permodalan; dan e. pemasaran hasil. Pasal 17

(1) Penyuluhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf a dilaksanakan dengan pendekatan kelompok yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan POKTAKAN dalam pengelolaan usaha, mendorong terwujudnya perencanaan pembudidayaan ikan secara partisipatif dan memberikan motivasi dalam meningkatkan pendapatan POKTAKAN melalui pemasyarakatan penerapan teknologi spesifik lokasi serta mewujudkan pola kemitraan usaha. (2) Koordinasi penyuluhan pada Tingkat Provinsi dilakukan oleh Dinas Provinsi, pada tingkat Kabupaten/Kota oleh Dinas Kabupaten/Kota dan pada tingkat kecamatan oleh Dinas Kecamatan. Pasal 18 (1) Penyediaan, penyaluran dan penggunaan sarana produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf b diutamakan yang kualitasnya sesuai dengan SNI atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Direktur Jenderal Perikanan Budidaya bekerjasama dengan asosiasi pengusaha yang bergerak dalam penyediaan sarana produksi melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap ketepatan penyediaan, penyaluran, dan penggunaan sarana produksi sarana produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 19 (1) Penerapan paket teknologi anjuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf c yang digunakan oleh POKTAKAN diarahkan pada SNI pembudidayaan ikan dan Penerapan Manajemen Mutu Terpadu (PMMT) secara konsisten. (2) Paket teknologi anjuran ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya. Pasal 20 (1) UPT membantu dalam bimbingan, supervisi dan pendampingan teknis kepada POKTAKAN di wilayah kerjanya;

(2) UPT memberikanan saran pertimbangan teknis kepada Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota di wilayah kerjanya dalam melaksanakan Program INBUDKAN. Pasal 21 (1) Penyediaan permodalan usaha dan pemasaran hasil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf d dan huruf e, bersumber dari modal sendiri maupun memanfaatkan sumber-sumber permodalan lainnya seperti modal kelompok, kredit perbankan, dan dana penguatan modal dari pihak lain (pemerintah, swasta, BUMN dan lainnya); (2) Untuk menjamin pemasaran hasil INBUDKAN, asosiasi wajib menjalin kerjasama dengan POKTAKAN di bidang pembudidayaan ikan. Pasal 22 (1) Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d, berasal dari dana APBN, APBD dan sumber lainnya. (2) Dana APBN sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang berada di lingkungan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, baik di pusat, provinsi maupun kabupaten/kota penggunaannya diarahkan untuk memfasilitasi, koordinasi penyelenggaraan program dan kegiatan gerakan-gerakan intensifikasi, termasuk membiayai kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. (3) Dukungan dana APBD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diarahkan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang tidak ditampung dalam APBN, terutama untuk memfasilitasi gerakan INBUDKAN dalam melaksanakan fungsi pelayanan pemerintah, pendampingan, pembinaan, penyuluhan, pelatihan, peningkatan kemampuan POKTAKAN dan kegiatan lain yang terkait dengan pemantapan kelembagaan masyarakat petani ikan yang kuat. (4) Kegiatan POKTAKAN yang menyangkut dinamika kelompok dibiayai sendiri oleh yang bersangkutan, termasuk kegiatan yang bersifat kemitraan antara POKTAKAN dengan perusahaan mitra dapat dibiayai oleh kedua belah pihak.

Pasal 23 (1) Pengendalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e, diarahkan agar pelaksanaan program INBUDKAN mencapai sasaran yang ditetapkan dan dilakukan oleh koordinator di masing-masing tingkatan wilayah. (2) Pengendalian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan terhadap semua tahapan program INBUDKAN, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, hasil dan dampak kegiatan mulai dari tingkat desa sampai ke tingkat pusat. (3) Permasalahan yang ditemukan pada waktu pengendalian, dibahas dan dipecahkan oleh masing-masing tingkatan wilayah sesuai kewenangannya. (4) Permasalahan yang tidak dapat dipecahkan di tingkat wilayah sesuai kewenangannya, diajukan ke jenjang yang lebih tinggi untuk penyelesaian lebih lanjut. (5) Kegiatan pengendalian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi : a. pemantauan; b. evaluasi; dan c. pelaporan, yang dilakukan secara berkala dan terus menerus. Pasal 25 (1) Pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (5) huruf a, meliputi kegiatan mengamati, mempelajari dan mengawasi pelaksanaan program secara terus menerus pada setiap tingkatan, agar program dapat berjalan sesuai rencana untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan di lapangan sekaligus mengidentifikasi permasalahan yang akan dan telah terjadi sebagai bahan pemecahan masalah secara dini. (2) Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (5) huruf b, merupakan bagian dari pengendalian yang dilaksanakan secara berkala pada setiap akhir musim tanam dan akhir tahun mengenai pencapaian sasaran areal, penerapan teknologi, produksi dan produktivitas, penggunaan sarana produksi, serta penyaluran dan pengembalian kredit. (3) Pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (5) huruf c, dilakukan secara periodik pada setiap bulan secara teratur dan tepat waktu.

BAB IV PESERTA, LOKASI DAN POLA USAHA Pasal 26 (1) Peserta INBUDKAN terdiri atas Petani Ikan yang berhimpun dalam POKTAKAN dan dikukuhkan oleh Pejabat yang berwenang. (2) Keikutsertaan Perusahaan Perikanan dalam INBUDKAN diarahkan sebagai perusahaan mitra dalam penyediaan sarana produksi, penyelenggaraan alih teknologi, dan pemasaran hasil. Pasal 27 Direktur Jenderal Perikanan Budidaya menetapkan Provinsi yang memenuhi syarat sebagai pelaksana Program INBUDKAN, dengan memperhatikan potensi sumberdaya budidaya ikan, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan kondisi sarana/prasarana penunjang lainnya. Pasal 28 Program INBUDKAN dilaksanakan melalui : a. Pola Kemitraan Usaha; b. Pola Unit Pelayanan Pengembangan; dan c. Pola Swadaya. BAB V SASARAN INTENSIFIKASI, KOMODITAS DAN TEKNOLOGI Pasal 29 (1) Direktur Jenderal Perikanan Budidaya setiap tahun menetapkan sasaran INBUDKAN di tingkat Nasional yang meliputi sasaran areal, jenis ikan, paket teknologi, dan produksi ikan dengan memperhatikan usulan Gubernur;

(2) Gubernur setiap tahun menetapkan sasaran intensifikasi di tingkat Provinsi yang meliputi sasaran areal, jenis ikan, paket teknologi, dan produksi ikan dengan memperhatikan usulan Bupati/Walikota; (3) Bupati/Walikota setiap tahun menetapkan sasaran intensifikasi di tingkat Kabupaten/Kota yang meliputi sasaran areal, jenis ikan, paket teknologi, dan produksi ikan dengan memperhatikan usulan Camat. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 30 Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka Keputusan Menteri Pertanian No. 565/Kpts/IK.310/6/97 tentang Intensifikasi Pembudidayaan Ikan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 31 (1) Hal-hal yang belum diatur dalam Keputusan ini, diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya. (2) Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 26 Pebruari 2002 MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN ttd. Disalin sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi ROKHMIN DAHURI ttd. NARMOKO PRASMADJI